You are on page 1of 20

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 69 TH DENGAN ENCEFALOPATI METABOLIK


EC. KOMA HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh :
dr. Fenda Adita

Pembimbing :
dr. Heru Setiono
dr. M. Najib, Sp.S
dr. Rusnandar, Sp.PD, FINASIM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOEPRAPTO CEPU


BLORA
2014

Kasus 1
Topik

: Encefalopati Metabolik ec. Koma Hipoglikemia

Tanggal (Kasus)

: 8 April 2014

Persenter

Tanggal Presentasi

: 28 April 2014

Pendamping : dr. Heru Setiyono

Tempat Presentasi

: Ruang Komdik RSU dr. Soeprapto, Cepu

Obyektif Presentasi

: dr. Fenda Adita

Keilmuan
Diagnostik dan Manajemen
Dewasa-Lansia
Deskripsi: Wanita 69 tahun tidak sadar, keringat dingin sejak 2 hari
Tujuan: mendiagnosis dan memberikan penganganan yang tepat pada
pasien dengan Encefalopati Metabolik ec Koma Hipoglikemia

Bahan Bahasan

: Tinjauan Pustaka

Cara Membahas

: Presentasi dan Diskusi

STATUS PASIEN

A. ANAMNESA
1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Umur

: 69 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Karangboyo, Cepu

No. RM

: 076244

Masuk RS

: 21 April 2014

Pemeriksaan

: 21-28 April 2014

2. Keluhan Utama
Tidak sadar
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Cepu diantar keluarga dengan keluhan
tidak sadar sejak 36 jam yang lalu. Keluarga mengira pasien hanya tidak
mau makan. Pasien tidak muntah maupun nyeri kepala sebelumnya. Saat
dirumah, pasien tidak bisa dibangunkan, serta mengorok. Sebelumnya
pasien tidak ada demam, sakit kepala, kejang, kelemahan satu sisi, bicara
pelo, sesak napas, nyeri dada, batuk, dan trauma.
7 hari SMRS pasien mondok di RSUD Cepu karena penyakit gula.
Mendapat suntikan dan obat minum. Pasien minum obat Metformin saat
dipulangkan dari RS. Namun, selama dirumah, pasien susah makan dan
minum. Semakin hari kondisi pasien semakin lemah.
Sejak 5 tahun yang lalu, pasien rutin kontrol ke RSUD karena
penyakit gula. Pasien sering kencing pada malam hari. Pasien juga sering
minum, namun porsi makan tetap. Pasien kadang mengeluhkan rasa
kesemutan di kedua kaki. Pasien tidak mengeluhkan pusing maupun
pandangan mata menjadi buram. Gula darah pasien tidak stabil. Keluarga

bercerita biasanya gula darah pasien sekitar 250-300 selama ini. Pasien
tidak pernah mengalami kelemahan tangan maupun kaki, nyeri dada,
maupun sesak napas selama 5 tahun ini.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. R. Sakit gula

: (+) sejak 10 tahun yang lalu rutin berobat ke


Poli penyakit dalam RSUD Cepu

b. R. Sakit serupa : disangkal


c. R. Tensi tinggi

: disangkal

d. R. Asma

: disangkal

e. R. Alergi

: disangkal

f. R. Mondok

: disangkal

5. Riwayat Penyakit keluarga


a. R. Sakit jantung

: disangkal

b. R. Stroke

: disangkal

c. R. Tensi Tinggi

: disangkal

d. R. Sakit Gula

: disangkal

e. R. Asma

: disangkal

6. Riwayat Kebiasaan
a. R. Merokok

: pasien tidak pernah merokok

b. R. Olahraga

: jarang olahraga

c. R. Minum alkohol

: disangkal

d. R. Minum jamu

: disangkal

7. Riwayat Status Gizi


Sebelum mondok di RSUD seminggu yang lalu, pasien biasa
makan tiga kali sehari dengan nasi kurang dari 1 piring, lauk pauk, tahu,

tempe, jarang makan daging ayam. Penderita minum air putih kurang lebih
5-6 gelas perhari.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Di rumah tinggal dengan
anak dan cucunya. Pasien membayar biaya rumah sakit dengan BPJS.
9. Anamnesa Sistemik
Keluhan utama

: Tidak sadar

Kepala

: pusing (-), nggliyer (-), jejas (-)

Leher

: kaku (-)

