You are on page 1of 30

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA 70 TAHUN DENGAN


HEMIPARESE DEXTRA ET CAUSA BRAIN TUMOR
Pembimbing :
dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S
dr. Dwi Kusumaningsih, Sp.S

Diajukan Oleh:
Anggun Dewi Monika, S.Ked

J510155026

Dzaky Haidar Afif, S.Ked

J510155058

Rr. Anggraeni I E, S.Ked

J510145027

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

CASE REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA 70 TAHUN DENGAN


HEMIPARESE DEXTRA ET CAUSA BRAIN TUMOR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan Oleh:
Anggun Dewi Monika, S.Ked

J510155026

Dzaky Haidar Afif, S.Ked

J510155058

Rr. Anggraeni I E, S.Ked

J510145027

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
, Januari 2016
Pembimbing : dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S

(................................)

Pembimbing :dr. Dwi Kusumaningsih, Sp.S

(................................)

Dipresentasikan dihadapan
dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S

(................................)

dr. Dwi Kusumaningsih, Sp.S

(................................)

Disahkan Ketua Program Profesi


Nama

: dr Dona Dewi Nirlawati

(..............................)

BAB I
STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 70 tahun
Suku
: Jawa
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: (-)
Pendidikan Terakhir : SD
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Ponorogo
No RM
: 35 xx xx
Tanggal MRS
:14 Januari 2016

A. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Harjono Ponorogo jam 15.00
tanggal 14 Januari 2016 dengan keluhankelemahan anggota
gerak kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan
dirasakan

semakin

lama

semakin

memberat.

Keluarga

mengatakan pasien makin lama semakin sulit bicara lalu akhirakhir ini sama sekali tidak bisa bicara sejak 1 minggu yang
lalu. Tidak pernah ada penurunan kesadaran, akan tetapi
pasien

semakin

sulit

diajak

komunikasi

dan

kesulitan

melakukan aktivitas sehari-hari.


Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, mual, dan
muntah. Pasien tidak pernah kejang sebelumnya. Tidak bisa
buang air besar selama 7 hari terakhir, tidak ada keluhan
buang air kecil. Nafsu makan turun sejak 1 minggu yang
lalu.Minggu yang lalu pasien sudah datang ke poli saraf
dangan keluhan yang sama dan disarankan oleh dokter
spesialis saraf untuk melakukan CT-Scan kepala. Kemudian
pasien melakukan CT-Scan kepala pada 11 Januari 2016.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
3

Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

Sakit serupa
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
Diabetes Melitus
: disangkal
mondok di RS : disangkal
operasi
: disangkal
TBC
:
diakui

terputus)
Kesan

(pengobatan

: terdapat riwayat TBC yang pengobatannya

terputus
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sakit serupa
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Diabetes Melitus
: disangkal
Kesan
: tidak terdapat riwayat penyakit keluarga
E. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemah, apatis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,5C
RR
: 18 x/menit
Kesan: keadaan umum lemah dan pasien apatis
2) Pemeriksaan Kepala
Kepala : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek
Cahaya (+/+), Pupil Isokor (+), Ukuran Pupil 3 mm
Kesan: pemeriksaan kepala dalam batas normal
3) Pemeriksaan Leher
Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)
Kesan: pemeriksaan leher dalam batas normal
4) PemeriksaanThorax
Pulmo : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Ketinggalan Gerak (-/-)
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
:Suara Dasar Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),
Ronkhi (-/-)
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Ictus Cordis (tidak tampak)


: Ictus Cordis (teraba)
: Redup (normal)
4

Auskultasi :

Bunyi

Jantung

I-II

reguler,

BisingJantung(-)
Kesan: cor dan pulmo dalam batas normal
5) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Simetris, dinding abdomen sama tinggi
dengan dinding dada.
Auskultasi
: Peristaltik (+) Normal
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Nyeri Tekan (-)
Kesan: abdomen dalam batas normal
6) Pemeriksaan Ekstremitas
Edema Ekstremitas

Akral

Kesan : pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal


F. Status Neurologis
Kesadaran
: compos mentis (GCS E4VxMx )
Kesan: terdapatafasia global
Meningeal
-

Sign:

Kaku Kuduk
Kernig sign
Brudzinski I
Brudzinski II
Brudzinski III

:
:
:
:
:

(-)
(-) / (-)
(-)
(-) / (-)
(-)

