You are on page 1of 42

PPh Pasal 21/26

UU No. 7 tahun 1983 stdtd UU No. 36 tahun


2008
PERATURAN MENKEU
NOMOR 250/PMK.03/2008 (Bi. Jbtn)
NOMOR 252/PMK.03/2008 (Juklak)
NOMOR 254/PMK.03/2008
NOMOR 62/PMK.011/2012 (PTKP)
PERATURAN DIRJEN
NOMOR PER-57/PJ/2009 ATAS
PERUBAHAN
NOMOR PER-31/PJ/2009
NOMOR PER-31/PJ/2012 PERUBAHAN
ATAS NOMOR PER-31/PJ/2009

PPh Pasal 21 adalah:

Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,


tunjangan dan pembayaran lain
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan
Yang dilakukan orang pribadi subjek pajak dalam
negeri
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh

PPh Pasal 26 adalah:

Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,


tunjangan dan pembayaran lain
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan
Yang dilakukan orang pripadi subjek pajak luar negeri
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 UU PPh

Pengertian PPh Pasal 21/26

Pajak Penghasilan
Sehubungan
Dengan

Pekerjaan atau jabatan


Jasa dan Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak
Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa :


Gaji
Upah
Honorarium
Tunjangan, dan
Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN

Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21

PPh Pasal 26

Pemotong PPh Pasal 21/26

pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan


yang membayarkan imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/ jasa yang dilakukan pegawai dan bukan
pegawai
Bendahara atau pemegang kas pemerintah yang
membayarkan imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa dan kegiatan
dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang membayar uang pensiun dan
tunjangan/ jaminan hari tua
Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang membayar
honorarium/pembayaran/imbalan :
sehubungan dengan jasa/kegiatan yang dilakukan
SP OP DN, termasuk tenaga ahli
sehubungan dengan kegiatan/jasa yang dilakukan
oleh SP OP LN
kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang
Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium,
hadiah atau penghargaan kepada WP OP DN
berkenaan dengan suatu kegiatan

Tidak Termasuk Pemberi Kerja Sebagai


Pemotong PPh Pasal 21/26

Kantor perwakilan negara asing


Organisasi-organisasi internasional
yang ditetapkan Menteri Keuangan
Pemberi kerja orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang sematamata
mempe-kerjakan
orang
pribadi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan
bukan dalam rangka melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas

Penghasilan Yang Dipotong


PPh Pasal 21/26

Penghasilan Pegawai Tetap baik


teratur maupun tidak teratur
Penghasilan
Penerima
Pensiun
secara teratur
Penghasilan sehubungan dengan
pemutusan hubungan kerja dan
sehubungan pensiun yang diterima
sekaligus
Penghasilan pegawai tidak tetap atau
tenaga kerja lepas
Imbalan kepada bukan pegawai
Imbalan kepada peserta kegiatan

Tidak Dipotong PPh Pasal 21

Pembayaran asuransi kesehatan, kecelakaan,


jiwa, dwiguna dan bea siswa
Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah
Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT, yang dibayar
pemberi kerja
Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari
badan / lembaga yang dibentuk / disahkan
pemerintah sepanjang tidak ada hubungan
usaha,
pekerjaan,
kepemilikan
atau
penguasaan
Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4
ayat
(3)
huruf
l
UU
PPh
+beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
(246/PMK.03/2008)+

Sk
e
m
a
Pe
rhi
tu
ng
an
PP
h
psl
21

BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)

Rp 24.300.000
Rp

2.025.000

Rp 2.025.000

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG


PRIBADI
TAMBAHAN UNTUK WAJIB
PAJAK KAWIN
TAMBAHAN UNTUK SETIAP
ANGGOTA KELUARGA
SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS
KETURUNAN LURUS SERTA ANAK
ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN
SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BAGIAN TAHUN KALENDER

