You are on page 1of 20

Prinsip Etika Profesi Dokter dalam Kasus Kecurigaan Kelalaian Medik saat Persalinan

Natalia Yobeanto
102012234
F9
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: natcha_lya@yahoo.com

Pendahuluan
Dalam pelaksanaan profesi kedokteran sering kali dijumpai konflik antara dokter
dengan pasien, yang tidak dapat dipecahkan oleh kaidah-kaidah etika. Dalam keadaan seperti
ini maka kaidah hukum dapat diberlakukan, sehingga pembicaraan tidak akan dapat
dilepaskan dari masalah hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan
atau perkara tersebut. Hal ini disebabkan karena pada akhirnya penyelesaiannya harus
dikembalikan pada segi-segi hak dan kewenangan yang sebanding dengan kewajiban dan
tanggung jawab. Masalahnya adalah seberapa jauh pihak yang terlibat itu (yakni dokter dan
pasien) mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. Lebih penting lagi, seberapa jauh
telah melaksanakannya.
Dahulu, hubungan dokter dengan pasiennya lebih bersifat paternalistik. Pasien
umumnya hanya dapat menerima saja segala sesuatu yang dikatakan dokter tanpa dapat
bertanya apapun. Dengan kata lain, semua keputusan sepenuhnya berada di tangan dokter.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hak-haknya, maka pola
hubungan demikian ini juga mengalami perubahan yang sangat berarti.
Pemahaman terhadap hak dan kewajiban tersebut menjadi semakin penting karena
pada kenyataannya perselisihan yang timbul sebenarnya disebabkan kurangnya pemahaman
mengenai masalah tersebut oleh pihak-pihak yang berselisih. Sering kali terkesan pihak
pasien seperti mencari-cari kesalahan dan kelemahan dokter, untuk kemudian digunakan
sebagai dasar menuntut (biasanya ganti rugi).

Prinsip-prinsip Etika Profesi


1.

Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. Terhadap
dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.

2.

Keadilan untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

3.

Otonomi menuntut agar setiap kaum profesional diberi kebebasan menjalankan


profesinya.1

Peranan Etika dalam Profesi1


1.

Suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan
bersama kerana nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang
paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa.

2.

Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode
etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.

3.

Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para


anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut.

Tujuan Kode Etik Profesi1


1.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4.

Untuk meningkatkan mutu profesi.

5.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6.

Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7.

Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Prinsip-prinsip Moral1
Praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsipprinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam
menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari
segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika
biomedis.
2

Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan
klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan
latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti:
1.

Autonomy: menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak
membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya.

2.

Beneficence: melakukan tindakan untuk kebaikan pasien.

3.

Non maleficence: tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien.

4.

Justice: bersikap adil dan jujur.

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) 2


Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Kewajiban Dokter terhadap Pasien2
Pasal 10
Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada
dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat2
Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri2
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.
Hubungan Dokter-Pasien
Hubungan dokter-pasien merupakan tunjang praktek kedokteran dan asas kepada etika
kedokteran. Deklarasi Geneva menyatakan bahwa seorang dokter harus meletakkan
kesehatan pasiennya sebagai perkara yang paling utama. Kode Etik Medis Internasional pula
menyatakan bahwa seorang dokter wajib memberikan pelayanan terbaik sesuai sarana yang
tersedia atas kepercayaan yang telah diberikan pasien kepadanya. Prinsip utama moral profesi
adalah autonomy, beneficence, non maleficence dan justice. Prinsip turunannya pula adalah
veracity (memberikan keterangan yang benar),

fidelity (kesetiaan), privacy, dan

confidentiality (menjaga kerahasiaan).1,3


Hubungan dokter-pasien pada awalnya merupakan hubungan paternalistic dengan
memegang prinsip beneficence sebagai prinsip utama. Namun cara ini dikatakan
mengabaikan hak autonomy pasien sehingga sekarang lebih merujuk kepada teori social
contract dengan dokter dan pasien sebagai pihak bebas yang saling menghargai dalam
membuat keputusan.

