You are on page 1of 12

1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah

memberikan

rahmat

dan

karunia-Nya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan makalah Antropologi-Sosiologi ini dengan judul Masalah


dalam

Pembentukan

Kebiasaan

Makan.

Makalah

ini

disusun

untuk

memenuhi tugas Antropologi-Sosiologi.


Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada
1. Bapak Ichwanudin selaku Ketua Jurusan Gizi;
2. Bapak Mamat selaku dosen mata kuliah Antropologi Sosiologi;
3. Seluruh teman teman yang telah banyak membantu kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandung, April 2014

Kelompok 4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A.

Latar Belakang.................................................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah............................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Pengertian Kebiasaan Makan............................................................................2
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan........................................2
C. Masalah dalam Kebiasaan Makan ...
4
D. MENGATASI MASALAH KEBIASAAN MAKAN PADA KELUARGA .
..7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
...8
DAFTAR
PUSTAKA
9

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pastinya akan memenuhi kebutuhan pangan seharihari yaitu makan dan minum. Karena jagad raya ini luas, terdiri dari berbagai
macam

Negara

dengan

kebudayaannya

masing-masing,

maka

setiap

individu pastinya memiliki perbedaan dalam kebiasaan makan. Contoh


gampangnya adalah di Indonesia setiap provinsinya memiliki makanan khas.
Dengan adanya makanan khas tersebut akan memengaruhi kebiasaan
makan setiap masyarakatnya.
Oleh karena itu, pastinya
berhubungan

dengan

kebisaan

terdapat

makan

masalah-masalah

setiap

individu

atau

yang
suatu

masyarakat. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai masalah


kebiasaan makan yang terdapat dimasyarakat. Kami juga akan membahas
faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kebiasaan

makan,

dan

cara

menanggulangi masalah kebiasaan makan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebiasaan makan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan seorang
individu?
3. Apa saja masalah yang timbul dalam kebiasaan makan?
4. Bagaimana mengatasi masalah kebiasaan makan dalam keluarga?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kebiasaan makan.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan
seorang individu.
3. Untuk mengetahui masalah dalam kebiasaan makan.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah kebiasaan makan dalam
keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebiasaan Makan


Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih
pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,
psikologi,sosial

budaya,dan

karakteristik

individu.

Kebiasaan

makan

bukanlah bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar (Suhardjo, 1989).
Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan
yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap
individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain
(Khomsan dkk, 2004).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan


Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh faktor pendidikan gizi
dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi pangan. Dapat juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya
(cultural environmental), lingkungan alam (natural environmental) serta
populasi (Hartog, Staveren & Brouwer, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan menurut Lisdiana,
antara lain (Lisdiana, 1998) :
1) Pengaruh Sosial Budaya
Di dalam budaya masyarakat terdapat istilah makanan pantangan,
misalnya anak gadis dilarang makan pisang ambon. Anak kecil dilarang
makan ikan karena akan menyebabkan cacingan. Kedua kepercayaan
tersebut akan berpengaruh terhadap keputusan seseorang dalam memilih
makanan. Dipandang dari sudut nilai gizi, kedua contoh kepercayaan
tersebut berlawanan dengan konsep-konsep nilai gizi. Dari segi kesehatan,
pisang ambon dan ikan termasuk makanan yang bergizi tinggi.

Nilai sosial budaya merupakan nilai yang dianut oleh suatu kelompok
masyarakat. Antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok
masyarakat lainnya bisa berbeda-beda, bahkan mungkin bertentangan. Oleh
karena itu, nilainya tidak mutlak. Bisa jadi nilai budaya yang tadinya
dipegang erat, akhirnya sedikit demi sedikit luntur oleh kemajuan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada zaman globalisasi ini, berbagai macam menu makanan dari
seluruh dunia semakin mudah dijumpai, seperti fast food yang makin marak
ditawarkan kepada masyarakat. Sebagian orang, terutama yang muda-muda
menjadi ketagihan fast food yang kebanyakan memiliki susunan yang tidak
seimbang, yakni berkalori tinggi namun miskin serat.
2) Pengaruh Agama
Masalah makanan termasuk salah satu hal yang termuat dalam ajaran
agama Hindu yang melarang umatnya makan daging sapi. Ajaran agama
Islam melarang umatnya makan daging babi, darah, dan minum khamr
(minuman yang memabukkan). Oleh karena itu, nilai gizi tidak dapat
dijadikan pertimbangan seandainya makanan tersebut dilarang dikonsumsi
berdasarkan aturan agama.
3) Pengaruh Psikologis
Sikap

seseorang

terhadap

makanan

banyak

dipengaruhi

oleh

pengalaman dan respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap


makanan, sejak ia masih anak-anak. Pengalaman yang diperoleh ada yang
dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini menyebabkan
setiap individu dapat mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap
makanan. Sebagai contoh, seorang anak yang pada waktu kecilnya sering
dipaksa makan telur, mungkin saja ketika besar tidak suka mengonsumsi
telur. Pengalaman emosional pada masa kecilnya membuat dia bersikap
negatif terhadap telur.
4) Karakteristik Individu
Jenis Kelamin