BESARNYA
PTKP PER BULAN

Rp 2.025.000
Rp

Rp

168.750

168.750

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG


PRIBADI
TAMBAHAN UNTUK WAJIB
PAJAK KAWIN
TAMBAHAN UNTUK SETIAP
ANGGOTA KELUARGA
SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS
KETURUNAN LURUS SERTA ANAK
ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN
SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BAGIAN TAHUN KALENDER

PTKP UTK KARYAWATI

STATUS KAWIN

STATUS KAWIN
SUAMI
TDK MENERIMA/
MEMPEROLEH
PENGHASILAN

HANYA UTK DIRI


SENDIRI

- UTK DIRI SENDIRI


SEBAGAI WP
- STATUS KAWIN
- TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG

STATUS TDK
KAWIN

- UTK DIRI SENDIRI


SEBAGAI WP
- TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG

SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI
PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN
BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN

TARIF Pasal 17 OP
Ps. 17 UU PPh

LAPISAN PENGHASILAN
KENA PAJAK

TARIF

SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA

5%

DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN
Rp 250 JUTA

15%

DIATAS Rp 250 JUTA


SAMPAI DENGAN
Rp 500 JUTA

25%

DI ATAS Rp 500 JUTA

30%

PPh Pasal 21 :
Pegawai Tetap & Penerima Pensiun
Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap

Penerima Pensiun

Gaji, Tunjangan, Premi


Asuransi Dibayar Pemberi
Kerja

Uang Pensiun Bulanan

Dikurangi Dengan

Dikurangi Dengan

1. Biaya Jabatan, 5% dari


pengh. Bruto maks.
Rp6.000.000 per tahun
atau Rp500.000 per
bulan

1. Biaya Pensiun, 5% dari


pengh. Bruto maks.
Rp2.400.000 per tahun
atau Rp200.000 per bulan

2. Iuran pensiun, THT/JHT


yang dibayar sendiri

PENGHASILAN NETO
Dikurangi : PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17

Iuran Pensiun Vs
Premi Asuransi
Iuran Pensiun

Premi asuransi

Dibayar Sendiri

Pengurang Bukan
Pengurang

Dibayar
Pemberi Kerja

Bukan
Objek PPh

Objek PPh

Penghitungan PPh Pasal 21 yang


harus dipotong setiap masa

Setiap masa pajak,


kecuali masa pajak
terakhir

Tarif diterapkan atas


perkiraan penghasilan
yang akan diperoleh
selama satu tahun
PENGHASILAN
TERATUR
PENGHASILAN
TIDAK TERATUR

Masa Pajak
terakhir

Selisih antara PPh yang


terutang atas seluruh
penghasilan kena pajak
selama satu tahun pajak
atau bagian tahun pajak
dengan PPh yang telah
dipotong masa-masa
sebelumnya dalam tahun
ybs.

Jumlah penghasilan teratur dalam satu


bulan dikalikan 12 ditambah jumlah
penghasilan tidak teratur
Jumlah penghasilan teratur
dalam satu bulan dikalikan 12

Masa Perolehan Penghasilan


Kurang Dari 12 Bulan

DISETAHUNKAN

TIDAK
DISETAHUNKAN

1. WP OP DN meninggal
dunia di pertengahan
tahun

1. WP OP DN mulai
bekerja di pertengahan
tahun

2. WP OP DN
meninggalkan
Indonesia untuk
selama-lamanya

2. WP OP DN pindah
kerja ke pemberi kerja
lain

3. Orang Asing mulai


bekerja di Indonesia di
pertengahan tahun
untuk jangka waktu
lebih dari 6 bulan
4. Karyawan pindah
cabang

PPh Pasal 21 :
Pegawai Tidak Tetap
Upah Harian, Mingguan, Satuan,
Borongan, Uang Saku Harian,
Mingguan

Dibayarkan Bulanan

Disetahunkan
Upah Sehari
200.000

> 200.000

Tidak Dipotong

Dikurangi
200.000
Dipotong 5%

> 2.025.000 sebulan


Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Dikurangi PTKP
Setahun

Penghasilan Kena
Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Tarif PPh 21 : 5%
Diperhitungkan PPh 21 Yang Telah
Dipotong

Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan

Tarif Pasal 17 Diterapkan Jika


Penghasilan Kumulatif Sebulan
Melebihi PTKP sebulan untuk diri
sendiri (= Rp 2.025.000)

PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai

TENAGA AHLI

BUKAN TENAGA AHLI

PENGACARA

PEMAIN MUSIK DAN SENIMAN


LAINNYA

AKUNTAN

OLAHRAGAWAN

ARSITEK

PENASIHAT, PENGAJAR, PELATIH,


PENCERAMAH, PENYULUH DAN
MODERATOR

DOKTER
KONSULTAN
NOTARIS
PENILAI
AKTUARIS

PENGARANG, PENELITI DAN


PENTERJEMAH
PEMBERI JASA DALAM SEGALA
BIDANG
AGEN IKLAN

TARIF PS. 17
ATAS
KUMULATIF

50% DARI
JUMLAH
PENGHASILAN
BRUTO

PENGAWAS ATAU PENGELOLA


PROYEK
PEMBAWA PESANAN, YG
MENEMUKAN LANGGANAN ATAU
PERANTARA
PETUGAS PENJAJA BARANG
DAGANGAN
PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI
DISTRIBUTOR MLM/DIRECT
SELLING

PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH


BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA PENGHASILAN YANG
BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN.

dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter
yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan
dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar, Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr. Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik
sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada tahun
2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul Gopar, Sp.JP di Rumah
Sakit Harapan Jantung

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

Jasa Dokter yang dibayar Pasien


(Rupiah)
45,000,000.00
49,000,000.00
47,000,000.00
40,000,000.00
44,000,000.00
52,000,000.00
40,000,000.00
35,000,000.00
45,000,000.00
44,000,000.00
43,000,000.00
40,000,000.00
524,000,000.00

Bulan

Jasa Dokter
Dasar
yang
Pemotongan
dibayar PPh Pasal 21
Pasien
(Rupiah)
(Rupiah)
(1)
(2)
(3)=50% x (2)
Januari
45,000,000 22,500,000
Februari
49,000,000 24,500,000

Maret
3,000,000

47,000,000

Dasar
Pemotongan
PPh Pasal 21
Kumulatif
(Rupiah)

April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Desember

Jumlah

Tarif
Pasal 17
ayat (1)
huruf a
UU PPh

PPh
Pasal 21
terutang
(Rupiah)

(4)
22,500,000
47,000,000
50,000,000

(5)
5%
5%
5%

(6)=(3) x (5)

1,125,000

1,225,000

150,000

40,000,000
44,000,000
52,000,000
40,000,000
35,000,000
45,000,000

20,500,000
20,000,000
22,000,000
26,000,000
20,000,000
17,500,000
22,500,000

70,500,000
90,500,000
112,500,000
138,500,000
158,500,000
176,000,000
198,500,000

15%
5%
15%
15%
15%
15%
15%

3,075,000
3,000,000
3,300,000
3,900,000
3,000,000
2,625,000
3,375,000

44,000,000
43,000,000
40,000,000

22,000,000
21,500,000
8,000,000

220,500,000
242,000,000
250,000,000

15%
15%
15%

3,300,000
3,225,000
1,200,000

12,000,000
524,000,000 262,000,000

262,000,000

25%

3,000,000
35,500,000

Apabila dr. Abdul Gopar Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal
21 terutang adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21 terutang
sebagaimana contoh di atas.

PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Yang Bukan Tenaga Ahli

MENERIMA IMBALAN
BERKESINAMBUNGAN

MENERIMA IMBALAN
TIDAK
BERKESINAMBUNGAN

MEMILIKI NPWP DAN HANYA


MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI
HUBUNGAN KERJA DAN
TIDAK MEMPEROLEH
PENGHASILAN LAINNYA?