Dokter bertanggungjawab atas segala keputusan teknis sedangkan pasien memegang


kendali keputusan penting terutama yang terkait dengan nilai moral dan gaya hidup pasien. 1,3
Hubungan dokter-pasien yang baik memerlukan kepercayaan. Maka, dengan memegang
pada dasar kepercayaan pasien terhadap dokter yang merawatnya, seorang dokter tidak boleh
menjalin hubungan di luar bidang profesinya dengan pasien yang sedang dirawat. 1,3
Menghormati dan Pelayanan Sama Rata
Isu hak sama rata merupakan suatu hal yang rumit buat dokter. Menuruk Deklarasi
Geneva, dokter tidak boleh mendiskriminasi pasien baik secara umur, penyakit, ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, orientasi seksual, maupun status social. Tetapi pada masa yang
sama dokter juga dibenarkan untuk menolak pasien yang datang kepadanya kecuali pada
kasus gawat darurat dengan alasan kurang kemahiran dan penyakit pasien bukan di dalam
bidang kompetensi nya. 1,3
Dokter juga harus menyadari bahwa perilaku terhadap pasien turut berpengaruh dalam
hubungan dokter-pasien untuk mewujudkan kepercayaan dalam diri pasien kepada dokternya.
Dokter juga tidak boleh meninggalkan pasien di bawah jagaannya sehingga Kode Etika
Medis Internasional dari World Medical Association(WMA) menyatakan bahwa dokter hanya
boleh meninggalkan pasiennya dengan cara merujuk pasien ke dokter lain apabila tindakan
lanjut yang diperlukan adalah di luar bidang kompetensinya. 1,3
Selain itu, dokter juga tidak dibenarkan untuk menolak pelayanan kesehatan terhadap
pasien dengan HIV/AIDS. Ini karena menurut WMA, pasien dengan HIV/AIDS harus
diperlakukan seperti pasien lain dan dokter hanya boleh melepaskan tanggungjawabnya
melalui rujukan ke dokter lain yang lebih kompeten. 1,3
Komunikasi dan Consent
Informed consent merupakan alat paling penting dalam hubungan dokter-pasien pada
masa kini. Informed consent yang benar harus disertai dengan komunikasi baik antara dokter
dan pasien. Keterangan yang dapat diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan informed
consent termasuklah menerangkan diagnosis penyakit, prognosis dan pilihan pengobatan
penyakit. Perlu juga kebaikan dan keburukan masing-masing tindakan yang bakal dilakukan.

Informed consent harus memuatkan pilihan untuk pasien menerima atau menolak
tindakan medic yang bakal dilakukan dokter selain mencantumkan pilihan terapi lain. Pasien
yang kompeten boleh memilih untuk menolak tindakan medik walaupun tanpa tindakan ini
dapat mengancam nyawa pasien. Terdapat dua kondisi di mana informed consent
dikecualikan yaitu: 1,3-4
1.

Pasien menyerahkan sepenuhnya keputusan tindakan medik terhadap dirinya kepada


dokter. Apabila pasien menyerahkan semua keputusan kepada dokter yang
merawatnya, dokter tetap harus menerangkan secara lengkap tindakan yang bakal
dilakukan.

2.

Keadaan apabila pemberitahuan tentang kondisi penyakit pasien dapat berdampak


besar terhadap pasien secara fisik, psikologis dan emosional. Contohnya adalah
apabila pasien cenderung untuk membunuh diri apabila mengetahui tentang
penyakitnya. Namun, dokter pada awalnya harus menganggap bahwa semua pasien
dapat menerima berita tentang penyakitnya dan memberikan informasi selengkapnya
sesuai dengan hak pasien. 1,3-4

