Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
MALA ALLIFNI
NIM : 207070000004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
Oleh :
MALA ALLIFNI
NIM : 207070000004
Di Bawah Bimbingan
Gazi, M. Si
NIP. 197112142007011014
Nia Tresniasari, M. Si
NIP. 198410262009122004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS
TERHADAP MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA PENDERITA KANKER SERVIKS telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 23 November 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Anggota :
Gazi, M. Si
NIP. 197112142007011014
Nia Tresniasari, M. Si
NIP. 198410262009122004
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Mala Allifni
NIM
: 207070000004
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial dan
Religiusitas terhadap Motivasi untuk berobat pada Penderita Kanker Serviks adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi
tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Mala Allifni
NIM : 207070000004
Email : mala_alifni@yahoo.com
iv
MOTTO
MOTIVASI
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B)
2011
vi
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan
religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks. Saran yang
diajukan dalam penelitian ini adalah pada penelitian yang akan datang sebaiknya
melakukan pendekatan yang lebih dalam terhadap responden agar peneliti bisa lebih
mengetahui bagaimana kondisi penderita baik dari segi psikis maupun fisik dan juga
meneliti variabel yang berkaitan seperti berpikir positif.
(G) Bahan Bacaan : 26 (dari thn 1983 - 2011) + 2 pustaka online + 5 pustaka jurnal.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadap
Motivasi untuk berobat pada Penderita Kanker Serviks. Salawat serta salam semoga tetap Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat
merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan,
arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat
penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang.
2. Dosen Pembimbing I, Gazi, M.Si dan Dosen Pembimbing II, Nia Tresniasari, M.Si atas
seluruh nasehat, masukan, motivasi, inspirasi, serta saran dan kritik yang membangun
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Akademik Gazi, M.Si., serta seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah
diberikan.
4. Pembimbing seminar proposal skripsi Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi., atas segala
bimbingan, dan sarannya.
5. Untuk yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku Drs.
Bahruddin , Ibuku tercinta Ela Siti Jamilah, adikku tersayang Ade Syifa Nadifa dan M. Hari
Adipurna serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa,
cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
6. Untuk Agung Taufiqurrahman S, S. Terimakasih atas dukungan, doa, dan kasih sayang yang
tulus kepada penulis.
7. Seluruh staff akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Mas Ayunk, Mba Rini
dan Pak Deden yang membantu dalam urusan birokrasi dan petugas perpustakaan yakni
Bapak Haidir dan Bapak Badawi yang selalu membantu penulis dalam mencari referensi.
8. Keluarga besar Rumah Sakit Kanker Dharmais khususnya ibu Ns. Kemala Rita Wahidi, Skp,
MARS, selaku pembimbing lapangan, dan Ibu Hilfah yang membantu penulis dalam proses
perizinan, seluruh staff Instalansi Rawat Jalan dan Rawat Inap, serta seluruh responden yang
mau berbagi dengan penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaiku dikosan Pondok Allisan, iik, lina, husni, eki, bias, dyah, dan tuti
atas hari-hari yang telah kita lalui baik dalam keadaan senang maupun sedih serta
kebersamaan kita yang tidak akan pernah penulis lupakan.
10. Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Non Reguler khususnya angkatan 2007 yang
selalu kompak dan solid. Teman seperjuangan skripsiku, obet, puri, shinta, dyni, uthe, siro,
viii
laras, farah, yang selalu semangat bimbingan di Ruang Dosen dan yang tak pernah bosan
mengerjakan skripsi dalam Perpustakaan & terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya
dalam proses pengerjaan skripsi penulis.
11. Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan
dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
ABSTRAK ..........................................................................................................
vi
viii
xiii
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
10
1.4
11
13
2.1.1
13
2.1.2
14
2.1.3
15
2.1.4
17
2.1.5
18
2.1.6
21
2.1.7
23
2.2
26
2.2.1
26
2.2.2
28
2.2.3
29
2.2.4
31
2.2.5
31
Religiusitas ...................................................................................
33
2.3.1
33
2.3.2
34
2.4
38
2.5
40
2.6
Hipotesis ......................................................................................
44
2.3
46
47
3.3
48
48
49
53
54
57
57
57
58
58
58
xi
59
59
59
65
69
70
74
75
75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
48
Tabel 3.2
49
Tabel 3.3
50
Tabel 3.4
51
Tabel 3.5
53
Tabel 3.6
54
Tabel 3.7
55
Tabel 4.1
59
Tabel 4.2
Anova ...........................................................................................
59
Tabel 4.3
60
Table 4.4
64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
xiv
BAB I
Pendahuluan
1.1
Adanya motivasi sangat besar peranannya dalam membentuk tingkah laku. Apa
saja yang dilakukan manusia akan selalu ada motivasi yang mendorong. Motivasi
bagaikan kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia
kearah tujuan yang dikehendakinya. Wirawan (2000) mengemukakan bahwa
setiap perbuatan yang dilakukan individu dimulai dengan adanya suatu
ketidakseimbangan dalam diri individu tersebut. Ketidakseimbangan ini tentunya
tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan
untuk meniadakan ketidakseimbangan itu. Kebutuhan inilah yang akan
menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu.
Setelah perbuatan itu dilakukan dan apabila sesuai dengan kebutuhan
maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan
puas, senang, aman dan sebagainya. Misal, ketika seorang individu divonis bahwa
dirinya menderita penyakit akut maka individu tersebut akan berusaha
mengembalikan kondisi tubuhnya kedalam kondisi seimbang dengan cara berobat.
Dalam proses pengobatan, penderita harus memiliki keyakinan yang kuat, karena
keyakinan itu sendiri merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap
individu. Tingkah laku yang termotivasi mencakup suatu tujuan tertentu, jadi
dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan faktor penting untuk membangkitkan
atau menggerakkan individu agar dapat bertingkah laku sesuai dengan yang
karena harapan hidup penderita kanker sangat ditentukan oleh stadium atau
tingkat keparahan penderita. Harapan hidup untuk penderita kanker serviks yang
sudah berada pada stadium II sekitar 60%, stadium III sekitar 35% - 40%, stadium
IVA kanker sudah menyebar ke organ-organ tubuh seperti anus, kandung kemih,
ginjal dan stadium IVB sekitar 5% - 10%. Sayangnya, sebanyak 70% - 80%
penderita kanker serviks datang ke Rumah Sakit sudah pada stadium lanjut dan ini
mengakibatkan angka harapan hidup penderita kanker serviks kian menipis
(www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/30).
Permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan setiap individu mengenai
penyakit kanker serviks hingga akhirnya mereka datang ke Rumah Sakit sudah
pada stadium lanjut, ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang pastinya cukup
mahal. Seperti yang diungkapkan oleh Smet (1994) bahwa mahalnya biaya tarif
pengobatan dijadikan alasan setiap individu untuk tidak menganggap serius
penyakitnya.
