Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN
MENINGITIS
Selasa, 26 Juni 2012
askep antok
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
1. DEFINISI
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piameter, disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa,yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan di sebabkan oleh virus atau jamur. Meningitis selanjutnya di
klasifikasikan sebagai sepsis, asepsis dan tuberkulosa. Meningitis asepsis mengacu pada
salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh
abses otak ,ensefalitis, limfoma , leukemia, atau darah di ruang subarakhnoid. Meningitis
sepsis
menunjukkan
meningitis
yang
disebabkan
oleh
organisme bakteri
tulang
wajah.
Dalam
jumlah
kecil
pada
beberapa
kasus
meupakan
iatrogenic atau hasil sekunder prosedur infasif (seperti fungsi lumbal ) atau alat alat
infasif (seperti alat alat pematau TIK).
MENIGITIS BAKTERIAL
Sampai saat ini bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe bacterial.
Bakteri
paling
sering di
meningitides(meningitis
jumpai
pada
meningitis
bakteri
akut
yaiti neiserrira
dewasa),dan haemophilus influenzae (pada anak anak dan dewasa muda). Dari ketiga
organisme ini jumlah sekitar 75% dari kasus kasus meningitis bakteri.
Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan secret
dari hidung dan tenggorik yang mambawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang
lain. Pada hasilnya , banyak yang tidak di kembangkan menjadi infeksi tetapi menjadi
carrier . insiden tertinggi pada meningitis di sebabkan oleh bakteri gram negative, yang
terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau
seseorang yang mengalami gangguan respon imun .
2. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri di mulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti septicemia
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.faktor factor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain prosedur bedah saraf, trauma kepala dan pengaruh
imunologis.saluran vena yang melalui nasofaring posterior telinga bagian tengah,dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena meningen , semuanya ini penghubung
yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksiradang di dalam
meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan
penurunan aliran darah dan menyebabkan resksi radang di dalam meningen dan di bawah
daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen , vaskulitas
dan hipoperfusi.eksudat purulen dapat menyebar sampai ke dasar otak dan medulla
spialis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
di hubungkan dengan perubahan fisiologis intra cranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas darah , daerah pertahanan otak , edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis
infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan di
hubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan
nekrosis pembuluh darah yang di sebabkan oleh meningokokkus.
3. ETIOLOGI
a.
Meningitis selosa adalah radang selaput otak arakhnoid dan piameter yang di sertai cairan otak
yang di sertai cairan otak yang jernih . penyebab terserng adalah mycobacterium tuberkulosa.
penyebab lain seperti lues, virus toxoplasma gondhii, ricketsia.
b.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan parameter yang meliputi otak dan
medulla
spinalis.penyebabnya
antara
lain:
diplococcus
pneumoniae(pneumokok)
neisseria
neningitidis
(meningokok)
streptococcus
haemolyticus,
staphylococcus
aureus,haemophilus
4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot otot ekstensor
tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan brudzinsky positif
Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit.
Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap proses fisiologik.
Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak
response, dan koma.
Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
Rigiditas nukal (kaku leher)adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan menyebabkan nyeri
berat.
Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea
rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di
lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat
pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia atau
sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi
sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK sekunder akibat
eksudat
purulen
dan
edema
serebral
terdiri dari
perubahan
karakteristik
tanda
tanda
vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit kepal muntah, dan
penrunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi
pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus, dengan
tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura ynag menyebar(sekitar
wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler diseminata (KID).kematian
mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada cairan
serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi
antigen bakteri ada cairan tubuh,umumnya cairan serebrosnal dan urine.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksaan yang berhasil tergantung pada pemberian anti biotik yang melewati darah
barrier otak ke dalam ruang subarakhnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan nakteri. Cairan serebrospinal (CSS) dan darah perlu di kultur, dan terapi
antimikroba di lakukan segera . Dapat digunakan penisilin, ampisilin, atau khloramphenikol atau
satu jenis dari sepalosforins. Antibi edema serebral. otic lain di gunakan jika di ketahui
streinbakteri resisten. Pasien di pertahankan pada dosis besar antibiotic yang tepat perintravena.
