You are on page 1of 31

ASUHAN

KEPERAWATAN
MENINGITIS
Selasa, 26 Juni 2012

askep antok
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
1. DEFINISI

Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piameter, disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa,yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan di sebabkan oleh virus atau jamur. Meningitis selanjutnya di
klasifikasikan sebagai sepsis, asepsis dan tuberkulosa. Meningitis asepsis mengacu pada
salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh
abses otak ,ensefalitis, limfoma , leukemia, atau darah di ruang subarakhnoid. Meningitis
sepsis

menunjukkan

meningitis

yang

disebabkan

oleh

organisme bakteri

seperti meingokokus, staphillococcus, atau basilus influenza.meningitis tuberkulosa di


sebabka oleh basilus tuberkel. Infeksi meningeal umumnya di hubungkan oloeh satu atau
dua jalan; melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi infeksi bagian
lain , seperti selulitis, atau penekanan langsung seperti di dapat setelah cedera
traumatic

tulang

wajah.

Dalam

jumlah

kecil

pada

beberapa

kasus

meupakan

iatrogenic atau hasil sekunder prosedur infasif (seperti fungsi lumbal ) atau alat alat
infasif (seperti alat alat pematau TIK).
MENIGITIS BAKTERIAL
Sampai saat ini bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe bacterial.
Bakteri

paling

sering di

meningitides(meningitis

jumpai

pada

meningitis

bakteri

akut

yaiti neiserrira

meningokokkus), streptococcus pneumoniae (pada

dewasa),dan haemophilus influenzae (pada anak anak dan dewasa muda). Dari ketiga
organisme ini jumlah sekitar 75% dari kasus kasus meningitis bakteri.

Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan secret
dari hidung dan tenggorik yang mambawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang
lain. Pada hasilnya , banyak yang tidak di kembangkan menjadi infeksi tetapi menjadi
carrier . insiden tertinggi pada meningitis di sebabkan oleh bakteri gram negative, yang
terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau
seseorang yang mengalami gangguan respon imun .
2. PATOFISIOLOGI

Meningitis bakteri di mulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti septicemia
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.faktor factor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain prosedur bedah saraf, trauma kepala dan pengaruh
imunologis.saluran vena yang melalui nasofaring posterior telinga bagian tengah,dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena meningen , semuanya ini penghubung
yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksiradang di dalam
meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan
penurunan aliran darah dan menyebabkan resksi radang di dalam meningen dan di bawah
daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen , vaskulitas
dan hipoperfusi.eksudat purulen dapat menyebar sampai ke dasar otak dan medulla
spialis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
di hubungkan dengan perubahan fisiologis intra cranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas darah , daerah pertahanan otak , edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis
infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan di
hubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan
nekrosis pembuluh darah yang di sebabkan oleh meningokokkus.
3. ETIOLOGI
a.

Meningitis selosa adalah radang selaput otak arakhnoid dan piameter yang di sertai cairan otak
yang di sertai cairan otak yang jernih . penyebab terserng adalah mycobacterium tuberkulosa.
penyebab lain seperti lues, virus toxoplasma gondhii, ricketsia.

b.

Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan parameter yang meliputi otak dan
medulla

spinalis.penyebabnya

antara

lain:

diplococcus

pneumoniae(pneumokok)

neisseria

neningitidis

(meningokok)

streptococcus

haemolyticus,

staphylococcus

aureus,haemophilus

influenzae, echerichia coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa.

4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot otot ekstensor
tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. tanda kernig dan brudzinsky positif
Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit.
Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit individu terhadap proses fisiologik.
Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak
response, dan koma.
Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
Rigiditas nukal (kaku leher)adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan menyebabkan nyeri
berat.
Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea
rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.
Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul; bila di
lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat
pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami fotofobia atau
sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi terjadi
sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK sekunder akibat
eksudat

purulen

dan

edema

serebral

terdiri dari

perubahan

karakteristik

tanda

tanda

vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan tidak teratur, sakit kepal muntah, dan
penrunan tingkat kesadaran.

Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi
pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura asmpai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus, dengan
tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura ynag menyebar(sekitar
wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati intravaskuler diseminata (KID).kematian
mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada cairan
serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi
antigen bakteri ada cairan tubuh,umumnya cairan serebrosnal dan urine.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksaan yang berhasil tergantung pada pemberian anti biotik yang melewati darah
barrier otak ke dalam ruang subarakhnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan nakteri. Cairan serebrospinal (CSS) dan darah perlu di kultur, dan terapi
antimikroba di lakukan segera . Dapat digunakan penisilin, ampisilin, atau khloramphenikol atau
satu jenis dari sepalosforins. Antibi edema serebral. otic lain di gunakan jika di ketahui
streinbakteri resisten. Pasien di pertahankan pada dosis besar antibiotic yang tepat perintravena.
Dehidrasi atau shock diobati dengan pemberian tambahan volume cairan. Kejang dapat
terjadi pada awal penyakit, di control dengan menggunakan diazepam atau fenitoin.diuretik
osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebral.

Meningitis Tuborkulosis Generalisata


Manifestasi Klinis
Penyakit ini di mulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,marah
marah, obstipasi muntahmuntah.
Dapat di temukan tandaperangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan
terdapat kaku kuduk dan tanda- tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun,
kadang kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil, yangseinrg di jumpai nadi yang
lambat selian itu terdapat hipertwnsi yang umum. Abdomen tampak mencengkung. Gangguan saraf
otak yang terjadi disebabkan tekanan eksundat pada saraf saraf ini. Yang sering terkena nervus III
dan IV. Terjadi apasia motoris atau sensoris, kejang vokal, monoparesis, hamiparesis, gangguan
sensibilitas. Tanda tanda khas penyakit ini adalah: apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks
refleks tendo yang lemah.

Pemeriksaan penunjang
1.

pemeriksaan darah:
dilakukan peeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endapa darah(LED),
kadar glukosa kuasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa di dapatkan juga peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
seosa didapatkan juga peningktan LED

2.

cairan otak: periksa lenkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis.


Pada meningitis serosa di eroleh hasil emeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun
mengandung sel dan jumlah protein ynagmeninggi

3.

pemeriksaan radiologist

foto dada

foto kepala, bila mungkin CT scan

MENINGITIS PURULENTA

MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda penting adalah demsm tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, kesadaran
menurun.

Pemeriksaan penunjang
1)

pemeriksaan darah:
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endapan darah
(LED),kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta di dapatkan peningktan leukosit dengan pergeseran kekiri pada hitung
jenis

2)

Cairan serebrospinalis : lengkap dan kultur


Pada meningitis purulenta, di peroleh hasil pemeriksan cairan serebrospinal yang keruh karenaq
mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang
mati dan bakteri.

3)

Pemeriksaan radiologis

Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.

Foto dada

MENINGITIS DALAM KONDISI LAIN

Meningitis pada AIDS.meningitis asepsis, kriptococcus, dan tuberkulosa di laporkan ada pada
pasien dengan AIDS.bentuk meningitis asepsis akut dankronik dapat terjadi pad AIDS, keduanya di
sertai dengan sakit kepela, tetapi tanda tanda iritasi meningen umumnya terjadi pad bentuk akut.
Meningitis asepsis dengan AIDS di sertai dengan kelumpuhan saraf cranial.Meningits diperkirakan
berhubungan dengan infeksi langsung pada sistem saraf pusat oleh HIV, keadaan ini terpisah dari
CSS.
Meningitis kriptokokkus merupakan infeksi jamur paling banyak pada sisitem saraf pusat
pasien dengan AIDS. Pasien dapat mengalami sakit kepala, mual, muntah, kejang, konfusi, akibat
respopns radang yang jelas terjadi pada pasien dengan kerja sama imun, yang lainnya
mengembangkan ciriciri yan tidak khas.
Pengobatan meningitis kriptokokkus di lakukan dengan pemberian amfoterisin B, yang di
gunakan dengan atau tanpa 5-flusitosin. Mempertahankan terapi dengan amfoterisin adalah untuk
mencegah ulanngan.
Meningitis ada penyakit iyeme adalah proses inflamasi multi-sistem yang di sebabkan oleh
sirokheta

borrelia

burgdorferi

yang

di

tularkan

kutu.

