You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

(LP)

ASKEP
VESIKOLITHIA
SIS
RUANG JATISARI

TATAT PERMANA

[Type the author name]


11/24/2009
VESIKOLITIASIS

A. Pengertian

Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter,
kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).

Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).

Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang
merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal
dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).

Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika
terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya
kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).m

B. Etiologi

Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin
dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu kandung kemih
(Vesikolitiasis) adalah

1. Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik
(meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),
hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

2. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat,
disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum
Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu
kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.

4. Penurunan jumlah air kemih : dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yang diminum : minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink,
jus apel dan jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat
reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai
predisposisi metabolik).

8. Batu Asan Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer
dan sekunder).

9. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang
memproduksi urease.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :

1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).

C. Pathofisiologi

Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan
bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan
karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan
penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar
sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan
dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):

1. Teori Supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya


kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan
kemudian menjadi batu.

2. Teori Matriks

Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin
dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi
batu.

3. Teori Kurangnya Inhibitor

Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya kelarutan,
sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat
merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan
mudah terjadi pengendapan.

4. Teori Epistaxy

Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu
merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh
ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5. Teori Kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

D. Manifestasi Klinis

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung
kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang
dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah,
gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada
penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul
dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar
biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika
penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:

1. Urine

a) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
b) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila
terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.

2. Darah

a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.


b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.

3. Radiologis

a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau
tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat
dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.

4. USG (Ultra Sono Grafi)


Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih, jika
ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara mengambilan
batu, dan analisa jenis batu.

E. Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842) adalah
sebagai berikut:

a. Sistem Pernafasan

Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena pengaruh analgetik,
anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal.
Penumpukan sekret dapat menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh
agens analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.

b. Sistem Sirkulasi

Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau
lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis
vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis,
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.

c. Sistem Gastrointestinal

Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga bisa terjadi
distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi
timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum
normalnya peristaltik usus.

d. Sistem Genitourinaria

Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus
otot.

e. Sistem Integumen

Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase
penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala
meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi
luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka
serta bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
f. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

F. Pengobatan

Menurut Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :

1. Mengatasi Simtom

Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme
analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra
indikasikan pasang kateter.

2. Pengambilan Batu

a. Batu dapat keluar sendiri : batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b. Vesikolithotomi.
c. Pengangkatan Batu

1. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal

Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang
digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu
dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan
gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah
menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

2. Metode endourologi pengangkatan batu

Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya.
Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang
ultrasonik untuk menghancurkan batu.

3. Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips
elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

d. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)

2. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap
malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan
meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

3. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks,
kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet
rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

4. Pemberian obat

Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang
ada.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada vesikolithiasis yaitu :


A. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien (umur,jenis kelamin,pekerjaan,pendidikan)
2) Identitas penanggung

B. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Adanya rasa nyeri : lokasi,karakter,durasi dan hubungannya denagn urinasi serta factor-
Factor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya

C. Riwayat infeksi traktus urinarius


 Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menangani infeksi
traktus urinarius
 Adanya gejala panas atau menggigil
 Sistoskopi sebelumnya,riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan
diagnostic renal atau urinarius

D. Gejala kelainan urinasi


 Disuria (sakit dan sulit saat berkemih) kapan keluhan ini terjadi pada saat urinasi
( awal atau akhir urinasi )
 Hesistancy (keterlambatan yang abnormal atau kesulitan untuk memulai urinasi)
 Mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi dapat menunjukan adanya kompresi
uretra,neurogenik kandung kemih atau obstruksi saluran keluar
 Inkontinensia (pengeluaran urine diluar kehendak) : dapat terjadi akibat cidera pada
sfingter urinarius eksterna
E. Riwayat salah satu berikut :
 Hematuri : perubahan warna atau volume urin dapat menunjukan adanya kanker
traktus urogenital,iritasi pada uretra,ataupun adanya trauma
 Nokturia : menunjukan penurunan kemampuan ginjal untuk memekatkan urine
 Penyakit pada usia anak-anak (nefrotik syndrome)
 Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal (DM,hipertensi,trauma abdomen,cidera
medulla spinalis)
F. Pemeriksaan fisik
 TTV
 Inspeksi : adanya distensi kandung kemih
 Palpasi : adanya nyeri tekan pada kandung kemih
 Perkusi : pada daerah supra pubis apakah terdengar suara dullness