Kesan: meningeal sign dalam batas normal


Nervus Cranialis :
N.I (Olfaktorius)
Pemeriksaan
Daya Pembauan

Hidung Kanan
SDE

Hidung Kiri
SDE

N.II (Optikus)
Pemeriksaan
Visus
Lapang Pandang
Funduskopi
a. Arteri/vena
b. Papil

Mata kanan
SDE
SDE

Mata kiri
SDE
SDE

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

N.III (Okulomotorius)
Pemeriksaan
Mata kanan
Ptosis
(-)
Pupil
Bentuk
Bulat
Diameter
3 mm
Reflex Cahaya
Direk
(+)
Indirek
(+)
Akomodasi
SDE
Gerak bola mata
Atas
SDE
Bawah
SDE
Medial
SDE
Medial atas
SDE
N. IV (Throklearis)
Pemeriksaan
Mata kanan
Gerakan
bola
mata
SDE
Medial
N.V (Trigeminus)
Pemeriksaan
Motorik
Mengunyah
Sensibilitas
Cabang
oftalmikus
Cabang
maksilaris
Cabang
mandibularis
Reflex
Kornea

Mata kiri
(-)
Bulat
3 mm
(+)
(+)
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE

Mata kiri
SDE

Kanan

Kiri

SDE

SDE

SDE
SDE
SDE

(+)

SDE
SDE
SDE

(+)

N. VI (Abdusens)
Pemeriksaan
Mata kanan
Gerakan
bola
mata
SDE
Lateral
N.VII (Facialis)
Pemeriksaan
Motorik
Mengangkat alis
Menyeringai
Mencucu
Sensorik
Daya kecap lidah 2/3
depan
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik
Test Rinne
Test Weber
Test Swabach
Keseimbangan
Test Romberg
Test Finger to Nose

Mata kiri
SDE

Kanan

Kiri

SDE
SDE
SDE

SDE
SDE
SDE

SDE

SDE

Kanan

Kiri

SDE

SDE

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

SDE
SDE

SDE
SDE

N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)


Pemeriksaan
Hasil
Arkus faring
Pasif
Simetris
Gerakan aktif
Simetris
Reflex muntah
(+) / (+)
N. XI (Assesorius)
Pemeriksaan
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu

Kanan
SDE
SDE

N.XII (Hypoglosus)
Pemeriksaan
Posisi lidah
Papil lidah

Hasil
Normal
Normal

Kiri
SDE
SDE

Atrofi otot lidah


(-)
Kesan: NI, N II, N III, N IV, N V, N VI, NVII, NVIII, N XI sulit
dilakukan evaluasi karena pasien tidak kooperatif.
Motorik
Gerakan

Kekuatan Otot

SDE SDE
SDE SDE

Tonus

Atropi

dbn

dbn

dbn

dbn

: -

Kesan: terdapat lateralisasi dextra

Klonus
Kaki
Patella

: -/: -/-

Kesan: pemeriksaan klonus dalam batas normal


Sensorik
Nyeri : Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Raba : Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Suhu : Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah

: SDE
: SDE
: SDE
: SDE
: SDE
: SDE

Kesan

: pemeriksaan sensorik sulit dievaluasi karena

pasien tidak kooperatif


Refleks Fisiologis
Reflek bisep

: (+3/+3)

Reflek trisep

: (+3/+3)

Reflek brachioradialis

: (+2/+2)

Reflek patella

: (+2/+2)

Reflek achilles
: (+2/+2)
Kesan: pemeriksaan reflek fisiologis dalam batas normal
Refleks Patologis
Hoffman

: (-/-)

Trommer

: (-/-)

Babinski

: (+/-)

Chaddock

: (+/-)

Oppenheim

: (-/-)

Gordon

: (-/-)

Schaefer

: (-/-)

Kesan: reflek patologis Babinski (+/-) dan chaddock (+/-)


Provokasi Nyeri
Laseque

: SDE

Patrick

: SDE

Kontra Patrick

: SDE

Kesan: pemeriksaan provokasi nyeri dalam batas normal


Cerebral Sign
Finger to Nose

: SDE

Rebound Test

: SDE

Heel to Shin

: SDE

Kesan: pemeriksaan cerebral sign sulit dievaluasi karena


pasien tidak kooperaif
Fungsi Vegetatif :
Miksi : kuning, jernih
Defekasi: belum BAB 7 hari
Kesan: defekasi tidak lancar