YA

TIDAK

50% DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTO


PPH PASAL 21
TARIF PASAL 17 ATAS :

KUMULATIF PKP
(PENGH. BRUTO
PTKP)

Tarif 20 % lebih
tinggi

PENGHASILAN
BRUTO

PPh Pasal 21 atas komisi yang dibayarkan kepada


petugas dinas luar asuransi (bukan sebagai pegawai
perusahaan asuransi)
Neneng Hasanah adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabarru Life. Suami
Neneng Hasanah telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP, dan yang
bersangkutan bekerja pada PT. Kersamanah. Neneng Hasanah telah menyampaikan
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada
pemotong pajak. Neneng Hasanah hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya
sebagai petugas dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang
menerangkan hal tersebut kepada PT Tabarru Life. Pada tahun 2009, penghasilan yang
diterima oleh Neneng Hasanah sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabarru Life
adalah sebagai berikut:

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

Komisi agen
(Rupiah)
38.000.000,00
38.000.000,00
41.000.000,00
42.000.000,00
44.000.000,00
45.000.000,00
45.000.000,00
48.000.000,00
50.000.000,00
52.000.000,00
55.000.000,00
56.000.000,00
554.000.000,00

Bulan

(1)

Penghasilan 50% dari


PTKP
Bruto
Penghasilan (Rupiah)
(Rupiah)
Bruto

17.680.000

5%

884.000

Februari

38.000.000 19.000.000

1.320.000 17.680.000

35.360.000

5%

884.000

14.640.000

50.000.000

5%

732.000

41.000.000 20.500.000

(6)

(7)

(8) = (4)x(6)

1.320.000 17.680.000

(5)

PPh
Pasal 21
Terutang
(Rupiah)

Januari

(4)

Penghasilan Tarif Pasal 17


Kena Pajak ayat (1) Huruf a
Kumulatif
UU PPh
(Rupiah)

(3) =
50%x(2)
38.000.000 19.000.000

Maret

(2)

Penghasilan
Kena Pajak
(Rupiah)

1.320.000

4.540.000

54.540.000

15%

681.000

April

42.000.000 21.000.000

1.320.000 19.680.000

74.220.000

15%

2.952.000

Mei

44.000.000 22.000.000

1.320.000 20.680.000

94.900.000

15%

3.102.000

Juni

45.000.000 22.500.000

1.320.000 21.180.000

116.080.000

15%

3.177.000

Juli

45.000.000 22.500.000

1.320.000 21.180.000

137.260.000

15%

3.177.000

Agustus

48.000.000 24.000.000

1.320.000 22.680.000

159.940.000

15%

3.402.000

September

50.000.000 25.000.000

1.320.000 23.680.000

183.620.000

15%

3.552.000

Oktober

52.000.000 26.000.000

1.320.000 24.680.000

208.300.000

15%

3.702.000

November

55.000.000 27.500.000

1.320.000 26.180.000

234.480.000

15%

3.927.000

Desember

56.000.000

15.520.000

250.000.000

15%

2.328.000

2.790.000

35.290.000

28.000.000

Jumlah

1.320.000

11.160.000

261.160.000

554.000.000 277.000.000

25%

Dalam hal Neneng Hasanah:


- tidak dapat menunjukkan fotokopi kartu NPWP
suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu
keluarga dan
- tidak memiliki NPWP,
Maka tidak memperoleh pengurangan PTKP setiap
bulan, dan jumlah PPh Pasal 21 yang terutang adalah
sebesar 120% dari PPh Pasal 21 yang seharusnya
terutang dari yang memiliki NPWP

PPh Pasal 21 :
Peserta Kegiatan
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
JUMLAH
BRUTO

PEMBAYARAN YANG
BERSIFAT UTUH DAN TIDAK
DAPAT DIPECAH
YANG DITERIMA OLEH
PESERTA
KEGIATAN
BERUPA UANG SAKU, UANG REPRESENTASI, UANG RAPAT,
HONORARIUM, HADIAH DAN PENGHARGAAN DAN IMBALAN
SEJENIS KEPADA :