Mata

: pandangan

kabur

(-),

mata

kuning

(-),

pandangan dobel (-), berkunang-kunang (-)


Hidung

: pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)

Telinga

: pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-),


berdenging (-)

Mulut

: mulut terasa kering (-), bibir biru (-), sariawan


(-), gusi berdarah (-), gigi berlubang (-), bibir
pecah-pecah (-)

Tenggorokan

: sakit telan (-), serak (-), gatal (-)

Respirasi

: batuk (-), dahak (-) berwarna putih, batuk darah


(-), mengi (-)

Cardiovaskuler

: keringat dingin (+), Berdebar-debar (-), lemas


(-), nyeri dada (-), pingsan (-), kaki bengkak
(-),berdebar-debar (-)

Gastrointestinal

: mual (+) saat serangan, muntah (-), perut terasa


panas (-), kembung (-) saat serangan, sebah (-),
mbeseseg (-), nafsu makan menurun (-), perut
membesar (-), muntah darah (-), BAB warna
hitam (-), BAB darah lendir (-), BAB sulit (-),
ambeien (-)

Genitourinaria

: sering kencing (+) sebelum mondok RS, BAK


warna seperti teh (-), BAK warna merah (-),
nyeri saat BAK (-), kencing sedikit (-)

Muskuloskeletal

: kesemutan (+), nyeri otot (-), nyeri sendi (-),


bengkak sendi (-),

Extremitas

: atas

: pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-),


luka (-/-), terasa dingin (+/+)

bawah : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-),


luka (-/-), terasa dingin (+/+)
Kulit

: kering (-), gatal (-), luka (-), pucat (-), kuning


(-), kebiruan (-)

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital

: tampak koma, gizi kesan obesitas

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Nadi

: 86x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup,


elastisitas keras

Pernafasan

: 21x/menit

Suhu

: 35.8 0C per axiller

3. Status Gizi
Berat Badan

: 75 kg

Tinggi Badan : 156 cm


BMI

: 32, 46 kg/m2 kesan normoweight

4. Kulit

: Warna coklat, pucat (-), turgor menurun (-)

5. Kepala

: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam

6. Wajah

: Moon face (-)

7. Mata

: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

dengan diameter (5 mm/5 mm), reflek cahaya (+/+), edema


palpebra (-/-)
8. Telinga

: Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan


mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)

9. Hidung

: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi


penghidu baik

10. Mulut

: Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-),
stomatitis (-)

11. Leher

: JVP R+2 cm, trakhea di tengah, simetris, pembesaran


pembesaran limfonodi cervical (-), distensi vena-vena leher
(-), tiroid normal.

12. Limfonodi

: kelenjar limfe retroaurikuler, submandibuler,


servikalis, supraklavikularis, aksilaris dan inguinalis tidak
membesar

13. Thorax

: Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan


= kiri, retraksi intercostal (-/-)

14. Jantung
Inspeksi

: iktus

cordis

tidak

tampak,

pulsasi

parasternal,

precardial, dan epigastrium tidak tampak


Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat, teraba di spatium


intercostale V, 1 cm di medial linea mid clavicularis
sinistra

Perkusi

: batas jantung:

kanan atas

: SIC II linea parasternal kanan

kanan bawah

: SIC IV linea parasternal kanan

kiri atas

: SIC II linea parasternal kiri

kiri bawah

: SIC V 1 cm medial linea midclavicula sinistra

Pinggang jantung

: SIC III linea parastrenal kiri

Kesan

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: Heart Rate 116 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II


intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-),
ekstrasistol (-)

15. Pulmo :
Depan
Inspeksi

Statis

: normochest, simetris, sela iga tidak melebar,

iga tidak melebar


Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga
tidak
Palpasi

Statis

melebar, retraksi

interkostalis

(-),

retraksi supraklavikula (-).