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan
Hasil
WBC
8.1
RBC
4.61
HB
13.0
HCT
37.8
PLT
376
SGOT
27
SGPT
6.3
ALP
237
Lemak
Kolesterol Total
146
Trigliserid
97
Fungsi Ginjal
Ureum
30.5
Kreatinin
0.9
Asam Urat
5.4
GDA
115
Kesan: terdapat peningkatan trombosit

Nilai Normal
4.0-10.0 103/Ul
3.50-5.00 103/uL
11.0-15.0 gr/dL
37.0-47.0 %
100-300 103/uL
0 38U/L
0 40 U/L
98 279 U/L
140 - 200 mg/L
36 - 165 mg/L
10 50 mg%
0.7 1.4 mg%
3.4 7 mg%
<126 gr/dl

Pemeriksaan CT-Scan

10

Kesan: Massa isoden pada temporal sinistra, batas tidak tegas,


dengan perifocal edema. Deviasi midline structure : 1 cm,
ventricle lateral terdesak. Tidak dilakukan pemeriksaan dengan
kontras. Kesimpulan : brain tumor temporal sinistra.
H. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Harjono pada tanggal 14
Januari 2016 dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan.
Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan dirasakan semakin
lama semakin memberat. Keluarga mengatakan pasien makin
lama semakin sulit bicara lalu akhir-akhir ini sama sekali tidak
bisa bicara sejak 1 minggu yang lalu.
Dari status interna TD: 120/80mmHg, N/S: 80/36,5 oC.
Status neurologi kesadaran compos mentis GCS E4 Vx M6
dengan

lateralisasi

dextra,

hasil

laboratorium

terdapat

peningkatan trombosit dan dari hasil CT scan terdapat massa


isoden pada temporal sinistra, batas tidak tegas, dengan
perifocal edema. Deviasi midline structure : 1 cm, ventricle
lateral terdesak.

I. Diagnosis kerja

11

Diagnosis Klinis

: hemiparese dextra, afasia global ,


massa di temporal sinistra

Diagnosis Topis

: temporal sinistra

Diagnosis Etiologi

: brain tumor

J. Penatalaksanaan
Farmakologi
Rl 16 tpm
Inj dexamethason 4x1
Inj Ranitidin 2x1
Inj citicolin 2x500mg
Non farmakologi
Paliative care
K. Prognosis
Disease
Disability
Disatissfaction
Discomfort
Death

1. Pasien
gerak

: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam

merasa

anggota

kanan

lemah.

Keluhan terjadi sejak 1

1. Tekanan

Darah

120/80 mmHg
2. N/S: 80/36,5oC
3. Kesadaran: CM GCS:

bulan yang lalu.


2. Pasien tidak bisa bicara
E4VxMx
KASUS
sejak 1 minggu yang lalu ANALISIS
Afasia global
3. Sakit kepala -, mual -, 4. Gerakan terbatas pada
muntah
-,
penurunan
PEMERIKSAAN
FISIK et
ANAMNESIS
extremitas superior
kesadaran 4. Pasien masuk rumah sakit

inferior dextra
5. Reflek
patologis:

untuk yang pertama kali.


5. Pasien memiliki riwayat tbc

Babinski (+/-) chadock

6.
.

penyakit hipertensi

(+/-)

LAB

Darah
Lengkap,
Faal
ginjal
12

Diagnosis Banding:
Tumor otak
CVA

Pemeriksaan
Penunjang:
Foto Thorax
dan CT Scan
Gold standard:
Head CT Scan

Follow up
1. Tanggal 14 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara, pusing (-), mual (-), muntah ()
Status Interna
TD: 130/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2C
RR: 16x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik nyeri

SDE SDE
SDE SDE
13

Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)


Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi ()
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal
sinistra
Dx Topis : Hemisfer sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi :
Rl 16 tpm
Inj dexamethason 4x1
2. Tanggal 15 Januari 2016
Inj Ranitidin 2x1
Keluhan :badan dan extremitas dextra
Inj citicolin 2x500mg
masih terasa lemas, tidak bisa bicara, pusing
Motivasi rujuk
(-), mual (-), muntah ()
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 88x/menit
S : 36,2C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik nyeri
SDE SDE
SDE SDE
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi ()
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal
sinistra

14

Dx Topis : Hemisfer sinistra


Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Rl 16 tpm
Inj dexamethason 4x1
Inj Ranitidin 2x1
Inj citicolin 2x500mg
Motivasi rujuk
3. Tanggal 16 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara, pusing (-), mual (-), muntah ()
Status Interna
TD: 130/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik :nyeri
SDE SDE
SDE SDE
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal
sinistra
Dx Topis : Hemisfer sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Rl 16 tpm