Bukan hanya masalah biaya pengobatan saja yang menjadi permasalahan
bagi penderita kanker serviks melainkan dampak pengobatan yang dirasakan,
seperti dari segi fisik penderita akan kehilangan rahim karena menjalani
histerektomi, dan gangguan psikilogis seperti : penderita diliputi rasa takut (fear)
dan depresi (murung), penderita menunjukkan reaksi penolakan (denial), tidak
yakin bahwa dirinya menderita kanker. Terkadang penderita menjadi panik dan
melakukan hal-hal yang tidak berarti dan sia-sia. Setelah ini berlalu pada akhirnya
penderita akan sadar dan menerima kenyataan bahwa jalan hidupnya telah
berubah. Sedikit banyaknya penderita telah berpikir dan berperasaan lebih realistis
(2006) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari
orang atau kelompok terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya
bahwa individu tersebut disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Sumber
dukungan sosial ini bisa berasal dari keluarga, masyarakat, pihak rumah sakit
ataupun juga kelompok atau komunitas yang serius mencoba membantu mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Symister dan Ronald Friend (dalam Jurnal
Health Psychology, 2003) pada 86 pasien penyakit ginjal kronis yang
menyimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan optimisme dan
menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Apakah dukungan sosial
yang dirasakan oleh penyakit ginjal kronis dapat dirasakan juga oleh penderita
kanker serviks untuk menggerakkan motivasi agar penderita kanker serviks dapat
bangkit melawan penyakitnya walau mereka tahu bahwa sebenarnya harapan
mereka sangat tipis.
Selain itu, saat penderita kanker serviks ini mengalami shock, takut (fear),
dan depresi (murung) dalam menghadapi penyakitnya penderita akan berusaha
mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya menjadi tentram dan penuh
keyakinan dalam menjalani proses pengobatannya. Dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan dapat mengembangkan harapan (hope) dan rasa percaya diri (self
confidence) pada penderita kanker serviks. Mustika (2008) mengemukakan bahwa
obat yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Tuhan. Sebab, sikap
ikhlas dan tawakkal akan membuat penderita kanker serviks merasakan
ketenangan akan penyakit yang dideritanya.
1.2.1
Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan supaya
lebih terarah, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah.
Perumusan masalah
10
1.3
1.3.1
Tujuan penelitian
Seseorang selama hidupnya tentu pernah mengalami berbagai peristiwa baik yang
menggembirakan maupun yang menyedihkan. Setiap saat kita bisa berhadapan
dengan sesuatu yang tidak terduga-duga dan penyakit yang sulit disembuhkan,
seperti kanker serviks. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang bagaimana pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi
untuk berobat pada penderita kanker serviks.
1.3.2
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi atas dua hal yakni manfaat teoritis dan praktis.
a. Secara
teoritis
diharapkan
penelitian
ini
dapat
menambah
dan
penderita
yang
mengalami
kanker
serviks
agar
lebih
11
dialami oleh penderita kanker serviks pasti ada hikmah yang tersembunyi
didalamnya. Dan yang terakhir semoga yang telah membaca penelitian ini
bisa lebih berhati-hati dan mencegah terjadinya kanker serviks pada
dirinya.
1.4
Sistematika Penulisan
Penelitian
ini
menggunakan
tekhnik
penulisan American
Psychological
Association (APA) Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1 :
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB 2:
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi
skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam
penelitian skripsi, yaitu:
1. Motivasi : pengertian motivasi, teori motivasi dan harapan, jenisjenis
motivasi,
fungsi-fungsi
motivasi,
faktor-faktor
yang
12
3.
Religiusitas
pengertian
religiusitas,
aspek-aspek
religiusitas/dimensi-dimensi religiusitas.
4. Aspek-aspek psikologis yang terjadi pada penderita kanker
serviks.
5.
BAB 3:
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian yaitu:
populasi dan sampel, definisi operasional variabel, pengumpulan data,
hasil uji coba instrument penelitian, metode analisis data, prosedur
penelitian,
BAB 4:
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian pada saat
penulis dilapangan, yaitu : gambaran umum subyek penelitian dan uji
hipotesis penelitian.
BAB 5:
13
BAB II
Kajian Teori
2.1
Motivasi
2.1.1
Pengertian motivasi
14
Menurut Teori Ekspektasi (Expectancy Theory) oleh Vroom (dalam Pace dkk,
2006) motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai individu dan
individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil
yang diinginkannya, bisa juga berarti kemungkinan subyektif dari usaha yang
memberikan hasil.
Jadi motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh
individu dan individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah
kepada hasil yang diinginkannya. Artinya, apabila setiap individu sangat
15
Aspek-aspek motivasi
terdorong
untuk
mengerjakan
suatu
aktivitas/tindakan
16
(social
pressure),
dan
penghindaran
diri
dari
hukuman
(punishment).
Menurut kesimpulan peneliti motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
mengerakkan individu untuk terlibat dalam suatu aktivitas guna mencapai
suatu tujuan.
17
Fungsi-fungsi motivasi
Menurut Najati (dalam Rahman dkk, 2004) serta Purwanto (1990) motivasi
memiliki tiga komponen pokok yaitu :
a. Menggerakkan, yakni menimbulkan kekuatan pada individu, serta
mendorong untuk bertindak dengan cara tertentu.
b. Mengarahkan, yakni mengarahkan tingkah laku untuk mencapai suatu
tujuan. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach
motivation), dan apabila tujuan tersebut tidak diinginkan oleh individu,
maka motivasi berperan menjauhkan sasaran atau tujuan (avoidance
motivation).
c. Menopang, yakni menjaga dan menopang tingkah laku dimana lingkungan
sekitar harus menguatkan intensitas serta arah dorongan-dorongan dan
kekuatan individu.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui tentang fungsi-fungsi motivasi. Tiga
fungsi tersebut sangat penting peranannya bagi individu untuk mencapai apa yang
diinginkan guna mencapai suatu tujuan.
18
2.1.5
Menurut Handoko (1998) dan Widyatun (1999), ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,
biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga
menjadi puas. Faktor internal meliputi :
1. Faktor fisik
Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik
penderita kanker serviks.
2. Faktor proses mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi
ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.
Penderita kanker serviks dengan keadaan mental yang shock saat
mengetahui penyakitnya sudah memasuki stadium lanjut, mereka akan
cenderung tidak bisa mengontrol emosinya tetapi disaat penderita
kanker serviks itu sudah bisa menerima kondisi dirinya maka mereka
akan memiliki pandangan hidup yang positif serta memiliki keyakinan
diri bahwasanya mereka akan mampu mengatasi kecemasannya dan
selalu berfikir optimis untuk dapat melawan penyakit yang
dideritanya.
19
3. Faktor hereditas
Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian
yang secara hereditas dibawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu
yang mudah termotivasi atau sebaliknya. Orang yang mudah sekali
tergerak motivasinya, akan dengan cepat bereaksi terhadap apa yang
menimpa dirinya. Sebaliknya ada yang hanya bereaksi apabila
menghadapi kejadian-kejadian yang memang sungguh penting.
4. Keinginan dalam diri
Misalnya keinginan untuk bisa merasakan kehidupan yang lebih lama,
ingin berlama-lama merasakan berada didalam sebuah keluarga dll.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah factor motivasi yang berasal dari luar diri
seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.
Faktor eksternal ini meliputi :
1. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pengguna napza baik
fisik, psikologis, maupun social (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan di
dalam Rumah Sakit sangat berpengaruh terhadap motivasi penderita
kanker serviks. Lingkungan Rumah Sakit yang tidak mendukung dan
kurang kondusif akan membuat stress bertambah.
2. Dukungan sosial
Gottlieb (1983) menyatakan bahwa bentuk perilaku dukungan social
terdiri dari informasi dan nasehat verbal dan non verbal, bantuan
20
nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban social atau didapat
karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau
efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial sangat
mempengaruhi dalam memotivasi penderita kanker serviks untuk
dapat bangkit melawan penyakitnya, meliputi dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi
dan dukungan jaringan sosial (Cohen & McKay dalam Sarafino,
2002).