Informed Consent untuk Pasien Inkompeten


Pasien inkompeten adalah mereka yang tidak mampu membuat keputusan untuk diri
mereka sendiri seperti anak, individu dengan gangguan psikologi atau neurologi berat dan
pasien yang tidak sadar. Mengikut WMA Declaration on the Rights of the Patients, apabila
pasien tidak mampu membuat keputusan untuk dirinya sendiri, perlulah mendapat kebenaran
dari wakilnya. Apabila tidak dapat ditemukan wakil dan pasien memerlukan tindak medis
segera, dokter perlulah memikirkan bahwa pasien sudah bersetuju dengan tindakan yang
bakal dilakukan melainkan telah tercatat bahwa pasien tidak bersetuju dengan tindakan
tersebut sebelumnya. 1,3-4
Apabila pasien adalah anak, hak diberikan kepada mereka yang bertanggungjawab
terhadapnya. Namun, pasien harus ikut serta dalam pembuatan keputusan dan memahami
tindakan yang bakal dilakukan. 1,3-4

Kerahasiaan Pasien
Dasar dari kerahasiaan pasien adalah autonomy, rasa hormat dan kepercayaan pasien.
Kepercayaan adalah bagian paling penting dalam hubungan dokter-pasien sehingga seorang
dokter tidak dibenarkan untuk membuka rahasia pasien tanpa kebenaran dari pasien itu
sendiri kecuali diminta oleh hukum. Dokter juga dibenarkan untuk membuka rahasia pasien
apabila pasien tidak mampu untuk mengambil keputusan sendiri.1,3-4
Dalam keadaan di mana pasien dapat menimbulkan bahaya kepada orang sekitarnya,
dokter dapatlah memberitahu mereka yang mungkin beresiko terhadap penyakit pasien
tersebut. Contohnya adalah memberitahu pasangan pasien dengan HIV/AIDS tentang
penyakitnya apabila pasien enggan untuk melakukan seks dengan perlindungan. 4
Hubungan Dokter-Teman Sejawat
Profesi kedokteran merupakan profesi yang berjalan di bawah satu sistem hirarki baik
secara internal maupun eksternal. Hirarki internal dapat dibagi kepada tiga yaitu perbedaan
kedudukan dokter berdasarkan kepakaran, perbedaan berdasarkan pencapaian akademik, dan
perbedaan kompetensi dan pengalaman dalam menangani pasien. Secara eksternal pula,
dokter sering diletakkan di bagian tertinggi dibanding petugas kesehatan lain. 4
Dalam perkembangan ilmu kedokteran, seorang dokter harus menyadari bahwa dia tidak
mampu menangani semua penyakit dan memerlukan kerjasama baik antara tenaga kesehatan
lain seperti perawat, pharmacist, ahli fisioterapi, teknisi laboratorium, dan lain-lain. 4
Hubungan Teman Sejawat
Hubungan antara dokter dan teman sejawat dinyatakan dalam Declaration of Geneva
yang menyatakan hubungan antara petugas kesehatan adalah seperti saudara. Menurut Kode
Etik Medik Internasional pula, terdapat dua larangan dalam hubungan sesama dokter yaitu: 4
1.
2.

Membayar atau menerima bayaran dari dokter lain dalam menangani pasien.
Mengambil alih tugas perawatan pasien dari dokter lain tanpa rujukan dokter tersebut.
Sering dalam praktek sehari-hari, akan timbul perbedaan pendapat antara dokter tentang

penanganan yang tepat untuk seorang pasien2. Dengan menganggap isu yang timbul hanya
untuk kebaikan pasien dan tidak ada penyimpangan dari etika kedokteran, hal ini dapat
diselesaikan dengan cara: 4
1.

Dilakukan secara informal yaitu melalui rundingan dan perbincangan antara pihak yang
8

terlibat. Perbincangan hanya akan dilakukan secara formal apabila cara informal tidak
2.
3.

member hasil.
Opini semua pihak yang terlibat perlu didengarkan dan dipertimbangkan.
Pasien berhak menentukan tindakan medis untuk dirinya dan pilihan pasien ini akan

4.

menjadi penunjang utama dalam pengambilan keputusan isu terkait.