Menurut Apriadji (1986) pria lebih banyak membutuhkan energi dan


protein dari pada wanita, karena pria lebih banyak melakukan aktifitas fisik
dari pada wanita. Namun dalam kebutuhan zat besi, wanita lebih banyak
membutuhkannya dari pada pria karena setiap bulan wanita mengalami
menstruasi sehingga zat besi diperlukan untuk menyusun kembali sel darah
yang terbuang
Khumaidi

(1989)

menyebutkan

bahwa

anak

laki-laki

biasanya

mendapatkan prioritas yang paling tinggi dalam hal makanan dibandingkan


anak perempuan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kekurangan gizi
lebih banyak pada anak perempuan dari pada laki-laki
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi dan kebiasaan untuk menghargai makanan kurang
dapat menimbulkan masalah rendahnya zat gizi. Anak usia remaja sering
tidak memahami zat gizi yang dikandung dalam makanan dan fungsi zat gizi
dalam tubuh, seseorang yang tidak mengerti prinsip dasar gizi dan tidak
sadar dengan gizi yang dikandung dalam makanan akan menimbulkan
defisiensi, yang akan berpengaruh terhadap status gizi (Mc William,1993).
Menurut Apriadji (1986) faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi
yang mereka peroleh.
C. MASALAH DALAM KEBIASAAN MAKAN

Masalah-masalah yang terkait dengan perilaku manusia terhadap makanan.


1. Pada kasus anak-anak, ada fenomena kesulitan untuk mengajari anak
makan atau dalam kasus lain, yaitu adanya keengganan anak untuk
mengonsumsi makanan tertentu.
Dalam menelaah masalah ini, ada dua jawaban yang dapat
dikemukakan dalam kesempatan ini. Pertama, yaitu kesalahan orang
tua

dalam

memperkenalkan

makanan

sewaktu

bayi.

Ketidakberimbangan

atau

kesalahan

orang

tua

memperkenalkan

variasi rasa dan makanan menyebabkan peluang adanya penolakan


anak terhadap rasa atau makanan tertentu. Dalam konteks ini,
pendidikan makan bagi anak kecil menjadi sangat penting,
Kedua, kejadian tersebut bisa terjadi karena adanya trauma atau
alergi terhadap makanan tertentu. Misalnya saja ada anak yang
menolak makan tempe, daging, dan nasi. Ketika diselidiki, ternyata
sikap antipati anak tersebut dipicu oleh adanya peristiwa yang
menakutkan bagi dirinya, sehingga dia benar-benar trauma atau alergi
terhadap makanan tersebut.
2. Kesalahan persepsi tentang makanan. Seiring dengan perkembangan
zaman, orang sudah mulai menggemari makanan kota. Pada sisi lain,
ada persepsi-persepsi yang kurang tepat mengenai makanan desa
misalnya tempe. Bagi sebagian orang makanan ini dianggap makanan
orang kelas bawah atau makanan desa sehingga kadang orang bodoh
disebut dengan istilah otak tempe. Padahal bila ditelaah dengan
seksama, makanan tempe ini lebih baik daripada makanan instan yang
banyak dikonsumsi orang kota. Karena makanan instan tersebut
potensial menyebabkan kolesterol.
Kesalahn persepsi ini muncul pula dalam bentuk mitos bahwa
alcohol menawarkan pelarian dari masalah dan kebimbangan. Manusia
lari dari hiruk-pikuk persoalan hidup untuk mencari kedamaian lewat
minuman. Dia berusaha untuk menenggelamkan penderitaannya
dengan harapan dapat menikmati surga imajinasinya. Beban yang
dipikulnya akan terlupakan sejenak dalam masa singkat ketika ia
sedang mabuk.
Contoh lain, budaya ngemil menjadi bagian dari gaya hidup
modern, yang dipersepsi sebagai bagian dari upaya menenangkan rasa
dan pikiran. Oleh karena itu, orang stres katanya bisa melepaskan
kekesalan makanannya melalui makanan.

3. Makanan dan kelas sosial. Persepsi mengenai makanan diidentifikasi


dengan kelas sosial mungkin terlalu mengada-ada. Namun ada satu
temuan yang dikemukakan Sayyid Mujtaba Musawi Lari. Ketika di
Hamburg, dia mendapat pleuang untuk melakukan kunjungan ke
Sinagog.
Kemudian dia menulis : Saya terkesima oleh bangunannya yang
megah. Seorang penunjuk jalan mengantarkan kami ke berbagai
bagian dari sinagog itu. Kami amat terkejut karena terdapat sebuah
kamar khusus bagi arak dan pesta. Dengan rasa terkejut, saya
bertanya,

Apakah

arak

diminum

ketika

melakukan

upacara

keagamaan? Dia memberi jawaban dengan serius, Hanya kelompok


yang terpilih yang berhak untuk minum di kamar ini!
Informasi tersebut memberikan satu data bahwa ada makanan
dan

waktu

tertentu

yang

menunjukkan

kelas

social.

