Professional Documents
Culture Documents
Pajak Penghasilan
Sehubungan
Dengan
Subjek Pajak DN
Subjek Pajak LN
PPh Pasal 21
PPh Pasal 26
Sk
e
m
a
Pe
rhi
tu
ng
an
PP
h
psl
21
BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Rp 24.300.000
Rp
2.025.000
Rp 2.025.000
BESARNYA
PTKP PER BULAN
Rp 2.025.000
Rp
Rp
168.750
168.750
STATUS KAWIN
STATUS KAWIN
SUAMI
TDK MENERIMA/
MEMPEROLEH
PENGHASILAN
STATUS TDK
KAWIN
SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI
PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN
BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN
TARIF Pasal 17 OP
Ps. 17 UU PPh
LAPISAN PENGHASILAN
KENA PAJAK
TARIF
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA
5%
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN
Rp 250 JUTA
15%
25%
30%
PPh Pasal 21 :
Pegawai Tetap & Penerima Pensiun
Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap
Penerima Pensiun
Dikurangi Dengan
Dikurangi Dengan
PENGHASILAN NETO
Dikurangi : PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17
Iuran Pensiun Vs
Premi Asuransi
Iuran Pensiun
Premi asuransi
Dibayar Sendiri
Pengurang Bukan
Pengurang
Dibayar
Pemberi Kerja
Bukan
Objek PPh
Objek PPh
Masa Pajak
terakhir
DISETAHUNKAN
TIDAK
DISETAHUNKAN
1. WP OP DN meninggal
dunia di pertengahan
tahun
1. WP OP DN mulai
bekerja di pertengahan
tahun
2. WP OP DN
meninggalkan
Indonesia untuk
selama-lamanya
2. WP OP DN pindah
kerja ke pemberi kerja
lain
PPh Pasal 21 :
Pegawai Tidak Tetap
Upah Harian, Mingguan, Satuan,
Borongan, Uang Saku Harian,
Mingguan
Dibayarkan Bulanan
Disetahunkan
Upah Sehari
200.000
> 200.000
Tidak Dipotong
Dikurangi
200.000
Dipotong 5%
Dikurangi PTKP
Setahun
Penghasilan Kena
Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Tarif PPh 21 : 5%
Diperhitungkan PPh 21 Yang Telah
Dipotong
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai
TENAGA AHLI
PENGACARA
AKUNTAN
OLAHRAGAWAN
ARSITEK
DOKTER
KONSULTAN
NOTARIS
PENILAI
AKTUARIS
TARIF PS. 17
ATAS
KUMULATIF
50% DARI
JUMLAH
PENGHASILAN
BRUTO
dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter
yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan
dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar, Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di
Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr. Abdul Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik
sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada tahun
2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul Gopar, Sp.JP di Rumah
Sakit Harapan Jantung
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Bulan
Jasa Dokter
Dasar
yang
Pemotongan
dibayar PPh Pasal 21
Pasien
(Rupiah)
(Rupiah)
(1)
(2)
(3)=50% x (2)
Januari
45,000,000 22,500,000
Februari
49,000,000 24,500,000
Maret
3,000,000
47,000,000
Dasar
Pemotongan
PPh Pasal 21
Kumulatif
(Rupiah)
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Desember
Jumlah
Tarif
Pasal 17
ayat (1)
huruf a
UU PPh
PPh
Pasal 21
terutang
(Rupiah)
(4)
22,500,000
47,000,000
50,000,000
(5)
5%
5%
5%
(6)=(3) x (5)
1,125,000
1,225,000
150,000
40,000,000
44,000,000
52,000,000
40,000,000
35,000,000
45,000,000
20,500,000
20,000,000
22,000,000
26,000,000
20,000,000
17,500,000
22,500,000
70,500,000
90,500,000
112,500,000
138,500,000
158,500,000
176,000,000
198,500,000
15%
5%
15%
15%
15%
15%
15%
3,075,000
3,000,000
3,300,000
3,900,000
3,000,000
2,625,000
3,375,000
44,000,000
43,000,000
40,000,000
22,000,000
21,500,000
8,000,000
220,500,000
242,000,000
250,000,000
15%
15%
15%
3,300,000
3,225,000
1,200,000
12,000,000
524,000,000 262,000,000
262,000,000
25%
3,000,000
35,500,000
Apabila dr. Abdul Gopar Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal
21 terutang adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21 terutang
sebagaimana contoh di atas.