15

Inj dexamethason 4x1


Inj Ranitidin 2x1
Inj citicolin 2x500mg
Motivasi rujuk
4. Tanggal 17 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa bicara
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2C
RR: 20x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-)
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik nyeri
SDE SDE
SDE SDE
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi ()
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal
sinistra
Dx Topis : Hemisfer sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Rl 16 tpm
Inj dexamethason 4x1
Inj Ranitidin 2x1
Inj citicolin 2x500mg
Motivasi rujuk
5. Tanggal 18 Januari 2016

16

Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik :nyeri
SDE SDE
SDE SDE
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal
sinistra
Dx Topis : Hemisfer sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Metil prednisolon 3x4mg
Ranitidine 2x1
Vit B12 3x1

Citicolin 2x500mg

17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sistem Saraf Pusat
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater
kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura
korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang
disebut lobus (Sherwood, 2012).

Gambar 1. Bagian-bagian otak


Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua
hemisfer. Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh
sebelah kiri dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh
sebelah kanan. Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian

18

lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai
parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus
frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal.
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah
serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis
dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parietooksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini
berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus
yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala
jenis rangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling
depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior
sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik
untuk mengontrol gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca
sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area asosiasi) yang
mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung
atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.
Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan
manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap
oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.

19

2. Serebelum (Otak Kecil)


Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di
belakangbatang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol
kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak
bertugas untuk mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan,
kesadaran, serta pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang
otak maka gejala yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah
baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala
ketika bangun.
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan
serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,
gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara
midbrain dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial
posterior. Saraf Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons.

20

c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang


otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata
terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan
dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan
dari pons dan medulla (Sherwood, 2012).
B. Tumor Otak
1. Definisi
Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang timbul
dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi
glia. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut
tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain, disebut tumor
otak metastase. (Huff, 2009).
2. Epidemiologi
Meningioma merupakan jenis tumor yang sering dijumpai yaitu
sekitar 33,4% yang diikuti dengan glioblastoma, yaitu sebanyak 17,6%.
Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United
State (CBTRUS) dari tahun 2004-2005 dijumpai 23.62 per 100,000 orangtahun ( umur 20+). Kadar mortilitas di Amerika Utara, Western Europe dan
Australia dijumpai 4-7 per 100,000 orang per tahun pada pria dan 3-5 per
100,000 orang per tahun pada wanita
Di Medan data-data lengkap tentang penyakit tumor otak belum
ada, namun dari observasi yang dilakukan tahun 2005 terhadap 48
penderita

tumor

otak

yang

dirawat

di

beberapa

rumah

sakit;

RSUP.H.Adam Malik, RS Haji medan diperoleh hasil sebagai berikut:


Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (72,92 persen)
dibanding perempuan (27,08 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51
sampai 60 tahun (29,17 persen); selebihnya terdiri dari berbagai
kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. hanya
43 penderita (89,59 persen) yang dioperasi dan lainnya (10,41 persen)
tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau
tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum
(20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus

21

otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem, cerebellopontine angle dan


multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor
terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (25,00 persen), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan
(Hakim. AA, 2005).
3. Klasifikasi
Berdasarkan WHO dibagi menjadi 9 kategori tumor otak primer,
yaitu :
Tipe
Infiltratif astrisitoma
Pilositik astrositoma
Oligodendroglioma
Mixed Oligodendroglioma
Glioblastoma multiforme
Ependomoma
Meduloblastoma
Meningioma
Other

Sel Asal
Astrosit
Astrosit
Oligodendrosit
Oligodendrosit, astrosit
Astrosit, astroblas, spongioblas
Ependimosit
Sel primitif neural
Meningen

Berdasarkan lokasi, yaitu :


a. Supratentorial tumor yang terletak diatas tentorium serebelli
b. Infratentorium atau subtentorium tumor yang terletak dibawah
tentorium serebelli dalam fossa cranni posterior
Pembagian tumor otak berdasarkan asal sel, yaitu :
a. Tumor otak primer
Tumor yang berasal dari jaringan otak
i. Glioma
ii. Medulloblastoma
iii. Meningioma
iv. Schwannoma
v. Craniopharingioma
vi. Germ cell tumor
vii. Tumor pineal
b. Tumor otak sekunder
- Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke
-

otak dan menyebabkan tumor otak


Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel
yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal
tumor metastasis tersebut yang abnormal