Keadaan

abnormalneurologis

di

hubungkan dengan penyakit yang terlihat pada tingkat lanjut(tingkat 2 dan 3).salah satu
karakteristik pada tingkat 2 adalah ruam atau dari 1 sampai 6 bulan setelah menghilang. Keadaan
abnormal neurologik di hubungkan dengan tingkat penyakt iyme ini mencakup meningitis asepsis.
Meningitis limfositik kronik ensefalitis.pasien pasien ini juga mengalami radang saraf saraf cranial
mencakup paralisis bell dan neuropati perifer lain. Tingkaat 3(bentuk kronik) di mulai
bertahuntahun seteklah infeksi kutu dan karakteristik yang muncul berupa arthritis, lesi kulit, dan
keadaan abnormal neurolologist berat.
Banyak pasien dengan penyakit iyme tingkat2 dan 3 diobati dengan antibiotic intravena,
biasanya penisilin,. Gejala-gejal meningitis dan sistemik akan muncul dan meningkat dalam
beberapa hari, walaupun gejala lain sepert I sakit kepala dan nyeri radikular muncul pada beberapa
minggu.

Asuhan keperawatan
Penkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat di lakukan antara lain
a.

AKTIVITASISTIRAHAT
GEJALA

:perasaan tidak enak (MALAISE).


Keterbatasan yang di timbulkan oleh kondisinya

TANDA

:Ataksia, masalahberjalan , kelumuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan


dalam rentang gerak.hipotonia.

b.

SIRKULASI

GEJALA

:adanya riwayat kardiopatologi, seerti endokarditis, beberapa penyakit jantung congenital, abses otak

TANDA

: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat(berhubungan dengan peningkatan
TIK dan pengaruh ada pusat Vasomotor). Takikardia, distritmia (pada fase akut), seperti distritmia
sinus(pada meningitis).

c.

ELIMINASI
TANDA

d.

:adanya inkontinensia dan/atau retensi

MAKANANCAIRAN

GEJALA

:kehilangan nafsu makan. Kesulitan menelan(pada periode akut).

TANDA

:anoreksia, muntah,. Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.


e.

HYGIENE
TANDA

f.
GEJALA

:ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut)

NYERI/KENYAMANAN

: sakit kepala(berdenyut dengan hebat frontal) mungkin akan di perburuk oleh ketegangan; leher/
punggung kaku; nyeri pad gerakan ocular fotsensitivitas,sakit; tenggorok nyeri.

TANDA

:tampak terus terjaga distraksi/ gelisah. Mengis mengaduh/mengeluh.


g.

PERNAPASAN
GEJALA

:Adanya riwayat infeksi sinus atau abses paruh(abses otak)

TANDA

:Penugkatan kerja pernasan(episode awal).perubahan mental(latergi sampai koma)

dan gelisah.

DIAGNOSA KEERAAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

Nyeri

berhubungan

dengan

agen

pencedera

biologis

adanya

proses

infeksi/

inflamasi.toksin dalam sirkulasi

Ansietas

berhubungan

kesehatan(keterlibatan otak)

dengan

ancaman

kematian/perubahan

dalam

status

Kurang engetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kesalahan interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif

INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL


EVALUASI

Melaorkan nyeri hilang atau terkontrol.

Menunjukkakan otur rileks dan mamu tidur/istirahat dengan tepat.


Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
Tamak rileks dan melaporkan ansietas berkurang samai ada tingkat dapat di atasi.
Mengungkakan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan pengobatan.

Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan
Diposkan oleh antok konzled di 01.31 Tidak ada komentar:

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir.
Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan
jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter).
Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter
melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan
terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem
saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari
sistem saraf pusat.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari
lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh
untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam
mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks.

Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang
atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya
akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls
diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah
otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung
dan kelenjar sebasea.
Secara garis besar sistem saraf mempunyai empat fungsi yaitu :
Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori
(Afferent Sensory Pathway).
Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak

untuk

selanjutnya menentukan jawaban (respon).


Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. (Depkes : 1995)

2. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan pengertian sampai pada
penatalaksanaan sistem persyarafan khususnya pada penyakit Meningitis.

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN

Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut
dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin
terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil.
Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin
mengakibatkan radang selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak
dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll.
Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan
cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)

2. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung
menyebar

di

nasofaring,

paru-paru

(pneumonia,

bronkopneumonia)

dan

jantung

(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput
otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi
kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi

pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke 2 sel-sel plasma. Eksudat
terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,
selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel
darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem
saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta
organisasi eksudat perineural yang fibrino purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales
(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat
aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
(Harsono : 1996)
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan
berbagai cara antara lain :
Hematogen atau limpatik
Perkontuinitatum
Retograd melalui saraf perifer
Langsung masuk cairan serebrospinal
Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang
berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut
meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :
Hyperemia Meningens
Edema jaringan otak
Eksudasi
Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan
tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat

(lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga
eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes : 1995)

3. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,
nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai
septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab
hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata.
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan
fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa
hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.
Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita.
Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala
digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal,
tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan
hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills). (Harsono :
1996)

TANDA DAN GEJALA

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema serebral /

penyumbatan

aliran darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
4. Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.
Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan
gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi,
foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
PENYEBAB
Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;
streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /
pembedahan atau injuri pada sistem persarafan.(Arief Mansjoer : 2000)
(Marilym E. Donges : 1999)

4. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium
Tuberculosa, Penyebab lain seperti Lues, Virus,Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis Purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi
otak

dan

medula

spinalis.

Penyebabnya

pneumoniae (pneumokok), Neisseria

antara

lain

: Diplococcus

meningitidis (meningokok),Streptococcus

haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia Coli, Klebsiella


pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Manifestasi Klinis

Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan
terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik
turun, kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi
yang lambat, abdomen nampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini.
Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.
Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleksrefleks tendo yang lemah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa
diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto data
- Foto kepala
- Bila mungkin CT Scan.
Penatalaksanaan
a. Medis
1. Rejimen terapi : 2 HRZE 7RH.
2 Bulan Pertama :

INH

: 1 x 400 mg / hari, oral

ampisin

: 1 x 600 mg / hari, oral

azinamid

: 15-30 mg / kg / hari, oral

eptomisin a/

: 15 mg / kg / hari, oral

mbutol

: 15-20 mg / kg / hari, oral.

roid diberikan untuk

nghambat reaksi inflamasi

ncegah komplikasi infeksi

nurunkan edema serebri

ncegah perlekatan

ncegah arteritis / infark otak.

dikasi

sadaran menurun

fisit neurologis fokal.

sis
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3
minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Disamping

tuberkulostatik

dapat

diberikan

rangkaian

pengobatan

dengan

deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara


araknoid dan otak.
Meningitis Purulenta
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan
kesadaran menurun.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan
peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.

2. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur


Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang
keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan
mati, jaringan yang mati dan bakteri.
3. Pemeriksaan Radiologis
- Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi
- Foto dada.
Penatalaksanaan
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif
untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan
terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut :
Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x / hari.
Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena.
Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer : 2000)

5. DIAGNOSIS PENUNJANG
Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan
sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan
meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada
setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan
gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui
sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak
didapatkan derita yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada
pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk
terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.
Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan
descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini
untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila
cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol
0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi

otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS
200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.
Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel
berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat
disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm 3 , maka kemungkinannya adalah
abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.
- Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)
- Tekanan meningkat
- Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat
- Protein meningkat
- Glukosa menurun
- None (+)
- Pandi (+).
b. Pemeriksaan Tambahan
- Darah lengkap, LED
- Kultur darah
- Foto kepala, thorax, vertebra
- Kultur Swab hidung dan tenggorokan
- EEG, CT Scan Otak. (Depkes : 1995)