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Yang Bukan Tenaga Ahli
MENERIMA IMBALAN
BERKESINAMBUNGAN
MENERIMA IMBALAN
TIDAK
BERKESINAMBUNGAN
YA
TIDAK
KUMULATIF PKP
(PENGH. BRUTO
PTKP)
Tarif 20 % lebih
tinggi
PENGHASILAN
BRUTO
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Komisi agen
(Rupiah)
38.000.000,00
38.000.000,00
41.000.000,00
42.000.000,00
44.000.000,00
45.000.000,00
45.000.000,00
48.000.000,00
50.000.000,00
52.000.000,00
55.000.000,00
56.000.000,00
554.000.000,00
Bulan
(1)
17.680.000
5%
884.000
Februari
38.000.000 19.000.000
1.320.000 17.680.000
35.360.000
5%
884.000
14.640.000
50.000.000
5%
732.000
41.000.000 20.500.000
(6)
(7)
(8) = (4)x(6)
1.320.000 17.680.000
(5)
PPh
Pasal 21
Terutang
(Rupiah)
Januari
(4)
(3) =
50%x(2)
38.000.000 19.000.000
Maret
(2)
Penghasilan
Kena Pajak
(Rupiah)
1.320.000
4.540.000
54.540.000
15%
681.000
April
42.000.000 21.000.000
1.320.000 19.680.000
74.220.000
15%
2.952.000
Mei
44.000.000 22.000.000
1.320.000 20.680.000
94.900.000
15%
3.102.000
Juni
45.000.000 22.500.000
1.320.000 21.180.000
116.080.000
15%
3.177.000
Juli
45.000.000 22.500.000
1.320.000 21.180.000
137.260.000
15%
3.177.000
Agustus
48.000.000 24.000.000
1.320.000 22.680.000
159.940.000
15%
3.402.000
September
50.000.000 25.000.000
1.320.000 23.680.000
183.620.000
15%
3.552.000
Oktober
52.000.000 26.000.000
1.320.000 24.680.000
208.300.000
15%
3.702.000
November
55.000.000 27.500.000
1.320.000 26.180.000
234.480.000
15%
3.927.000
Desember
56.000.000
15.520.000
250.000.000
15%
2.328.000
2.790.000
35.290.000
28.000.000
Jumlah
1.320.000
11.160.000
261.160.000
554.000.000 277.000.000
25%
PPh Pasal 21 :
Peserta Kegiatan
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
JUMLAH
BRUTO
PEMBAYARAN YANG
BERSIFAT UTUH DAN TIDAK
DAPAT DIPECAH
YANG DITERIMA OLEH
PESERTA
KEGIATAN
BERUPA UANG SAKU, UANG REPRESENTASI, UANG RAPAT,
HONORARIUM, HADIAH DAN PENGHARGAAN DAN IMBALAN
SEJENIS KEPADA :
PPh Pasal 21
HONORARIUM
JASA PRODUKSI,
TANTIEM,
GRATIFIKASI DAN
BONUS
PENARIKAN
DANA PADA
DANA PENSIUN
DEWAN
KOMISARIS /
PENGAWAS
BUKAN PEG.
