You are on page 1of 6

HERNIA

A. PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah
burut lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002,
hal 153).
Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum.
( Sjamsuhidajat, 1997, hal 717 )
Post adalah awalan yang menyatakan setelah atau di belakang. (Dorlan, 1994,hal
1477)
Operasi merupakan pembedahan, setiap tindakan yang dikerjakan oleh ahli
bedah, khususnya tindakan yang memakai alat-alat. (Ramali dan Pamoentjak, 2000,
hal 244)
Dextra merupakan istilah yang menyatakan sesuatu yang berada disebelah
kanan dari dua struktur yang serupa atau yang berada disebelah kanan tubuh. (Dorlan,
1994,hal 517)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia scrotalis dextra
adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan
yang melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan mencapai
scrotum bagian kanan dan telah dilakukan tindakan pembedahan oleh ahli bedah.
B. KLASIFIKASI
Menurut Sachdeva ( 1996, hal 232-234) menklasifikasikan hernia sebagai berikut ;
1. Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat
dimasukkan oleh penderita atau ahli bedah.
2. Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak adanya
komplikasi.

3. Hernia Obstruksi
Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya mengalami onstruksi
dari luar atau adanya gangguan suplai darah dari usus.
4. Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat terganggu
yang dapat mengakibatkan gangren.
Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2 macam yaitu;
1. Tindakan konservatif
Yaitu tindakan dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia.
2. Tindakan definitive
Tindakan definitive untuk mengatasi hernia berupa operasi yang dilakukan dibawah
anestesi umum atau spinal. Dengan melakukan insisi pada garis linear di atas kanalis
inguinalis yaitu 1 inci diatas dan sejajar terhadap 2/3 medial ligamentum inguinalis.
Adapun prinsip dasar operasi hernia terdiri dari Herniotomi dan Herniorapi.
a. Herniotomi
Merupakan operasi pemotongan untuk memperbaiki hernia.
b. Herniorapi
Herniorapi yaitu dengan melakukan perbaikan pada dinding posterior tanpa
menggunakan bahan asesoris. Apabila dalam melakukan perbaikan dinding
posterior menggunakan bahan asesoris maka disebut dengan Hernioplasti.
C. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997,
hal 706)
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus
vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:
obesitas dan kehamilan.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini dikarenakan
penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia umbilikalis pada anak
sebelum usia dua tahun dan pada hernia ventralis. Tindakan operasi dilakukan pada hernia
yang telah mengalami stadium lanjut yaitu;
1. Mengisi kantong scrotum
2. Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.
3. Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.
Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena ditakutkan
terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi tindakan bedah harus
dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
(Sachdeva, 1996, hal 235 236 ; Mansjoer, 2000, hal 315)
D. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka
dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra

abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan
pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke
dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga
hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal
sehingga akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat
kesadran, depresi pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu
pengaruh anestesi juga mengakibatkan produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga
jalan nafas terganggu, serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada
mual dan muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah
dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah
mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk
bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi / stimulasi ujung syaraf
oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau karena ischemi jaringan akibat
gangguan suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau
hematoma.
(Mansjoer, 2000, hal 314 ; Sjamsuhidajat,1997, hal 704 ; Long,1996,

hal 55 82).

E. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan
tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi
komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan
berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri

palpasi

dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong

apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak,
kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum, jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari
maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu
adalah

hernia

inguinalis

medialis

(Mansjoer,

2000,

hal

314

Kusala,

2007,

http://www.kalbe.co.id/files)
Pada umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Beberapa masalah yang sering terjadi pada fase post operasi antara lain; kesadaran
menurun, sumbatan saluran nafas, hipoventilasi, hipotensi , aritmi cardiak, shock, nyeri,
distensi kandung kencing, cemas, aspirasi isi lambung.
Tindakan operatif dilakukan dengan melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh
memerlukan waktu untuk penyembuhan luka. Luka bedah karena dilakukan dengan disertai
teknik asepsis pada umumnya penyembuhannya lancar dan cepat.
Ada empat fase penyembuhan luka; fase I penyembuhan luka, lekosit mencerna
bakteri dan jaringan rusak. Fibrin tertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan
pembuluh darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka. Luka kekuatannya
rendah tapi luka yang dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Pasien akan terlihat dan
merasa sakit pada fase ini yang berlangsung selama 3 (tiga) hari.
Fase II berlangsung 3 14 hari setelah pembedahan. Lekosit mulai menghilang,
semua lapisan epitel mulai beregenerasi selengkapnya dalam 1 (satu) minggu. Jaringan
baru memiliki sangat banyak jaringan vaskuler, jaringan ikat berwarna kemerah-merahan
karena banyak pembuluh darah dan mudah terjadi perdarahan, pasien akan terlihat lebih
baik. Tumpukan kolagen serabut protein putih akan menunjang luka dengan baik dalam 6
7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Hal ini akan menekan pembuluh darah baru
dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas.
Pada fase ini yang kira-kira berlangsung dari minggu ke dua sampai minggu ke enam post
operasi, pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
Fase terakhir, fase ke IV berlangsung beberapa bulan post operasi. Pasien akan
mengeluh gatal diseputar luka. Kolagen terus menimbun pada waktu ini, luka menciut dan
menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur.
(Long,1996, hal 70 86)

F. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia
geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka
dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi testis
karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan yang paling
penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien,
letak hernia, teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.
(Sjamsuhidajat, 1997, hal 718-719)

You might also like