6. PENATALAKSANAAN
Infeksi Intrakranial Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).
Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan
neurologis dan juga sampai terjadi kematian.
MEDIS
1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan
dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic

dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 14 hari atau sekurang-kurangnya 7


hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.
Kadang kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat
lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan parental
atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian
antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi
subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan
meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya
diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena.
Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang
lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus,
dan kuman-kuman gram negatif.
2. MANAJEMEN TERAPI
1). Isolasi
2). Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
3). Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema serebral)
4). Mencegah dan mengobati komplikasi
5). Mengontrol kejang
6). Mempertahankan ventrilasi
7). Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
8). Penatalaksanaan syok septik
9). Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996)

EMERIKSAAN DIAGNOSTIK

sa CSS dari fungsi lumbal :

Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Elektrolit darah : Abnormal.
ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).

enggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi

atau mengindikasikan tipe penyebab

infeksi.

I / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel;

hematom daerah

serebral, hemoragik atau tumor.


EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau

voltasenya

meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Testing Cerebral Function
Status mental
a. Pemeriksaan orientasi
Tanya klien tentang :

Nama Negara kita

Nama Ibukota Negara kita

Tempat tinggal

Tempat lahir

Alamat sekolah
Tanya klien tentang :

Hari apa

Tanggal berapa

Jam berapa

Bulan berapa

Tahun berapa
2. Pemeriksaan daya ingat
Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detik
Minta klien untuk menyebutkan nama benda.
3. Perhatian dan perhitungan
Tanya klien tentang perhitungan :
100-7:
93-7 :
86-7 :
79-7 :
72-7 :
4. Fungsi bahasa
Perlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebut
Minta orang coba untuk mengatakan jika tidak atau andai tetapi
Minta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke
temannya
Perlihatkan kertas perintah pada orang coba.
Tingkat kesadaran
1. Alert
Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual
Orientasi (orang, tempat,waktu) baik.
2. Lethargi
Sering tidur/ngantuk

Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara


Respon tepat.
3. Obtuned
Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya
Klien akan tidur lagi setelah bangun
Respon tepat.
4. Stuport
Ada respon terhadap nyeri
Klien tidak sadar penuh selama stimulasi
Withdrawl refleks.
5. Comatase
Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus
Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki.
Cara mengkaji kesadaran dengan menggunakan GCS
1. Respon Buka Mata, lakukanlah dengan cara memeriksa respon buka mata dengan urutan :

Dekati klien buka mata


Bila tidak buka mata, beri rangsangan suara/taltil
Bila tetap tidak buka mata beri cubitan
Bila dengan nyeri klien tidak buka mata.
2. Respon Motorik, lakukan dengan cara memerintah orang coba untuk mengangkat tangan
dengan urutan :
Bila langsung mengangkat tangan sesuai perintah
Bila tidak mengerti perintah, cubit salah satu bagian tangan, tangan tersebut

menghindar

mengenali nyeri lokal


Bila dengan cubitan seluruh tangan menghindar hanya mengenali nyeri
Bila tetap tidak berespon cubit bagian dada dekortikasai
Dengan cubitan decerebbrasi
Dengan nyeri tidak berespon.
3. Respon Bicara, Tanya orang coba melalui tahapan :

Beri pertanyaan komprehensif


Dengan pertanyaan sederhana orang coba bingung
Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang tidak sesuai
Hanya mengeluarkan suara erangan, hem,dll
Tidak berespon suara.
Pengkajian bicara
1. Pengkajian bicara Proses Resiptive
Kaji cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang
memerlukan jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca.
2. Pengkajian bicara Proses Expressive
Kemudian untuk mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien
lancar,spontan,jelas. Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi Efendi : 2005
MASALAH DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan
saraf pusat (meningitis, encephalitis, abses otak) serta intervensinya :
1. Potensial penyebaran infeksi
Kemungkinan penyebab :
-

Proses peradangan

Cairan tubuh yang statis

Daya tahan tubuh yang kurang.