3. Fasilitas
Ketersediaan fasilitas yang menunjang pengobatan penderita kanker
serviks tersedia, mudah terjangkau menjadi motivasi penderita kanker
serviks untuk dapat berobat dengan maksimal.termasuk dalam fasilitas
adalah ketersediannya sumber biaya yang mencukupi bagi pengobatan
penderita kanker serviks.
4. Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info
(Sugiono, 1999). Adanya media ini membuat penderita kanker serviks
menjadi lebih tahu tentang penyakitnya dan pada akhirnya dapat
menjadi motivasi untuk dapat melakukan pengobatan.
21
2.1.6
Pengukuran motivasi
Menurut Pintrich & Schunk (1996), motivasi dapat diukur dengan berbagai
macam cara, antara lain sebagai berikut :
1. Pengamatan langsung
Pada pengukuran ini, perilaku individu diamati secara langsung. Metode
ini merupakan indikator yang valid bagi motivasi, namun mengabaikan
proses kognitif dan afektif yang mendasari munculnya tingkah laku yang
termotivasi tadi.
2. Penilaian orang lain
Dengan cara ini, sejumlah pengamat (misalnya dokter, perawat, keluarga)
menilai penderita berdasarkan beberapa karakteristik yang menunjukkan
adanya motivasi. Dengan metode ini, pengamat lebih objektif dalam
menilai penderita dibandingkan jika penderita menilai dirinya sendiri.
Selain itu, metode ini juga melengkapi metode pengamatan langsung
dengan melibatkan proses motivasional yang mendasari perilaku. Namun
dibandingkan dengan pengamatan langsung, validitas metode ini rendah
karena melibatkan ingatan pengamat dan penarikan kesimpulan atas
perilaku penderita.
22
23
tersebut
dicatat
dan
dianalisis
untuk
mengetahui
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari
penjabaran tentang motivasi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan individu untuk bertingkahlaku guna
mencapai pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses
melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Jadi bisa dikatakan
bahwa motivasi terjadi apabila individu mempunyai keinginan dan kemauan
untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
Sedangkan menurut penulis berobat sendiri dapat diartikan sebagai
pengaturan
dalam
diri
individu
untuk
melawan
penyakitnya
atau
24
yang
sedang
menderita
penyakit
kanker
serviks
sehingga
25
bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki, dengan kata lain
motivasi merupakan penyemangat yang timbul dari dirinya sendiri ataupun
dengan bantuan pihak lain sebagai motivator bagi dirinya sendiri.
Motivasi intrinsik mengarah pada kepuasan dalam melakukan suatu
kegiatan. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan seseorang merasa tidak terpaksa
dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang muncul murni berasal dari
dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker serviks yang memiliki motivasi
intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena memang penderita ingin
melakukannya, bukan karena stimulus eksternal misalnya diberikan suatu
penghargaan pada dirinya (mendapat pujian dari keluarga karena telah mau
mengikuti terapi), tetapi menurut hemat penulis selain mengarah kepada kepuasan
penderita dalam melakukan suatu aktivitas ataupun tindakan religiusitaspun
termasuk didalam intrinsik setiap manusia karena religiusitas merupakan
pemahaman setiap individu terhadap agamanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik
lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus dari luar.
Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan serangkaian
pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai contohnya karena
dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah komunitas kanker
yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya dan juga memiliki teman senasib
dengannya.
Woolfolk (2004) menyebutkan bahwa motivasi ekstrinsik di dorong oleh
stimulus eksternal yaitu dukungan sosial (keluarga, dokter maupun perawat),
Siswanto dkk (1999) pun dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor
26
Dukungan Sosial
2.2.1
Setiap manusia pasti membutuhkan bantuan ataupun peranan orang lain dalam
hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan satu
sama lainnya. Kebutuhan manusia itu banyak macamnya. Mulai dari kebutuhan
fisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikis, itu semua tentu tidak akan mungkin
terpenuhi tanpa bantuan dari orang lain. Jika seseorang sedang menghadapi
masalah baik ringan ataupun berat, keberadaan orang lain disampingnya tentu
akan sangat berdampak bagi orang tersebut. Efek atau peranan positif ini
dinamakan dukungan sosial. Misal, ketika seseorang menderita sakit, keluarga
yang datang untuk menjenguknya serta menemaninya selama proses pengobatan
berlangsung merupakan sumber dukungan bagi dirinya. Dukungan sosial dari
orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya,
seperti : dokter, perawat atau komunitas yang memang fokus dan perduli terhadap
penderita kanker serviks.
27
28
Cobb (dalam Smet 1994:136) dukungan sosial itu terdiri atas informasi
yang menuntun orang meyakini bahwa ia diurus dan disayangi. Setiap informasi
apapun dari lingkungan sosial yang mempersiapkan persepsi subyek bahwa ia
penerima efek positif, penegasan, atau bantuan, menandakan ungkapan dukungan
sosial.
Menurut Cohen & Wills (dalam Davidson dkk, 2006) bahwa dukungan
sosial memiliki dua aspek utama, yaitu dukungan sosial struktural dan dukungan
sosial fungsional. Dukungan sosial struktural menyangkut jaringan hubungan
sosial yang dimiliki individu, misalnya status pernikahan dan jumlah teman yang
dimiliki. Dukungan sosial fungsional lebih menekankan pada kualitas hubungan
sosial yang dimiliki. Misal, sejauh mana individu percaya bahwa dirinya memiliki
teman-teman yang akan membantunya pada saat dibutuhkan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan
sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik
dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,
diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu
kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.
2.2.2
29
30
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau
penilaian yang positif untuk individu, dorongan untuk maju dan pemberian
semangat, dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain.
Dukungan ini menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang
positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk
dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga,
mampu dan berarti.
c. Dukungan instrumental
Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk
bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan
berupa tindakan nyata atau benda.
d. Dukungan informasi
Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau
saran, pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan
individu.
e. Dukungan jaringan sosial
Hubungan jenis ini menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang
memungkinkan individu melakukan aktivitas sosial.
Dari definisi mengenai aspek-aspek dukungan sosial, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung
pada keadaan dan situasi stres yang dialami. Kelima aspek-aspek dukungan
sosial di ataslah yang penulis pilih untuk penelitian ini. Diharapkan aspek-aspek
31
dukungan sosial ini dapat berpengaruh cukup besar terhadap motivasi berobat
penderita kanker serviks.
2.2.4
Sarafino (2006) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan sosial
dalam kehidupan manusia, yaitu model efek langsung (direct effect) dan model
efek pelindung (buffering effect). Dalam model efek langsung (direct effect),
dukungan sosial berperan dalam meningkatkan kesejahteraan individu walaupun
individu tersebut tidak dalam keadaan stres. Model ini menekankan pada struktur
dukungan, seperti jumlah orang dalam jaringan sosial atau kegiatan yang ada
dalam kegiatan sosial.
Pada efek pelindung (buffering effect), dukungan sosial memiliki peranan
untuk melindungi individu dari efek negatif akibat stres. Model ini menekankan
pada fungsi dukungan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Kedua
model ini pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial memiliki peranan
dalam melemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stres terhadap
kesejahteraan mental individu.
