Professional Documents
Culture Documents
Pada hari ini hari Sabtu, tanggal 4 Januari 2014 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama
Judul/ topik
: dr. Priyanto
No. ID Peserta
Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
dr. Priyanto
o Neonatus
o Deskripsi :
o Bayi
o Anak
o Remaja
o Dewasa
o Lansia
Bumil
Pasien mengeluhkan perut sering kenceng-kenceng yang hilang timbul dan rasa mules
yang menjalar ke pinggang sejak +/- 3 jam SMRS. Tidak keluar lendir darah. Tidak ada
riwayat trauma. Ada riwayat keputihan pada sekitar 1 bulan yang lalu. Tidak ada riwayat
demam. Tidak ada mual maupun muntah kecuali saat umur kehamilan 1-3 bulan. HPHT
pada tanggal 15 April 2013, tanggal periksa awal ke bidan perkiraan Juli 2013 didapat
perkiraan lahir tanggal 22 Januari 2014. Saat ini usia kehamilan pasien 8 bulan. Ini adalah
kehamilan ketiga, ANC rutin ke bidan 1 bulan 1 kali dan pada kehamilan 8-9 bulan ANC 1
bulan 2 kali. Melakukan USG seminggu yang lalu, posisi bayi benar yaitu persentasi kepala
dan perkiraan lahir 21 Januari 2014.
o Tujuan:
1. Mengetahui penatalaksanaan partus prematurus imminens
2. Mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada persalinan prematur
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka o Riset
Kasus
o Audit
Cara Membahas o Diskusi
Presentasi o E-mail
o Pos
DATA PASIEN
Nama klinik : Aster
dan Diskusi
Nama : Ny L.
Telp : -
No Registrasi : 076134
Terdaftar sejak : 19 Desember
2013
lamanya 7
hari.
Riwayat Obstetri
: G3P1A0
No
Tempat
Tahun Hasil
1.
Bersalin
Bidan
2006
2.
3.
Bidan
Hamil
2008
Jenis
KU
+/+
(10 bulan)
Aterm
Spontan
+/+
2900
ini
DAFTAR PUSTAKA:
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23 nd
ed.McGraw- Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th
ed.Saunders.
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Mengetahui penatalaksanaan partus prematurus imminens
2. Mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada persalinan prematur
1. SUBJEKTIF
RPS : Pasien mengeluhkan perut sering kenceng-kenceng yang hilang timbul dan rasa
mules yang menjalar ke pinggang sejak +/- 3 jam SMRS. Tidak keluar lendir darah.
Tidak ada riwayat trauma. Ada riwayat keputihan pada sekitar 1 bulan yang lalu. Tidak
ada riwayat demam. Tidak ada mual maupun muntah kecuali saat umur kehamilan 1-3
bulan. HPHT pada tanggal 15 April 2013, tanggal periksa awal ke bidan perkiraan Juni
2013 didapat perkiraan lahir tanggal 22 Januari 2014. Saat ini usia kehamilan pasien 8
bulan. Ini adalah kehamilan ketiga, ANC rutin ke bidan 1 bulan 1 kali dan pada
kehamilan 8-9 bulan ANC 1 bulan 2 kali. Melakukan USG seminggu yang lalu, posisi
bayi benar yaitu persentasi kepala dan perkiraan lahir 21 Januari 2014.
2. OBJEKTIF
Vital sign
o Tekanan darah : 130/80 mmHg
o Nadi
: 84 X/ menit
o Nafas
: 20 X/ menit
o Suhu
: 37 oC
Kepala
Venektasi Temporal : -/Mata
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), ketinggalan gerak (-).
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : SD vesikuler, Wheezing (/), RBK (/), RBH (-/-) di basal paru.
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Kesan Krdiomegali -
Ekstermitas
Oedem
akral dingin
Abdomen
Tinggi fundus uteri 28 cm, letak janin memanjang, punggung kiri, terbawah kepala,
detak jantung janin 124 kali/menit teratur
Pemeriksaan Dalam:
Portio lunak, anterior, pembukaan 2cm, pendataran 50%, kulit ketuban (+), terbawah
kepala, penunjuk belum dapat dinilai.