Dehidrasi atau shock diobati dengan pemberian tambahan volume cairan. Kejang dapat
terjadi pada awal penyakit, di control dengan menggunakan diazepam atau fenitoin.diuretik
osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebral.
Pemeriksaan penunjang
1.
pemeriksaan darah:
dilakukan peeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endapa darah(LED),
kadar glukosa kuasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa di dapatkan juga peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
seosa didapatkan juga peningktan LED
2.
3.
pemeriksaan radiologist
foto dada
MENINGITIS PURULENTA
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda penting adalah demsm tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, kesadaran
menurun.
Pemeriksaan penunjang
1)
pemeriksaan darah:
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endapan darah
(LED),kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta di dapatkan peningktan leukosit dengan pergeseran kekiri pada hitung
jenis
2)
3)
Pemeriksaan radiologis
Foto dada
Meningitis pada AIDS.meningitis asepsis, kriptococcus, dan tuberkulosa di laporkan ada pada
pasien dengan AIDS.bentuk meningitis asepsis akut dankronik dapat terjadi pad AIDS, keduanya di
sertai dengan sakit kepela, tetapi tanda tanda iritasi meningen umumnya terjadi pad bentuk akut.
Meningitis asepsis dengan AIDS di sertai dengan kelumpuhan saraf cranial.Meningits diperkirakan
berhubungan dengan infeksi langsung pada sistem saraf pusat oleh HIV, keadaan ini terpisah dari
CSS.
Meningitis kriptokokkus merupakan infeksi jamur paling banyak pada sisitem saraf pusat
pasien dengan AIDS. Pasien dapat mengalami sakit kepala, mual, muntah, kejang, konfusi, akibat
respopns radang yang jelas terjadi pada pasien dengan kerja sama imun, yang lainnya
mengembangkan ciriciri yan tidak khas.
Pengobatan meningitis kriptokokkus di lakukan dengan pemberian amfoterisin B, yang di
gunakan dengan atau tanpa 5-flusitosin. Mempertahankan terapi dengan amfoterisin adalah untuk
mencegah ulanngan.
Meningitis ada penyakit iyeme adalah proses inflamasi multi-sistem yang di sebabkan oleh
sirokheta
borrelia
burgdorferi
yang
di
tularkan
kutu.
Keadaan
abnormalneurologis
di
hubungkan dengan penyakit yang terlihat pada tingkat lanjut(tingkat 2 dan 3).salah satu
karakteristik pada tingkat 2 adalah ruam atau dari 1 sampai 6 bulan setelah menghilang. Keadaan
abnormal neurologik di hubungkan dengan tingkat penyakt iyme ini mencakup meningitis asepsis.
Meningitis limfositik kronik ensefalitis.pasien pasien ini juga mengalami radang saraf saraf cranial
mencakup paralisis bell dan neuropati perifer lain. Tingkaat 3(bentuk kronik) di mulai
bertahuntahun seteklah infeksi kutu dan karakteristik yang muncul berupa arthritis, lesi kulit, dan
keadaan abnormal neurolologist berat.
Banyak pasien dengan penyakit iyme tingkat2 dan 3 diobati dengan antibiotic intravena,
biasanya penisilin,. Gejala-gejal meningitis dan sistemik akan muncul dan meningkat dalam
beberapa hari, walaupun gejala lain sepert I sakit kepala dan nyeri radikular muncul pada beberapa
minggu.
Asuhan keperawatan
Penkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat di lakukan antara lain
a.
AKTIVITASISTIRAHAT
GEJALA
TANDA
b.
SIRKULASI
GEJALA
:adanya riwayat kardiopatologi, seerti endokarditis, beberapa penyakit jantung congenital, abses otak
TANDA
: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat(berhubungan dengan peningkatan
TIK dan pengaruh ada pusat Vasomotor). Takikardia, distritmia (pada fase akut), seperti distritmia
sinus(pada meningitis).
c.
ELIMINASI
TANDA
d.
MAKANANCAIRAN
GEJALA
TANDA
HYGIENE
TANDA
f.
GEJALA
NYERI/KENYAMANAN
: sakit kepala(berdenyut dengan hebat frontal) mungkin akan di perburuk oleh ketegangan; leher/
punggung kaku; nyeri pad gerakan ocular fotsensitivitas,sakit; tenggorok nyeri.
