You are on page 1of 7

1

ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. A

Umur

: 30 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Dinoyo - Malang

Suku

: Jawa

II. ANAMNESIS
A.

Keluhan Utama
Sesak nafas

B.

Riwayat Penyakit Sekarang


Penderita datang dengan sering mengeluh sesak nafas yang sering kambuh
apabila terkena debu rumah dan pasien merupakan perokok berat. Pasien juga
mengeluh batuk batuk berdahak apabila sesak nafasnya kambuh. Meskipun tidak
setiap hari kambuh, dalam satu minggu kekambuhan bisa terjadi satu sampai dua kali.
Dalam satu bulan bisa terjadi 2 sampai 3 kali sesak. Pada malam hari kadang tidurnya
terganggu. Saat sesak kambuh nafasnya bunyi ngik ngik.
Pasien mengaku sesaknya dialami sejak 5 th yang lalu dan sering kambuh.
Pasien mengkonsumsi obat isuprel.

C.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat darah tinggi

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat sakit ginjal

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat transfusi

: disangkal

D.

Riwayat Kebiasaan
-

Riwayat minum obat-obatan bebas : disangkal

Riwayat minum jamu

: disangkal

Riwayat minum alkohol

: disangkal

Riwayat merokok

: (+) sejak SMA , 4-6 batang per hari

E.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit jantung

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat asma bronkiale

: ayah sakit asma

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat sakit kuning

: disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi

: disangkal

F. Riwayat Lingkungan Sosial dan Asupan Gizi


Penderita adalah seorang laki-laki dengan seorang istri dan 1 orang anak.
Penderita adalah seorang swasta Malang. Sedangkan istri pasien adalah ibu rumah
tangga. Kehidupan sosial dengan keluarga dan tetangga baik, tidak ada masalah.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum

: tampak sesak, kesadaran compos mentis ( GCS E4V5M6),

status gizi kesan normal


-

Berat badan
Tinggi badan

: 50 kg
: 160 cm

B. Tanda vital
Tekanan Darah

: 140/10 mmHg

Nadi

: 88 x/menit,

RR

: 25 x/menit

Suhu

: 36,70C per axiller

C. Kulit

: warna sawo matang, lembab, ujud kelainan

kulit (-), uji

turniquet (-)
D. Kepala

: bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut

E. Mata

: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya


(+/+), pupil isokor
cekung (-/-)

(3 mm/ 3 mm), bulat, di tengah, mata

F. Hidung

: nafas cuping hidung (+/+), sekret (-/-)

G. Mulut

: bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa basah (+)

H. Telinga

: sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)

I. Tenggorok

: uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1 T1,

J.

: kelenjar getah bening tidak membesar

Leher

K. Thorax
Normochest, simetris, pernapasan thorakoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-),
pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi :
batas kiri atas
: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial Linea Medio Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra
(batas jantung terkesan normal)
Auskultasi: Bunyi jantung III intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi
: pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi
:
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi

: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan :


Ronchi

Wheezing
-

+
+
+

+
+
+

Dinamis (depan dan belakang)


Inspeksi
: pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi
:
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi

: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan :

Ronchi

Wheezing
-

+
+
+

+
+
+

L. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi

: peristaltik (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: hepar/lien tak teraba, turgor kulit baik

M. Ekstremitas

Akral dingin

Oedema

Sianosis ujung jari


-

Capilary refill time< 2 detik

IV. DIAGNOSIS KERJA


Asma bronchiale

1. IDENTIFIKASI MASALAH PASIEN


Pasien mengalami Asma bronkial derajat persisten ringan yaitu kondisi medis di
mana terjadi peningkatan respiratory rate sehingga pasien merasa sesak.
Derajat asma Gejala

Gejala

Faal paru

malam
Intermitten

Bulanan
-

APE80%
Gejala<1x

/minggu.
-

2 kali

sebulan

% nilai prediksi APE80%

Tanpa
gejala diluar serangan.

VEP180
nilai terbaik.

Variabiliti

Serangan

APE<20%.

singkat.

Persisten

Mingguan

APE>80%

ringan
-

Gejala>1x
/minggu tetapi<1x/hari.

>2 kali
sebulan

% nilai prediksi APE80%

Serangan

nilai terbaik.

dapat mengganggu aktifiti

dan tidur
Harian

Persisten

VEP180

Variabiliti
APE 20-30%.
APE 60-80%

sedang
-

Gejala
setiap hari.

>2 kali

sebulan

60-80% nilai prediksi

Serangan

APE

mengganggu aktifiti dan

60-80%

nilai

terbaik.

tidur.
-

VEP1

Membutu

Variabiliti
APE>30%.

hkan bronkodilator setiap


hari.
Kontinyu

Persisten

APE 60%

berat
-

Gejala

Sering

terus menerus
-

% nilai prediksi
Sering

kambuh
-

VEP160
APE60% nilai

Aktifiti

terbaik
Variabiliti

APE>30%

fisik terbatas

Sesak nafas bunyi ngik ngik


Batuk berdahak
Saat tidur tidak bisa nyenyak karena nafasnya tidak membuatnya nyaman.
Pasien merupakan perokok

2. TUJUAN TERAPI
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

2. Mengurangi batuk.
3. Memberi edukasi kepada pasien untuk berhenti merokok.
3. MENENTUKAN P-TREATMENT
Untuk menentukan P Treatment, perlu diketahui aturan pemberian terapi asma bronkial
sesuai dengan derajat penyakit. Obat yang digunakan dalam melakukan terapi asma
sesuai derajat penyakit antara lain:

Yang termasuk obat asma:


a.

Agonis 2 adrenergik
Obat ini punya efek anti bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan feneterol
memiliki lama kerja 4 6 jam, sedangkan agonis 2 long-acting bekerja lebih
dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain.

b.

Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan denagn
konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.

c.

Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus instrinsik dari saluran nafas

d.

Kortikosteroid

e.

Natrium Kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non


steroid.

f.

Obat lain: Adrenalin dapat diberikan pada serangan asma yang tidak tersedia
2-agonis. Sedangkan antikolinergik berfungsi sebagai bronkodilator pada
serangan asma, namun kerjanya tidak terlalu poten dibandingkan 2-agonis kerja
cepat. Sebagai pengendali asma juga terdapat golongan antihistamin seperti
ketotifen. Obat asma yang relatif baru adalah leukotriene modifiers yang
mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase sehingga memblok sintesis
leukotrien dan memblok reseptor leukotrien. Saat ini yang beredar di Indonesia
adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien) (PDPI, 2004).

You might also like