You are on page 1of 16

1.

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN


1.1 KEWAJIBAN
Kewajiban dapat dikelompokkan menjadi kewajiban lancar dan kewajiban tak lancar.
Kewajiban lancar (atau jangka pendek) merupakan kewajiban yang pelunasannya memerlukan
penggunaan asset lancar atau munculnya kewajiban lancar lainnya. Periode yang diharapkan
untuk menyelesaikan kewajiban adalah periode mana yang lebih panjang antara satu tahun dan
satu siklus operasi perusahaan. Secara konsep, perusahaan harus mencatat seluruh kewajiban
pada nilai sekarang seluruh arus kas keluar yang diperlukan untuk melunasinya. Pada praktiknya,
kewajiban lancar dicatat pada nilai jatuh temponya, bukan pada nilai sekarangnya, karena
pendeknya waktu penyelesaian utang.
Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi, meliputi
utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan beban operasi akrual
lainnya, seperti utang gaji. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan,
meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo dan utang
bunga.
Sedangkan kewajiban tak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban jatuh
tempina tidak dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang.
Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar
beragam bentuknya, dan penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas seluruh
batasan dan ketentuan. Pengungkapan meliputi tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, hak konversi,
fitur penarikan, dan provisi subordinasi. Pengungkapan meliputi pula jaminan, persyaratan
penyisihan dana pelunasan, dan provisi kredit berulang. Perusahaan harus mengungkapkan
default atas provisi kewajiban, termasuk untuk bunga dan pembayaran kembali pokok pinjaman.
Obligasi merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi bersama
tingkat kuponnya menentukan bunga yang dibayarkan atas obligasi tersebut. Penerbit obligasi
kadang kala menjual obligasi pada harga di bawah harga nominal atau di atas nilai nominal.
Diskon atau premium mencerminkan penyesuaian atas harga obligasi untuk menghasilkan
tingkat pengembalian yang diminta pasar. Diskon diamortisasi sepanjang umur obligasi dan
menaikkan tingkat bunga sekuritas yang dibayar oleh peminjam. Sebaliknya, premium juga
diamortisasi, tetapi menurunkan tingkat bunga sekuritas.

Obligasi akan dilaporkan pada nilai wajar masing-masing (yaitu pada nilai pasarnya)
pada saat tanggal neraca dan bukannya melaporkan nilai obligasi dengan biaya setelah
amortisasi. Seua perubahan nilai obligasi akan dialirkan melalui laporan laba rugi. Dalam rangka
menuju pelaporan asset dan kewajiban keuangan dengan penilaian wajar, FASB baru-baru ini
mengelluarkan

SFAS

159

(dikenal

sebagai

standar

opsi

penilaian

wajar),

yang

memperbolehkan perusahaan untuk secara sukarela mengakui semua atau sebagian utang jangka
panjangnya pada nilai wajarnya. Masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana opsi penilaian
wajar ini berpengaruh terhadap laporan keuangan.
Salah satu masalah timbul apabila utang jangka panjang diukur dengan nilai wajar adalah
bahwa nilai utang jangka panjang perusahaan yang dilaporkan akan turun ketika posisi kredit
perusahaan memburuk (yaitu apabila kelayakan kredit yang buruk akan menurunkan nilai pasar
obligasi). Penurunan dalam nilai obligasi yang dilaporkan akan menghasilkan laba bagi
perusahaan. Justifikasi FASB terhadap sekuritas keanehan ini adalah bahwa penurunan posisi
kredit perusahaa akan terjadi hanya apabila terhadap pengurangan yang signifikan pada nilai
wajar asset perusahaan. Pengurangan nilai wajar asset perusahaan akan mengakibatkan kerugian
signifikan selama periode tersebut. Meng-offset kerugian ini dengan laba yang dihasilkan dari
penurunan nilai wajar utang akan merefleksikan dengan benar kerugian saham yang ditimbulkan
oleh pemegang akuitas dan utang.
Pengungkapan juga disyaratkan untuk pembayaran di masa depan utang jangka panjang
dan untuk saham yang dibeli kembali. Pengungkapan ini meliputi :
a. Tanggal jatuh tempo dan persyaratan pencadangan dana pelunasan setiap tahun selama
lima tahun ke depan.
b. Persyaratan pelunasan setiap tahun selama lima tahun ke depan.
1.1.1 Analisis Kewajiban
Keakuratan dan kewajaran jumlah utang dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang
dengan pengungkapan beban bunga dan pembayaran harga. Setiap perbedaan yang tidak dapat
dijelaskan memerlukan analisis lebih lanjut atau memerlukan penjelasan manajemen.
Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari seharusnya, kita harus mewaspadai
penyajian laba lebih tinggi dari yang seharusnya karena beban yang lebih rendah atau
ditangguhkan. Cuplikan analisis sebagai berikut.
SEC menyatakan Ampex gagal untuk mengungkapkan (1) kewajibannya untuk membayar
jaminan royalty sebesar lebih dari $80 juta; (2) penjualan kaset rekaman dalam jumlah

