You are on page 1of 8

J. Sains & Teknologi Agustus 2009, Vol.9, No.

2 : 142 149

ISSN 1411-4674

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


RENJATAN (SYOK) PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KABUPATEN WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009
Anna Khuzaimah
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas I
Makassar
ABSTRACT
This research was observational using a cross sectional approach . The aim of the research was to
identify characteristic of DHF patient with shock and factors related to it. The study was conducted
in Wajo regency from January to Juni 2009. The number 76 patients consisted of 32 shock patients
(39,5 %), and 44 non-shock patients (57,9%). The result show that 5 9 years old group get the most
shock , 27 female patients (65,9%), have temperature higher than 39oC (66,7%), trombosit <
150.000 (50,9%) , and hematokrit > 20 % (52,7%). The most risk factors in the occurance of DHF
patient in shock patients were age > 5 years old, temperature > 39 oC, trombosit <150.000 mm3 and
hematocrit > 20 %. Recommendation : This study suggest to increase knowledge and skill of doctor
and paramedic at the hospital and public health center to identify the shock..
Keywords : risk factors, DHF with shock

Pasisfik Barat. Insiden DBD di Asia


Tenggara se;lama 5 tahun terakhir yang
dimulai pada tahun 1997 yakni 98.580
kasus dengan CFR 7,50%, pada tahun
1998 ditemukan 90.190 kasus dengan
CFR 1,08%, pada tahun 1999 ditemukan
105.700 kasus dengan CFR 1,14%, pada
tahun 2000 ditemukan 102.200 kasus
dengan CFR 1,92% dan pada tahun 2001
sebanyak 136.000 kasus dengan CFR
1,04% . Di Indonesia , kasus Demam
Berdarah Dengue pertamakali dilaporkan
di Surabaya
dengan 5 penderita ,
kemudian berturut-turut dilaporkan di
Jakarta, bandung dan Yogyakarta, dari
tahun 1968 1972 (Depkes RI, 2000).
Epidemi pertama di luar pulau Jawa
dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera
Barat , dan 32 tahun kemudian , Demam
berdarah Dengue telah menjangkit di 228
dari 302 kota dan kabupaten di Indonesia
insiden mulai 0,05 per 100.000 penduduk
pada tahun 1968 meningkat menjadi
35,19 per 100.000 penduduk pada tahun
1998 (Program Pencegahan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, 2004). Secara
epidemiologis seluruh wilayah Indonesia
berisiko untuk terjangkit DBD, oleh
karena penyebab maupun
vektor
penulatnya telah tersebar
luas pada

PENDAHULUAN
Penyakit
Demam
Berdarah
Dengue (DBD) merupakan masalah
kesehatan di Indonesia, di mana hampir
seluruh
wilayah
Indonesia
telah
tetrjangkit penyakit demam berdarah
dengue, sebab virus penyebab maupun
nyamuk penularnya sudah tersebar luas
diperumahan penududk maupun fasilitas
umumdi seluruh Indonesia.
Demam
berdarah dengue (DBD) terutama
menyerang
anak
,
dan
dapat
menimbulkan kematian dalam waktu
yang sangat pendek (beberapa hari) ,serta
sering menimbulkan wabah. Penyakit ini
disebabkan oleh virus dengue Family
Flavivaridae yang berukuran sangat kecil
(35 45 nm) termasuk dalam genus
Flavivirus, yang penularannya terjadi
melalui
gigitan
nyamuk
Aedes
(Satari,dkk, 2004).
Morbiditas
penyakit DBD
tersebar di negara-negara tropis dan
subtropis dengan manifestasi klinik yang
berbeda.
Pada tahun 1995 DBD
terdeteksi keberadaannya pada 102
negara dari 5 wilayah yakni : 20 negara
di Afrika, 42 negara
di Amerika, 7
negara di Asia Tenggara, 4 negara di
Mediterania Timur, dan 29 negara di
142

Anna khuzaimah

ISSN 1411-4674

Berdasarkan kajian serosurvey


DBD di dua Kabupaten yakni Bone dan
Maros oleh Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan
dan
Pembenrantasan
Penyakit Menular Kelas I Makassar
(2007)
ditemukan
bahwa : di
Kabupaten Bone dari 57 penderita
Demam Berdarah Dengue yang dirawat
di rumah sakit dan puskesmas hanya
18,5 % positif IgM dan Ig G , Di
Kabupaten Maros dari 95 orang
penderita Demam Berdarah Dengue
Dirawat di RS dan Puskesmas
ditemukan sebanyak 26,3% positif
IgM dan IgG.