PESERTA PERLOMBAAN DALAM SEGALA BIDANG

PESERTA RAPAT, KONFERENSI, SIDANG, PERTEMUAN, ATAU


KUNJUNGAN KERJA

PESERTA ATAU ANGGOTA KEPANITIAAN

PESERTA PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN MAGANG

PESERTA KEGIATAN LAINNYA

PPh Pasal 21

HONORARIUM

JASA PRODUKSI,
TANTIEM,
GRATIFIKASI DAN
BONUS

PENARIKAN
DANA PADA
DANA PENSIUN

DEWAN
KOMISARIS /
PENGAWAS
BUKAN PEG.
TETAP

MANTAN
PEGAWAI

PESERTA
PROGRAM
PENSIUN

DITERAPKAN TARIF PASAL 17 X PENGHASILAN


BRUTO KUMULATIF

Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran penghasilan kepada


mantan pegawai.
Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2009 telah berhenti
bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2009 Endah
menerima jasa produksi tahun 2008 dari PT Fajar Wisesa sebesar Rp
55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp 50.000.000,00 =
Rp 2.500.000,00
15% x Rp 5.000.000,00 =
Rp 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 3.250.000,00
Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan
kepada mantan pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas
pembayaran penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima
dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.

Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium komisaris yang tidak


merangkap sebagai pegawai tetap
Pandaya adalah seorang komisaris di PT Wahana Sejahtera, yang bukan sebagai
pegawai tetap. Dalam tahun 2009, yaitu bulan Desember 2009 menerima
honorarium sebesar Rp 60.000.000,00
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp 50.000.000,00 =
Rp 2.500.000,00
15% x Rp 10.000.000,00 =
Rp 1.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong

Rp 4.000.000,00

Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan


kepada yang bersangkutan lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas
pembayaran penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menrapkan tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima
dengan memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.

Contoh penghitungan PPh Pasal 21 penarikan dana pensiun oleh peserta


program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai
Zakarias Safaat adalah pegawai PT Sampurna Sejati menerima gaji Rp
2.000.000,00 sebulan. PT Sampurna Sejati mengikuti program pensiun untuk para
pegawainya. PT Sampurna Sejati membayar iuran dana pensiun untuk Zakarias
Safaat sebesar Rp 100.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Manfaat Sejahtera, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Zakarias Safaat membayar
iuran serupa ke dana pensiun yang sama sebesar Rp 50.000,00 sebulan.
Bulan April 2009 Zakarias Safaat memerlukan biaya untuk perbaikan rumahnya
maka ia mengambil iuran dana pensiun yang telah dibayar sendiri sebesar Rp
20.000.000,00. Kemudian pada bulan Juni 2009 ia menarik lagi dana sebesar Rp
15.000.000,00. Kemudian bulan Oktober 2009 untuk keperluan lainnya ia menarik
lagi dana sebesar Rp 25.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
a. atas penarikan dana sebesar Rp 20.000.000,00 pada bulan April 2009
terutang PPh Pasal 21 sebesar 5%xRp 20.000.000,00 = Rp1.000.000,00
b. atas penarikan dana sebesar Rp 15.000.000,00 pada bulan Juni 2009
terutang PPh Pasal 21 sebesar 5%xRp 15.000.000,00 = Rp750.000,00
c. atas penarikan dana sebesar Rp 25.000.000,00 pada bulan Oktober 2009
terutang PPh Pasal 21 sebesar:
5% x Rp 15.000.000,00 =
Rp 750.000,00
15% x Rp 10.000.000,00 =
Rp 1.500.000,00

PPh Pasal 21
Uang Pesangon, Manfaat Pensiun, THT, JHT

Pengenaan PPh Pasal 21


BAGI
PEGAWAI ATAS UANG PESANGON, UANG
MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA
ATAU JAMINAN HARI TUA YANG
DIBAYARKAN SECARA SEKALIGUS

DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN


YANG DITETAPKAN KHUSUS MENGENAI
HAL DIMAKSUD
PMK-16/2010 berlaku sejak 16 November
2009
Pesangon:

Manfaat Pensiun/THT/JHT

Rp 0 sd Rp 50 juta = 0%

Rp 0 sd Rp 50 juta = 0%

>50 juta sd 100 juta = 5%

>50 juta

>100 juta sd 500 juta= 15%


>500 juta

= 25%

= 5%

PPh Pasal 21
Penghasilan Yang Berasal Dari APBN/D

Pengenaan PPh Pasal 21


BAGI

Pejabat Negara
PNS
Anggota TNI/Polri
dan Pensiunannya
Atas penghasilan yang menjadi beban
APBN/APBD

DIATUR BERDASARKAN
KETENTUAN YANG DITETAPKAN
KHUSUS MENGENAI HAL
DIMAKSUD

PPh Pasal 26 :
WP Luar Negeri

20% Final
X

PENGHASILAN
BRUTO
MEMPERHATIKAN
KETENTUAN P3B

PPh Pasal 26 tidak

bersifat final dalam hal


orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar
negeri berubah status menjadi Wajib Pajak

Penerima
Penghasilan Tidak
Ber NPWP

DIKENAKAN TARIF
20% LEBIH TINGGI
DIPOTONG PPH PASAL 21
120% DARIPADA
SEHARUSNYA JIKA BER
NPWP

HANYA UNTUK
PPH PASAL 21
TIDAK FINAL

JIKA SUDAH BER


NPWP

BISA DIPERHITUNGKAN DENGAN PPH


PASAL 21 BULAN-BULAN BERIKUTNYA

Saat Terutang
PPh Pasal 21/26

Bagi Penerima
Penghasilan

SAAT DILAKUKAN
PEMBAYARAN ATAU
SAAT
TERUTANGNYA
PENGHASILAN

Bagi Pemotong
PPh Pasal 21

UNTUK SETIAP
MASA PAJAK

AKHIR BULAN
DILAKUKANNYA
PEMBAYARAN
ATAU
AKHIR BULAN
TERUTANGNYA
PENGHASILAN

Hak dan Kewajiban


Pemotong
Pajak
dan
Penerima
Penghasilan wajib mendaftarkan diri ke
KPP sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Pegawai, Penerima pensiun berkala,
serta bukan pegawai wajib membuat
surat pernyataan jumlah tanggungan
keluarga pada awal tahun/mulai menjadi
Subjek Pajak dalam negeri dan wajib
menyerahkannya kepada Pemotong
Pajak pada saat mulai bekerja atau
mulai pensiun
Jika
ada
perubahan
tanggungan
keluarga, pegawai, penerima pensiun
berkala dan bukan pegawai, wajib
membuat surat pernyataan baru dan
menyerahkannya kepada Pemotong
Pajak paling lama sebelum mulai tahun
kalender berikutnya
Pemotong Pajak wajib menghitung,
memotong,
menyetorkan
dan
melaporkan PPh Pasal 21/26 terutang
untuk setiap bulan kalender.

Hak dan Kewajiban


Pemotong Pajak wajib membuat catatan
atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal
21/26 untuk masing-masing penerima
penghasilan, yang menjadi dasar
pelaporan PPh Pasal 21/26 yang
terutang untuk setiap masa pajak dan
wajib menyimpannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Ketentuan mengenai kewajiban untuk
melaporkan pemotongan PPh Pasal
21/26 untuk setiap bulan kalender dalam
hal jumlah pajak yang dipotong pada
bulan yang bersangkutan nihil
Jika dalam suatu bulan terjadi kelebihan
penyetoran pajak atas PPh Pasal 21/26,
kelebihan tsb dapat diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21/26 terutang pada
bulan
berikutnya
melalui
Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21/26