besar telah salah dicatat sebagai dihilangkan atau dihapuskan untuk menghindari
pembayaran royalty; (3) laba yang lebih tinggi dari seharusnya karena penyisihan untuk
pengembalian kaset yang tidak memadai; (4) penyisihan piutang usaha dan penyisihan
atas kerugian kontrak royalty yang tidak memadai sebesar berjuta-juta dolar.
Kita harus menganalisis penjelasan kewajiban berikut ketentuan, kondisi, dan batasannya.
Hasil analisis ini dapat memengaruhi penilaian atas risiko dan pengembangan perusahaan.
Berikut merupakan daftar fitur penting yang harus telaah dalam analisis kewajiban.
a. Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola pembayaran, dan
jumlah)
b. Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktivitas bisnis.
c. Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya.
d. Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas, dan ukuran
keuangan lain.
e. Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi.
f. Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti dividen.
Ketentuan pengungkapan minimum atas provisi utang bervariasi, tetapi seharusnya
mencakup pengungkapan atas provisi pinjaman yang berpotensi membatasi aktivitas perusahaan
atau meningkatkan risiko solvabilitasnya.
1.2 SEWA
Sewa merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik dan penyewa. Perjanjian tersebut
memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan asset yang dimiliki oleh lessor, selama masa
sewa. Sebagai balasannya, lessee membayar sewa yang disebut pembayaran sewa minimum.
Perjanjian mewajibkan lessee untuk membayar selama periode yang ditentukan. Kontrak sewa
dapat menjadi rumit dan bervariasi dalam masa sewa, transfer kepemilikan, dan penghentian
awal. Beberapa sewa merupakan perpanjangan kontrak sewa, seperti sewa computer selama dua
tahun. Sewa lainnya mirip dengan penjualan langsung dengan program pendanaan, seperti sewa
bangunan selama 50 tahun dengan transfer kepemilikan secara otomatis pada akhir masa sewa.
Dua metode alternative untuk akuntansi sewa mencerminkan perbedaan dalam kontrak
sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara substansial dicatat sebagai
perolehan asset dan menimbulkan kewajiban bagi lessee. Sama halnya dengan lessor yang
mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan, jenis sewa ini disebut sewa
pendanaan. Jika diklasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha ini, baik asset yang disewakan
maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca. Sewa lainnya dicatat sebagai sewa operasi. Dalam