: Simetris

Dinamis : pergerakan kanan = kiri,


Perkusi

Kanan

fremitus raba kiri = kanan


: Sonor, batas relatif paru hepar

Kiri

: Sonor

Auskultasi Kanan

: suara dasar vesikuler (+) normal, suara


tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (-),

Kiri

ronki basah halus (+) di basal paru


: suara dasar vesikuler (+) normal, suara
tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (-),
ronki basah halus (+) di basal paru

Belakang
Inspeksi

Statis

: normochest,

simetris,

sela

iga

tidak

melebar, retraksi (-)


Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga
Palpasi

Perkusi

tidak melebar, retraksi intercostalis (-)


Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kiri =
Kanan

kanan
: Sonor, sampai batas paru hepar di vertebra
thorax IX
Peranjakan diafragma 1 cm

Kiri

: Sonor, sampai batas paru lambung di vertebra

thorax X
Auskultasi Kanan

Peranjakan diafragma 1 cm
: suara dasar vesikuler (+) normal, suara
tambahan wheezing (-) ronki basah kasar (-),
ronki basah halus (+) di basal paru.
: suara dasar vesikuler (+) normal, suara

Kiri

tambahan wheezing(-), ronki basah kasar (-),


ronki basah halus (+) di basal paru.
16. Abdomen
Inspeksi

dinding perut<dinding dada, distended (-)

Auskultasi

peristaltik (+) normal

Perkusi

: tympani, ascites (-), pekak alih (-), pekak sisi (-),


undulasi (-)

Palpasi

supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

17. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-), bengkak
scrotum (-).
18. Ekstremitas

Extremitas superior Extremitas inferior


Dextra
Sinistra Dextra
Sinistra
Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
+
+
+
+

Status Neurologis
Skala Koma Glasgow : E1

M1

V1

Pupil
Ukuran

: 5 mm/5 mm

Bentuk

: Bulat/Bulat

Refleks Cahaya Langsung

: +/+

Refleks Cahaya Konsensual : +/+


Konvergensi

: +/+

Isokorik

: Ya

Tanda Rangsang Meningeal


Kaku Kuduk

: negatif

Bruzinsky I

: negatif

Bruzinsky II

: negatif

Laseque

: > 70o / > 70o, Nyeri negatif/negatif

Kernique

: > 135o / > 135o, Nyeri negatif/negatif

Saraf Kranialis : sulit dievaluasi


Motorik
Ekstremitas atas :
Tonus : eutoni/eutoni
Trofi : atrofi negatif/atrofi negatif
Kekuatan

-Lengan atas

: sde/sde

-Lengan bawah

: sde/sde

-Pergelangan tangan : sde/sde


-Jari tangan

: sde/sde

Ekstremitas bawah :
Tonus : eutoni/eutoni
Trofi : atrofi negatif/atrofi negatif
Kekuatan

-Tungkai atas

: sde/sde

-Tungkai bawah

: sde/sde

-Pergelangan kaki

: sde/sde

-Jari kaki

: sde/sde

Refleks Fisiologis :
Biceps

: +2/+2

Triceps

: +2/+2

Patella

: +2/+2

Achilles

: +2/+2

Refleks Patologis
Hoffman-tromer

: negatif/negatif

Babinsky

: negatif/positif

Chaddock

: negatif/negatif

Schaeffer

: negatif/negatif

Oppenheim

: negatif/negatif

Gordon

: negatif/negatif

Mendel Bechterew

: negatif/negatif

Sensorik :
Eksteroseptif
Raba : sulit dievaluasi
Nyeri : sulit dievaluasi
Suhu : sulit dievaluasi
Propioseptif, koordinasi, fungsi luhur sulit dievaluasi

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
RUTIN
Hb
HCT
AL

SATUAN
21/4/2014 06/1/2014
12,8
g/dl
38,9

8,7
103/l

RUJUKAN
12.3 - 15.3
35-47
4.0 11.3

AT
AE
Gol.darah ABO
KIMIA KLINIK
GDS
SGOT
SGPT
Kreatinin
Ureum
Asam urat
Kolest. Total
HDL-Kolesterol
LDL-Kolesterol
Trigliserid

322
3,77
B
32
36
24
0,8
22,8
6,6
97
47
93
38

268

103/l
106/l

150 450
4.1 -5.1

mg/dL
U/L
U/L
mg/dL
mg/dL
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl

80 140
0 35
0 45
0,7 - 1,3
< 50
2.4 - 6.1
50 200
37 92
88 201
<150

D. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Cepu diantar keluarga dengan keluhan
tidak sadar sejak 36 jam yang lalu. Pasien tidak muntah maupun nyeri kepala
sebelumnya. Saat dirumah, pasien tidak bisa dibangunkan, serta mengorok. 7
hari SMRS pasien mondok di RSUD Cepu karena penyakit gula. Mendapat
suntikan dan obat minum. Pasien minum obat Metformin saat dipulangkan
dari RS. Namun, selama dirumah, pasien susah makan dan minum. Semakin
hari kondisi pasien semakin lemah. Sejak 5 tahun yang lalu, pasien rutin
kontrol ke RSUD karena penyakit gula. Pasien sering kencing pada malam
hari. Pasien juga sering minum, namun porsi makan tetap. Pasien kadang
mengeluhkan rasa kesemutan di kedua kaki.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi 100/60, Nadi = 86 x/ menit,
RR= 21x/menit suhu badan 35,8oC. BMI: 32,46 kg/m2. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan GDS 32mg/dl (di IGD)
E. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.