2.2.5
Ketika seorang individu divonis dokter menderita penyakit kronis, maka individu
tersebut pasti merasakan sebuah ketakutan yang terjadi pada dirinya. Disaat itulah
mereka membutuhkan dorongan yang dapat menjadikan penyemangat dalam
hidupnya. Semangat itulah yang dapat menumbuhkan keyakinan pada dirinya
untuk terus berusaha maju dalam melawan penyakitnya. Semangat atau dorongan
32
tersebut bukan berasal hanya dari dirinya sendiri ataupun keluarga terdekat
melainkan juga dari orang yang dipercaya dalam menangani penyakitnya tersebut
baik dokter, perawat, maupun juga sebuah komunitas yang concern terhadap
penyakitnya.
Menurut Dizon dkk (2011) dengan melibatkan keluarga dan dukungan
sosial dapat membantu penderita kanker serviks dalam menghadapi saat yang
amat sulit dalam hidup penderita kanker serviks. Dukungan sosial adalah
pengaruh positif yang diberikan oleh keluarga, dokter, perawat maupun juga
sebuah komunitas terhadap penderita kanker serviks dalam mendukung semua hal
yang berkaitan dengan pengobatannya.
Peran dukungan sosial amatlah penting bagi penderita, karena dengan
adanya kebersamaan dengan orang-orang disekitar penderita, penderita akan
merasa bahwa ia disayangi, dihargai dan mendapatkan suatu kepedulian terhadap
penyakit yang dideritanya. Dukungan sosial merupakan andil yang besar dalam
menentukan status pengobatan penderita. Jika dukungan-dukungan tersebut
mengharapkan penderita untuk berobat, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka penderita akan merasa lebih percaya diri,
lebih bahagia dan siap dalam menjalani semua pengobatannya.
Merujuk pada efek pelindung bahwa dukungan sosial mempengaruhi
kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindungan
ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat.
Berdasarkan paparan diatas, dukungan sosial yang diberikan kepada penderita
33
Religiusitas
2.3.1
Pengertian religiusitas
Menurut Chaplin (2008) religion adalah satu sistem yang kompleks dari
kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan upacara-upacara yang menghubungkan
individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan.
Agama dalam pengertian Glock & Stark (dalam Ancok, 1994), adalah
sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).
Selanjutnya Fetzer (1999) juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu
yang lebih menitik beratkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah
doktrin dari setiap agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh
setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
34
Dimensi-Dimensi Religiusitas
35
sehingga
Daily
Spiritual
Experiences
lebih
kepada
pengalaman
dan
esensi-esensi
yang
dialami
individu
atau
36
d. Forgiveness
Dimensi ini maksudnya adalah suatu tindakan memaafkan dan bertujuan
untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan dan berusaha keras
untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan, dan cinta.
Menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) forgiveness mencakup lima
dimensi turunan, yaitu:
1. Pengakuan dosa (Confession).
2. Merasa diampuni oleh Tuhan (feeling forgivene by God.)
3. Merasa dimaafkan oleh orang lain (feeling forgiven by others).
4. Memaafkan orang lain (forgiving others).
5. Dan memaafkan diri sendiri (forgiving one self)
Sedangkan
menurut
Kendler
dkk
(2003)
Dimensi
Forgiveness
37
Menurut Glock & Stark (dalam Ancok, 1994) dimensi ini disebut Dimensi
Praktik Agama, karena mencakup mengenai ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan individu untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Praktik-praktik keberagaman menurutnya terdiri atas :
1. Ritual, dapat mengetahui sejauh mana setiap individu dalam
mengerjakan
kegiatan-kegiatan
ibadahnya
sebagaimana
yang
38
Cervix sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya leher, leher ini merupakan
bagian paling bawah dari rahim yang menonjol ke dalam vagina. Fungsi dari leher
rahim adalah sebagai saluran ke dalam dan ke luar dari rahim. Sedangkan kanker
merupakan penyakit dengan karakteristik pertumbuhan sel tidak terkendali yang
akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan normal yang sehat (Dizon dkk, 2011)
Kanker tergolong penyakit kronis, hal ini dikarenakan penyakit kanker
dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Taylor (2003) mengemukakan
ada lima tahap reaksi emosi yang berhubungan dengan penyakit kronis yakni
penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (barganing for extra),
depresi (depression), dan penerimaan diri (acceptance).
a. Penyangkalan (denial)
Penyangkalan adalah sistem pertahanan yang membuat seseorang
berusaha menghindari dampak yang ditimbulkan dari suatu penyakit dan
biasanya berlangsung dalam beberapa hari.
39
b. Kemarahan (anger)
Pada tahapan ini pasien berusaha mempertanyakan mengapa harus saya
yang menderita penyakit kronis?.
c. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (barganing for extra)
Pada tahapan ini penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih
baik dan strategi yang berbeda, misalnya berjanji untuk hidup lebih sehat
dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
d. Depresi (depression)
Istilah depresi sebagai kurangnya kontrol yang merupakan realisasi dari
memburuknya suatu simtom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak
membaik. Pada tahap ini penderita kanker akan merasa muak, sesak, letih,
sulit makan, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian,
menghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman.
e. Penerimaan Diri (acceptance)
Pada tahap ini penderita kanker sudah tidak marah lagi dan sudah
membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan
juga menghadapi pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diketahui bahwa banyak aspek
psikologis yang terjadi pada penderita kanker. Namun demikian tidak semua
individu mencapai semua taraf yang diuraikan, hanya dua, tiga tahap atau bahkan
satu tahap saja yang dialami, misalnya tahap marah dan depresi, atau penolakan
dan depresi. Dengan semakin kompleksnya masalah psikologis yang terjadi pada
40
penderita kanker tentu akan berpengaruh terhadap motivasi untuk berobat bagi
penderita sendiri.
2.5
Kerangka Berfikir
Setiap wanita pasti akan terkejut saat mengetahui bahwa dirinya menderita kanker
serviks, apalagi saat wanita tersebut tahu bahwa penyakit yang dideritanya
tersebut sudah termasuk dalam stadium lanjut. Mereka akan merasakan ketakutan,
berusaha menyangkal tentang penyakitnya, depresi dan khawatir mengenai
penyakit yang dideritanya tetapi lama-kelamaan penderita tersebut mulai
menerima apa yang terjadi pada dirinya (Taylor, 2003).
Disaat penderita mulai menerima kondisi tubuhnya timbulah suatu
dorongan atau motivasi pada diri penderita untuk bangkit melawan penyakit yang
dideritanya. Penderita yang memiliki motivasi tinggi akan berusaha bangkit dan
tidak berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya walaupun
sebenarnya penyakit yang dideritanya sudah dalam stadium lanjut, sedangkan bagi
penderita yang memiliki motivasi rendah akan mudah terpuruk dan berpasrah diri
dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
Menurut Woolfolk (2004) terdapat dua aspek motivasi yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan individu
merasa tidak terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang
muncul murni berasal dari dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker
serviks yang memiliki motivasi intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena
memang penderita berusaha semampunya untuk bertahan hidup. Sedangkan
41
motivasi ekstrinsik lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus
dari luar. Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan
serangkaian pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai
contohnya karena dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah
komunitas kanker yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya.
Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu
tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan
anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Terdapat
5 aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial (Cohen
& McKay dalam Sarafino, 2002). Dukungan-dukungan tersebutlah yang
diharapkan bisa membantu meningkatkan motivasi berobat penderita kanker
serviks.