perumahan penduduk di wilayah


Indonesia, dengan korban meningkat
setiap tahunnya , yakni: pada tahun 1999
meninggal sebanyak 21.134 orang, tahun
2000 sebanayak 33.443 orang, tahun
2001 sebanyak 45.904 orang, pada tahun
2002 sebanyak 40.377 orang dan pada
tahun 2003 sebanyak 50.131 orang . Di
Sulawesi Selatan penyakit DBD mulai
terjangkit pada tahun 1975 di Kota
makassar dengan 8 penderita dengan 1
kematian (CFR 12,5%), selanjutnya
tersebar di beberapa kota/kabupaten .
Dinas
Kesehatan
Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2008 telah
melaporkan kejadian penyakit Demam
Berdarah Dengue dari 23 kabupaten/kota
sebanyak 3.538 penderita dengan
kematian 28 orang (CFR 0,79 %).
Dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun 2007, jumlah penderita
sebanyak 2.874 orang dengan angka
kematian 32 orang (CFR 1.11%).Dengan
melihat
angka
tersebut
adanya
peningkatan jumlah kasus Demam
Berdarah Dengue dari tahun 2007 ke
tahun 2008. Data per Kabupaten/Kota
jumlah kasus tertinggi adalah Kabupaten
Bone sebanyak 668 penderita dengan
jumlah kematian 4 orang (CFR 0,60 %),
Kabupaten Bulukumba jumlah kasus 399
penderita dengan angka kematian tidak
ada (CFR 0%) , Kabupaten Pangkep
jumlah kasus sebanyak 334 penderita
dengan angka kematian tidak ada (CFR
o%), Kabupaten Gowa jumlah kasus
sebanyak 217 penderita dengan jumlah
kematian 2 orang (CFR 0,92 %)
Kabupaten Wajo jumlah kasus sebanyak
199 penderita dengan jumlah angka
kematian 3 orang (CFR 1,51 %).

Tujuan Penelitian
1. Identifikasi karakteristik penderita
demam berdarah dengue
di
Kabupaten Wajo periode Januari
April tahun 2009
2. Identifikasi hubungan serta risiko
antara faktor umur, jenis kelamin,
jumlah trombosit, nilai hematokrit,
status
kesehatan,
lingkungan,
pencahayaan dan kelembaban dengan
kejadian DBD di Kabupaten Wajo
periode Januari April 2009
Bahan dan Metode
Penelitian ini menggunakan desain
crosssectional study. Unit sampel adalah
terdiri dari semua penderita DBD di
Kabupaten Wajo peride Januari Juni
2009. Dan Besar sampel sebanyak 76
penderita yang diambil dengan teknik
total sampling.
HASIL PENELITIAN
1. Sebaran DBD di Kabupaten Wajo
periode Januari Juni 2009

143

Risk factors, DHF with syok

ISSN 1411-4674

Tabel1 Sebaran Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Wajo Periode Januari Juni
2009
BULAN

JUMLAH

PERSENTASE

(n)

(%)

Januari

11

14.5

Februari

15

19.7

Maret

31

40.8

April

11

14.5

Mei

6.6

Juni

3.9

TOTAL

76

100.0

Sumber : data primer


Tabel 1 memberikan informasi tentang
tingginya insiden DBD dari bulan Januari

- Juni 2009 dengan puncakanya terjadi


pada bulan Februari dan Maret 2009.

Grafik 1 Distribusi Kejadian Demam Berdarah Dengue menurut Bulan

35
30
25
kasus

20
15
10
5
0
Januari

Februari

Maret

April

Bulan

144

Mei

Juni

Anna khuzaimah

ISSN 1411-4674

2. Karakteristik Penderita DBD di Kabupaten Wajo periode Januari Juni 2009


A. Umur Penderita
Tabel 2 Distribusi Umur Penderita Demam Berdarah Dengue di Kabuapten Wajo
periodeJanuari Juni 2009
UMUR
(TAHUN)

JUMLAH
(n)

PERSENTASE
(%)

0-4
5-9
10 - 14
15 - 20
>20

8
27
21
13
7

10.5
35.5
27.6
17.1
9.2

TOTAL
Sumber : Data Primer

76

100.0

memperlihatkan umurpenderita
terbanyak pada kelompok 5 9
tahun dan 10 14 tahun.