hal operating lease, leassee mencatat MLP sebagai beban (pendapatan) sewa, dan tidak ada asset
atau kewajiban yang diakui dalam neraca.
Lessee mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat
terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut : (1)
terdapat transfer kepemilikan asset kepada lessee pada akhir masa sewa; (2) terdapat opsi untuk
membeli asset pada harga murah; (3) masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis
asset, atau (4) nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya sebesar
90% atau lebih dari nilai wajar asset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang ditahan oleh
lessor. Sewa dapat diklasifikasikan sebagai operating lease bila tidak satu pun kriteria tersebut
terpenuhi. Walaupun demikian, perusahaan sering mengatur sewa secara efektif sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai operating lease.
Jika sewa diklasifikasikan sebagai capital lease, lessee mencatatnya (baik ast maupun
kewajiban) sejumlah nilai sekarang MLP selama masa sewa, tidak termasuk biaya administrasi
seperti asuransi, perawatan, dan pajak yang dibayar oleh lessor yang termasuk dalam MLP. Asset
sewa harus disusutkan selama masa sewa dengan cara yang konsisten dengan kebijakan
penyusutasn lessee yang normal. Sama halnya, beban bunga dilakui sebagai kewajiban sewa,
seperti pada jenis kewajiban lainnya yang juga melibatkan bunga. Dalam akuntansi operating
lease, lessee mencatat sewa sebagai beban saat terjadinya, dan tidak ada asset atau kewajiban
yang diakui dalam neraca.
Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease melaporkan asset sewa
maupun kewajiban sewa dalam neraca. Terlebih lagi, perusahaan harus mengungkapkan
komitmen sewa di masa depan untuk capital lease dan operating lease yang tidak dapat
dibatalkan. Pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis.
1.3 CAPITAL STOCK
Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang
ekuitas sebagai pembayaran asset dan jasa. Terdapat dua jenis modal saham yaitu saham preferen
dan saham biasa.
1.3.1

Saham Preferen
Saham preferen adalah kelompok khusus saham yang memiliki fitur yang tidak dimiliki
oleh saham biasa. Ciri-ciri umum saham preferen, meliputi :
a. Prioritas atas distribusi dividen, termasuk hak partisipasi dan dividen kumulatif.

b. Prioritas atas likuidasi, terutama penting karena selisih antara nilai nominal dan nilai
likuiditas saham preferen biar besar. Sebagai contoh, Johnson Controls menerbitkan
saham preferen dengan nilai nominal $1 dan nilai likuidasi sebesar $51,20.
c. Dapat dikonversikan (ditarik) menjadi saham biasa, SEC mensyaratkan penyajian kedua
jenis saham tersebut secara terpisah bila saham preferen memiliki karakteristik utang
(seperti persyaratan untuk redemption).
d. Tidak memiliki hak suara, yang dapat berubah karena perubahan hal-hal seperti dividen
yang tidak dibayarkan.
e. Harga pembelian kembali, biasanya untuk melindungi pemegang saham preferen dari
pembelian kembali yang terlalu awal (harga pembelian kembali premium sering kali
makin menurun.
Walaupun pemegang saham preferen memiliki prioritas terdahulu dibandingkan dengan
pemegang saham bias, hak pemegang saham preferen atas dividen biasanya tetap. Namun
demikian. Hak dividen tersebut dapat bersifat kumulatif, yaitu dividen saham preferen tahuntahun lalu yang terutang harus dibayarkan sebelum dividen dibagikan kepada pemegang saham
biasa.
Diantara kelompok saham preferen, terdapat berbagai variasi saham preferen dalam hal
hak dividend an hak likuidasi. Fitur tersebut, dan sifat dividen yang tetap, membuat saham
preferen tampak sebagai kewajiban. Perbedaan penting antara pemegang saham preferen dengan
kreditor adalah pemegang saham preferen tidak memiiki hak untuk meminta penarikan saham
mereka. Namun demikian, beberapa saham preferen memiliki tanggal penarikan yaitu meliputi
dana cadangan pelunasan, dana yang diakumulasikan untuk pembayaran yang diharapkan.
Karakteristik saham preferen yang membuatnya lebih mirip dengan saham biasa adalah hak
dividen, hak suara, dan hak konversi menjadi saham biasa. Saham preferen sering kali memiliki
nilai nominal, namun tidak selalu dengan nilai penerbitan.
1.3.2

Saham Biasa
Saham biasa merupakan kelompok saham yang mencerminkan hak kepemilikan serta
risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga
sisa yang tidak diprioritaskan, namun mendapatkan laba bersih sisa dan menyerap rugi bersih.
Saham biasa dapat memiliki nilai nominal, jika tidak, biasanya memiliki nilai yang ditetapkan.
Nilai nominal saham biasa merupakan masalah legal dan bersifat historis, biasanya tidak penting
bagi analisis laporan keuangan modern. Kadangkala terdapat lebih dari satu jenis saham biasa

