You are on page 1of 25

Interaksi Obat Flu dan Batuk

Vina Septiani

FLU
Influenza (dikenal sebagai flu) suatu penyakit respirasi

menular disebabkan oleh virus flu.


Virus flu dapat menyebabkan penyakit ringan hingga parah,
dan pada waktu ini dapat menyebabkan kematian.
Flu biasanya datang mendadak.
Orang yang terkena flu sering merasa beberapa atau semua
gejala ini :
Demam (tidak selalu) atau merasa demam/menggigil
Batuk
Sakit tenggorokan
Meler
Nyeri otot atau tubuh
Sakit kepala
Lelah
Beberapa orang mungkin mengalami muntah dan diare, hal
ini lebih umum pada anak-anak dibanding orang dewasa.

Obat flu : pelega hidung dan/atau


antihistamin.
Pelega hidung : menciutkan
pembuluh darah yang
membengkak pada mukosa
hidung mempermudah
pernafasan dan
mempermudah
pengeluaran lendir dari
hidung.
Obat (oral) :
efedrin,
pseudoefedrin,
fenilpropanolamin,
fenilefrin,
metoksifenamin.
Obat semprot, tetes,
hirup hidung :
oksimetazolin,
xilometazolin,
propilheksedrin,
fenilefrin.

Antihistamin
:
menanggulangi
gejala
yang
diakibatkan
hipersekresi,
seperti
hidung berair dan mata
gatal.
Obat :
klemastin,
siproheptadin,
deksklorfeniramin,
dll.

Klasifikasi agonis reseptor adrenergik dan


obat yang menghasilkan efek
simpatomimetik

Cat : * : bukan obat simpatetik/simpatis tapi menghasilkan


efek simpatomimetik.

Karakteristik Subtipe Reseptor Adrenergik


Resept
or

Jaringan
(diantaranya : )

Respon
(diantaran
ya : )

Epinefrin Norepinefrin >>


Isoproterenol
Fenilefrin

Otot polos
pembuluh
darah
Jantung

Kontraksi

Alfa 2

Epinefrin Norepinefrin >>


Isoproterenol
Klonidin

Otot polos
pembuluh darah

Kontraksi

Beta 1

Isoproterenol > Epinefrin =


Norepinefrin
Dobutamin

Jantung

Peningkatan
kekuatan
dan tingkat
kontraksi
dan
kecepatan
konduksi

Alfa 1

Agonis

Peningkat
an
kekuatan
kontraksi;
aritmia

Pelega Hidung + Stimulan lain


o Kelompok

stimulan yang berinteraksi : amfetamin,


antidepresan golongan MAO Inhibitor, epinefrin, teofilin,
kafein, metilfenidat, pemolin, pentilentetrazol.

Hasil Interaksi :
Stimulasi SSP berlebih, disertai gelisah, agitasi, tremor,
takikardia, palpitasi jantung, demam, hilang koordinasi
otot, pernafasan cepat dan dangkal, insomnia ; pada kasus
yang berat dapat terjadi hipertensi yang berbahaya yang
ditandai dengan sakit kepala.
Penanganan :
Monitor pasien dengan teliti dan penyesuaian dosis untuk
mengurangi efek stimulasi berlebih.

MAO Inhibitor
o MAO

(Monoamin Oksidase) merupakan


enzim yang mengkatabolisme katekolamin
(epinefrin/adrenalin,
norepinefrin/noradrenalin).
o MAO Inhibitor menghambat MAO.
o MAO
Inhibitor non-selektif : fenelzin,
tranilsipromin, mebanazin, pargilin.
o Contoh : Fenelzin antidepresan. Jarang
digunakan dibanding dengan antidepresan
yang lain karena efek merugikan dan
interaksi dengan amin simpatomimetik.