Selain dukungan yang dirasakan dari kebersamaan dengan orang-orang
disekitarnya, penderita yang religus akan mencari dukungan lain selain dukungan
dari orang-orang disekitarnya seperti dukungan dari Maha Sang Pencipta yaitu
Tuhan, dukungan ini sangat diperlukan oleh penderita. Penderita yang religius
yang mengalami ketakutan, depresi dan kekhawatiran akan berusaha berhubungan
dan mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya menjadi tentram dan penuh
keyakinan dalam menjalani proses pengobatan. Penderita yang religius yang yakin
akan kekuasaan Tuhannya akan memasrahkan dirinya karena hidup dan mati
semua makhluk hidup didunia ini sudah diatur oleh Tuhan YME. Oleh karenanya
42
43
Dukungan Emosi
Dukungan Penghargaan
Dukungan Instrumental
Dukungan Sosial
Dukungan Informasi
Dukungan Jaringan
Sosial
Dimensi Belief
Religiusitas
Dimensi Forgiveness
Dimensi Private
Religious Practise
Dimensi
Religious/Spiritual
Coping
Motivasi
berobat
penderita
kanker
serviks
44
2.6
Hipotesis
Hipotesis Khusus
Ha1
Ha2
Ha3
Ha4
Ha5
Ha6
45
Ha7
Ha8
Ha9
Ha10 : Ada pengaruh dimensi Private religious practice terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks.
Ha11 : Ada pengaruh dimensi Religious/spiritual coping terhadap motivasi
untuk berobat pada penderita kanker serviks.
46
BAB III
Metode Penelitian
3.1
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kanker serviks yang sedang berobat
di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Adapun karakteristik populasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengalami kanker serviks stadium lanjut
Mengapa penulis menginginkan penelitian ini dengan penderita kanker
serviks stadium lanjut karena penulis ingin melihat apakah motivasi
berobat dalam diri penderita yang mengalami kanker serviks stadium
lanjut masih sangat tinggi dalam menghadapi penyakitnya, ditambah lagi
dari beberapa artikel juga buku yang penulis baca penderita kanker serviks
rata-rata datang ke Rumah Sakit memang sudah dalam stadium lanjut dan
menurut Dizon (2011) semakin tinggi tingkat stadium seorang penderita
kanker serviks semakin kecil tingkat kesembuhan yang akan mereka
rasakan. Dan juga untuk melihat apakah peran dukungan sosial dan
religiusitas yang penderita rasakan sangatlah cukup berarti bagi penderita
sendiri.
b. Wanita dewasa madya (30-60 tahun)
Pertimbangan lainnya mengapa penulis mencantumkan pertimbangan
umur karena dari beberapa artikel dan buku yang kemudian penulis
simpulkan bahwa penderita kanker serviks umumnya muncul pada wanita
47
berumur 30-60 tahun dan menurut Santrock (2005) wanita yang berumur
30-60 tahun termasuk dalam wanita dewasa madya.
c. Berobat rawat/inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Mengapa penulis memilih Rumah Sakit Kanker Dharmais, karena Rumah
Sakit ini merupakan Rumah Sakit Kanker Nasional dimana hampir semua
jenis kanker di rawat di Rumah Sakit ini termasuk kanker serviks.
Dari populasi yang ada penulis hanya akan mengambil 95 penderita sebagai
sampel di Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan karakteristik yang penulis
sebutkan diatas. Mengapa penulis hanya mengambil 95 penderita sebagai sampel
karena di Rumah Sakit Kanker Dharmais populasi dihitung setiap tahun sekali,
oleh karenanya penulis tidak bisa mengetahui jumlah populasi di Rumah Sakit
tersebut untuk menentukan sampel. Dalam penelitian ini, tekhnik yang akan
digunakan adalah tekhnik non-probability sampling yaitu tekhnik dimana setiap
populasi tidak memiliki kesempatan (peluang) yang sama untuk dijadikan sampel
(Riduwan, 2009).
3.2
Variabel Penelitian
48
Pengumpulan Data
3.3.1
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Penggunaan skala pada pengumpulan data
didasarkan bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap
sesuatu. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan empat
alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau
kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau ketidaksetujuan
(unfavorable) (Sevilla, 1993).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yakni sebagai berikut:
Setuju (S)
49
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih
sesuai dengan jenis pernyataan yakni
3.3.2
Kategori Respon
SS
TS
STS
Favorabel
Unfavorabel
Instrumen penelitian
Pada penelitian ini digunakan instrument pengambilan data berupa (1) skala
dukungan sosial, (2) skala baku religiusitas, dan (3) skala motivasi. Skala yang
digunakan adalah skala model Likert. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga
skala, yaitu :
a. Skala Dukungan Sosial
Penulis akan membuat pernyataan-pernyataan mengenai dukungan sosial yang
penderita rasakan berdasarkan teori Sarafino (2002). Adapun blue print skala
dukungan sosial terdapat dalam tabel dibawah ini :
50
Table 3.2
Blue Print Skala Dukungan Sosial
No
1
Aspek
Dukungan
Emosi
Indikator
Mendapatkan
rasa empati
Item
Favorable
1, 15
Item
Unfavorable
9, 26
Jumlah
Dukungan
Penghargaan
2, 10
Mendapatkan
ekspresi kasih
sayang
3, 23
Mendapatkan
dorongan
untuk maju dan
semangat
22, 13
30, 7
Dukungan
instrumental
Dukungan
Informasi
Dukungan
jaringan sosial
Mendapatkan
persetujuan
ketika
melakukan
sesuatu.
Mendapatkan
bantuan barang
maupun jasa.
Mendapatkan
pengarahan.
4, 20
12, 18
8, 28
6, 29
14, 24
Mendapatkan
umpan balik
mengenai apa
yang
dilakukan.
Ikut serta
dalam aktivitas
sosial
TOTAL
17, 11
21
25, 27
16, 19
30
51
b. Skala Religiusitas
Dalam penelitian ini menggunakan skala religiusitas dari Fetzer Institute (1999)
yang telah dibakukan. Adapun blue print skala religiusitas seperti dibawah ini :
Table 3.3
Blue Print Skala Religiusitas
No
1
Dimensi
Dailiy Spiritual
Experience
Value
Belief
Forgiveness
Private Religious
Indikator
Merasakan
adanya Tuhan
dan dicintai
Tuhan.
Item
Favorable
1, 10, 16
Item
Unfavorable
Jumlah
Menemukan
kekuatan
dalam agama.
20, 29
Dekat dengan
Tuhan.
23
Merasakan
keindahan
ciptaan
Tuhan.
Memahami
nilai-nilai
dalam
kehidupan.
Keyakinan
terhadap
Tuhan dan
nilai-nilai
agama.
Memaafkan
orang lain.
5, 13
26
2, 27
19
Memaafkan
diri sendiri.
17
6, 28
Merasa
diampuni
oleh Tuhan.
Melakukan
25
14
3, 8, 15, 24,
31
7, 12, 22,
52
Practice
praktek
agama.
6 Religious/Spiritual Meminta
Coping
solusi kepada
Tuhan.