Bukti Pemotongan
Pemotong Pajak harus memberikan
bukti pemotongan penghasilan yang
diterima atau diperoleh pegawai tetap
atau penerima pensiun berkala paling
lama 1 (satu) bulan setelah tahun
kalender berakhir
Dalam hal pegawai tetap berhenti
bekerja sebelum bulan Desember, bukti
pemotongan harus diberikan paling lama
1 (satu) bulan setelah berhenti bekerja
Pemotong Pajak harus memberikan
bukti
pemotongan
kepada
selain
pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala
setiap
kali
melakukan
pemotongan PPh Pasal 21/26
Dalam hal dalam 1 (satu) bulan
kalender,
kepada
satu
penerima
penghasilan dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali pembayaran penghasilan, bukti
pemotongan dapat dibuat sekali untuk 1
(satu) bulan kalender
Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal
21/26 ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tersendiri

Jatuh Tempo
Penyetoran dan Pelaporan
PPh Pasal 21/26 yang dipotong untuk
setiap Masa Pajak wajib disetor ke
Kantor Pos atau bank, paling lama 10
(sepuluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir
Pemotong Pajak wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran PPh Pasal
21/26 untuk setiap Masa Pajak melalui
penyampaian SPT Masa PPh Pasal
21/26 ke KPP, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
Dalam hal tanggal jatuh tempo
penyetoran dan pelaporan bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu
atau hari libur nasional, penyetoran dan
pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.

Jatuh tempo
penyetoran

Jatuh tempo
pelaporan

Lain-lain
Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong
merupakan kredit pajak tahun pajak
yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal
21 yang bersifat final
Jumlah pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif 20% lebih tinggi bagi
pegawai tetap atau penerima pensiun
berkala sebelum berNPWP yang telah
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
terutang bulan-bulan selanjutnya pada
tahun
kalender
berikutnya
tidak
termasuk kredit pajak
Dalam hal WP mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP maka PPh Pasal 21
yang
telah
dipotong
tsb
dapat
dikreditkan dalam SPT Tahunan untuk
tahun pajak yang bersangkutan
Dalam hal SPT Tahunan menyatakan LB
maka penyampaiannya harus dilakukan
paling lama 3 tahun sejak berakhirnya
tahun pajak
Jika disampaikan melebihi 3 tahun, SPT
dianggap tidak disampaikan

Pegawai
orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja
baik sebagai pegawai tetap atau
sebagai pegawai tidak tetap /
tenaga kerja lepas
berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja baik secara
tertulis maupun tidak tertulis
untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu
dengan memperoleh imbalan
berdasarkan periode tertentu,
penyelesesaian pekerjaan, atau
ketentuan lain
termasuk orang pribadi yang
melakukan pekerjaan dalam
jabatan negeri atau BUMN/D

Pegawai Tetap
pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam
jumlah tetentu secara teratur
termasuk anggota dewan komisaris
dan anggota dewan pengawas
yang secara teratur terus menerus
ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung
termasuk pula pegawai yang
bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu
sepanjang pegawai yang
bersangkutan bekerja penuh (full
time) dalam pekerjaan tersebut

Pegawai Tidak Tetap


Pegawai yang hanya
menerima penghasilan apabila
pegawai yang bersangkutan
bekerja berdasarkan :
Jumlah hari kerja,
Jumlah unit hasil pekerjaan, atau
Penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja

Bukan Pegawai
Orang Pribadi selain pegawai
yang memperoleh penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk
apapun dari pemotong PPh Pasal
21/26
sebagai imbalan atas pekerjaan,
jasa, atau kegiatan tertentu
yang dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari
pemberi penghasilan

Peserta Kegiatan
Orang Pribadi yang terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu
termasuk mengikuti rapat, sidang,
seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olahraga,
atau kegiatan lainnya
dan menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut

You might also like