You are on page 1of 4

1.

Deformitas

perubahan

sebagian atau semuanya


2. Closed fracture costae :
tidak terlihat dari luar
3. Pneumothorax :

nadi 140x per menit


RR 36X per menit

bentuk

tubuh

abnormal

diskontinuitas tulang rusuk tapi

adanya udara dalam rongga pleura

karena adanya kebocoran pada dinsing thorax


4. tekanan darah 90/50 mmHg
tidak normal

5. hidung berdarah hebat


sesak
mengerang memegang dada
6. Perdarahan hebat
:

kondisi di mana darah keluar

dari pembuluh darah


7. Foto x ray nasal dan thoraks PA cito
Foto

(radiograf)

yang

dihasilkan

dari

pembuatan film rekaman hidung bagian dalam


dengan melewatkan sinar-x atau sinar gamma
(radiografi hidung)
II

MENETAPKAN PERMASALAHAN
1. Apa yang menyebabkan BP abnormal, nadi abnormal, dan apa efeknya?
2. Mengapa timbul gejala-gejala berikut: hidung berdarah hebta, sesak, nyeri dada
3. Apa hubungan gejala-gejala tersebut?

III

MENGANALISIS MASALAH
1. Masalah pasien: hidung berdarah hebat, sesak, nyeri dada
2. Pemeriksaan dokter: deformitas tulang hidung, BP 90/50 mmHg, nadi 140x per menit, RR
36X per menit, nyeri tekan pada dada kanan (closed fracture costae dextra 3, 4, 5),
pneumothorax
3. Diinginkan foto x ray nasal dan thorax PA cito
4. Pasien meninggal dunia setelah selesai difoto

IV

MENARIK KESIMPULAN
Terjadi trauma sistem respirasi (deformitas, fraktur) dari jalur nafas atas-bawah

MENENTUKAN TUJUAN BELAJAR


1. Epistaksis
- Definisi
- Etiologi
- Anatomi hidung
- Patofisiologi
- Diagnosis banding
- Tata laksana
2. Pneumothorax
- Jenis
- Anatomi paru
- Gejala
- Diagnosis fisik
- Diagnosis penunjang

- Diagnosis banding
- Tata laksana
- Komplikasi
3. Nyeri dada akibat closed fracture costae
- Macam
- Gejala + diagnosis fisik
- Diagnosis banding
- Tata laksana
- Monitoring + indikator keberhasilan
- Komplikasi
4. Trauma sistem respirasi
- Trauma hidung
- Trauma laring
5. Meninggal cepat
- Komunikasi terhadap keluarga pasien
- Ciri-ciri kematian akibat pneumothorax
- Otopsi pasien
6. Benda asing di hidung
1. Deformitas kelainan bentuk tubuh,perubahan bentuk.
2. Pneumothorax adanya udara yang masuk ke rongga dada karena trauma,udara
masuk ke pleura sehingga paru susah kontraksi relaksasi.
3. Thorax PA cito permintaan foto rontgen thorax posteroanterior dengan permintaan
darurat yang cepat.
4. Sesak, keadaan pernafasan yang membutuhkan bantuan otot-otot bantuan pernafasan
dan ditandai pula dengan meningkatnya frekuensi pernafasan.
5. Close fractured costae, patahnya tulang rusuk yang masih berada dalam lapisan
kulit,tanda-tandanya terjadinya perubahan warna (kebiruan) dan memar
Sesak nafas
Definisi:
Sukar bernafas yang dirasakan oleh pasien, jadi bersifat subjektif. Bila oleh pemeriksa
tampak pasien sukar bernafas sifatnya objektik, maka disebut gawat nafas. Keadaan sesak
nafas dan gawat nafas dapat disebabkan oleh sumbatan saluran nafas, kelainan paru,
kelainan vaskuler paru, dll.
Etiologi:

Asma : batuk, mengi

Infeksi paru (pneumonia) : batuk, panas, sesak napas

Alergi (pembengkakan pada tenggorok yang menyebabkan terjadinya sumbatan) : riwayat makan
makanan yang menyebabkan alergi (seafood, kacang, telur, dll)

Sakit jantung (disertai nyeri dada)

Trauma dada (kecelakaan yang mengenai dada) : riwayat benturan keras di daerah dada, sesak
napas, nyeri dada, ada kerusakan pada dada (patah tulang), perdarahan
Manifestasi:

Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa >20x/menit; anak >30x/menit;


bayi>40x/menit)

Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari

Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, mengi


Penatalaksanaan:
Apabila korban sadar :

Amankan posisi korban

Aktifkan sistem gawat darurat (memanggil pertolongan : orang sekitar, ambulan)

Tanyakan obat-obatan dan penyakit yang diderita korban

Berikan obat-obatan (apabila korban memiliki penyakit khusus, contoh : sakit


jantung) dan tiba-tiba tidak sadar
Apabila korban tidak sadar :

Mengecek respon korban (dengan memanggil atau merangsang nyeri penekanan


pada kuku korban)

Aktifkan sistem gawat darurat (memanggil pertolongan : orang sekitar, ambulan)

Periksa apakah korban bernapas secara normal atau tidak; (lihat breathing)

Periksa denyut nadi korban; (lihat CPR)


Corpus aleinum

Definisi:
Benda asing yang kebanyakan berupa benda-benda kecil misalnya biji buah, benik dan
sebagainya. Kebanyakan ditemukan pada anak-anak dan biasanya unilateral.
Etiologi:
Factor Prediposisi
1. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala sesuatu ke dalam
mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks menelan yang belum sempurna.
2. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki.
3. Lingkungan dan kondisi sosial.
4. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan umum buruk,
penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologik.
5. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum
tergesa-gesa.
Faktor fisiologik dan sosiologik
1. Pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi molar, belum dapat menelan
makanan padat secara baik, kemampuan anak membedakan makanan yang dapat dimakan
dan tidak dapat dimakan belum sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil
tertawa, bicara menangis, dan berlari.

2. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan neurologis dan berkurangnya refleks
menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol, stroke, parkinson, trauma, dementia juga
mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya aspirasi.
Pathogenesis:
Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan dengan
auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda asing
menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan tindakan segera
untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan gejala pada anak
tetapi gejala paru termasuk edema paru banyak ditemukan.
Kecurigaan adanya aspirasi benda asing muncul bila terdapat gejala batuk yang paroksisimal
(paroxysmal coughing) yang timbul tiba-tiba, rasa tercekik (choking) pada waktu makan atau
choking/coughing yang timbul bila diketahui adanya objek yang kecil atau partikel makanan
terutama kacang di dalam jangkauan si anak
Manifestasi:
Gejala klinik yang timbul tergantung pada jenis benda asing, ukuran, sifat iritasinya
terhadap mukosa, lokasi, lama benda asing di saluran napas, dan ada atau tidaknya komplikasi..
Pemeriksaan:
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga
medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui dan
mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan.
Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen
bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara
bersamaan dengan bronkoskop.
Terapi:
Pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas
tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi
untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan
menambah tingkat kesulitan

You might also like