Professional Documents
Culture Documents
Epidemiologi
Menurut dr. Arlin Algerina, SpA dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia
diperkirakan antara 800-100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid
sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas.
Menurut
tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada
anak maupun orang dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
tifoid walaupun gejala yang dialami anak lebih lebih ringan dari orang dewasa.
4
Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan
melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke
aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman
selanjutnya
masuk
limpa,
usus
halus
dan
kandung
empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah rutin
Pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia, tapi dapat pula
terjadi kadar leukosit normal/leukositosis (walaupun tanpa infeksi sekunder), dapat
juga terjadi anemia ringan dan trombositopenia. LED dapat meningkat. SGOT dan
SGPT sering kali meningkat tapi akan kembali normal setelah sembuh.
b. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Tujuan dari uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien
yang disangka menderita demam tifoid.
c. Biakan darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif
tidak menyingkirkan demam tifoid karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai
berikut :
Riwayat vaksinasi.
8. Prognosis
Umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis kurang baik bila terdapat gejala
klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris kontinua, penurunan kasadaran
komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus dan gizi buruk.