TOTAL
Didalam pernyataan-pernyataan tersebut
32
11, 18, 30,
21
32
terdapat dua jenis pernyataan yaitu
pernyataan favorable dan unfavorable dan jumlah item yang digunakan yaitu
sebanyak 32 item.
c. Skala Motivasi untuk berobat
Penulis akan membuat pernyataan mengenai motivasi untuk berobat yang
dirasakan dalam diri setiap penderita kanker serviks berdasarkan teori Woolfolk
(2004). Adapun blue print skala motivasi berobat penderita kanker serviks seperti
dibawah ini :
Table 3.4
Blue Print Skala Motivasi untuk berobat
No
1
Aspek
Intrinsik
Ekstrinsik
Indikator
Item
Favorable
1,2, 15,20
Item
Unfavorable
7, 10, 14
Mencari tahu
tentang penyakit
dan
pengobatannya
Mendapatkan
imbalan
(reward) atau
hukuman
(punishment).
4, 8, 25
3, 16, 19
5, 6, 9
17, 23,24
Mendapat
tekanan sosial
(social
pressure).
TOTAL
22, 18, 13
Membutuhkan
pengobatan dan
minat berobat
Jumlah
13
12
11, 12, 21
25
53
54
tes atau skala dengan rumus Alpha Cronbach > dari 0.60 dan perhitungan
menggunakan SPSS versi 18.
3.5
Hasil reliabilitas uji coba skala dukungan sosial sebesar 0, 888. Dari 30 item yang
dibuat, gugur sebanyak 9 item. Adapun nomor item yang valid (*) dapat dilihat
pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Blue Print Skala Dukungan Sosial
Valid (*)
No
Aspek
Dukungan
Emosi
Indikator
Mendapatkan
rasa empati
Item
Favorable
Item
Unfavorable
1*, 15*
9, 26*
Total
Item
Valid
Dukungan
Penghargaan
Dukungan
instrumental
Dukungan
Informasi
Mendapatkan
2*, 10*
ekspresi kasih
sayang
Mendapatkan
3*, 23*
dorongan untuk
maju dan
semangat
22, 13*
Mendapatkan
persetujuan
ketika
melakukan
sesuatu.
Mendapatkan
bantuan barang
maupun jasa.
Mendapatkan
pengarahan.
4*, 20
12, 18
8, 28*
5*
6*, 29*
14*, 24
Mendapatkan
umpan balik
17*, 11*
21
30*, 7*
55
Dukungan
jaringan sosial
mengenai apa
yang
dilakukan.
Ikut serta
dalam aktivitas
sosial
TOTAL
25*, 27*
16*, 19
21
b. Skala Religiusitas
Hasil reliabilitas uji coba skala religiusitas sebesar 0, 877. Dari 32 item yang
dibuat, gugur sebanyak 6 item. Untuk mengetahui nomor item yang valid (*)
dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Blue Print Skala Religiusitas
Valid (*)
No
Dimensi
Dailiy Spiritual
Experience
Value
Belief
Indikator
Item
Favorable
Merasakan
adanya Tuhan
dan dicintai
Tuhan.
1*,
16*
Menemukan
kekuatan
dalam agama.
20*, 29*
Dekat dengan
Tuhan.
23*
Merasakan
keindahan
ciptaan
Tuhan.
Memahami
nilai-nilai
dalam
kehidupan.
Keyakinan
5*, 13*
Item
Unfavorable
10*,
2*, 27*
Total
Item
Valid
8
26
56
Forgiveness
terhadap
Tuhan dan
nilai-nilai
agama.
Memaafkan
orang lain.
24*, 31*
4*
19*
Memaafkan
diri sendiri.
17*
6, 28
25
14
Merasa
diampuni oleh
Tuhan.
Private Religious Melakukan
Practice
praktek
agama.
Religious/Spiritual Meminta
Coping
solusi kepada
Tuhan.
TOTAL
7*,12*,
22*, 32*
11*,18*,
21*, 30*
26
Aspek
Intrinsik
Indikator
Membutuhkan
pengobatan dan
minat berobat
Item
Favorable
Item
Unfavorable
1*,2*,
15*,20*
Total
Item
Valid
13
Mencari tahu
tentang penyakit
dan
pengobatannya
57
Ekstrinsik
Mendapatkan
imbalan
(reward) atau
hukuman
(punishment).
5*, 6*, 9*
22, 18*,
Mendapat
13*
tekanan sosial
(social pressure).
TOTAL
3.6
17*, 23*,24*
11
11*, 12*,
21*
24
Prosedur Penelitian
3.7.1
Tahap persiapan
1. Dimulai dengan perumusan masalah
2. Menentukan variabel penelitian
3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran dan landasan
teoritis yang tepat.
4. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu skala dukungan sosial, skala baku
religiusitas dan skala motivasi berobat.
5. Menentukan lokasi penelitian
58
3.7.2
3.7.3
3.7.4
Tahap pembahasan
1. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan
teori.
2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas
berdasarkan data dan teori yang ada.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Dari 95
penderita kanker serviks, 30 penderita untuk try out dan 65 penderita kanker
serviks untuk field test.
4.2
4.2.1
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 18. Dalam regresi ada 3 hal yang
dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)
pengaruh IV secara keseluruhan (mayor) terhadap DV dan signifikansinya, kedua
melihat apakah dari 11 IV (minor) berpengaruh secara positif maupun negatif dan
signifikan
60
Model
0,627a
0,267
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0,393
atau 39,3%. Artinya variasi dari motivasi untuk berobat yang dijelaskan oleh
semua independen variabel adalah sebesar 39,3%, sedangkan 60,7% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Kemudian penulis menganalisis
dampak dari seluruh independen variabel terhadap motivasi untuk berobat.
Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
4.2 Tabel Anova
ANOVA
Model
Sum of Square Df
Mean Square
1
Regression
2353,352
11
213,941
Residual
3641,350
53
68,705
Total
5994,702
64
F
3,114
Sig
0,003a
61
Model
(Constant)
D.emosi
D.penghargaan
D.instrumen
D.informasi
D.jaringansosial
dailyspiritual
value
belief
forgiveness
privatereligious
spiritualcoping
5,639
0,221
t
0,387
-1,255
2,664
0,462
2,053
2,422
-0,621
-1,672
0,180
2,620
0,238
-1,284
D.emosi
Sig
0,700
0,215
0,010*
0,646
0,045*
0,019*
0,537
0,100
0,858
0,011*
0,813
0,205
+
0,423
0,152
Religious/Spiritual
Coping
Keterangan : signifikan (*)
Dari tabel 4.3, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefesien regresi
yang dihasilkan kita cukup melihat nilai Sig pada kolom yang paling kanan
(kolom ke-6), jika Sig < 0,05, maka koefesien regresi yang dihasilkan signifikan
62
pengaruhnya terhadap motivasi untuk berobat dan sebaliknya. Dari hasil di atas
hanya koefesien regresi dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan
jaringan sosial, dan forgiveness yang siginifikan, sedangkan sisa lainnya tidak.
Hal ini berarti bahwa dari 11 hipotesis minor hanya empat yang signifikan.
Penjelasan dari nilai koefesien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV
adalah sebagai berikut :
1. Aspek dukungan emosi : diperoleh nilai koefesien regresi sebesar -0,221
yang berarti bahwa dimensi dukungan emosi secara negatif mempengaruhi
motivasi untuk berobat tetapi tidak signifikan karena 0,215 > 0,05.
Semakin tinggi skor dukungan emosi maka semakin rendah motivasi
untuk berobat.
2. Aspek dukungan penghargaan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0,423 yang berarti bahwa aspek dukungan penghargaan secara positif
mempengaruhi motivasi untuk berobat dan signifikan karena 0,010 < 0,05.