Mungkin

makanannya bisa diakses oleh siapapun, namun waktu dan tempat


mengonsumsinya menunjukkan kelas social yang berbeda.

D. MENGATASI MASALAH KEBIASAAN MAKAN PADA KELUARGA

Ibu pasti setuju, betapa pentingnya menyediakan makanan yang sehat


bagi

keluarga.

Namun

seringkali

pelaksanaannya. Kurangnya

Ibu

menemui

masalah

dalam

waktu yang dimiliki untuk berbelanja atau

memasak, terutama untuk para ibu yang bekerja di luar rumah, merupakan
satu diantara sekian masalah yang timbul dalam menyediakan makanan
yang sehat di rumah. Ada pula faktor ekonomi, seperti terbatasnya dana
untuk membeli makanan yang sarat gizi terutama sumber protein hewani.
Pola makan yang kurang baik biasanya menjadi masalah utama bagi
ibu-ibu jika menyangkut kebiasaan makan anak-anaknya. Sulit makan buah
atau sayuran, suka memilih-milih makanan (picky eater) atau terlalu banyak
mengkonsumsi makanan

siap saji (fast food/junk food) merupakan tiga

masalah kebiasaan makan yang sering dialami oleh para ibu.

Terdapat

beberapa

cara

yang

bisa

dipraktekkan

di

rumah

untuk

menanggulangi masalah tersebut yaitu


a. Ajak semua anggota keluarga makan bersama minimal sekali sehari,
misalnya pada saat makan malam. Makan bersama keluarga bisa
membentuk pola makan yang baik bagi anak-anak, karena mereka
biasanya cenderung mengikuti kebiasaan makan orang tuanya saat
makan bersama.
b. Ajak anggota keluarga untuk merencanakan dan mempersiapkan
makanan

keluarga. Dapur dapat berfungsi sebagai tempat belajar

yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengenal makanan sehat.


Beri

mereka

tugas-tugas

sederhana

misalnya

mencuci

bahan

makanan sebelum dimasak, menyiangi sayuran dan lain sebagainya.


Anak-anak biasanya lebih suka memakan makanan yang mereka
siapkan sendiri.
c. Orang tua sebaiknya memberikan contoh yang baik bagi anak-anak
mereka dengan mengkonsumsi makanan yang sehat setiap hari. Jika
sejak dini anak-anak terbiasa melihat orang tuanya memiliki gaya
hidup yang sehat, maka mereka akan membawa kebiasaan tersebut
hingga dewasa.
d. Biasakan untuk memperkenalkan makanan baru atau resep baru setiap
minggunya dalam menu makanan keluarga. Kebiasaan ini diharapkan
dapat

menciptakan menu-menu

favorit

disajikan dalam potongan kecil-kecil

keluarga.

Misalnya,

buah

hingga mudah dimakan, dan

dihidangkan bersama yogurt sebagai camilan yang sehat dan lezat.


e. Pilihlah bahan-bahan yang segar dan berkualitas ketika membeli
makanan untuk keluarga. Makanan segar mengandung lebih banyak

nutrisi dan rasanya lebih enak. Belilah buah-buahan dan sayuran yang
sedang musimnya untuk menghemat biaya.
f. Menyediakan kudapan yang sehat, sarat gizi dan mudah dibawa-bawa
merupakan salah satu trik untuk menghindarkan anak-anak jajan pada
saat di luar rumah. Simpanlah biskuit dengan mentega kacang, sereal,
buah segar, atau brondong jagung tawar dalam tas, laci mobil dan
tempat-tempat lain yang mudah dijangkau. Cobalah untuk merubah
jadwal waktu makan malam sehingga anda biasa makan bersama
keluarga minimal empat kali dalam seminggu.

BAB III
Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Kebiasaan makan adalah cara individu atau


kelompok individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi
terhadap pengaruh fisiologis, psikologi,sosial budaya dan karakteristik
individu. Sedangkan menurut (Khomsan dkk, 2004) Kebiasaan makan
adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan

membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu
dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain.
Banyak pula faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan seseorang,
juga terdapat beberapa masalah dalam kebiasaan makan yang terkait
dengan perilaku manusia terhadap makanan. Sehingga hal tersebut
menjadikan budaya makan pada setiap individu di suatu daerah.

10

DAFTAR PUSTAKA
Sudarma, Momon. 2012. Sosiologi untuk KEsehatan. Jakarta : Penerbit Salemba
Jakarta.
Kebiasaan Makan . http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter%20II.pdf .
(30 Maret 2014).
Kebiasaan Makan . http://lontar.ui.ac.id/Kebiasaanmakan-Literatur.pdf . (30
Maret 2014)

You might also like