Efedrin, PPA, Pseudoefedrin + MAO


Inhibitor Non-selektif
Hasil Interaksi :
Hipertensi krisis yang fatal.
Mekanisme :
Stimulasi berlebih reseptor adrenergik sistem kardiovaskular. Selama
terapi dengan MAO Inhibitor non-selektif, sejumlah besar
noradrenalin (norepinefrin) terakumulasi pada ujung saraf
adrenergik yang menstimulasi pembuluh darah arteri. Stimulasi
ujung saraf oleh amin simpatomimetik kerja tidak langsung (efedrin,
PPA, pseudoefedrin) menyebabkan pelepasan noradrenalin dan
menyebabkan stimulasi besar terhadap reseptor. Terjadi konstriksi
pembuluh darah dan kenaikan tekanan darah.
Importance dan Penanganan :
Interaksi yang sangat terdokumentasi baik, serius, dan berpotensi
fatal.
Pasien yang menggunakan MAO Inhibitor tidak boleh menggunakan

amin simpatomimetik
pseudoefedrin).

kerja

tidak

langsung

(efedrin,

PPA,

Fenilefrin + MAO Inhibitor Nonselektif (1)


Hasil Interaksi :
Penggunaan bersama fenilefrin oral dan MAOI non-selektif
dapat menyebabkan hipertensi krisis yang berpotensi
mengancam jiwa.
Mekanisme :
Fenilefrin dihancurkan oleh MAO dalam usus dan hati. Jika
MAO diinhibisi, sebagian besar dosis oral tidak dihancurkan
dan masuk kedalam sirkulasi, sehingga meningkatkan efek
pressor.
Fenilefrin memiliki aktivitas simpatomimetik langsung, tapi

juga memiliki aktivitas tidak langsung, yang menyebabkan


pelepasan noradrenalin (norepinefrin) pada ujung saraf
adrenergik.

Fenilefrin + MAO Inhibitor Nonselektif (2)


Importance dan penanganan :
Interaksi antara MAOI dan fenilefrin
established,
serius,
dan
berpotensi
mengancam jiwa.
Fenilefrin umum terdapat dalam sediaan

batuk, pilek dan influenza, sehingga pasien


harus diberikan peringatan.

Antidepresan Gol. Siklik


o Antidepresan

gol. Siklik
nortriptilin,
imipramin,

doksepin,
amitriptilin,
maprotilin,

amoksapin,
trimipramin,
desipramin.
o Mekanisme kerja : menghambat reuptake
serotonin atau noradrenalin (norepinefrin)
ke dalam saraf.
o Teori Monoamin : depresi dihasilkan dari
penurunan aktivitas sistem noradrenergik
dan/atau serotonergik.

Pelega Hidung + Antidepresan Gol.


Siklik (1)
Hasil interaksi :
Peningkatan
efek
samping
merugikan
masing-masing
obat.
Akibatnya
:
kemungkinan terjadi aritmia jantung atau
hipertensi yang membahayakan. Gejala yang
dilaporkan : denyut jantung tidak teratur,
demam, sakit kepala, gangguan penglihatan.
Pseudoefedrin tidak berinteraksi.
Trazodon tidak berinteraksi.

Pelega Hidung + Antidepresan Gol.


Siklik (2)
Mekanisme :
Antidepresan trisiklin memblok atau menghambat uptake
noradrenalin (norepinefrin) kedalam saraf adrenergik,
sehingga konsentrasi diluar saraf dapat meningkat. Jika
noradrenalin
lain
diberikan,
adrenoseptor
sistem
kardiovaskular distimulasi berlebih oleh amin yang sangat
banyak ini, dan respon normal menjadi berlebih.
Importance, Penanganan :
Interaksi yang terdokumentasi baik, well established, dan
berpotensi serius.
Penggunaan

parenteral
fenilefrin
atau
amin
simpatomimetik lain dengan aktivitas langsung harus
dihindari pada pasien yang menggunakan antidepresan
trisiklik. Jika harus digunakan, kecepatan dan jumlah yang
diinjeksikan harus sangat dikurangi.

Pelega Hidung + Digitalis


o Digitalis : digoksin, digitoksin.

Hasil Interaksi :
Stimulasi jantung berlebih. Akibatnya :
kemungkinan terjadi aritmia jantung.

Fenilpropanolamin +
Indometasin
Hasil Interaksi :
Kenaikan tekanan darah yang terlalu tinggi.
Gejala yang dilaporkan : sakit kepala,
gangguan penglihatan.
Mekanisme :
Belum diketahui. Fenilpropanolamin sendiri
dapat menyebabkan hipertensi.