Secara umum diketahui penyakit


DBD terbanyak menyerang umur
5 14 tahun, hal ini sesuai
dengan
tabel
2
yang
B. Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Demam Berdarah Dengue di Kabupaten


Wajo periodeJanuari Juni 2009
JUMLAH

PERSENTASE

(n)

(%)

Laki-Laki

35

46.1

Perempuan

41

53.9

TOTAL

76

100.0

JENIS KELAMIN

Sumber : data primer

Tabel 3 menunjukkan jenis kelamin tebanyak menderita DBD adalah Perempuan


(53,9%)

145

Risk factors, DHF with syok

ISSN 1411-4674

C. Distribusi Kelompok Umur Menurut Kejadian Renjatan


Tabel 4. Distribusi Kelompok Umur Menurut Kejadian Renjatan Pada
Penderita
Demam Berdarah Dengue di Kabuapten Wajo periodeJanuari Juni 2009
Demam Berdarah Dengue
Renjatan
Tidak Renjatan
Jumlah
%
Jumlah
%
5
62,5
3
37,5
9
33,3
18
66.7
10
47,6
11
52,4
6
46,2
7
53,8
2
28,6
5
71,4
32
39,5
44
57,9

Kelompok Umur
(Tahun)
04
59
10 14
15 20
>20
Total

Tabel 4 memberikan informasi


persentase renjatan
terbanyak
terjadi antara kelompok umur 5 14
tahun.

Jumlah
Jumlah
8
27
21
13
7
76

%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0

3. Analisis Hubungan Faktor Risiko


dengan Kejadian DBD
Pada bagian ini dianalisi hubungan
beberapa faktor yang dianggap berperan
penting pada kejadian renjatan yang
dialami oleh penderita seperti : umur,
jenis kelamin, suhu tubuh pada saat
masuk rumah sakit, jumlah tromboisit,
nilai hematokrit sebagai berikut :

Tabel 5. Hubungan beberapa faktor risiko dengan kejadian renjatan pada penderita
Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Wajo periode januari juni 2009
Faktor Risiko

Demam Berdarah Dengue


Renjatan
Tidak Renjatan
Jumlah
%
JUmlah
%

Jumlah

P value

Umur(tahun)
9 tahun
10 tahun

14
18

40
43,9

21
23

60
56,1

35
41

P<0.05

Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan

4
27

11,4
65,9

31
14

88,6
34,1

35
41

P<0,05

Suhu Tubuh
< 39 oC
39oC

6
34

24
66,7

19
17

76
33,3

25
51

P<0,05

27
5

50,9
21,7

26
18

49,1
78,3

53
23

P<0,05

29
5

52,7
23,8

26
16

47,3
76,2

55
21

P<0,05

Trombosit
< 150.000/mm3
150.000400.000mm3
Hematokrit
20%
<20%

146

Anna khuzaimah

ISSN 1411-4674

Jumlah
trombosit
dianggap
berhubungan
dengan
kejadian
renjatan (p<0,05) dengan nilai
prediksi jumlah trombosit terhadap
kejadian renjatan adalah 50,9%.
Nilai
hematokit
dianggap
berhubungan
dengan
kejadian
renjatan (p<0,05) dengan nilai
prediksi 52,7 %.

Tabel 5 memperlihatkan hasil


analisis hubungan beberapa faktor
yang dianggap berperan penting pada
kejadian renjatan pada penderita
DBD yaitu faktor umur dianggap
berhubungan
dengan
kejadian
renjatan (p<0,05) ,dengan nilai
prediksi kejadian renjatan untuk
kelompok umur > 10 tahun adalah
43,9 % leih besar dari kelompok
umur < 9 tahun. Jenis kelamin
dianggap
berhubungan
dengan
kejadian renjatan (p<0 05) dengan
nilai prediksi kejadian renjatan
umntguk perempuan 65,9 % lebih
besar daripada laki-laki. Suhu tubuh
pada saat masuk rumah sakit
dianggap
berhubungan
dengan
kejadian renjatan (p<0,05) dengan
nilai prediksi suhu diatas > 39 oC
pada saat masuk rumah sakit untuk
menghasilkan renjatan adalah 66,7%.

4. Analisis Risiko Faktor Yang Berhubungan dengan Kerenjatan DBD


Varaibel

Uji Chi

Signif.