Apabila semua rundingan tidak disepakati, maka penyelesaian isu dapat melibatkan
pihak wewenang dan hukum. 4

Pelaporan Malpraktik
Kewajiban melaporkan malpraktek dan praktek tidak kompeten dinyatakan dalam Kode
Etik Medis Internasional yaitu A physician shall report to the appropriate authorities those
physicians who practice unethically or incompetently or who engage in fraud or deception.
Dokter sering kali sulit untuk membuat pelaporan tentang tindakan malpraktek dokter lain
atas dasar simpati atau persahabatan tetapi perlu diingatkan bahwa pelaporan adalah salah
satu tugas professional seorang dokter. 4
Namun, tindakan pelaporan ke pihak wewenang harus menjadi pilihan terakhir apabila
metode lain seperti menegur dan memberi peringatan kepada dokter yang bersangkutan tidak
dapat menyelesaikan tindakan malprakteknya. 4
Hubungan Dokter dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Dokter seharusnya mempunyai hubungan non diskriminasi dan saling hormatmenghormati sesama tenaga pelayanan kesehatan lain. Perlu diingatkan bahwa semua tenaga
pelayanan kesehatan, walaupun berbeda dari tingkat pendidikan, berpegang pada prinsip yang
sama yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk kesehatan pasien. 4
Hak Pasien
WMA telah mengeluarkan Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient (1991)
yang menyatakan hak pasien adalah sebagai berikut: 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hak memilih dokter secara bebas


Hak klinis dan etis
Hak untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang adekuat
Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya
Hak untuk mati secara bermartabat
Hak untuk menerima atau menolak dukungan spiritual atau moral.

UU Kesehatan pula menyebutkan beberapa hak pasien yaitu: 4

1.

Hak atas informasi

2.

Hak atas second opinion

3.

Hak untuk memberi persetujuan atau menolak suatu tindakan medis

4.

Hak untuk kerahasiaan

5.

Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

6.

Hak untuk memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan tenaga
kesehatan.

Selain itu, UU Praktik Kedokteran menyatakan hak pasien sebagai berikut: 4


1.

Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis (Pasal 45 ayat
(3)). Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi diagnosis, tatacara tindakan, tujuan
tindakan medis yang bakal dilakukan, alternative tindakan lain dan risikonya, risiko dan

komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2. Hak untuk memeinta pendapat dokter lain
3. Hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis
4. Hak untuk menolak tindakan medis
5. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis.
Aspek Hukum
Aspek Hukum Malpraktik5
1.
Penyimpangan dari Standar Profesi Medis
2.
Kesalahan yang dilakukan dokter, baik berupa kesengajaan ataupun kelalaian
3.
Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan kerugian materiil
atau non materiil maupun fisik atau mental

Sanksi Hukum Pidana


Pasal 267 KUHP (surat keterangan palsu) 5
1.

Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada
atau tidaknya penyakit , kelemahan atau cacat, diancam dengan dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

2.

Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang kedalam rumah
sakit gila atau menahannya disitu , dijatuhkan pidana paling lama delapan tahun enam
bulan.

3.

Di ancam dengan pidana yang sama ,barangsiapa dengan sengaja memakai surat
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran

Pasal 268 KUHP5


1.

Barang siapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang ada
10

atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat , dengan maksud untuk menyesatkan
penguasa umum atau penanggung (verzekeraar), diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
2.

Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan maksud yang sama memakai
surat keterangan yang tidak benar atau yang dipalsu, seolah-olah surat itu benar dan tidak
dipalsu

PASAL 359 KUHP5


Barangsiapa karena kelalainnya menyebabkan matinya orang lain , diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun
PASAL 360 KUHP5
1.

Barangsiapa karena kelalainnyamenyebabkan orang lain menderita luka berat,diancam


dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun

2.

Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa


sehingga menderita sakit untuk sementara waktu atau tidak dapat menjalankan jabatan
atau perkejaannya selama waktu tertenu diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana kurungan enam bulan atau denda paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah

Sanksi Hukum Perdata


Pasal 1338 KUH Perdata ( wan prestasi ) 5
1.

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.

2.

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak,
atau karena alas an-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

3.

Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik

Pasal 1365 KUH Perdata


Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang
lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata( Kelalaian ) 5
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya , tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalainnnya atau kurang
hati hatinya
Pasal 1370 KUH Perdata. 5

11

Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain ) dengan sengaja atau kurang
hati hatinya seeorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau korban orang tua
yang biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban mempunyai hak untuk menuntut suatu
ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukanya dan kekayaan kedua belah pihak serta
menurut keadaan. 5
Pasal 55 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
1.

Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.

2.

Ganti rugi sebagaimana diatur dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Dampak Hukum
Perlidungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan malpraktek
medik
Perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan malpraktek medik
menggunakan Pasal 48, Pasal 50, Pasal 51 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran,
Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Pasal 24 Ayat
1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Seorang dokter
dapat memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan Standar Operating Procedure (SOP), serta dikarenakan adanya dua dasar
peniadaan kesalahan dokter, yaitu alasan pembenar dan alasan pemaaf yang ditetapkan di
dalam KUHP. 5
Hubungan dokter dengan pasien haruslah berupa mitra. Dokter tidak dapat disalahkan
bila pasien tidak bersikap jujur. Sehingga rekam medik (medical record) dan informed
consent (persetujuan) yang baik dan benar harus terpenuhi.
Cara dan tahapan mekanisme perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga
melakukan tindakan malpraktek medis adalah dengan dibentuknya Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang bekerja sama dengan pihak Kepolisian
Republik Indonesia (POLRI) atas dasar hubungan lintas sektoral dan saling menghargai
komunitas profesi. Dalam tahapan mekanisme penanganan pelanggaran disiplin kedokteran,
MKDKI menentukan tiga jenis pelanggarannya yaitu pelanggaran etik, disiplin dan pidana.
Untuk pelanggaran etik dilimpahkan kepada Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK),
pelanggaran disiplin dilimpahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dan
pelanggaran pidana dilimpahkan kepada pihak pasien untuk dapat kemudian dilimpahkan
12

kepada pihak kepolisian atau ke pengadilan negeri. Apabila kasus dilimpahkan kepada pihak
kepolisian maka pada tingkat penyelidikannya dokter yang diduga telah melakukan tindakan
malpraktek medik tetap mendapatkan haknya dalam hukum yang ditetapkan dalam Pasal 52,
Pasal 54, Pasal 55, Pasal 57 Ayat 1, Pasal 65, Pasal 68, dan Pasal 70 Ayat 1 Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dan apabila kasus dilimpahkan kepada tingkat
pengadilan maka pembuktian dugaan malpraktek dapat menggunakan rekam medik (medical
record) sebagai alat bukti berupa surat yang sah (Pasal 184 Ayat 1 KUHAP).5
Hukum Kedokteran akibat Kelalaian
Akhir-akhir ini tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien atau keluarganya kepada pihak
rumah sakit dan atau dokternya semakin meningkat kekerapannya. Tuntutan hukum tersebut
dapat berupa tuntutan pidana maupun perdata, dengan hampir selalu mendasarkan kepada
teori hukum kelalaian. Dalam bahasa sehari-hari, perilaku yang dituntut adalah malpraktik
medis, yang merupakan sebutan genus (kumpulan) dari kelompok perilaku profesional
medis yang menyimpang dan mengakibatkan cedera, kematian atau kerugian bagi
pasiennya.5
Gugatan perdata dalam bentuk permintaan ganti rugi dapat diajukan dengan
mendasarkan kepada salah satu dari 3 teori di bawah ini, yaitu : 5
1.

Kelalaian sebagaimana pengertian di atas dan akan diuraikan kemudian

2.