Pelega Hidung + Beta


Blocker (1)
blocker

untuk
mencegah
angina,
mengembalikan denyut jantung yang tidak teratur,
menurunkan tekanan darah. Beta blocker : timolol,
nedalol, propranolol, pindolol.

o Beta

Hasil Interaksi :
Efek beta blocker dilawan. Akibatnya : kondisi yang
diobati
tidak
terkendali
dengan
baik.
Dapat
menyebabkan hipertensi yang membahayakan dengan
gejala seperti demam, sakit kepala, gangguan
penglihatan.
Beta blocker kardioselektif seperti atenolol, metoprolol

berinteraksi secara minimal.

Pelega Hidung + Beta


Blocker (2)
Mekanisme :
Fenilefrin menstimulasi reseptor alfa (alfa 1
vasokonstriksi) sistem kardiovaskular,
menyebabkan peningkatan moderat denyut
jantung dan kenaikan kecil tekanan darah.

Efedrin + Deksametason
Hasil Interaksi :
Efek deksametason berkurang.
Mekanisme :
Efedrin meningkatkan klirens deksametason.
Penanganan :
Waspada akan bukti efek deksametason
berkurang jika kedua obat digunakan.
Tidak

diketahui
apakah
berinteraksi serupa.

kortikosteroid

yang

lain

BATUK

refleks
penting
yang
membersihkan tenggorokan dan bronkus
dari flegma yang sering tertimbun pada
saat flu.
Obat batuk :
1. Ekspektoran : mengencerkan flegma di
tenggorokan dan bronkus meringankan
iritasi yang menyebabkan batuk. Contoh :
guaifenesin, kalium iodida.
2. Penekan batuk : bekerja langsung pada
pusat batuk di otak untuk menekan
refleks
batuk.
Contoh
:
kodein,
dekstrometorfan.
Batuk

MEKANISME INTERAKSI :
METABOLISME

Dekstrometorfan +
Amiodaron
Hasil Interaksi :
Amiodaron mengurangi klirens dekstrometorfan.
Mekanisme :
Amiodaron menghambat metabolisme dektrometorfan.
Sehingga dekstrometorfan diklirens secara lebih lambat.
Penanganan :
Dapat terjadi toksisitas dekstrometorfan (eksitasi,
konfusi) pada pasien yang menggunakan amiodaron.
Waspada akan tanda toksisitas jika kedua obat
digunakan.

MEKANISME INTERAKSI : EFEK ADITIF

Dekstrometorfan + Antidepresan
gol. MAO Inhibitor
o Antidepresan gol. MAO Inhibitor : fenelzin, isokarboksazid.

Hasil Interaksi :
Hiperpireksia dan koma (gejala mirip serotonin syndrome)
terjadi pada pasien yang menggunakan fenelzin dengan
dekstrometorfan.
Mual, pusing terjadi pada pasien yang menggunakan
karboksazid dengan dekstrometorfan.
Mekanisme :
Peningkatan aktivitas serotonin dalam SSP (serotonin
syndrome).
Penanganan :
MAO Inhibitor tidak boleh digunakan dengan dekstrometorfan.

Serotonin Selective Reuptake


Inhibitor (SSRI)
o SSRI antidepresan.
o Contoh
SSRI : citalopram,

paroxetin,

fluoxetin, sertralin, fluvoxamin.


o Mekanisme
kerja
:
secara
selektif
menghambat reuptake serotonin.
o Teori Monoamin : depresi dihasilkan dari
penurunan aktivitas sistem noradrenergik
dan/atau serotonergik.

Dekstrometorfan + SSRI
Hasil Interaksi :
Serotonin syndrome terjadi pada pasien yang menggunakan
parroxetine, citalopram dengaan dekstrometorfan.
Halusinasi terjadi pada pasien yang menggunakan fluoxetine
dengan dekstrometorfan.
Mekanisme :
Efek additif SSRI dan dekstrometorfan pada transmisi
serotonin.
Paroxetine menginhibisi metabolisme dekstrometorfan
peningkatan kadar dekstrometorfan.
Penanganan :
Penggunaan bersama harus dimonitor, karena resiko serotonin
syndrome, yang jika terjadi dapat serius.
Sertralin dan fluvoxamin lebih sedikit berinteraksi.

You might also like