You are on page 1of 34

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan
intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan
konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus
kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama.
Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan.
Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah
pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada
anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan
kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital
dan resiko terjadi dekubitus.
Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi
masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah
dan diskusi antar teman di kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang hidrosefalus ?
2. Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan
Hydrocephalus.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi dan pathogenesis
Hydrocephalus
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus
7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik
Hydrocephalus
8. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus
9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus
10. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis hidrosefalus
11. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause Hydrocephalus
12. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan Hydrocephalus

D. Manfaat Penulisan

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan


Hydrocephalus.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih
sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air
dan "cephalus" yang berarti kepala. Sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "kepala air" adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal didalam
ventrikrl serebral, ruang arachnoid, atau ruang subdural (cindy smith, 1998)
Hidrocephalus

adalah:

suatu
3

keadaan

patologis

otak

yang

mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah


dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel
cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006).Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito
EE et al, 2007:328).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi
yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di
dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan,
cairan

cerebrospinal

mengakumulasi

di

dalam

sistem

Ventricular

(nining,2008).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
B. Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri.
Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin,
juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.
Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.
Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak,
50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%
akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).

Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi


hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan
ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa
lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46%
adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan
subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa
posterior (Darsono, 2005:211).

C. Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam
ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang
subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan
perlindungan serta nutrisi (Cristine Brooker:The Nurses Pocket Dictionary).
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis
terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada
orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140
ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen
monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan
Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan
sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem
kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus

terjadi

bila

terdapat

penyumbatan

aliran

cairan

serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS
dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat

penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper,


2005).

Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak

dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya


hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1 Kelainan Bawaan (Kongenital)
1

Stenosis akuaduktus Sylvii


Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada
hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit
dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.

Spina bifida dan kranium bifida


Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan
sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.

Sindrom Dandy-Walker
Merupakan

atresia

congenital

Luscha

dan

Magendie

yang

menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system


ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya
sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
4

Kista araknoid dan anomali pembuluh darah


Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.

Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat


terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan
piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan
pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3

Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan
tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian
depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
(Allan H. Ropper, 2005:360).

D. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya, berdasarkan :

Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan


hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).

Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus


akuisita.

Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non


komunikans.
Hidrosefalus

interna

menunjukkan

adanya

dilatasi

ventrikel,

hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid


di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang
mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi
hidrosefalus

simptomatik

dan

asimptomatik.

Hidrosefalus

arrested

menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi


ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak
primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi
dilahirkan, sehingga :

Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.

Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan


intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC
yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna,
8

tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan


intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus


pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga
terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa,
biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan
tanda dan gejala gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS
tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah
yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan
darah

sesudah

terjadinya

hemmorhage

subarachnoid

(klien

memperkembangkan tanda dan gejala gejala peningkatan ICP)

2. Hydrocephalus non komunikan


Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang
terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga
terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang


mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada
orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada
system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun
bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi
lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka
didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis
sutura yang berfungsi atau pada anakanak dibawah usia 1218 bulan
dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tandatanda dan
gejalagejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis
suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan
kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan
intrakranial biasanya normal, gejala gejala dan tanda tanda lainnya
meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis,
mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 70 tahun) ada
kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

E. Patofisiologi
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis
terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
10

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan


intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1. Kompresi sistem serebrovaskuler.
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan
tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi
yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu
peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler
intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas
yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus
vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini
tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)

11

F. patHway
Infeksi
Perdarahan
Perlekatan meningen
Fibrosis Liptomeningen

KelainanKongenital

Obliterasi Subasakhnoid

Hidrocefalus
Kepala membesar

CSS Berlebih

Peningkatan TIK

Gangguan
aliran darah ke otak
saraf lokal
lit meregang hingga tipis / pasien tidak dapat bergerakPenekanan
atau menggerakkan
kepala

Sekresi prostagladin, bradikinin


Gangguan perfusi jaringan serebral

Kerusakan mobilisasi

Nyeri

Saraf tertekan ( N.Vagus, glosofaringeal, facialis)

Imobilasi Aktivitas

Mual / muntah

Krisis pada keluarga

Anoreksia

Kekurangan cairan
Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kurang pengetahuan

12
Kurang info

Kecemasan

G. Manifestasi Klinis
Tanda

awal

dan

gejala

hidrosefalus

tergantung

pada

derajat

ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).