Square

Rasio
Odds

95% Confidence Interval


Lower Limit

Upper Limit

Umur

17,39

0,0000523

3,19

1,74

5,89

Jenis Kelamin

13,10

0,0008433

0,27

0,12

0,59

Suhu Tubuh

39,02

0,0000000

0,15

0,08

0,30

Jumlah Trombosit

16,92

0,0000246

3,37

1,91

6,71

Nilai Hematokrit

14.62

0,0000775

3,24

1,75

5,93

Tabel 6. Nilai Uji Chi square dan Odds Ratio faktor yang berhubungan dengan kejadian
renjatan pada penderita demam berdarah dengue di Kabuapten Wajo periode
januari j uni 2009

147

Risk factors, DHF with syok

ISSN 1411-4674

5. Pembahasan

KESIMPULAN

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat,


kelompok umur terbesar menderita
demam berdarah dengue adalah 5 9
tahun ( 35,5 %) , sedangkan kelompok
umur yang paling sedikit menderita DBD
adalah > 20 tahun (9,2%).. Hal ini sesuai
dengan
Suroso
(1994)
yang
mengemukakan bahwa penderita demam
berdarah dengue di Indonesia terbanyak
pada umur 5 9 tahun . Distribusi umur
pada mulanya memperlihatkan proporsi
kasus terbanyak adalah anak berumur
<15 tahun (86-95%), namun pada wabah
selanjutnya jumlah kasus dewasa muda
mulai meningkat (Soedarmo, 2002)
Dari hasil penelitian ini terlihat
bahwa belum
terjadi pergeseran
persentase umur penderita DBD ke arah
umur yang lebih tinggi.
Namun
penderita di atas kelompok umur 14
tahun , kemungkinan karena terjadinya
secondary heterologous infection bagi
responden
yang sebelumnya pernah
mengalami infeksi primer
yang
menimbulkan manifestasi klinis demam
berdarah dengue bila terkena infeksi
kedua oleh strain virus yan berbeda
dengan jarak antara 6 bulan sampai 5
tahun. Dari hasil temuan ini juga jelas
terlihat bahe apersentase penderita
dengan kelompok umur 0 4 tahun lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok
umur lainnya yang berarti kelompok
umur tersebut secara persentase tidak
mengalami pergeseran .
Beberapa faktor risiko yang telah
diidentifikasi ( umur 5 tahun, jenis
kelamin perempuan, suhu 39 oC,
trombosit < 150.000 mm3, dan nilai
hematokrit > 20 %). Dari faktor risiko
tersebut 3 faktor diantaranya yaitu umur,
jumlah trombosit dan nilai hematokrit
memberikan risiko yang cukup besar (3
kali lipat) sehingga perlu mendapat
perhatian untuk mencegah terjadinya
renjatan terutama pada saat dirawat di
puskesmas atau rumah sakit.

a) Belum terjadi pergeseran persentase


pola kelompok umur yang menderita
DBD dengan kejadian renjatan yang
dirawat di wilayah PKM Tempe dan
Pattirosompe periode Januari Juni
2009
b) Umur 5 tahun , suhu 39oC,
trombosit < 150.000 mm3, hematokrit
> 20 % adalah faktor risiko yang
perlu mendapat perhatian terutama
oleh petugas kesehatan yang merawat
penderita.
DAFTAR PUSTAKA
BTKL-PPM, 2007, Monitoring Penyakit
DBD di Kabupaten Bone Provinsi
Sulawesi Selatan, Makassar,
BTKL-PPM Ditjen PP-PL Depkes
RI
Ditjen PPM dan PL, 2001, Pedoman
Pelaksanaan
Surveilans
Vektor Jakarta, Depkes RI
James

Chin,MD,2000,
Manual
Pemberantasan
Penyakit
Manular,
(diterjemahkan oleh Kandun I
Nyoman), Jakarta, DepkesRI

Lemeshow Stanley,Hosmer Jr David W,


& K. Lwanga Stephen K, Besar
Sampel
dalam
Penelitian
Kesehatan, (terjemahan oleh
Pramono Dibyo), Yogyakarta,
Gadja Mada University Press
Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta,
Rineka Cipta
WHO,1997,Demam Berdarah Dengue
Diagnosis,
Pengobatan,
Pencegahan,
dan
Pengendalian,
terjemahan
oleh Depkes RI, Jakarta. Depkes
RI.

148

Anna khuzaimah

ISSN 1411-4674

Swara ;2004

----------------Profil Kesehatan Dinas


Kesehatan
Kabupaten Wajo
(2008), Senkang, Dinkes Kab.
Wajo

-------------- (2004) Demam Berdarah


Dengue dan Permasalahannya
tersedia http//www.gizi.Net.egi
bin/berita/fullnews.

Satari, Hindra (2004). Demam Berdarah


dengue Perawatan di Rumah dan
Di Rumah Sakit, Jakarta ; Puspa

149

You might also like