Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Oleh:
Anggun Dewi Monika, S.Ked
J510155026
J510155058
J510145027
CASE REPORT
J510155026
J510155058
J510145027
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
, Januari 2016
Pembimbing : dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S
(................................)
(................................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S
(................................)
(................................)
(..............................)
BAB I
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 70 tahun
Suku
: Jawa
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: (-)
Pendidikan Terakhir : SD
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Ponorogo
No RM
: 35 xx xx
Tanggal MRS
:14 Januari 2016
A. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Harjono Ponorogo jam 15.00
tanggal 14 Januari 2016 dengan keluhankelemahan anggota
gerak kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan
dirasakan
semakin
lama
semakin
memberat.
Keluarga
mengatakan pasien makin lama semakin sulit bicara lalu akhirakhir ini sama sekali tidak bisa bicara sejak 1 minggu yang
lalu. Tidak pernah ada penurunan kesadaran, akan tetapi
pasien
semakin
sulit
diajak
komunikasi
dan
kesulitan
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Sakit serupa
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
Diabetes Melitus
: disangkal
mondok di RS : disangkal
operasi
: disangkal
TBC
:
diakui
terputus)
Kesan
(pengobatan
terputus
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sakit serupa
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Diabetes Melitus
: disangkal
Kesan
: tidak terdapat riwayat penyakit keluarga
E. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemah, apatis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,5C
RR
: 18 x/menit
Kesan: keadaan umum lemah dan pasien apatis
2) Pemeriksaan Kepala
Kepala : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek
Cahaya (+/+), Pupil Isokor (+), Ukuran Pupil 3 mm
Kesan: pemeriksaan kepala dalam batas normal
3) Pemeriksaan Leher
Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)
Kesan: pemeriksaan leher dalam batas normal
4) PemeriksaanThorax
Pulmo : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Ketinggalan Gerak (-/-)
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
:Suara Dasar Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),
Ronkhi (-/-)
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :
Bunyi
Jantung
I-II
reguler,
BisingJantung(-)
Kesan: cor dan pulmo dalam batas normal
5) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Simetris, dinding abdomen sama tinggi
dengan dinding dada.
Auskultasi
: Peristaltik (+) Normal
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Nyeri Tekan (-)
Kesan: abdomen dalam batas normal
6) Pemeriksaan Ekstremitas
Edema Ekstremitas
Akral
Sign:
Kaku Kuduk
Kernig sign
Brudzinski I
Brudzinski II
Brudzinski III
:
:
:
:
:
(-)
(-) / (-)
(-)
(-) / (-)
(-)
Hidung Kanan
SDE
Hidung Kiri
SDE
N.II (Optikus)
Pemeriksaan
Visus
Lapang Pandang
Funduskopi
a. Arteri/vena
b. Papil
Mata kanan
SDE
SDE
Mata kiri
SDE
SDE
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N.III (Okulomotorius)
Pemeriksaan
Mata kanan
Ptosis
(-)
Pupil
Bentuk
Bulat
Diameter
3 mm
Reflex Cahaya
Direk
(+)
Indirek
(+)
Akomodasi
SDE
Gerak bola mata
Atas
SDE
Bawah
SDE
Medial
SDE
Medial atas
SDE
N. IV (Throklearis)
Pemeriksaan
Mata kanan
Gerakan
bola
mata
SDE
Medial
N.V (Trigeminus)
Pemeriksaan
Motorik
Mengunyah
Sensibilitas
Cabang
oftalmikus
Cabang
maksilaris
Cabang
mandibularis
Reflex
Kornea
Mata kiri
(-)
Bulat
3 mm
(+)
(+)
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE
Mata kiri
SDE
Kanan
Kiri
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE
(+)
SDE
SDE
SDE
(+)
N. VI (Abdusens)
Pemeriksaan
Mata kanan
Gerakan
bola
mata
SDE
Lateral
N.VII (Facialis)
Pemeriksaan
Motorik
Mengangkat alis
Menyeringai
Mencucu
Sensorik
Daya kecap lidah 2/3
depan
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik
Test Rinne
Test Weber
Test Swabach
Keseimbangan
Test Romberg
Test Finger to Nose
Mata kiri
SDE
Kanan
Kiri
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE
SDE
Kanan
Kiri