TETAP
MANTAN
PEGAWAI
PESERTA
PROGRAM
PENSIUN
Rp 4.000.000,00
PPh Pasal 21
Uang Pesangon, Manfaat Pensiun, THT, JHT
Manfaat Pensiun/THT/JHT
Rp 0 sd Rp 50 juta = 0%
Rp 0 sd Rp 50 juta = 0%
>50 juta
= 25%
= 5%
PPh Pasal 21
Penghasilan Yang Berasal Dari APBN/D
Pejabat Negara
PNS
Anggota TNI/Polri
dan Pensiunannya
Atas penghasilan yang menjadi beban
APBN/APBD
DIATUR BERDASARKAN
KETENTUAN YANG DITETAPKAN
KHUSUS MENGENAI HAL
DIMAKSUD
PPh Pasal 26 :
WP Luar Negeri
20% Final
X
PENGHASILAN
BRUTO
MEMPERHATIKAN
KETENTUAN P3B
Penerima
Penghasilan Tidak
Ber NPWP
DIKENAKAN TARIF
20% LEBIH TINGGI
DIPOTONG PPH PASAL 21
120% DARIPADA
SEHARUSNYA JIKA BER
NPWP
HANYA UNTUK
PPH PASAL 21
TIDAK FINAL
Saat Terutang
PPh Pasal 21/26
Bagi Penerima
Penghasilan
SAAT DILAKUKAN
PEMBAYARAN ATAU
SAAT
TERUTANGNYA
PENGHASILAN
Bagi Pemotong
PPh Pasal 21
UNTUK SETIAP
MASA PAJAK
AKHIR BULAN
DILAKUKANNYA
PEMBAYARAN
ATAU
AKHIR BULAN
TERUTANGNYA
PENGHASILAN
Bukti Pemotongan
Pemotong Pajak harus memberikan
bukti pemotongan penghasilan yang
diterima atau diperoleh pegawai tetap
atau penerima pensiun berkala paling
lama 1 (satu) bulan setelah tahun
kalender berakhir
Dalam hal pegawai tetap berhenti
bekerja sebelum bulan Desember, bukti
pemotongan harus diberikan paling lama
1 (satu) bulan setelah berhenti bekerja
Pemotong Pajak harus memberikan
bukti
pemotongan
kepada
selain
pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala
setiap
kali
melakukan
pemotongan PPh Pasal 21/26
Dalam hal dalam 1 (satu) bulan
kalender,
kepada
satu
penerima
penghasilan dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali pembayaran penghasilan, bukti
pemotongan dapat dibuat sekali untuk 1
(satu) bulan kalender
Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal
21/26 ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tersendiri
Jatuh Tempo
Penyetoran dan Pelaporan
PPh Pasal 21/26 yang dipotong untuk
setiap Masa Pajak wajib disetor ke
Kantor Pos atau bank, paling lama 10
(sepuluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir
Pemotong Pajak wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran PPh Pasal
21/26 untuk setiap Masa Pajak melalui
penyampaian SPT Masa PPh Pasal
21/26 ke KPP, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
Dalam hal tanggal jatuh tempo
penyetoran dan pelaporan bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu
atau hari libur nasional, penyetoran dan
pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
Jatuh tempo
penyetoran
Jatuh tempo
pelaporan
Lain-lain
Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong
merupakan kredit pajak tahun pajak
yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal
21 yang bersifat final
Jumlah pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif 20% lebih tinggi bagi
pegawai tetap atau penerima pensiun
berkala sebelum berNPWP yang telah
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
terutang bulan-bulan selanjutnya pada
tahun
kalender
berikutnya
tidak
termasuk kredit pajak
Dalam hal WP mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP maka PPh Pasal 21
yang
telah
dipotong
tsb
dapat
dikreditkan dalam SPT Tahunan untuk
tahun pajak yang bersangkutan
Dalam hal SPT Tahunan menyatakan LB
maka penyampaiannya harus dilakukan
paling lama 3 tahun sejak berakhirnya
tahun pajak
Jika disampaikan melebihi 3 tahun, SPT
dianggap tidak disampaikan
Pegawai
orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja
baik sebagai pegawai tetap atau
sebagai pegawai tidak tetap /
tenaga kerja lepas
berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja baik secara
tertulis maupun tidak tertulis
untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu
dengan memperoleh imbalan
berdasarkan periode tertentu,
penyelesesaian pekerjaan, atau
ketentuan lain
termasuk orang pribadi yang
melakukan pekerjaan dalam
jabatan negeri atau BUMN/D
Pegawai Tetap
pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam
jumlah tetentu secara teratur
termasuk anggota dewan komisaris
dan anggota dewan pengawas
yang secara teratur terus menerus
ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung
termasuk pula pegawai yang
bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu
sepanjang pegawai yang
bersangkutan bekerja penuh (full
time) dalam pekerjaan tersebut
Bukan Pegawai
Orang Pribadi selain pegawai
yang memperoleh penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk
apapun dari pemotong PPh Pasal
21/26
sebagai imbalan atas pekerjaan,
jasa, atau kegiatan tertentu
yang dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari
pemberi penghasilan
Peserta Kegiatan
Orang Pribadi yang terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu
termasuk mengikuti rapat, sidang,
seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olahraga,
atau kegiatan lainnya
dan menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut