Professional Documents
Culture Documents
I.
Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara
2. Menentukan densitas batubara
II.
III.
Dasar Teori
3.1 Pendahuluan
1 unit
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 unit
1 gr
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hydrogen dan oksigen. Sukandarrumidi, (1995). Pembentukan batubara dimulai sejak
periode pembentukan karbon (Carboniferrous Period) yang dikenal sebagai Zaman
Batubara Pertama yang berlangsung selama 360 juta 290 juta tahun lalu. Endapan
tumbuhan yang berubah menjadi gambut (peat), selanjutnya berubah menjadi
batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara cokelat (brown coal). Setelah
mendapatkan pengaruh suhu dan tekanan yang terus-menerus selama jutaan tahun,
maka batubara muda akan mengalami perubahan, yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan berubah menjadi batubara subbituminus (sub-bituminous).
Perubahan secara kimia dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih
keras dan berwarna lebih hitam, sehingga membentuk bituminus (bituminous).
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus
berlangsung hingga membentuk antrasit (anthracite). Selain itu, semakin tinggi
peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan
oksigen akan berkurang, karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat
diasosiasikan dengan mutu batubara, maka batubara dengan tingkat batubara rendah
disebut pula batubara bermutu rendah seperti lignit (lignite) dan subbituminus
biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah,
memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah,
sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi nilai kalori, batubara
umumnya semakin keras dan kompak serta berwarna semakin hitam mengkilat,
kelembabannya pun akan berkurang, sedangkan kadar karbonnya meningkat,
sehingga kandungan energinya semakin besar. Fischer, (1927), op cit. Susilawati
(1992)
Kualitas batubara dijumpai sangat bervariasi, baik secara vertikal maupun
lateral, antara lain bervariasinya kandungan sulfur dan sodium, kondisi roof dan
floor, kehadiran parting dan pengotor, proses leaching. Kondisi tersebut antara lain
dipengaruhi oleh pembentukan batubara yang kompleks,lingkungan pengendapan
tempat terbentuk batubara dan proses-proses geologi yang berlangsung bersama atau
setelah batubara terbentuk, Kuncoro (1996).
3.2 Properti fisik batubara
Sebagai pertimbangan awal, perlunya mengenal sifat fisik secara tidak langsung
juga menerangkan tentang hubungan hubungannya tentang sifat kimia. Sebagai
contoh, ukuran pori batubara, merupakan faktor utama dalam penentuan reaktivitas
kimiawi batubara (Walker, 1981). Dan efek kimiawi dari swelling index dan
pengkokasan batubara memiliki efek substansial pada penanganan batubara atau
selama operasi konversi batubara.
a. Densitas (specific gravity)
Padatan yang porous seperti batubara, memiliki tiga perbedaan dalam
pengukuran densitasnya; true density, particle density, dan apparent density.
- Apparent density
Apparent density batubara dapat dilakukan dengan cara membenamkan sampel
batubara di dalam cairan dan kemudian mengukur cairan yang terpindahkan.
Untuk prosedur ini, cairan haruslah:
Batubara mengandung dua sistem pori: (1) sistim pori makro yang dapat diakses
terhadap merkuri pada tekanan rendah dan (2) sistem pori mikro yang mana tidak
dapat di akses oleh merkuri tetapi oleh helium. Dengan menggunakan cairan yang
berbeda variasi ukuran molekulnya adalah mungkin untuk menentukan distribusi
ukuran pori mikro. Bagaimanapun, aturan yang berperan tepat atau fungsi pori mikro
sebagai bagian dari model struktur batubara adalah tidak dapat dipahami secara
penuh, walaupun telah ditunjang bahwa batubara bertindak seperti suatu saringan
molekular.
d. Reflektan
Reflaktan dalah mengherankan untuk kebanyakan peneliti batubara, sering
batubara digolongkan sebagai padatan hitam yang tak dapat ditembus oleh cahaya,
sehingga harus ditetapkan sebagai salah satu propertis secara optik. Tentu saja,
adalah benar bahwa beberapa preparasi atau pengkondisian dari batubara adalah
penting untuk dikenali melalui berbagai propertis.
Batubara dapat diuji dalam bentuk seperti tembus cahaya dengan cara transmisi
atau reflektan (Tschamler dan de Ruiter, 1963). Transmisi adalah suatu pengukuran
absorbansi cahaya pada berbagai gelombang dan dapat ditentukan untuk sayatan tipis
batubara. Reflektansi batubara (ASTM D2798) adalah sangat bermanfaat sebab
memberi beberapa indikasi penting tentang propertis batubara (Davis, 1978).
Kandungan beberapa maseral (ASTM D2799) dan temperatur karbonisasi.
Reflektansi batubara ditentukan melalui derajat relatif terhadap yang mana berkas
sinar yang terpolarisasi adalah direfleksikan dari permukaan batubara yang telah
dipoles. Batubara tersebut dihancurkan hingga berukuran 850 dengan sedikit
kandungan halus, dan kemudian partikel-partikel dibentuk semacam briket. Salah
satu permukaannya dipoles hingga halus, bebas dari kerusakan dan bebas dari char.
Secara metallurgi, atau opaque-ore, mikroskop digunakan untuk menentukan
reflektansi sampel, yang mana adalah diterangiu secara vertical dengan sinar
terpolarisasi.
Sebelum mengukur reflektansi, permukaan sampel diselubungi dengan minyak
Sedar atau minyak immersi komersial, dan kemudian membaca berulang-ulang
reflektansi maksimum komponen batubara (vitrinit, dll). Nilai yang diperoleh
kemudian diperbandingkan dengan estndar high- index glass (yang telah diketahui
reflektansinya), yang mana telah disediakan dengan dengan nilai reflektansi secara
tipikal antara 0,302% 1,815%.
Begitu juga, walaupun batubara selalu muncul sebagai massa hitam, lapisan tipis
dan permukaan yang dipoles memancarkan berbagai macam warna. Sebagai contoh,
dengan sinar sekilas, fusinite dan macrinite berwarna putih, sedangkan exinite
berwarna kuning tembus cahaya; dalam cahaya tertransmisi, exinite berwarna jingga.
Adalah sangat jelas, perbedaan warna tersebut dapat diterapkan untuik membedakan
tipe-tipe maseral. Sebagai tambahan, reflekstansi batubara bervariasi terhadap
peringkat batubara tersebut, dan data reflektansi untuk udara adalah ditetapkan lebih
tinggi dari medium minyak. Reflektansi batubara adalah penting dalam menopang
penentuan dari komposisi maseral batubara, yang mana pada gilirannya adalah
IV.
Prosedur Percobaan
1. Menghitung volume typol yang akan dipipet.
2. Menimbang labu ukur 100 ml.
3. Membuat larutan typol 1% dengan mempipet 1 ml larutan typol ke dalam labu
ukur 100 ml dan menambahkan air hingga tanda batas.
4. Menimbang labu ukur beserta isinya.
V.
Data Pengamatan
No.
1.
2.
3.
Sifat Fisik
Berat piknometer kosong
Berat labu ukur 100 ml kosong
Berat labu ukur + larutan typol
97,53 gr
59,04 gr
157,21 gr
4.
5.
6.
7.
VI.
100 ml
1,09 gr
131,09 gr
131,55 gr
Perhitungan
VI.1
Pembuatan larutan typol 1%
1
x 100 ml=1 ml
100
Maka, volume typol yang harus dipipet adalah 1 ml untuk membuat 100 ml
larutan typol 1%.
VI.2
Berat larutan typol = (berat labu ukur + larutan typol) (berat labu ukur kosong)
157,21 gr97,53 gr
59,68 gr
Maka, densitas larutan typol dapat ditentukan dengan rumus:
mtypol
larutantypol =
v labuukur
59,68 gr
100 ml
0,5968
VI.3
gr
ml
Dengan:
W adalah berat sampel (gr)
W1 adalah berat piknometer + larutan typol + sampel (gr)
P adalah berat piknometer + larutan typol (gr)
gr
ml
batubara=
1,09 gr( 131,55 gr131,09 gr )
1,09 gr x 0,5968
1,0325
VII.
gr
ml
Analisa Percobaan
Percobaan kali ini memiliki tujuan untuk menganalisa densitas batubara
sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai kalor dari batubara tersebut.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel batubara dengan ukuran +
60 mesh (-20 mesh) dengan basis adb (air dried basis). Pada percobaan ini juga
digunakan larutan typol, yaitu suatu cairan pembersih yang mengandung phenol dan
sulfaktan. Sulfaktan merupakan bahan aktif yang terdapat di dalam detergen dan
mengandung antiseptik sehingga dapat membunuh mikroba. Penggunaan typol pada
percobaan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air dalam batubara dengan
cara menguapkannya sehingga pengukuran densitas yang dilakukan cukup akurat
selain itu, larutan typol juga berfungsi untuk mengisi pori-pori batubara. Penggunaan
larutan typol ini akan menyebabkan terdapatnya gelembung pada saat larutan typol
dimasukkan ke dalam piknometer. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat udara
yang terbawa masuk ke dalam piknometer sehingga udara tersebut harus dihilangkan
dengan cara memasukkan piknometer tersebut ke dalam desikator. Gelembung ini
akan mempengaruhi berat yang ditimbang nantinya sehingga pengukuran densitas
menjadi tidak akurat.
Larutan typol mengisi pori-pori batubara dikarenakan pori-pori batubara
mempengaruhi tinggi rendahnya harga densitas dari batubara yang akan diuji. Dari
data yang telah diperoleh, didapat bahwa densitas batubara yang diuji adalah 1,0325
gr/ml. Nilai ini cukup tinggi sehingga mengindikasikan bahwa porositas dari
batubara yang diuji kali ini kecil. Dikarenakan porositasnya yang kecil, maka
kandungan abu dari batubara ini juga kecil karena ia sulit untuk masuk ke dalam
batubara. Jika dikaitkan dengan kandungan air yang ada didalamnya, maka dapat
dianalisa bahwa kandungan air yang berada di dalam batubara tersebut kecil. Hal ini
dikarenakan kecilnya pori untuk menyerap atau sebagai jalannya air masuk ke dalam
batubara sehingga akan menyebabkan proses pembakaran dari batubara ini menjadi
sempurna dan akan menghasilkan nilai kalori yang tinggi pula.
VIII.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukkan antara rank dan
kandungan karbon.
2. Densitas batubara dipengaruhi oleh porositas batubara.
Daftar Pustaka
Ridhwan, KA. 2014. Penuntun Praktikum Analisa Batubara. Palembang: Politeknik
Negeri Sriwijaya Jurusan Teknik Kimia.
Pita, Lusia Magdalenis. 2013. Pembersih Peralatan Laboratorium Part 2.
(http://uchilusiamagda.blogspot.com/2013/06/pembersih-peralatanlaboratorium-part-2.html, diakses pada 2 Januari 2015)
Putro, Suko Dwi dkk. ______. Analisa Log Densitas Dan Volume Shale Terhadap
Kalori , Ash Content Dan Total Moisture Pada Lapisan Batubara Berdasarkan
Data Well Logging Daerah Banko Pit 1 Barat, Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Yogyakarta: UPN
Veteran Yogyakarta.