22

Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran


tumor, usia, keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan

sebelumnya.
4. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti,
walaupun genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam
perkembangannya. Faktor resiko yang perlu ditinjau meliputi :
a. Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausens Disease, tuberous
sclerosis,

retinoblastoma,

multiple

endocrine

neoplasma

bisa

meningkatkan resiko tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibahagikan


pada dua kelas iaitu tumor suppressor genes dan oncogens. Selain
itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan kecenderungan
genetik untuk glioma tetapi hanya 2% ( Mehta, 2011)
b. Radiasi
Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak
jenis neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors.
Selain itu, paparan therhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko
tumor otak.( Keating, 2001)
c. Substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor
system saraf pusat ( Petrovich, et al., 2003).
d. Virus
Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak.
Contohnya, virus Epseien-barr. (Kauffman, 2007)
e. Gaya hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan
yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak
menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.
(Stark-Vance, et al., 2011)
5. Patofisiologi

23

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang


disebabkan oleh 2 faktor : gangguan fokal akibat tumor dan gangguan
fokal akibat kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang berumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak. Peningkatan tekanan intakranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya
odema sekitar otak dan perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor.
Tumor ganas menimbulkan odema dalam jaringan otak sekitar. Obstruksi
vena dan odema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak
menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan
intrakranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
keruang subaraknoid menimbulkan hidrosfalis. Kenaikan tekanan yang
lama mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan
mesensepalan menyebabkan hilangnya kesadaran. Gangguan fokal terjadi
apabila : penekanan pada jaringan otak, infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Gejala yang
ditimbulkan dari gangguan fokal tergantung lokasi tumor tersebut:
a. Tumor pada lobus oksipital : serengan konvulsi didahului oleh aura,
hemianopsia homonim kontralateral, agnosia visual sulit untuk
memperkirakan jarak cenderung untuk tersesat dalam lingkungan
yang sudah dikenalnya.

24

b. Tumor pada temporalis, tinitus, halusinasi pendengaran, afasia


sensorik,

kelumpuhan

wajah,

anopsia

kuandaran

superior,

hemianopsia.
c. Tumor pada lobus periatalis : hilangnya fungsi sensori kortikalis,
gangguan lokalisasi sensorikdeskriminasi dua titik, grafestesia, cacat
visual.
d. Tumor pada serebelum : papil edema dini, nyeri kepala, gangguan
pergerakan, hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, memecahkan kata
menjadi suku kata yang terpisah.
e. Tumor ventrikel & hipotalamus samnolensia, diabeets insipindus
obsesites, gangguan pengaturan suhu, nyeri kepala terus-menerus,
papil edema, peningkatan tekanan intra cranial
f. Tumor pada labus frontalis : perubahan mental, hemiparesis, ataksia,
gangguan bicara, depresi, bingung, tingkah laku aneh, gangguan
berjalan tidak mantap, afaksia, apraksia (Brown, 2006)

6. Manifestasi Klinis
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti
perubahan perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang
konsentrasi. Selain itu, gejala hipertensi intracranial seperti sakit kepala,
mual, vertigo. Serangan epilepsi juga sering dijumpai pada pasien tumor
otak.
a. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
Menimbulkan masalah psychiatric.
Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral,
kejang fokal dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan
pada stadium lanjut
Bila menekan permukaan

media

dapat

menyebabkan

inkontinentia.
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
b. Lobus temporal
Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Dj
vu juga dapat timbul.
25

Lesi pada lobus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.


c. Lobus parietalis
Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor

yang

kontralateral.
Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.
Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia
dan dressing apraxia.
d. Lobus oksipital
Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.

7. Komplikasi
a. Herniasi
b. Perdarahan pada tumor
c. hidrocepalus
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis

yang

dilakukan

bertujuan

untuk

mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:


a. Rontgen foto (X-ray) kepala; lebih banyak sebagai screening test, jika
ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat
indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke
dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran
darah (vaskularisasi) otak
c. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan
informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk
kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober,
2010)
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang
lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut
dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan pasien
itu
9. Penatalaksanaan
Glucocorticoid biasanya diberikan untuk meringankan gejala edema.