Semakin tinggi skor dukungan pengahargaan maka semakin tinggi
motivasi untuk berobat.
3. Aspek dukungan instrumental : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0,053 yang berarti bahwa aspek dukungan instrumental secara positif
mempengaruhi motivasi untuk berobat tetapi tidak signifikan karena 0,646
> 0,05. Semakin tinggi skor dukungan instrumental maka semakin tinggi
motivasi untuk berobat.
4. Aspek dukungan informasi : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,276
yang
berarti
bahwa
aspek
dukungan
informasi
secara
positif
63
mempengaruhi motivasi untuk berobat dan signifikan karena 0,045 < 0,05.
Semakin tinggi skor dukungan informasi maka semakin tinggi motivasi
untuk berobat.
5. Aspek dukungan jaringan sosial : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0,291 yang berarti bahwa aspek dukungan jaringan sosial secara positif
mempengaruhi motivasi untuk berobat dan signifikan karena 0,019 < 0,05.
Semakin tinggi skor dukungan jaringan sosial maka semakin tinggi
motivasi untuk berobat.
6. Dimensi daily spiritual experience : diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar -0,101 yang berarti bahwa dimensi daily spiritual experience
secara positif mempengaruhi motivasi untuk berobat tetapi tidak signifikan
karena 0,537 > 0,05. Semakin tinggi skor dimensi daily spiritual
experience maka semakin rendah motivasi untuk berobat.
7. Dimensi value : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,184 yang
berarti bahwa dimensi value secara negatif mempengaruhi motivasi untuk
berobat tetapi tidak signifikan karena 0,100 > 0,05. Semakin tinggi skor
dimensi value maka semakin rendah motivasi untuk berobat.
8. Dimensi belief : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,022 yang
berarti bahwa dimensi belief secara positif mempengaruhi motivasi untuk
berobat tetapi tidak signifikan karena 0,858 > 0,05. Semakin tinggi skor
dimensi belief maka semakin tinggi motivasi untuk berobat.
9. Dimensi forgiveness : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,434 yang
berarti bahwa dimensi forgiveness secara positif mempengaruhi motivasi
64
untuk berobat dan signifikan karena 0,011 < 0,05. Semakin tinggi skor
dimensi forgiveness maka semakin tinggi motivasi untuk berobat.
10. Dimensi private religious practice : diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.047 yang berarti bahwa dimensi private religious practice secara
positif mempengaruhi motivasi untuk berobat tetapi tidak signifikan
karena 0,813 > 0,05. Semakin tinggi skor dimensi private religious
practice maka semakin tinggi motivasi untuk berobat.
11. Dimensi spiritual/religious coping :
Pada tabel 4.3 koefesien regresi di atas, dari keempat IV yang berpengaruh
signifikan terhadap DV dapat diketahui mana yang memiliki pengaruh lebih
besar. Untuk membandingkan besar kecilnya pengaruh antara IV terhadap DV
dapat diketahui dengan cara melihat Standardized Coefficient (Beta). Maka dari
tabel di atas dapat diketahui perbandingan atau urutan IV yang memiliki pengaruh
terbesar hingga terkecil, besar kecilnya suatu nilai tidak dipengaruhi oleh negatif
ataupun positif, jika ada nilai yang negatif tetapi memiliki nilai yang besar maka
dapat dikatakan nilai tersebutlah yang bisa ditaruh diurutan pertama. Dalam
penelitian penulis dari keempat IV yang signifikan tidak ada nilai yang negatif,
dan urutannya adalah sebagai berikut : Dukungan penghargaan memiliki beta
65
sebesar 0,368, jadi bisa dikatakan dukungan penghargaan memiliki nilai yang
lebih besar daripada nilai dari dukungan forgiveness dengan beta 0,309, dukungan
jaringan sosial dengan beta 0,300, dan dukungan informasi dengan beta 0,237.
4.2.2
Berdasarkan hasil dari koefesien regresi, diketahui bahwa pada variabel dukungan
sosial hanya tiga dari lima aspek yang berpengaruh signifikan. Sedangkan pada
variabel religiusitas hanya satu dimensi dari enam dimensi yang berpengaruh
signifikan. Kemudian langkah yang terakhir penulis ingin melihat besarnya
kontribusi dan signifikansi masing-masing IV terhadap DV.
Tabel 4.4
Variasi untuk masing-masing independen variabel
Model Summary
Change Statistic
R Square
F Change
df1
df2 Sig. F Change
Change
Model R Square
1
0,047
0,047
3,138
1
63
0,081
2
0,161
0,114
8,409
1
62
0,005*
3
0,171
0,010
0,745
1
61
0,391
4
0,225
0,054
4,157
1
60
0,046*
5
0,282
0,057
4,663
1
59
0,035*
6
0,284
0,002
0,175
1
58
0,677
7
0,299
0,015
1,223
1
57
0,273
8
0,302
0,003
0,237
1
56
0,629
9
0,372
0,070
6,148
1
55
0,016*
10
0,374
0,002
0,133
1
54
0,717
11
0,393
0,019
1,649
1
53
0,205
Total
0,393
Keterangan : signifikan (*)
66
Dari tabel model summary terdapat R Square sebesar 0,393 atau 39,3%.
Nilai tersebut adalah total kontribusi dari semua IV terhadap DV. Jika penulis
jabarkan kontribusi dari setiap IV terhadap DV adalah sebagai berikut :
1. Aspek dukungan emosi memberikan kontribusi sebesar 4,7% terhadap
motivasi untuk berobat. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistic
karena Sig F Change = 0,081 > 0,05
2. Aspek dukungan penghargaan memberikan kontribusi sebesar 11,4%
terhadap motivasi untuk berobat. Kontribusi tersebut signifikan secara
statistic karena Sig F Change = 0,005 < 0,05
3. Aspek dukungan instrumental memberikan kontribusi sebesar 1,0%
terhadap motivasi untuk berobat. Kontribusi tersebut tidak signifikan
secara statistic karena Sig F Change = 0,391 > 0,05
4. Aspek dukungan informasi memberikan kontribusi sebesar 5,4% terhadap
motivasi untuk berobat. Kontribusi tersebut signifikan secara statistic
karena Sig F Change = 0,046 < 0,05
5. Aspek dukungan jaringan sosial memberikan kontribusi sebesar 5,7%
terhadap motivasi untuk berobat. Kontribusi tersebut signifikan secara
statistic karena Sig F Change = 0,035 < 0,05
6. Dimensi daily spiritual experience memberikan kontribusi sebesar 0,2%
terhadap motivasi untuk berobat. Kontribusi tersebut tidak signifikan
secara statistic karena Sig F Change = 0,677 > 0,05
67
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada empat IV, yaitu dukungan
penghargaan, dukungan informasi, dukungan jaringan sosial, dan forgiveness
yang signifikan kontribusinya terhadap motivasi untuk berobat. Dari keempat IV
tersebut dapat dilihat mana yang paling besar memberikan kontribusinya terhadap
DV dengan melihat nilai R2 Changenya, semakin besar maka semakin banyak
kontribusi yang diberikan terhadap DV. Sebenarnya dengan melihat Standardized
Coefficient (Beta) pada tabel 4.3 Koefesien Regresi kita dapat melihat empat IV
68
yang memberikan pengaruh kontribusi dari yang terbesar hingga yang terkecil,
tetapi sekedar hanya untuk menambahkan bahwa dengan cara melihat R2 Change
pada tabel 4.4 kita juga dapat melihat urutan IV yang signifikan memberikan
kontribusi dari yang terbesar hingga yang terkecil, seperti diurutan pertama
dukungan penghargaan dengan R2 Change 0,114 memiliki nilai lebih besar
dibandingkan forgiveness dengan R2 Change 0,070, dukungan jaringan sosial
dengan R2 Change 0,057 dan diurutan yang terakhir dukungan informasi dengan
R2 Change 0,054.