Perbuatan melanggar hukum, yaitu misalnya melakukan tindakan medis tanpa


memperoleh persetujuan, membuka rahasia kedokteran tentang orang tertentu,
penyerangan privacy seseorang, dan lain-lain.

3.

Wanprestasi, yaitu pelanggaran atas janji atau jaminan. Gugatan ini sukar dilakukan
karena umumnya dokter tidak menjanjikan hasil dan perjanjian tersebut, seandainya ada,
umumnya sukar dibuktikan karena tidak tertulis.

Prosedur Medis
Informed Consent
Informasi dalam lingkup medis sangat penting bagi memberi peluang kepada pasien
untuk mengetahui tentang status sebenar kesehatan diri dan tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien. Para professional dalam pelayanan kesehatan perlu meningkatkan perhatian
terhadap pentingnya informed consent sebagai sebagian dari prosedur pengobatan atau
clinical trial. 5
Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Persetujuan boleh dalam bentuk lisan maupun tertulis.
13

Informed consent ini juga merupakan sebagian dari prosese komunikasi antara dokter-pasien
tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan. Formulir informed consent
merupakan tanda bukti yang disimpan dalam arsip rekam medis pasien. 5
Dalam Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, telah diatur tentang Informed Consent ini pada Pasal 45 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang isinya antara lain: 5
1.

Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau

2.

dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.


Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

3.

penjelasan secara lengkap.


Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan,
alternative tindakan lain dan resikonya, risikonya dan komplikasi yang mungkin terjadi,

4.

dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.


Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis

5.

maupun lisan.
Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.
Dalam penjelasan atas UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa pada

prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah
pasien yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah
pengampuan, persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga
terdekat antara lain suami/istri/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara
kandung. 5
Jika sesuatu tindakan medis dilakukan tanpa izin pasien, ia digolongkan sebagai
tindakan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).
Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, sebelum dimulai tindakan
(1), persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan oleh yang memberi persetujuan dan
pembatalan tersebut harus secara bertulis oleh yang memberi persetujuaan (2). 5
Elemen-elemen yang terdapat dalam informed consent adalah penjelasan mengenai:
1. penyakit dan atau tindakan yang akan dilakukan.
2. Harapan dari tindkan dan prognosisnya.
3. Alternative tindakan dan tingkat harapan serta keberhasilannya.
4. Resiko, komplikasi dan biaya.
Dokter hanya boleh bertindak melebihi yang telah disepakati apabila gawat-darurat dan
butuh waktu yang singkat. 5
14

Seperti yang terjadi dalam kasus ini pula, telah terjadinya informed consent antara
dokter A kepada keluarga si bayi mengenai keadaan anaknya. Bagi dokter B dan C pula,
kurang komunikasi kepada keluarga bayi mengenai apa yang terjadi pada bayi tersebut
sehinggakan dicurigai telah melakukan kesalahan dalam merawat bayi tersebut dan bisa
dituntut ke pengadilan oleh keluarga si bayi. 5
Kurangnya komunikasi yang terjalin antara dokter dan keluarga pasien merupakan salah
satu sebab ketidak puasan pasien. Komunikasi merupakan kunci penting hubungan dokter
dengan pasien atau keluarga selain dari memeriksa dan member obat. Pasien atau keluarga
juga perlu sama menanyakan ke dokter dan minta dijelaskan kemungkinan penyakitnya.
Dokter harus bertanggungjawat terhadap perbuatannya jika terdapat kasus yang berunsur
kelalaian dari pihak dokter. Dari pihak pasien pula, perlu adanya bukti yang kukuh terhadap
kelalaian tersebut jika mahu menuntut. Jika hal tersebut adalah resiko dari tindakan yang
telah dinyatakan dalam informed consent, maka penuntutan tidak boleh dilakukan. 5
Rekam Medis
Rekam medis mempunyai berbagai pengertian menurut pelbagai kepustakaan, antaranya
adalah: 6
1.