dalam perusahaan. Perbedaan antara kelompok saham biasa tersebut umumnya adalah perbedaan
hak dividen, hak suara, dan hak-hak lainnya.
1.4 RETAINED EARNING
Saldo laba merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan. Akun saldo laba
mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan. Akun
ini berlawanan dengan modal saham dan tambahan modal disetor yang berasal dari setoran
modal pemegang saham. Saldo laba merupakan sumber utama distribusi deviden. Walaupun
beberapa negara memperbolehkan distribusi dari tambahan modal disetor, distribusi tersebut
mencerminkan distribusi modal bukan distribusi laba.
Laba ditahan (R/E) sangat erat hubungannya dengan dividen. Dimana dividen adlah
1.4.1

pembagian laba kepada pemegang saham atas hak kepemilikan lembar saham perusahaan.
Deviden Tunai
Dividen tunai (cash devidend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Deviden ini merupakan jenis deviden yang paling umum dan saat diumumkan menjadi
kewajiban bagi perusahaan. Jenis deviden yang lain adalah deviden non tunai, atau deviden
property. Deviden ini terutang dalam bentuk asset perusahaan, dalam bentuk barang, atau
dalambentuk saham perusahaan lain. Deviden tersebut dinilai pada nilai pasar yang

didistribusikan.
1.4.2 Deviden saham
Dividen Saham (stock dividend) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada
pemegang saham secara proporsional. Deviden ini mencerminkan kapitalisasi laba secara
permanen. Pemegang saham menerima tambahan saham sebagai penghalihan saldo laba ke akun
modal. Akuntansi bagi deviden saham kecil dan deviden saham sederhana umumnya lebih kecil
dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilaian deviden saham pada nilai pasar
pada tanggal pengumuman. Deviden saham besar biasanya lebih dari 25% saham beredar, dinilai
pada nilai nominal saham yang diterbitkan.
1.4.3 Pembatasan Saldo Laba
Saldo laba dapat dibatasi pada pembayaran deviden sebagai akibat kontrak perjanjian,
seperti perjanjian pinjaman, atau melalui tindakan dari dewan direksi. Pembatasan atau
persyaratan saldo laba merupakan pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah tertentu.
Pembatasan penting meliputi pembatsan distribusi deviden. Ketentuan obligasi dan kesepakatan
pinjaman merupakan sumber utama pembatasa tersebut. Apropriasi saldo laba merupakan
reklasifikasi saldo laba untuk tujuan tertentu. Pembatasan ini sama sekali bukan peyisihan kas,

melainkan hanya ditujukan sebagai peringatan bagi investor bahwa pembayaran deviden dimasa
depan bagaimanapun juga akan dibatasi.
2. ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI
2.1 PENGENALAN ASET LANCAR
Aset lancar merupakan sumberdaya atau klaim atas sumberdaya yang langsung dapat
diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka siklus operasi suatu perusahaan. Aset lancar adalah
adalah aset yang diharapkan akan dijual, ditagih atau digunakan selama satu tahun atau satu
siklus operasi, tergantung dari mana yang akan menjadi lebih panjang.
Selisish antara aset lancar dengan kewajiban lancar disebut modal kerja. Perusahaan
memerlukan modal kerja untuk beroperasi dengan efektif, namun modal kerja mahal karena akan
menggunakan

investasi

yang

paling

menguntungkan.

Banyak

perusahaan

berusaha

meningkatkan profitabilitas dan arus kasnya dengan mengurangi investasi pada aset lancar
melalui metode seperti pengelolaan penjaminan kredit dan penagihan yang efektif, serta
persediaan tepat waktu. Perusahaan lain berusaha untuk mendanai aset lancara mereka dengan
2.1.1

kewajiban lancar, seperti utang dagang, sebagai usaha mengurangi modal kerja.
Kas Dan Setara Kas
Kas merupakan aset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito dana, money
orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong aset yang sangat lancar, investasi jangka pendek
yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang
disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal.
Kosep likuiditas penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas berarti jumlah kas
atau setra kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam waktu
singkat. Jumlah aset likuid yang dilaporkan perusahaan pada neraca sangat beragam. Umumnya
perusahaan dalam industry yang dinamis membutuhkan likuiditas yang lebih tinggi untuk
memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap perubahan yang cepat pada lingkungan
yang kompetitif.
Selain memeriksa jumlah aset likuid untuk perusahaan, analisis juga harus
mempertimbangkan hal berikut :
a. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat mengalami
penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
b. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk mendukung

suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.