26

a. Whole Brain Radiation Therapi merupakan terapi yang utama untuk


tumor otak yang malignant. Cara diberikan dengan 30-37.5 Gy dalam
10-15 fraction. Selain itu, stereotaxic radiosurgery biasanya
digunakan pada pasien dengan kadar meatastasis yang lebih kurang.
Terapi ini hanya memperlambatkan kambuhnya tumor otak dan tidak
memperpanjangkan survival.
b. Pembedahan juga merupakan pilihan terapi yang hanya dilakukan
pada tumor yang jinak. Pembedahan lebih sukar dilakukan pada tumor
otak yang ganas karena adanya metastase ke organ yang lain. Terapi
radiasi juga diberikan selepas pembedahan untuk hasil yang lebih
baik.
c. Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan pada tumor otak jenis
metastase dan pada tumor opak yang tidak dapat disembuhkan dangan
pembedahan. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan
astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, kemoterapi
dapat membantu sebagai terapi paliatif.
d. Jika terapi-terapi diatas tidak membantu, terapi piliatif diberikan untuk
memperingankan gejala-gjala yang dialami oleh pasien
10. Prognosis
Prognosa penderita tumor otak didapati bahwa tanpa terapi radiasi,
harapan hidup rata-rata pasien dengan metastase otak adalah 1 bulan.
Selain itu, Resectability Tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi
tumor adalah penentu utama kelangsungan hidup. Pasien dengan kejang
sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan neurologis yang
jelas selama kursus 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan metastase otak
mati dari perkembangan keganasan utama mereka bukan dari kerusakan
otak (Huff, 2009).

27

BAB III
KESIMPULAN
Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang timbul dalam
sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.Ada dua
macam tumor otak yaitu primer dan sekunder. Penderita tumor otak lebih banyak
pada laki-laki (72,92 persen) dibanding perempuan (27,08 persen) dengan
kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (29,17 persen).Lokasi tumor
terbanyak berada di cerebellum (20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya
tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem,
cerebellopontine angle dan multiple.
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam perkembangannya.Tumor
otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang disebabkan oleh 2 faktor :
gangguan fokal akibat tumor dan gangguan fokal akibat kenaikan tekanan
intracranial. Manifestasi klinis dari brain tumor beragam tergantung dari letak
massa.
Pemeriksaan dengan Head CT- Scan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan pentuan lokasi massa dari brain tumor. Penatalaksanaan dari brain
tumor adalah dengan pemberian glucocorticoid untuk meringankan gejala edema,
radioterapi, kemoterapi dan pembedahan, pembedahan hanya dapat dilakukan
pada tumor jinak sedangkan pada tumor ganas tidak dapat dilakukan pembedahan
karena sudah metastasis ke organ lain. Prognosis pasien dengan brain tumor

28

tergantung dari resectability tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor
adalah penentu utama kelangsungan hidup

DAFTAR PUSTAKA
Brown C.T.,2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Price S.
A, Wilson L. M. Edisi VI. Elsevier Science
Edy S., Windarti J., 2013. Clinical Characteristic and Histopathology of Brain
Tumor at Two Hospitals in Bandar Lampung. Universitas Lampung
Hakim, A.A., 2005. Kasus-Kasus Tumor Otak di RSUP H. Adam Malik dan
RSUP

H.Medan

Tahun

2003

dan

2004,

Majalah

Kedokteran

NusantaraVol.38,No3.
http://usupress.usu.ac.id/files/MKN%20Vol_%2038%20No_
%203%20Sept_%202005.pdf
Huff, Ropper, JS., 2009. Neoplasm, Brain. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/779664-overview.
Kauffman, T.L., 2007.Geriatric Rehabilitation Manual. 2nded. Philadelphia:
Elsevier
Lubis N., Widowati W., et al., 2006. Secondary Brain Tumor.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198
2112-WIENDARTUN/brain_metastasis.pdf
Mehta, M.P., 2011. Principle And Practice Of Neuro-Oncology. USA: Demos
medical.
Petrovich, Z., Brady, L.W.,Apuzzo, M.L.J., 2003. Combined Modality Therapy of
Central Nervous System Tumor. New York: Springer
Satria A., 2011. Angka Harapan Hidup Dua Tahun Penderita Low Grade dan High
Grade Glioma yang Mendapatkan Terapi Radiasi. Universitas Diponegoro.

29

Schober, O., Heindel, W., 2010.W., PET-CT Hybrid Imaging. Texas: Thieme
Sherwood, Lauralee., 2012.Susunan Saraf Pusat, dalam: Fisiologi Kedokteran.
Edisi VI. Jakarta : Penerbit EGC
Stark-Vance, V., Dubay, M.L., 2010. 100 Question & Answer About Brain Tumor,
2ndEdition.USA: Jones and Bartlett

30

You might also like