Menurut Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: Rekam medis merupakan berkas
yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

2.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989: Rekam medis


adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan

3.

kesehatan.
Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan siapa, apa,
mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien

4.

selama dirawat atau menjalani pengobatan.


Menurut Gemala Hatta: Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan
seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat
lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan

5.

pelayanan kesehatan kepada pasien.


Waters dan Murphy: Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan
pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.
15

Ke semua catatan mengenai keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang
identitas dan data medis seorang pasien merupakan isi di dalam rekam medis. Secara umum
isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu: 6
1. Data medis atau klinis: segala data tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, rontgen, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan dokter,
perawat dan sebagainya. Segalam data medis ini merupakan rahsia dan tidak boleh
dibuka kepada orang lain tanpa izin pasien kecuali ada alasan lain yang berkaitan
2.

peraturan atau undang-undang.


Data sosiologis atau non-medis: data selain data medis yaitu identitas pasien, data sosial
ekonomi, alamat, pekerjaan, status perkahwinan dan sebagainya. Data ini bagi sebagian
orang tidak rahasia tetapi ada juga yang mengatakannya rahasia.
Terdapat pelbagai jenis rekam medis antaranya adalah: rekam medis konvensional, dan

rekam medis elektronik. Berdasarkan Pasal 2: 6


1.

Rekam meds harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.

2.

Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik


diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri. Selain itu, rekam medis juga terbagi
kepada: Rekam medis bagi pasien rawat jalan, Rekam medis pasien rawat inap, Rekam
medis untuk pasien gawat darurat, Rekam medis pasien dalam keadaan bencana.

Yang berkewajiban membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan yang terdiri daripada:
6

1.
2.
3.
4.

Dokter dan dokter gigi.


Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,

5.
6.
7.

mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.


Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analisi kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi
dan perekam medis.

Menurut Permenkes no. 749a tahun 1989, rekam medis mempunyai 5 manfaat yaitu:6
1.
2.
3.

Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.


Bahan bukti dalam perkara hukum.
Bahan bagi kepentingan penelitian.
16

4.
5.

Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan.


Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis

(secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes No.
749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan
kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung
sejak tanggal terakhir pasien berobat. Oleh sebab itu, di setiap institusi pelayanan kesehatan,
Unit Rekam Medis dibentuk bagi menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan
Rekam Medis. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit
Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan
Rekam Medis di institusi tersebut. Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka
pada prinsipnya tidak pada tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak memberitahu
tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu yang
memaksa dokter untuk bertindak sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis
merupakan milik institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika pasien meminjam Rekam
Medis tersebut secara paksa, apalagi jika institusi pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.6
Fraktur Klavikula
Trauma persalinan salah satunya terjadi akibat lamanya persalinan berlangsung,
sehingga ibu merasakan sakit yang lama pula. Normalnya persalinan berjalan kurang lebih 810 jam mulai fase awal, pembukaan satu sampai dengan fase akhir, pembukaan sepuluh, dan
tahap mengejan. Tapi karena berbagai hal, ada ibu yang harus melalui persalinan cukup lama,
hingga tiga hari bahkan berminggu-minggu dari fase awal hingga fase akhir. Itu artinya, ibu
akan merasakan his atau mulas lebih lama.7
Kemungkinan perlamaan ini disebabkan berbagai faktor. Faktor pertama hambatan
fisik, meliputi kecilnya lingkar panggul ibu sehingga bayi sulit keluar. Kedua, penebalan
rahim, sehingga pembukaan berjalan sangat lambat. Ketiga, ketegangan vagina, sehingga
vagina menjadi keras dan otot-otot saluran jalan rahim tidak lentur. Keempat, pembukaan
terhambat karena posisi janin sungsang.7
Tanda dan Gejala Fraktur Klavikula
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara
lain: bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan
ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak
17

adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang
disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.7
Bayi dapat memperlihatkan pseudoparalisis. Pseudoparalisis yaitu suatu kondisi di
mana seseorang tampaknya tidak mampu untuk memindahkan lengan atau kaki tetapi tidak
lumpuh. Pada pemeriksaan didapatkan krepitasi, perabaan tulang yang ireguler, dan spasme
otot sternokleidomastodius.7
Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur greenstick, yaitu fraktur
dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok. Secara klinis fraktur
jenis greenstick sering tidak diketahui segera setelah bayi lahir, tetapi baru ditemukan 1 2
minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.7
Beberapa gejala klinis fraktur klavikula greenstick:
1
2
3
4
5