TANDA
PERNAPASAN
GEJALA
TANDA
dan gelisah.
Nyeri
berhubungan
dengan
agen
pencedera
biologis
adanya
proses
infeksi/
Ansietas
berhubungan
kesehatan(keterlibatan otak)
dengan
ancaman
kematian/perubahan
dalam
status
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan
Diposkan oleh antok konzled di 01.31 Tidak ada komentar:
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir.
Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan
jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter).
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter
melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan
terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem
saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari
sistem saraf pusat.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari
lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh
untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam
mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks.
Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang
atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya
akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls
diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah
otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung
dan kelenjar sebasea.
Secara garis besar sistem saraf mempunyai empat fungsi yaitu :
Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori
(Afferent Sensory Pathway).
Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak
untuk
2. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan pengertian sampai pada
penatalaksanaan sistem persyarafan khususnya pada penyakit Meningitis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut
dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin
terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil.
Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin
mengakibatkan radang selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak
dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll.
Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan
cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)
2. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung
menyebar
di
nasofaring,
paru-paru
(pneumonia,
bronkopneumonia)
dan
jantung
(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput
otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi
kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke 2 sel-sel plasma. Eksudat
terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,
selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel
darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem
saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta
organisasi eksudat perineural yang fibrino purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales
(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat
aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
(Harsono : 1996)
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan
berbagai cara antara lain :
Hematogen atau limpatik
Perkontuinitatum
Retograd melalui saraf perifer
Langsung masuk cairan serebrospinal
Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang
berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut
meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :
Hyperemia Meningens
Edema jaringan otak
Eksudasi
Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan
tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat
(lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga
eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes : 1995)
3. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,
nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai
septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab
hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata.
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan
fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa
hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.
Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita.
Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala
digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal,
tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan
hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills). (Harsono :
1996)
penyumbatan
aliran darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
4. Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.
Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan
gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi,
foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
PENYEBAB
Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;
streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /
pembedahan atau injuri pada sistem persarafan.(Arief Mansjoer : 2000)
(Marilym E. Donges : 1999)
4. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium
Tuberculosa, Penyebab lain seperti Lues, Virus,Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis Purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi
otak
dan
medula
spinalis.
Penyebabnya
antara
lain
: Diplococcus
meningitidis (meningokok),Streptococcus
Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan
terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik
turun, kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi
yang lambat, abdomen nampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini.
Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.
Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleksrefleks tendo yang lemah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa
diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto data
- Foto kepala
- Bila mungkin CT Scan.
Penatalaksanaan
a. Medis
1. Rejimen terapi : 2 HRZE 7RH.
2 Bulan Pertama :
INH
ampisin
azinamid
eptomisin a/
: 15 mg / kg / hari, oral
mbutol
ncegah perlekatan
dikasi
sadaran menurun
sis
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3
minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Disamping
tuberkulostatik
dapat
diberikan
rangkaian
pengobatan
dengan
5. DIAGNOSIS PENUNJANG
Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan
sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan
meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada
setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan
gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui
sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak
didapatkan derita yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada
pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk
terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.
Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan
descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini
untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila
cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol
0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi
otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS
200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.
Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel
berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat
disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm 3 , maka kemungkinannya adalah
abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.
- Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)
- Tekanan meningkat
- Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat
- Protein meningkat
- Glukosa menurun
- None (+)
- Pandi (+).
b. Pemeriksaan Tambahan
- Darah lengkap, LED
- Kultur darah
- Foto kepala, thorax, vertebra
- Kultur Swab hidung dan tenggorokan
- EEG, CT Scan Otak. (Depkes : 1995)
6. PENATALAKSANAAN
Infeksi Intrakranial Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).
Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan
neurologis dan juga sampai terjadi kematian.
MEDIS
1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan
dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic
EMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Elektrolit darah : Abnormal.
ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
infeksi.
hematom daerah
voltasenya
meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Testing Cerebral Function
Status mental
a. Pemeriksaan orientasi
Tanya klien tentang :
Tempat tinggal
Tempat lahir
Alamat sekolah
Tanya klien tentang :
Hari apa
Tanggal berapa
Jam berapa
Bulan berapa
Tahun berapa
2. Pemeriksaan daya ingat
Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik
Minta klien untuk menyebutkan nama benda.
3. Perhatian dan perhitungan
Tanya klien tentang perhitungan :
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7 :
4. Fungsi bahasa
Perlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebut
Minta orang coba untuk mengatakan jika tidak atau andai tetapi
Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke
temannya
Perlihatkan kertas perintah pada orang coba.
Tingkat kesadaran
1. Alert
Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual
Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.
2. Lethargi
Sering tidur/ngantuk
menghindar
Proses peradangan
2. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik
itu
3. Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung
4. Observasi secara teratur tiap 4-6 jam suhu tubuh klien
5. Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang
menetap.
6. Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya
7. Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam
8. Observasi urine out put : warna, bau, jumlah.
Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun Intra thecal
b. Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan.
2. Gangguan perfusi serebral
Kemungkinan penyebab :
-
Hypovolemia
Udema serebral
Kesadaran baik
Klien bed rest dengan posisi terlentang atau posisi elevasi 15 450 sesuai indikasi.
Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik,
tekanan nadi yang meningkat, nadi, pernapasan yang tidak teratur
Monitor status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnya
Cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut dan bila
panas berikan kompres
Monitor intake dan out put, catat karakteristik urine, turgor kulit dan kondisi membran mukosa
Bantu klien menghindari batuk, muntah dan obstipasi. Anjurkan klien untuk merubah-rubah
posisinya
Ciptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung, lingkungan yang hangat,
sentuhan yang lembut dan hindarkan suara-suara yang keras
Berikan waktu untuk istirahat diantara aktivitas-aktivitas dan hindarkan prosedur yang terlalu
lama.
Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan hipertonis.
b. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah
c. Kolaborasi pemberian oksigen
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti steroid, chlorpromazine, acetaminophen.
3. Potensial terjadinya trauma
Kemingkinan penyebab :
-
Rangsangan kejang
Tujuan / kriteria hasil : tidak terjadi trauma.
Intervensi
Sirkulasi toxin
Tujuan / kriteria hasil
Ciptakan lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti
kebisingan,
Gunakan penghangat di daerah leher dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang
dihangatkan.
Tindakan Kolaboratif
Kerusakan neuromuskular
Nyeri / discomfort
Bed rest
Tujuan / kriteria hasil
KULASI
Letakkan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila pasien kooperatif
Latih pasien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas
Evaluasi penggunaan alat-alat bantu selama paralise misalnya posisi foot board
Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta
gunakan alat untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjol
Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema
dan tanda-tanda lainnya
Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah
Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif
Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan
baik.
Tindakan Kolaboratif
Tanda :
a:
a:
MINASI
a:
ANAN / CAIRAN
a:
a:
IENE
a:
ROSENSORI
a:
a:
Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala
berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).
Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan
TIK), nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus).
Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi motorik
dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).
Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami
hipotonia / flaksid paralisis (pada fase akut meningitis), spastik (ensefalitis).
Hemiparese atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis).
Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi
meningeal (fase akut).
Rigiditas nukal (iritasi meningeal).
Refleks tendon dalam: terganggu, Babinski positif.
Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki (meningitis).
RI / KENYAMANAN
a:
a:
NAPASAN
a:
a:
MANAN
a:
a:
Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
Gangguan penglihatan / pendengaran.
Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.
Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.
Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis.
Gangguan sensasi.
YULUHAN / PEMBELAJARAN
a:
mbangan
ana pemulangan :
oleh :
KAN /
Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan
mempertahankan tugas / pekerjaan rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP,
(PENYEBARAN)
Diseminata hematogen dari patogen.
Stasis cairan tubuh.
Penekanan respons inflamasi (akibat-obat).
Pemajanan orang lain terhadap patogen.
(tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KAN /
TAN :
eh :
KAN /
TAN :
:
eh :
NYERI, (AKUT)
Agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi / inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Melaporkan sakit kepala, fotofobia, nyeri otot/
sakit punggung.
KAN /
TAN :
eh :