G. Diagnosa Keperawatan

a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada traktus urinarius

b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan obstruksi mekanik (batu)
c. Nyeri yang berhubungan dengan distensi kandung kemih (retensio urine)
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. 
e. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan pasien mual dan
muntah
f. Resti terjadi penurunan HB berhubungan hematuri

I. Rencana Keperawatan

A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada traktus urinarius

Intervensi :  
1)Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C  
Rasional :  Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh  
2)Catat karakteristik urine  
Rasional :  Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.  
3)Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi  
Rasional :  Untuk mencegah stasis urine  
4)Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic
Rasional : untuk membunuh bakteri dan mencegah penyebaran infeksi

5)Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.  
Rasional :  Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.  
6)Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.  
Rasional :  Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih  
7)Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.  
Rasional :  Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra 

B. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan obstruksi mekanik (batu)

Intervensi :  
1)Ukur dan catat urine setiap kali berkemih  
Rasional :  Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2)Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam  
Rasional :  Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.  
3)Palpasi kandung kemih tiap 4 jam  
Rasional :  Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.  
4)Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal  
Rasional :  Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.  
5)Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman  
Rasional :  Supaya klien tidak sukar untuk berkemih. 
6)kolaborasi untuk pemasangan kateter
Rasional : untukk memfasilitasi pengeluaran urine dan mencegah distensi kandung kemih

C. Nyeri yang berhubungan dengan distensi kandung kemih

Intervensi :  
1)Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.  
Rasional :  Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi  
2)Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.  
Rasional :  Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot  
3)Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi  
Rasional :  Untuk membantu klien dalam berkemih  
4)lakukan tehnik mengurang nyeri tanpa obat : distraksi dan relaksasi
Rasional : untuk mengurangi nyeri
5)Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.  
Rasional :  Analgetik memblok lintasan nyeri 

D. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Intervensi :  
1)Kaji tingkat kecemasan  
Rasional :  Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien  
2)Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya  
Rasional :  Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan  
3)Beri support pada klien  
Rasional :  untuk memberikan dukungan agar pasien menjadi lebih yakin terhadap program
pengobatan
4)Beri dorongan spiritual  
Rasional :  Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support
pada klien  
5)Beri penjelasan tentang penyakitnya  
Rasional :  Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya. 

E. Resti gangguan pemenuhan kebuthan nutrisi berhubungan dengan pasien mual dan
muntah

Intervensi
1.Awasi jumlah dan tipe masukan cairan
Rasional : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi
2.Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah
Rasional : membantu pasien menerima perasaan bahwa dengan muntah dapat
mengakibatkan kehilangan cairan lebih lanjut
3.Ikuti program nutrisi dengan ketat
Rasional : memperbaiki nutrisi penting untuk menjaga kondisi tubuh
4.Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : untuk mencegah dehidrasi
5.sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : untuk menambah nafsu makan
6.Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk menghindari peningkatan asam lambung

F. Resti penurunan Hb berhubungan dengan hematuri

Intervensi
1.Observasi jumlah dan warna perdarahan
Rasional : untuk mengetahui seberapa banyak pasien kekurangan darah
2.Cek kadar Hb
Rasional : untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan transfuse darah
3.kolaborasi pemberian tablet suplemen zink
Rasional : untuk mencegah kekurangan darah lebih lanjut
4.kolaborasi pemberian obat koagulan
Rasional : untuk menghentikan perdarahan

DAFTAR PUSTAKA

1. (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).

2. Doengoes.M.E.Rencana asuhan keperawatan.EGC.1999

3. Brunner&suddart.askep medical bedah.

4. (Perry dan Potter, 2002:1842)

You might also like