Gerakan tangan kiri dan kanan tidak sama


Refleks moro asimetris
Bayi akan menangis pada perabaan klavikula
Gerakan pasif pada tangan yang sakit
Riwayat persalinan yang sukar.7

Jenis fraktur klavikula yang sakit:


1

Adanya crepitasi
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Deformitas (kelainan) pada tulang klavikula yang sakit.7

Jika dilakukan pemeriksaan, maka akan menunjukkan:


1
2
3
4

Adanya pembengkakan pada sektor daerah fraktur


Krepitasi
Pergerakan lengan kurang
Irritable selama pergerakan lengan.7

Intepretasi Kasus
Dalam kasus ini, langkah yang harus ditempuh oleh dokter A adalah harus sesuai dan
berdasar pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), dimana selain menghargai dan
melayani pasien dengan sebaiknya, juga menjaga hubungan yang baik dengan rekan
sejawatnya. Dokter A dalam menghadapi pasien dan sejawatnya dilandaskan pada etika
kedokteran sbb:
18

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Setiap dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih
saying dan penghormatan atas martabat manusia

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan dalam menangani pasien.

Seorang dokter harus menghargai hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga
kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Jadi berdasarkan poin-poin etika kedokteran diatas, dokter diharapkan dapat tetap

melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dalam memenuhi hak pasien tanpa melanggar
kode etik dan hubungan dengan sejawatnya.
Kesimpulan
Dokter A sewajarnya menjunjung aspek etik kedokteran yang tertuang dalam sumpah
dokter, kaidah bioetik dan KODEKI untuk tidak saling menjatuhkan antar teman sejawat.
Apabila terjadi hal serupa dalam kasus, maka yang dapat dilakukan dr. A untuk kepentingan
pasien dan ibunya adalah memberikan penjelasan bahwa sebaiknya ibu tersebut mengadukan
hal yang menimpa anaknya kepada dewan MKDKI agar MKDKI dapat melakukan
penyelidikan melalui rekam medic dan pemeriksaan terhadap pasien dengan lebih teliti
dengan bantuan dokter spesialis ortopedi anak. Selain itu, perkara ibu pasien tidak ingin
berobat ke dr. C merupakan hak otonomi pasien dalam memilih dokter.

19

Daftar Pustaka
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD.

Bioetik dan hukum kedokteran. Jakarta:

Pustaka Dwipar; 2007.h.8-9.


2. Kode

etik

kedokteran.

http://www.ilunifk83.com/t130-kode-etik-kedokteran-

indonesia.18 Januari 2009. Diunduh 12 Januari 2016.


3. Arimaswati, Hafizah I, Rizal S. Blok bioetik, humaniora kesehatan dan hak asasi
manusia

Dilema Etik. Kendari: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Haluoleo; 2011.h.12-5.


4. Rizaldy Pinzon. Strategi 4s untuk pelayanan medik berbasis bukti. Jakarta: Cermin
Dunia Kedokteran; 2009.h.208.
5. Bagian kedokteran forensik. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.
Hukum perdata yang berkaitan dengan profesi dokter. Jakarta: FKUI; 1994.h.51.
6. Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran
Indonesia. Jakarta: Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) Ikatan
Kedokteran Indonesia (IDI); 2006.h.31-45.
7. Fraktur Tulang, Bagian Orthophedi UGM [online]. 2007. [cited 25 January 2011].
Available from: http://www.bedahugm.net/fraktur/

20

You might also like