Stroke Hemoragik
Sroke Non Hemoragik

F. DIAGNOSIS
Encefalopati Metabolik ec Koma Hipoglikemia
G. TERAPI
1. Non Medikamentosa
a. Bed rest ICU
b. Oksigen 3 lt/ menit
c. Diet cair 1700 Kkal via NGT
2. Medikamentosa
a. Infus D40% 2 flash, lanjut D10 28 tpm
b. Inj dexamethasone 1 amp/8jam
c. Inj Citicoline 250 mg/12jam
H. PLANNING
1. Monitoring KU/VS
2. Monitoring GDS/4 jam
3. CT Scan kepala tanpa contras

H. PROGNOSA
Ad vitam

: dubia ad malam

Ad sanam

: dubia ad malam

Ad fungsionam : dubia ad malam


I.

MONITORING BANGSAL
22 / 04 / 14
-

Vital sign
TD : 101/63 mmHg
HR : 96x/menit
RR : 21x/menit
t : 37,1oC

23/ 04 / 14

Vital sign
TD : 120/65 mmHg
HR : 89x/menit
RR : 20x/menit
t : 37,1oC

24 / 04 / 14

Vital sign
TD : 107/56 mmHg
HR : 99x/menit
RR : 29x/menit
t : 37,2oC

Dx
Tx

GCS E1 V1 M1

GCS E1 V1 M1

GCS E1 V1 M1

Koma Hipoglikemia
IVFD RL 20 tpm
O2 3 lpm
Diet cair via NGT
Inj Citiccoline 2x250mg
Inj Novorapid 4-4-4 SC
Inf Meropenem 1x1gr

Koma Hipoglikemia
IVFD RL 20 tpm
O2 3 lpm
Diet cair via NGT
Inj Citiccoline 2x250mg
Inj Novorapid 4-4-4 SC
Inf Meropenem 1x1gr

Koma Hipoglikemia
IVFD RL 20 tpm
O2 3 lpm
Diet cair via NGT
Inj Citiccoline 2x250mg
Inj Novorapid 4-4-4 SC
Inf Meropenem 1x1gr

GDS/4 jam
Monitoring KUVS

GDS/4 jam
Monitoring KUVS

26/ 04 / 14

27 / 04 / 14

Plan CT Scan masih menunggu


keputusan keluarga
GDS/4jam
Monitoring KUVS

25 / 04 / 14
-

Vital sign
TD : 108/67 mmHg
HR : 86x/menit
RR : 21x/menit
t : 36,1oC
GCS E1 V2 M2

Vital sign
TD : 113/65 mmHg
HR : 89x/menit
RR : 20x/menit
t : 36,7oC
GCS E1 V2 M3

Vital sign
TD : 102/66 mmHg
HR : 99x/menit
RR : 27x/menit
t : 37,2oC
GCS E1 V2 M4

Dx

Koma Hipoglikemia

Tx

IVFD RL 20 tpm
O2 3 lpm
Diet cair via NGT
Inj Citiccoline 2x250mg
Inj Novorapid 4-4-4 SC
Inf Meropenem 1x1gr

Encephalopati Metabolik
ec Koma Hipoglikemia
IVFD RL 20 tpm
O2 3 lpm
Diet cair via NGT
Inj Citiccoline 2x250mg
Inj Novorapid 4-4-4 SC
Inf Meropenem 1x1gr

Encephalopati Metabolik
ec Koma Hipoglikemia
IVFD RL 20 tpm
O2 3 lpm
Diet cair via NGT
Inj Citiccoline 2x250mg
Inj Novorapid 4-4-4 SC