Tujuan dan kriteria evaluasi
Sampai terjadi penyembuhan, infeksi sekunder tidak terjadi.
Intervensi Keperawatan
1. Isolasi klien

2. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik
itu

pengunjung maupun petugas

3. Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung
4. Observasi secara teratur tiap 4-6 jam suhu tubuh klien

5. Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang
menetap.
6. Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya
7. Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam
8. Observasi urine out put : warna, bau, jumlah.
Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun Intra thecal
b. Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan.
2. Gangguan perfusi serebral
Kemungkinan penyebab :
-

Hypovolemia

Udema serebral

Sirkulasi darah ke otak yang kurang


Tujuan / kriteria hasil

Kesadaran baik

Fungsi motorik dan sensorik baik

Tanda-tanda vital stabil

Nyeri kepala berkurang atau hilang

Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.


Intervensi Keperawatan

Klien bed rest dengan posisi terlentang atau posisi elevasi 15 450 sesuai indikasi.
Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik,
tekanan nadi yang meningkat, nadi, pernapasan yang tidak teratur

Monitor status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnya

Kaji adanya kaku kuduk, Twitching, iritabilitas dan kejang-kejang

Cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut dan bila
panas berikan kompres

Monitor intake dan out put, catat karakteristik urine, turgor kulit dan kondisi membran mukosa

Bantu klien menghindari batuk, muntah dan obstipasi. Anjurkan klien untuk merubah-rubah
posisinya

Ciptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung, lingkungan yang hangat,
sentuhan yang lembut dan hindarkan suara-suara yang keras

Berikan waktu untuk istirahat diantara aktivitas-aktivitas dan hindarkan prosedur yang terlalu
lama.

Tindakan Kolaboratif
a. Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan hipertonis.
b. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah
c. Kolaborasi pemberian oksigen
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti steroid, chlorpromazine, acetaminophen.
3. Potensial terjadinya trauma
Kemingkinan penyebab :
-

Kelelahan, paralise, parasthesia, ataxia, vertigo

Rangsangan kejang
Tujuan / kriteria hasil : tidak terjadi trauma.
Intervensi

Beri papan pengaman di sisi tempat tidur

Siapkan mesin penghisap lendir di sisi tempat tidur

Awasi klien selama terjadi kejang

Hindarkan penekanan pada tubuh selama terjadi kejang

Mempertahankan bed rest selama fase akut

Bantu klien dalam mobilisasi


Tindakan Kolaboratif

Kolaborasi pemberian terapi seperti dilantin dan luminal.


4. Perubahan rasa nyaman : Nyeri
Kemungkinan penyebab :

Proses peradangan / infeksi

Sirkulasi toxin
Tujuan / kriteria hasil

Nyeri berkurang atau hilang

Klien tampak relak

Klien dapat tidur dan istirahat dengan baik.


Intervensi

Ciptakan lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti

kebisingan,

cahaya yang berlebih / silau


-

Pertahankan tetap bed rest dan Bantu aktifitas sehari-hari

Berikan kompres dingin pada kepala dan dahi

Pertahankan posisi yang nyaman bagi klien

Lakukan massage pada daerah leher, otot bahu dan punggung

Gunakan penghangat di daerah leher dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang
dihangatkan.
Tindakan Kolaboratif

Kolaborasi pemberian analgesik seperti codein.


5. Perubahan / gangguan mobilitas fisik
Kemungkinan penyebab :
-

Kerusakan neuromuskular

Perubahan kognitif perceptual

Nyeri / discomfort

Bed rest
Tujuan / kriteria hasil

Tidak terjadi kontraktur, drop foot

Integritas kulit baik

Fungsi eliminasi baik

Kekuatan dan fungsi otot baik.


Intervensi

KULASI

Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

Rubah posisi klien setiap dua jam

Letakkan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila pasien kooperatif

Latih pasien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas

Gunakan penahan / foot board selama terjadi paralise kaki / tungkai

Jaga agar posisi kepala tetap seimbang dalam posisi terlentang

Evaluasi penggunaan alat-alat bantu selama paralise misalnya posisi foot board

Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta
gunakan alat untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjol

Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema
dan tanda-tanda lainnya

Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah

Bila pasien mulai duduk lakukan segera pengukuran tanda-tanda vital

Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif

Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan
baik.
Tindakan Kolaboratif

a. Konsultasi dengan Fisioterapi bila pasien menolak untuk melakukan aktifitas


b. Kaji kemungkinan pemasangan alat elektrik untuk stimulasi sesuai dengan indikasi
c. Beri obat-obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program
pengobatan. (Depkes : 1995)
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala :

Perasaan tidak enak (malaise).


Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.

Tanda :

Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.


Hipotonia.

a:

a:

Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa


Penyakit jantung kongenital (abses otak).
Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor).
Takikardia, disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis).

MINASI

a:

Adanya inkontinensia dan / atau retensi.

ANAN / CAIRAN

a:

a:

Kehilangan nafsu makan.


Kesulitan menelan (pada periode akut).
Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

IENE

a:

Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada


periode akut).

ROSENSORI

a:

a:

Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya


berat).
Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan
pada saraf kranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri (mengitis). Timbul
kejang
(meningitis bakteri atau abses otak).
Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi).
Fotofobia (pada meningitis).
Ketulian (pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.
Status mental / tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang
berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik (ensefalitis).

Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala
berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial).
Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan
TIK), nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus).
Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi motorik
dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).
Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami
hipotonia / flaksid paralisis (pada fase akut meningitis), spastik (ensefalitis).
Hemiparese atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis).
Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi
meningeal (fase akut).
Rigiditas nukal (iritasi meningeal).
Refleks tendon dalam: terganggu, Babinski positif.
Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki (meningitis).

RI / KENYAMANAN

a:

a:

Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan


diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada gerakan okular,
fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri.
Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis /
mengaduh / mengeluh.

NAPASAN

a:

Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).

a:

Peningkatan kerja pernapasan (episode awal).


Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.

MANAN

a:

Adanya riwayat infeksi saluran napas atas / infeksi lain, meliputi:


mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.

a:

Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
Gangguan penglihatan / pendengaran.
Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.
Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.
Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis.
Gangguan sensasi.

YULUHAN / PEMBELAJARAN

a:

mbangan

Adanya riwayat menggunakan obat (abses otak).


Hipersensitif terhadap obat (meningitis non-bakteri).
Masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkololisme, diabetes
melitus, splenektomi, implantasi pirau ventrikel.
DRG menunjukkan rerata lama perawatan : 8,4 hari.

ana pemulangan :

oleh :

KAN /

Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan
mempertahankan tugas / pekerjaan rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP,
(PENYEBARAN)
Diseminata hematogen dari patogen.
Stasis cairan tubuh.
Penekanan respons inflamasi (akibat-obat).
Pemajanan orang lain terhadap patogen.
(tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN :


SEREBRAL, RISIKO TERHADAP

Faktor risiko meliputi :

Edema serebral yang mengubah/menghentikan

aliran darah arteri / vena.


Hipovolemia.
Masalah pertukaran pada tingkat seluler (asidosis).
Kemungkinan dibuktikan oleh :

(Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda

dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

KAN /

Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya /


membaik dan fungsi motorik / sensorik.
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
Melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala.
Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.

TAN :

TRAUMA, RISIKO TINGGI TERHADAP


Iritasi korteks serebral mempredisposisikan
muatan neural dan aktivitas kejang umum.
Keterlibatan area lokal (kejang lokal).
Kelemahan umum, paralisis parestesia.
Ataksia, vertigo.

eh :

(TIdak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda


dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

KAN /

Tidak mengalami kejang / penyerta atau


cedera lain.

TAN :
:

eh :

NYERI, (AKUT)
Agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi / inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Melaporkan sakit kepala, fotofobia, nyeri otot/
sakit punggung.

KAN /

TAN :

eh :

Perilaku distraksi : menangis, meringis, gelisah.


Perilaku berlindung, memilih posisi yang khas.
Tegangan muskuler; wajah menahan nyeri, pucat.
Perubahan tanda-tanda vital.
Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur /
istirahat dengan tepat.

MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN


Kerusakan neuromuskuler, penurunan ke
kuatan / ketahanan.
Kerusakan persepsi / kognitif.
Nyeri / ketidaknyamanan.
Terapi pembatasan (tirah baring).
Enggan mengusahakan gerakan.
Diposkan 1st December 2011 oleh AMRI MULIADI

You might also like