3. ASSESSMENT
Dari pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pasien G 3P2A0 36
tahun hamil 32 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan partus prematurus
imminens.
4. PLAN
Penatalaksanaan
1. R/ Konservatif
2. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.
3. Batasi aktivitas / tirah baring.
4. Nifedipine 3 x 10 mg SL.
5. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin.
6. Rencana pemeriksaan USG.
5. PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini memenuhi kriteria
diagnosis persalinan preterm yaitu usia gestasi 22 36 minggu (pada pasien usia gestasi
32 minggu), dilatasi 2 cm atau perubahan dilatasi dalam waktu 1 jam (pada pasien
pembukaan 2 cm), pendataran 50-80% (pada pasien pendataran 50%). Sehingga
diagnosis pasien G3P2A0 36 tahun hamil 32 minggu janin tunggal hidup presentasi
kepala dengan partus prematurus imminens.
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram, berpotensi meningkatkan kematian
perinatal sebesar 70%. Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami
gangguan tumbuh kembang organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui. Berbagai sebab dan faktor
diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti: solusio plasenta, kehamilan
ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini
dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara
lain karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon
imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat
yang menginisiasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan
bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran
korioamnion. Dari penelitian Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm
disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui
hubungan antara infeksi jalan lahir dengan kelahiran prematur.
Faktor Risiko Prematuritas
Mayor
1. Kehamilan multipel
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
Minor
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau
dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
Patogenesis
1. Infeksi & Inflamasi
Pada infeksi, bakteri menghasilkan fosfolipase A, fosfolipase A memecah asam
arakidonat dari selaput amnion, peningkatan asam arakidonat bebas meningkatkan
penipisan serviks
Penatalaksanaan
Dalam menghadapi kasus PPI ada 3 kemungkinan, yaitu :
1. Mempertahankan kehamilan sehingga janin dapat lahir se-aterm mungkin.
Dengan cara batasi aktivitas / tirah baring, menghambat proses persalinan preterm
0
Tidak ada
Tidak ada
1
Irregular
-
2
Regular
Tinggi/tidak
3
-
4
Rendah/pecah
pecah
Perdarahan
Pembukaan
Tidak ada
Tidak ada
Spotting
1 cm
jelas
Perdarahan
2 cm
3 cm
4 cm
Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance)
atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per oral : 57.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru
Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi)
2. Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan paru janin
Pematangan surfaktan paru janin perlu diberikan bila usia kehamilan < 35 minggu
(pada pasien usia kehamilan 32 minggu) untuk menurunkan insidensi respiratory
distress syndrome, mencegah perdarahan intraventrikular. Terapi glukokortikoid,
misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x selang 24 jam. Atau dexamethasone 5
mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis. Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan
meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
Suplemen inositol juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen
membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfakta
3. Membiarkan terjadi persalinan
Cara persalinan
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan perlindungan forseps
terutama pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Infeksi
intrapartum
dengan
takikardi
janin,
gerakan
janin
melemah,
Perawatan bayi dengan usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di bagian NICU ), dengan
perawatan dokter bagian anak.
Penyulit
1.
2.
Perdarahan intrakranial
3.
Trauma persalinan
4.
5.
Sepsis
6.
Gangguan neurologi
Komplikasi
1.
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm
memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi
yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih
besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
2.
bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap
terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut
surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan
permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang
memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi
Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan
pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika
penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan
diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang
dihubungkan dengan trakea bayi).
3.
4.
5.
6.
Displasia bronkopulmoner.
7.
Penyakit jantung.
8.
Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk
membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam
tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar
bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan
10.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum
menerima
komplemen
lengkap
antibodi
dari
ibunya
melewati
plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi
prematur
juga
lebih
rentan
terhadap
enterokolitis
nekrotisasi
Anemia .
12.
Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
13.
14.