GDS/4 jam

GDS/4 jam

Plan GDS/4 jam

Monitoring KUVS

Monitoring KUVS

Monitoring KUVS

TINJAUAN PUSTAKA
KOMA HIPOGLIKEMIA

DEFINISI
Batas terendah kadar glukosa darah puasa adalah 60 mg%, dengan dasar tersebut
maka penurunan kadar glukosa darah dibawah 60 mg% disebut sebagai
hipoglikemia. Pada umumnya gejala-gejala hipoglikemia baru timbul bila kadar
glukosa darah <45 mg%
ETIOLOGI

Etiologi hipoglikemia pada diabetes melitus (DM)


1. Hipoglikemia pada DM stadium dini
2. Hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
1. penggunaan insulin
2. penggunaan sulfonilurea
3. bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
1. hiper insulinismealimenter pasca gastrektomi
2. insulinoma
3. penyakit hati berat
4. tumor ekstrapankreatik: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
5. hipopituarisme
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat
pengobatan insulin atau sulfonilurea:

1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien


a. Pengurangan / keterlambatan makan
b. Kesalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Perubahan tempat suntikan insulin
e. Penurunan kebutuhan insulin
f. Penyembuhan dari penyakit
g. Nefropatik diabetic
h. Hipotiroidisme
i. Penyakit Addison
j. Hipopituitarisme

k. Hari-hari pertama persalinan


l. Penyakit hati berat
m. Gastroparesis diabetik
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a.

Pengendalian glukose darah yang ketat

b.

Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipoglikemik

c.

Penggantian jenis insulin

MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu:
1.

Fase I
Gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamussehingga hormon
epinefrin dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu
pasien masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk
mengatasi hipoglikemia lanjut.

2.

Fase I
Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu
dinamakan gejala neurologis. Disamping gejala peringatan dan neurologis,
kadang-kadang hipoglikemia menunjukkan gejala yang tidak khas.

Terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan yaitu akut dan kronis. Yang akut
misalnya pada pasien DM Tipe I dengan glukose darah terkontrol sangat ketat
mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama
menderita DM dan penggunaan Beta bloker yang non selektif. Kehilangan
kewaspadan yang kronik biasanya irreversibel dan dianggap m erupakan
komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat digunakan Trias Whipple, yaitu hipoglikemia
dengan gejala-gejala saraf pusat; kadar glukosa < 50 mg% dan gejala akan

menghilang dengan pemberian glukosa. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan


hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormon
glukagon dan adrenalin (pasien yang telah lama menderita DM), adanya antibodi
terhadap insulin, blokade farmakologik (Beta bloker non selektif), dan pemberian
obat sulfonilurea (obat anti DM yang berkhasiat lama)

PENATALAKSANAAN
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau < 80
mg/dl dengan gejala klinis. Pada koma hipoglikemia, berikan larutan dekstrosa
40% sebanyak:
- 1 flacon (25 cc) untuk GDS 60-80 mg/dl
- 2 flacon (50 cc) untuk GDS 30-60 mg/dl
- 3 flacon (75 cc) untuk GDS < 30 mg/dl.
Tapi ada juga referensi lain yang bilang, masukkan 2 flacon (50 cc). Cek
GDS lagi, jika masih < 50 mg/dl, masukkan lagi 2 flacon (50 cc); tapi jika GDS
antara 50-100 mg/dl, masukkan 1 flacon (25 cc) ditambah diberikan infus D10
per 6 jam. Setelah itu, GDS dicek per jam, jika GDS 200 mg/dl maka
dipertimbangkan untuk menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%.Jika GDS >
100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 2 jam
dengan protokol sesuai di atas. Jika GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan mengganti
infus dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Lalu jika GDS tetap > 100 mg/dl
sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 4 jam dengan
protokol sesuai di atas. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
dilakukan sliding scale setiap 6 jam dengan regular insulin.
Bila hipoglikemi belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis
insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg iv/im. Jika
pasien belum sadar dengan GDS sekitar 200 mg/dl, diberikan hidrokortison 100
mg per 4 jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg

tiap 6 jam dan manitol 1,5-2 g/kgBB iv setiap 6-8 jam, sambil dicari penyebab
lain penurunan kesadaran.
PROGNOSIS
Kematian dapat terjadi karena keterlambatan dalam pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta. PB Perkeni.
p. 30-31
Rani, AA. Soegondo, S. Nasir, AUZ. Wijaya, IP. et al. 2006. Perhimpunan
Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Hipoglikemi. Jakarta. PB PAPDI. p.23-25
Soemadji, DW. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi Keempat Jilid III.
Hipoglikemia Iatrogenik. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 1870-1873

You might also like