Professional Documents
Culture Documents
KECEMASAN
Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alex Sidauruk
Amalia Rahayu
Andri Mahfudin
M. Elpin
Luh de Satya N.
Muh. Anwar
0121584
0121585
0121586
0121634
0121635
0121636
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah berjudul Asuhan Keperawatan Kecemasan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak sekali mendapat
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, penulis
menghaturkan terima kasih yang tulus kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karenanya penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Tak lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan dan wawasan, baik penulis pada khususnya, serta bagi
para pembaca sekalian pada umumnya. Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
Definisi...............................................................................................
Gejala Umum Ansietas.......................................................................
Faktor Predisposisi..............................................................................
Penggolongan Ansietas.......................................................................
Bentuk Gangguan Ansietas.................................................................
Gambaran Klinis.................................................................................
Gejala Penyerta...................................................................................
Diagnosa Banding...............................................................................
Gangguan Fobik..................................................................................
Gangguan Obsesif Kompulsif..........................................................
Ganguan Stres Pasca Trauma...........................................................
Gangguan Stres Akut..........................................................................
Gangguan Ansietas Menyeluruh.........................................................
nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan
pun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi
setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi
saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
Schizoprenia,
Alzheimer,
epilepsy,
keterbelakangan
mental
dan
B. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:
1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada
gangguan ansietas
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres
3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas
4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait
dengan setiap tingkat tersebut
5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang
mengalami gangguan ansietas
6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor
7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami
ansietas dan gangguan terkait stres
8. Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan
anggota masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan
gangguan terkait stres
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ansietas
adalah
perasaan
yang
difius,
yang
sangat
tidak
menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan
terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang
khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini
dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan
ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF)
Anenvous condition of unrest (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).
Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan
akan
bahaya
atau
frustrasi
yang
mengancam
yang
akan
ini
meyakini
bahwa
manusia
yang
pada
awal
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu
yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan
distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat,
semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami
respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya,
tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat
melakukan sesuatu.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas
10
11
4. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
misal gangguan obsesif - kompulsif.
5. Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.
Terapi
1. Konseling dan medikasi.
Konseling: ajari pasien untuk diam di tempat sampai serangan panik
berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi ansietas bukan pada gejala
fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan.
Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan
jantung, hanya panik, akan berlalu.
Medikasi: banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak
membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara
bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg
malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu). Bila
serangan jarang dan terbatas beri anti ansietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian
jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.
I. Gangguan Fobik
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen
populasi menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak
rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek,
aktivitas, atau situasi yang ditakuti.
1. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit,
cedera, dsb.
2. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan
sosial seperti berbicara di depan umum, dsb.
Pedoman Diagnostik
1. Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/
situasi)
2. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan
3. Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan
4. Situasi fobik dihindari
Terapi
12
13
cara berikut:
Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian
traumatik
9. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal
yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
10. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
11. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran, seperti dua atau lebih
berikut: kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan
berlebihan, respon kejut yang berlebihan.
12. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
13. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
L. Gangguan Stres Akut
14
15
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku
melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap
kecemasan.
1. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2. Kaji Stressor Presipitasi
17
maupun
isis
pikir,
diantaranya
adalah
tidak
mampu
18
Intervensi:
1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas
secara ritmik.
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan
sebelumnya dan telah terlatih.
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi
yang menimbulkan ansietas.
DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.
Kriteria hasil:
19
Intervensi:
1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
2. Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.
DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.
Kriteria hasil:
1. Meningkatkan kesadaran diri klien.
2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi:
1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku,
emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi,
tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IVTR, 2000):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
21
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,
Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta:
Penerbit MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC,Jakarta
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa. EGC, Jakarta
22