Professional Documents
Culture Documents
Hipertensi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh:
Elza Prima Prayoga
209.121.0009
patofisiologi,
manifestasi
klinis,
diagnosis,
dan
manajemen
penatalaksanaannya.
Saya menyadari dalam makalah ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu saya dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar ini saya buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
6
7
7
8
8
9
10
11
13
19
BAB V
PENUTUP.................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat barat, tekanan darah (TD) meningkat sesuai dengan umur
dan distribusi nilai TD ini dalam masyarakat merupakan variabel kontinyu dimana
rentang normal didefinisikan sebagai nilai ujung dan nilai yang lebih tinggi atau
keadaan hipertensi awal. Pentingnya batasan hipertensi muncul dari angka morbiditas
yang berhubungan dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien biasanya
menunjukan
gejala
dan
diagnosis
hipertensi
selalu
dihubungkan
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
Klas.Tekanan Darah
Normal
2.2
TDS (mmHG)
<120
TDD (mmHg)
<80
Prahipertensi
120-139
80-89
Hipertensi Stage I
140-159
90-99
Hipertensi Stage II
160
100
Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi lanjut
usia, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga, dimana
hipertensi sistolik maupun hipertensi sistolik diastolik sering timbul pada usia >60
tahun. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III
tahun 1989-1991.Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.
2.3
Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak,
atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang kunang dan pusing
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.4
Pemeriksaan Penunjang
bertujuan untuk menentukkan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium , natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat
dilakukan pemeriksaan yang lain seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam,
asam urat, kolesterol HDL,dan EKG.
2.5
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan
yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Pengukuran pertama harus dikonfirmasikan pada sedikitnya 2 kunjungan lagi
dalam waktu satu sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan darah dilakukan
dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah pasien beristirahat selama 5
menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai.
Anamnesis yang dilakukan meliputi
tingkat hipertensi dan lamanya
menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat
riwayat penyakit dalam keluarga dan gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan merokok, konsumsi
makanan, riwayat obat-obatan bebas, faktor lingkungan, pekerjaan, psikososial
dsb.
2.6
Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktor- faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :
1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, genetik
2. sistem syaraf simpatis
a. tonus simpatis
b. variasi diurnal
3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos
dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir.
4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system renin,
angiotensin, dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah
Jantung x Tekanan Perifer.14
2.7
b.
c.
gagal jantung
2. otak
strok atau transient ischemic attack
3. penyakit ginjal kronis
4. penyakit arteri perifer
5. retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut
dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1
angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase,
dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
Pengobatan
Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :
10
a.
b.
c.
resiko,
serta
penyakit
penyerta
lainnya.Adapun
terapi
nonfarmakologis sbb:
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berata badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oelh JNC 7 adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang dan yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah
belum mancapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis
11
obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi yang lain dengan dosis rendah baik
tunggal maupun kombinasi. Kombinasi yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah
: diuretika dan ACEI atau ARB, CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan
diuretika, ARB dan BB,kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 ANAMNESA
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. Z
Umur
: 50 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: buruh pabrik
Alamat
: Kebakkramat
No. CM
: 01005325
Tanggal Masuk
: 24 Desember 2014
12
disangkal
c.Riwayat stroke
: disangkal
d. Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
g. Riwayat alergi
: disangkal
h. Riwayat mondok
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
e.
: disangkal
: disangkal
: (+)
13
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
7. Riwayat Gizi
Sebelum sakit pasien makan teratur 3 kali sehari, tidak pernah telat,
sebanyak masing-masing 1 piring nasi, sayur-sayuran dengan lauk pauk tahu
dan tempe, daging kadang-kadang. Dalam sehari penderita minum kurang
lebih 2-3 liter. Nafsu makan pasien tidak menurun.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang janda pensiunan PNS. Pasien mempunyai 3 orang
anak kandung, 1 diantaranya sudah bekerja. Sehari hari pasien tidur di
rumah salah satu anaknya yang sudah bekerja. Pasien adalah pedagang
pakaian di Pasar Klewer.
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
A.
Keadaan Umum
Tanda Vital
Status Gizi
BB 50 kg
TB 159 cm
C.
Kulit
D.
E.
Kepala
Mata
14
Telinga
G.
Hidung
Mulut
penghidu baik
Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal
H.
(+), bibir
kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
I.
Leher
J.
Thorax
Perkusi
Auskultasi
(-). Bunyi
15
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
K.
Punggung
L.
Abdomen :
Inspeksi
Auscultasi
Perkusi
Palpasi
Genitourinaria
N.
Ekstremitas
Odem
_ _
_ _
3.3 DIAGNOSIS
HIPERTENSI STAGE II
3.4 TUJUAN PENGOBATAN
1
16
Medikamentosa
R/ HCT tab mg 25 No.XIV
S 1 dd tab 1 mane
R/ Captopril tab mg 12.5 No.XXVIII
S 2 dd tab 1 ac
Pro: Tn.Z (50 tahun)
17
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
Hipertensi Stage II pada kasus ini ditegakkan atas dasar tekanan darah pasien
yang mencapai 170/100 mmHg. Untuk terapi medikamentosa berdasarkan algoritme
pengobatan Hipertensi :
Modifikasi gaya hidup
HT
Stage I terutama
thiazid. Boleh
ACE inhibitor,
AIRA, ARB,
Blocker, Ca
antagonis, atau
kombinasi
HT Stage II
2 kombinasi obat atau
lebih ( tiazid + ACE
inhibitor/AIRA/
Blocker, Ca antagonis)
18
Optimalkan dosis atau tambah obat lain
termasuk
golongan
diuretik
yang
dapat
meningkatkan
pengeluaran garam dan air oleh ginjal sehingga volume darah dan tekanan darah juga
menurun, selain itu diperkirakan juga berpengaruh langsung terhadap dinding
pembuluh darah, yaitu berupa penurunan Na, yang membuat dinding lebih kebal
terhadap noradrenalin, efek hipotensinya relatif ringan dan termasuk obat hipertensi
pilihan utama. Sebagai terapi tahap kedua dengan Captopril Tablet 12,5 mg 2 kali
sehari, obat ini termasuk ACE inhibitor yang mempunyai efek menghambat
pembentukan AT II sehigga terjadi vasodilatasi, berkurangnya retensi garam dan air.
19
BAB V
KESIMPULAN
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi
farmakologis. Adapun terapi nonfarmakologis antara lain: menghentikkan
merokok, menurunkan berata badan yang berlebihan, menurunkan konsumsi
alkohol yang berlebihan, latihan fisik, menurunkan asupan garam, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur, dan menurunkan asupan lemak. Sedangkan jenis-jenis
obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oelh
JNC 7 adalah : golongan diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone
antagonist; beta bloker (BB); Calcium Channel Blocker atau Calcium
Antagonist; Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor); dan
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
20
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta
Kedokteran, edisi 3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 518-522
Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Supandiman, I., Fadjari, H. 2006. Anemia pada Penyakit Kronik. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 651-652
Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati,
S. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614
21