69
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
experience,
spiritual/religious coping.
value,
belief,
private
religious
practice,
dan
70
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh dukungan sosial terhadap
motivasi untuk berobat, hanya tiga aspek dukungan sosial yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi untuk berobat, yaitu dukungan
penghargaan, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial.
Dukungan penghargaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi untuk berobat dengan nilai koefesien regresi sebesar 0,423 (0,010 <
0.05). Pengaruh pada dukungan penghargaan ini bernilai positif, artinya semakin
tinggi dukungan penghargaan maka semakin tinggi motivasi untuk berobat. Hal
ini sesuai dengan penelitian Siswanto (dalam Jurnal Epidemiologi, 1999) yang
menyimpulkan bahwa dukungan penghargaan memberikan sumbangan yang
cukup tinggi terhadap motivasi untuk sembuh.
Dari aspek-aspek Cohen & McKay (dalam Sarafino, 2002) yang penulis
baca dan penelitian Siswanto (1999) dijelaskan bahwa individu yang
mendapatkan dukungan penghargaan akan merasa bahwa dirinya masih berguna
bagi orang lain, merasa mampu melewati masa-masa yang sulit di dalam
kehidupannya dan diakui keberadaannya oleh orang-orang yang ada disekitarnya.
Penderita kanker serviks yang berpandangan seperti itu akan merasa nyaman
dengan pengobatannya karena orang-orang disekitarnya menganggap dirinya
masih berguna dan diakui sehingga dirinya akan termotivasi untuk terus berobat
walaupun mungkin pada akhirnya nanti kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Sehingga semakin tinggi dukungan penghargaan yang dirasakan oleh
71
penderita kanker serviks, maka tentunya semakin tinggi motivasi untuk berobat
yang mereka akan lakukan.
Selanjutnya, dukungan informasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi untuk berobat dengan nilai koefesien regresi sebesar 0,276
(0,045 < 0,05). Pengaruh pada dukungan informasi bernilai positif, artinya
semakin tinggi dukungan informasi maka semakin tinggi pula motivasi untuk
berobat. Hal tersebut dikarenakan penderita kanker serviks yang mendapatkan
dukungan informasi yang tinggi merasa bahwa orang-orang yang ada disekitarnya
memberikan nasehat, saran, dan pengarahan yang cukup berarti dengan apa yang
ingin penderita lakukan dalam hal pengobatannya. Hal tersebut sesuai dengan
aspek-aspek yang dijelaskan oleh Cohen & McKay (dalam Sarafino, 2002) bahwa
dimensi informasi diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran,
pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu.
Sehingga penderita merasa bahwa apa yang ingin penderita lakukan dengan
pengobatannya, orang-orang sekitar yang ada disamping penderita selalu
memberikan respon yang baik dan membuat penderita termotivasi untuk
melakukan pengobatan.
Aspek dukungan sosial yang terakhir yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap motivasi untuk berobat adalah dukungan jaringan sosial.
Dukungan jaringan sosial memiliki nilai koefesien regresi sebesar 0,291 (0,019 <
0,05). Pengaruh pada dukungan jaringan sosial bernilai positif, artinya semakin
tinggi dukungan jaringan sosial maka semakin tinggi motivasi untuk berobat yang
dirasakan oleh penderita kanker serviks.
72
Hal tersebut dikarenakan penderita merasa tidak sendiri dengan apa yang
penderita alami saat ini, orang-orang sekitar penderitapun mempercayakan kepada
penderita bahwa dalam keadaan yang seperti ini bukan berarti penderita hanya
bisa terdiam tetapi juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang penderita sukai.
Seperti yang diungkapkan oleh Cohen & McKay (dalam Sarafino, 2002) bahwa
dukungan jaringan sosial menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang
memungkinkan individu melakukan aktivitas sosial. Sehingga semakin tinggi
dukungan jaringan sosial yang dirasakan oleh penderita kanker serviks maka
semakin tinggi pula motivasi untuk berobat penderita kanker serviks.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dari ketiga aspek dukungan
sosial yaitu dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan jaringan
sosial memberikan pengaruh yang positif dan signifikan begitu juga dengan
kontribusi yang diberikan oleh ketiga aspek dukungan sosial tersebut. Tetapi
terdapat ketidaksesuaian hasil penelitian yang penulis lakukan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Siswanto (dalam Jurnal Epidemiologi, 1999)
dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa dari dukungan sosial hanya
dukungan penghargaan saja yang cukup berarti dalam mempengaruhi motivasi
untuk sembuh sedangkan dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan
informasi dan dukungan jaringan sosial kurang memiliki peran terhadap motivasi
untuk sembuh.
Namun dalam ketidaksesuaian tersebut terdapat kesamaan antara
penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh
Siswanto yaitu dukungan emosi dan dukungan instrumental sama-sama tidak
73
kenyamanan
dengan
apa
yang
dilakukan
oleh
orang-orang
74
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis memberikan beberapa saran
75
Saran Teoritis
Saran praktis
76
77
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, DJ. (1994). Psikologi Islami (Solusi Islam atas problem-problem psikologi). Pustaka
Pelajar Yogyakarta.
Barbara, H. A and Merluzzi T. V. (2009). Religious beliefs, social support, self-efficacy and
adjustment to cancer. Psyco-Oncology 18 in Wiley InterScience.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Rajawali Press
Davidson, G. C et all. (2004). Psikologi abnormal. John Willey & Sons
Dister. (1992). Pengalaman dan motivasi beragama Ed: 2. Yogyakarta : Kanisius
Dizon dkk. (2011). 100 Tanya jawab mengenal kanker serviks. Jakarta : PT Indeks
Fetzer Institute. (1999). Multidimensional measurement of religiousness/spiritual for use in
health research
Gottlieb, B. H. (1983). Social support strategies. Sage Publications Ltd
Kenneth, K. S. (2003). Dimensions of religiosity and their relationship to lifetime psychiatric
and substance use disorders.
Kerlinger, F. N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. Gadjah Mada University Press.
Mangkunegara, Prabu. 2000. Perencanaan dan pengembangan SDM. Bandung : Refika
Utama
Mustika, M. S. (2008). Panduan spiritual kehamilan. Yogyakarta : Qudsi Media
Pace, R. W & Faules, D. F. (1998). Komunikasi organisasi : strategi meningkatkan kinerja
perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Pintrich, P. R & Schunk, D. H. (1996). Motivation in education : theory, research and
application 3nd ed. New Jersey : Pearson Education Inc
Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Riduwan. (2009). Belajar mudah penelitian untuk guru, karyawan dan peneliti pemula.
Bandung: Alfabeta
Saleh, A. R & Wahab, M. A. (2004). Psikologi suatu pengantar. Jakarta : Prenada Media
Santrock, John W. (2005). Life span development : perkembangan masa hidup, ed 5 jilid II.
Jakarta : Erlangga