SDE
SDE
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
SDE
SDE
SDE
SDE
Kanan
SDE
SDE
N.XII (Hypoglosus)
Pemeriksaan
Posisi lidah
Papil lidah
Hasil
Normal
Normal
Kiri
SDE
SDE
Kekuatan Otot
SDE SDE
SDE SDE
Tonus
Atropi
dbn
dbn
dbn
dbn
: -
Klonus
Kaki
Patella
: -/: -/-
: SDE
: SDE
: SDE
: SDE
: SDE
: SDE
Kesan
: (+3/+3)
Reflek trisep
: (+3/+3)
Reflek brachioradialis
: (+2/+2)
Reflek patella
: (+2/+2)
Reflek achilles
: (+2/+2)
Kesan: pemeriksaan reflek fisiologis dalam batas normal
Refleks Patologis
Hoffman
: (-/-)
Trommer
: (-/-)
Babinski
: (+/-)
Chaddock
: (+/-)
Oppenheim
: (-/-)
Gordon
: (-/-)
Schaefer
: (-/-)
: SDE
Patrick
: SDE
Kontra Patrick
: SDE
: SDE
Rebound Test
: SDE
Heel to Shin
: SDE
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan
Hasil
WBC
8.1
RBC
4.61
HB
13.0
HCT
37.8
PLT
376
SGOT
27
SGPT
6.3
ALP
237
Lemak
Kolesterol Total
146
Trigliserid
97
Fungsi Ginjal
Ureum
30.5
Kreatinin
0.9
Asam Urat
5.4
GDA
115
Kesan: terdapat peningkatan trombosit
Nilai Normal
4.0-10.0 103/Ul
3.50-5.00 103/uL
11.0-15.0 gr/dL
37.0-47.0 %
100-300 103/uL
0 38U/L
0 40 U/L
98 279 U/L
140 - 200 mg/L
36 - 165 mg/L
10 50 mg%
0.7 1.4 mg%
3.4 7 mg%
<126 gr/dl
Pemeriksaan CT-Scan
10
lateralisasi
dextra,
hasil
laboratorium
terdapat
I. Diagnosis kerja
11
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: temporal sinistra
Diagnosis Etiologi
: brain tumor
J. Penatalaksanaan
Farmakologi
Rl 16 tpm
Inj dexamethason 4x1
Inj Ranitidin 2x1
Inj citicolin 2x500mg
Non farmakologi
Paliative care
K. Prognosis
Disease
Disability
Disatissfaction
Discomfort
Death
1. Pasien
gerak
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
merasa
anggota
kanan
lemah.
1. Tekanan
Darah
120/80 mmHg
2. N/S: 80/36,5oC
3. Kesadaran: CM GCS:
inferior dextra
5. Reflek
patologis:
6.
.
penyakit hipertensi
(+/-)
LAB
Darah
Lengkap,
Faal
ginjal
12
Diagnosis Banding:
Tumor otak
CVA
Pemeriksaan
Penunjang:
Foto Thorax
dan CT Scan
Gold standard:
Head CT Scan
Follow up
1. Tanggal 14 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara, pusing (-), mual (-), muntah ()
Status Interna
TD: 130/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2C
RR: 16x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik nyeri
SDE SDE
SDE SDE
13
14
15
16
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik
:
Gerak Kekuatan
SDE SDE
T
B
SDE SDE
T
B
Sensorik :nyeri
SDE SDE
SDE SDE
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal
sinistra
Dx Topis : Hemisfer sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Metil prednisolon 3x4mg
Ranitidine 2x1
Vit B12 3x1
Citicolin 2x500mg
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sistem Saraf Pusat
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater
kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura
korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang
disebut lobus (Sherwood, 2012).
18
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai
parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus
frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal.
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah
serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis
dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parietooksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini
berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus
yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala
jenis rangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling
depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior
sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik
untuk mengontrol gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca
sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area asosiasi) yang
mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung
atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.
Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan
manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap
oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
19
20
tumor
otak
yang
dirawat
di
beberapa
rumah
sakit;
21
Sel Asal
Astrosit
Astrosit
Oligodendrosit
Oligodendrosit, astrosit
Astrosit, astroblas, spongioblas
Ependimosit
Sel primitif neural
Meningen
22
sebelumnya.
4. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti,
walaupun genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam
perkembangannya. Faktor resiko yang perlu ditinjau meliputi :
a. Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausens Disease, tuberous
sclerosis,
retinoblastoma,
multiple
endocrine
neoplasma
bisa
23
24
kelumpuhan
wajah,
anopsia
kuandaran
superior,
hemianopsia.
c. Tumor pada lobus periatalis : hilangnya fungsi sensori kortikalis,
gangguan lokalisasi sensorikdeskriminasi dua titik, grafestesia, cacat
visual.
d. Tumor pada serebelum : papil edema dini, nyeri kepala, gangguan
pergerakan, hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, memecahkan kata
menjadi suku kata yang terpisah.
e. Tumor ventrikel & hipotalamus samnolensia, diabeets insipindus
obsesites, gangguan pengaturan suhu, nyeri kepala terus-menerus,
papil edema, peningkatan tekanan intra cranial
f. Tumor pada labus frontalis : perubahan mental, hemiparesis, ataksia,
gangguan bicara, depresi, bingung, tingkah laku aneh, gangguan
berjalan tidak mantap, afaksia, apraksia (Brown, 2006)
6. Manifestasi Klinis
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti
perubahan perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang
konsentrasi. Selain itu, gejala hipertensi intracranial seperti sakit kepala,
mual, vertigo. Serangan epilepsi juga sering dijumpai pada pasien tumor
otak.
a. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
Menimbulkan masalah psychiatric.
Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral,
kejang fokal dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan
pada stadium lanjut
Bila menekan permukaan
media
dapat
menyebabkan
inkontinentia.
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
b. Lobus temporal
Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Dj
vu juga dapat timbul.
25
yang
kontralateral.
Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.
Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia
dan dressing apraxia.
d. Lobus oksipital
Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
7. Komplikasi
a. Herniasi
b. Perdarahan pada tumor
c. hidrocepalus
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
26
27
BAB III
KESIMPULAN
Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang timbul dalam
sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.Ada dua
macam tumor otak yaitu primer dan sekunder. Penderita tumor otak lebih banyak
pada laki-laki (72,92 persen) dibanding perempuan (27,08 persen) dengan
kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (29,17 persen).Lokasi tumor
terbanyak berada di cerebellum (20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya
tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem,
cerebellopontine angle dan multiple.
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam perkembangannya.Tumor
otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang disebabkan oleh 2 faktor :
gangguan fokal akibat tumor dan gangguan fokal akibat kenaikan tekanan
intracranial. Manifestasi klinis dari brain tumor beragam tergantung dari letak
massa.
Pemeriksaan dengan Head CT- Scan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan pentuan lokasi massa dari brain tumor. Penatalaksanaan dari brain
tumor adalah dengan pemberian glucocorticoid untuk meringankan gejala edema,
radioterapi, kemoterapi dan pembedahan, pembedahan hanya dapat dilakukan
pada tumor jinak sedangkan pada tumor ganas tidak dapat dilakukan pembedahan
karena sudah metastasis ke organ lain. Prognosis pasien dengan brain tumor
28
tergantung dari resectability tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor
adalah penentu utama kelangsungan hidup
DAFTAR PUSTAKA
Brown C.T.,2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Price S.
A, Wilson L. M. Edisi VI. Elsevier Science
Edy S., Windarti J., 2013. Clinical Characteristic and Histopathology of Brain
Tumor at Two Hospitals in Bandar Lampung. Universitas Lampung
Hakim, A.A., 2005. Kasus-Kasus Tumor Otak di RSUP H. Adam Malik dan
RSUP
H.Medan
Tahun
2003
dan
2004,
Majalah
Kedokteran
NusantaraVol.38,No3.
http://usupress.usu.ac.id/files/MKN%20Vol_%2038%20No_
%203%20Sept_%202005.pdf
Huff, Ropper, JS., 2009. Neoplasm, Brain. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/779664-overview.
Kauffman, T.L., 2007.Geriatric Rehabilitation Manual. 2nded. Philadelphia:
Elsevier
Lubis N., Widowati W., et al., 2006. Secondary Brain Tumor.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198
2112-WIENDARTUN/brain_metastasis.pdf
Mehta, M.P., 2011. Principle And Practice Of Neuro-Oncology. USA: Demos
medical.
Petrovich, Z., Brady, L.W.,Apuzzo, M.L.J., 2003. Combined Modality Therapy of
Central Nervous System Tumor. New York: Springer
Satria A., 2011. Angka Harapan Hidup Dua Tahun Penderita Low Grade dan High
Grade Glioma yang Mendapatkan Terapi Radiasi. Universitas Diponegoro.
29
Schober, O., Heindel, W., 2010.W., PET-CT Hybrid Imaging. Texas: Thieme
Sherwood, Lauralee., 2012.Susunan Saraf Pusat, dalam: Fisiologi Kedokteran.
Edisi VI. Jakarta : Penerbit EGC
Stark-Vance, V., Dubay, M.L., 2010. 100 Question & Answer About Brain Tumor,
2ndEdition.USA: Jones and Bartlett
30