Gejala-gejala

yang

menonjol

merupakan

refleksi

adanya

hipertensi

intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan


menjadi dua golongan, yaitu :
1.

Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus


Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah
selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah,
tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas.
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping
kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).

2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak


Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat
disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan
sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua
deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai
empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
1. Fontanel anterior yang sangat tegang.
2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3. Kuliat kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol.
4. Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon).

13

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih


besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala,
muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus
yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler
(bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior
menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk
yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital
tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi
tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan
dengan sutura yang terpisah pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel .
CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi
terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan
menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Pada neonatus
1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur
3 tahun.
2) Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga
fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Tanda tanda peningkatan tekanan intracranial antara
lain :

Muntah
14

Gelisah

Menangis dengan suara ringgi

4) Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,


peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan
pupil, lethargi stupor.
5) Peningkatan tonus otot ekstrimitas
6) Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluhpembuluh darah terlihat jelas.
7) Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat
seolah-olah di atas Iris
8) Bayi tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes
9) Strabismus, nystagmus, atropi optic
10) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

b. Anak yang telah menutup suturanya


Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus

15

H. Pemeriksaan diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1

Rontgen foto kepala


Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi
prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah
menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya
gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu
senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus,
lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis
kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun
waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah
penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah
ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura
tidak akan terjadi secara menyeluruh.

Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau
kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela
anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk

16

langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang


ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi.
Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
5

telah ditinggalkan.
Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel
yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh
karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel

secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.


CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat
terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak
yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal
dari CSS.
Pada

hidrosefalus

komunikans

gambaran

CT

Scan

menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk


7

ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.


MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula
spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan
magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

I. Pencegahan
Untuk menghidari terjadinya hidrosefalus, dapat dilakukan sejak
sebelum menikah dengan memeriksakan kesehatan kedua calon pengantin.
Selanjutnya, selama kehamilan, lakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur ke dokter agar diketahui kesehatan janinnya dan kemungkinan
terjadinya hidrosefalus.
17

Pada masa bayi dan balita, (hidrosefalus-red) sering terjadi akibat


infeksi otak yang mengganggu lalu lintas cairan otak (cerebrospinal)
karena TBC otak atau infeksi bakteri, virus, jamur. Mungkin juga karena
tumor di otak. Oleh karena itu, pemeriksaan tumbuh-kembang anak secara
periodik, seperti mengukur lingkar kepala, dapat sebagai alat deteksi dini
yang paling mudah untuk mengetahui terjadinya hidrosefalus. Apabila
ukuran lingkar kepala lebih dari kurva normal, bisa segera diperiksakan.
J. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live
sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid

(diamox)

yang

menghambat

pembentukan

cairan

serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal
dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan
subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid

18

f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan


jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total.
Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di
bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt
atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / shunting :
1

CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :


a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (ThorKjeldsen)
b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
c. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
d. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
e. ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan. Teknik Shunting:
a. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau
kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
b. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.

19

c. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang
terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz,
Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk
celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar
antara 5-150 mm, H2O.
d. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam
atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax xray ujung distal setinggi 6/7).
e. Ventriculo-Peritneal Shunt

Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan

Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.


Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun
badan anak tumbuh memanjang.

K. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah
infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau
perpindahan didalam ventrikel dari bahan bahan khusus ( jaringan
/eksudat

) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari

pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan


manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status
neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi
umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu
meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt,
meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya
adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada
tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah

20

peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter


atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
I. IDENTITAS
1. Identitas :

Umur : paling sering terjadi pada usia dibawah duan tahun


Jenis kelamin : laki dan perempuan mempunyai kemungkinan

yang sama
Suku /golongan : semua golongan beresiko

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Pembesaran pada kepala, muntah,
gelisah, nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
2. Riwayat Penyakit dahulu
1)

Antrenatal : Perdarahan ketika hamil

2)

Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir

21

3)

Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma

3. Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga memiliki penyakit


menular atau penyakit keturunan, serta riwayat anggota keluarga yang
perna menderita Hidrosefalus.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan :

Kelahiran yg premature
Apakah sebelumnya perna melahirkan bayi dengan Hidrosefalus
Neonatal meningitis
Perdarahan subarchnoid
Infeksi inta uterin
Perdarahan perinatal
Trauma/cedera persalinan , misalnya karena penggunaan alat

seperti vakum atau porsef


5. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Selama kehamilan atau maternal
Hiperekesis
Preeklamsi
Terjadi perdarahan
b. Natal
Lahir dengan bantuan alat porsef
Kelahiran prematur
BB :
TB :
LK :
c. Post natal :
Umur 5 bulan : mulai bisa mengangkat kepala
Umur 8 bulan : mulai bisa merangkak
Umur 9 bulan : Terkena infeksi

22

6. Riwayat Imunisasi

23

III. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

Pola Aktivitas Sehari-Hari (Adl)


1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan ( Makan dan minum )

Klien cenderung mual dan muntah, nafsu makan menurun

2. Pola Eliminasi BAK/BAB :

Oliguria

3. Pola istirahat tidur

Kelemahan, lelah, Insomnia

4. Kebersihan diri (PH)

Gangguan kesadaran sehingga kebersihan perlu dijaga.

5. Aktivitas lain

Pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda


sehingga imobolitas.

Pengkajian Persistem
1. B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
2. B2 ( Blood )

: Pucat, peningkatan systole tekanan darah,

penurunan nadi
3. B3 ( Brain )

: Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol

dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan


ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak
dapat melihat keatas sunset eyes , kejang
4. B4 ( Bladder ) : Oliguria
5. B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
24

6. B6 ( Bone )

: Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot

ekstrimitas

Observasi Tanda Tanda Vital


1. Peningkatan systole tekanan darah
2. Penurunan nadi / bradikardia
3.

Peningkatan frekuensi pernapasan.

Pemeriksaan Fisik
1. Kulit :

Inspeksi : Lesi (+/-)


Palpasi : Turgor > detik

2. Kepala

Inspeksi : Pembesaran pada kepala, dahi menonjol dan

mengkilat
Palpasi : Nyeri tekan (+)

3. Mata :

Inspeksi : Perubahan pupil, penglihatan ganda, strabismus

( juling ), tidak dapat melihat keatas sunset eyes


Palpasi : Odem (+/-)

4.

Hidung :

Inspeksi : Perdarahan (-/+), Cubing hidung (-/+)

5. Paru :
Inspeksi : bentuk dada, bentuk torak
Palpasi : Vocal fremitus (+)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Biasanya nafas melengking
6. Jantung :
Inspeksi : Ictus Cordis (+)
Perkusi :
Batas Atas : N = ICS II
Batas Bawah : N = ICS V
25

Batas Kiri : N = ICS V Mid Clavukula Sinistra


Batas Kanan : N = ICS IV Mid Sternalis Dextra
Palpasi : Pulsasi teraba lemah
Auskultasi : Kemungkinan terdapat bunyi Jntung tambahan

7. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk abdomen


Auskultasi : ising usus menurun.
Palpasi : Nyeri tekan (-), Pembesaran (-)
Perkusi :Tympani

8. Anus & genetalia :

Inspeksi : Lesi (-)


Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-),

9. Ekstremitas atas dan bawah :

Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas

Pemeriksaan penunjang
1. CT scan
Mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantu dalam
mengeidentifikasi

kemugkinan

penyebab

(neoplasma,

kista,

malformasi kongenital, atau perdarahan intra kranial)


2. Fungsi ventrikel
Digunakan untuk mengukur tekanan intrakranial, meghilangkan
cairan serebrospinal untuk kultur
3. EEG
Digunakan untuk mengetahui letak kelainan genetik atau metabolik
Transiluminasi
Untuk mengetahui apakah ada kelainan dalam kepala
4. MRI
Memberi informamsi mengenai struktur otak t anpa kena radiasi
L. Diagnosa Keperawatan yg muncul
1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial b/d akumulasi
cairan serebrospinal.
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan ICP

26

3. Kurang pengetahuan orang tua b/d penyakit yang di derita oleh


anaknya

IV. Asuhan Keperawatan


1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial b/d akumulasi
cairan serebrospinal.
Tujuan: diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria hasil :
a. Kesadaran Komposmetis
b. Tidak terjadi nyeri kepala
c. RR : 26x/menit
d. N : 100 120 x/menit
e. S : 36 C
f. Tampak rileks
g. Tidak meringis kesakitan
Rencana tindakan:
1. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK :

Nyeri kepala

Muntah

Apatis

27

Perubahan personalitas

Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak


berumur 10 tahun

Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer


strabismus

Perubahan pupil

2. Pantau terus tingkat kesadaran anak


3. Pantau terus adanya perubahan TTV
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan,
untuk mengurangi peningkatan
2. Gangguan persepsi sensori b/d penekanan lobus oksipitalis karena
meningkatnya TIK
Tujuan: diharapkan tidak terjadi adanya tanda-tanda lanjut ICP.
Kriteria hasil :
a. Respon neurologis anak normal (senyum, bicara, mengoceh)
b. Pernafasan teratur
c. Tidak ada perubahan fungsi sakral kranial ( perubahan pupil dan
gerakan bola mata, gerakan wajah yang tidak simetris,
ketidakmapuan berbicara dan menelan)

Rencana tindakan:
a. Lakukan pengkajian neurologis setiap 2 jam sampai 4 jam yaitu
respon pupil, pegangan, memegang, respon nyeri, respon interaktif
28

(senyum, bicara, mengoceh), dan disposisi (tidak menyenangkan


dan iritabilitas).
b. Kaji tanda-tanda vital setiap 2 jam sampai 4 jam, catat pernafasan
yang tidak teratur dan heart rate dan irama dan luasnya tekanan
nadi.
c. Lakukan pengkajian saraf kranial setiap 2 jam sampai 4 jam
d. Tinggikan kepala di tempat tidur 30 derajat
e. Jika bayi, kaji ubun-ubun setiap 4 jam kemungkinan adanya
penonjolan. Yakinkan guna melakukan pengkajian selama periode
yang tenang sebab ubun-ubun biasanya menonjol selama anak
menangis.
f. Jika anak dibawah usia 2 tahun, ukur lingkar kepala setiap hari
g. Kaji dan laporkan adanya pembengkakan sepanjang saluran shunt
setiap 8 jam
h. Siapkan oksigen dan peralatan pengisapan lendir saat anak
ditempat tidur selama periode gangguan tingkat kesadaran (LOC).
i. Catat laporan orang tua tentang anaknya sehubungan dengan
pengalamannya sebelumnya yang berhubungan dengan gangguan
fungsi shunt.
j. Catat kualitas dan nada bila anak menangis
k. Jika anak adalah bayi, pertahankan posisi anak bila anak
digendong.

3. Kurang pengetahuan orang tua b/d penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan: diharapkan meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai
penyakit yang diderita anaknya
Kriteria hasil :
a. Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat
berkurang

29

Rencana tindakan:
1. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya.
2. Menjelaskan tentang hidrosefalus, anatomi ventrikel, maksud dasar dari shunt.
Gunakan diagram dan sampel shunt, jika tersedia bantu memberi penjelasan
iformasi yang diterima. Juga jelaskan tujuan berbagai tindakan test diagnostik
yang disarankan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Berikan gamnbaran tindakan perioperatif, termasuk :

Puasa

format persetuajuan pembedahan

menetapkan tindakan intra vena

pengangkutan anak ke ruang pembedahan

ruang tunggu untuk orang tua

jadwal waktu pembedahan

lama pembedahan yang diharapkan

ruang pemulihan

4. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya


5. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
a. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum
mengerti

30

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal didalam
ventrikrl serebral, ruang arachnoid, atau ruang subdural (cindy smith,
1998)
2. Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan
11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri.
31

3. Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam


ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam
ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk
memberikan perlindungan serta nutrisi (Cristine Brooker:The Nurses
Pocket Dictionary).
4. Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya, berdasarkan Gambaran klinis, Waktu pembentukan, Proses
terbentuknya, Sirkulasi CSS.
5. Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara
teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: produksi
likuor

yang

berlebihan,

peningkatan

resistensi

aliran

likuor,

peningkatan tekanan sinus venosa


6. Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono,
2005).
7. Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
8. Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live
sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
9. Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi
dan malfungsi.
10. Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan
ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih
baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain
(hidrosefalus komplikata).
11. Asuhan keperawatan pada Hedrosefalus disesuaikan dengan kejala
yang di keluhkan.
32

B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasuskasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam
hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.

33

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6.


Jakarata : EGC
Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC
Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC).
Missouri: Mosby Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing
Intervention Clasification (NIC). Missouri: Mosby
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan editor:
Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses
Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku II. Jakarta: EGC
Zulkarnain, Nuzulul. Asuhan Keperawatan Hidrosefalus. http://nuzululfkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep
%20Hidrosefalus.html, (diakses tanggal 16 januari 2012)

34

You might also like