2.1.2 Piutang

Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau
dari pemberian pinjaman uang. Piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk membayar yang
berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit. Wesel tagih mengacu pada janji tertulis
untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam aset lancar jika diharapkan akan direalisasi
atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang lebih
panjang.
a. Penilaian Piutang
Analisis piutang sangat penting karena dampaknya terhadap posisi aset dan arus laba
yang saling terkait. Realitanya banyak perusahaan yang tidak mampu menagih semua
piutangnya. Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan mengurangi aset lancar
serta laba bersih sekarang dan masa depan. Resiko analisis ini adalah pengalaman masa
lalu kurang bisa memprediksi kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal
mencerminkan kondisi terkini.
b. Analisis Piutang
Kita harus waspada terhadap insentif manajemen dan auditor dalam melaporkan laba dan
aset. Dengan memperhatika hal tersebut, terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis
piutang.
Resiko kolektabilitas. Manajemen sering kali lebih mementingkan pengalaman
masa lalu karena kondisi ekonomi sulit diprediksi. Analisis harus mempertimbangkan
bahwa meskipun pendekatan dengan rumus untuk menghitung penyisishan piutang tak
tertagih sangat mudah dan praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik
yang menghasilkan kesalahan.
Informasi yang berguna harus diperoleh dari sumber atau perusahaan lain. alat
analisis untuk memeriksa kolektabilitas mencangkup:
a. Memebandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing
dengan perusahaan yang sedang dianalisis.
b. Memerikasa konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang terkosentrasi
pada satu atau sedikit pelanggan.
c. Menghitung dan menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang
dibandingkan dengan syarat kredit pelanggan untuk industri yang bersangkutan.
d. Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan atau perpanjangan dari
piutang atau wesel tagih masa lalu.

Analisis posisis keuangan terkini dan kemampuan perusahaan memenuhi utang


lancar yang tercermnin dalam pengukuran seperti rasio lancar juga harus mengakui
pentingnya siklus operasi untuk mengklasifikasi piutang lancar. Siklus operasi dapat
menghasilkan piutang cicilan nyang belum dapat tertagih selama beberapa tahun dapat
dilaporkan sebagai aset lancar. Analisis aset lancar dan kaitanya dengan kewajiban lancer
harus diakui dan disesuaikan dengan risiko waktu ini.
Keaslian piutang. Pemahaman mengenai praktik industry dan sumber informasi
tambahan digunakan untuk menambah keyakinan. Pelanggan pada industry tertentu
mengembaikan hak untuk mengembalikan barang. Analisis harus mempertimbangkan hak
pengembalian tersebut. Hak pengembalian yang bebas dapat menurunkan kualitas
piutang.
Sekuritisasi piutang. Salah satu masalah analisis penting adalah saat perusahaan
menjual semua atau sebagian piutanganya pada pihak ketiga yang disebut anjak piutang
atau skuritisasi. Piutang dapat dijual dengan ataupun tanpa recourse pada pembeli
jaminan kolektabilitas.
Sekuritisasi piutang sering kali dilakukan dengan menciptakan entitas bertujuan
kusus seperti perwalian pembelian piutang dari perusahaan dan mendanai pembelian ini
melalui penjualan obligasi ke pasar.
2.1.3

Beban Dibayar Dimuka


Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa yang belum
diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam aset lancar karena mencerminkan jasa
yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan aset lancar lain.

2.2 PERSEDIAAN
2.2.1 Akuntansi Dan Valuasi Persediaan
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.
Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabkan oleh dampaknya
pada laba bersih dan penilaian aset. Metode akumulasi persediaan digunakan untuk
mengalokasikan biaya barag tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau persediaan
akhir. Oleh karenanya, mengalokasikan biaya pada persediaan akan memengaruhi baik
pengukuran laba maupun aset.

Persamaan persediaan dapat digunakan untuk memahami arus persediaan. Untuk


perusahaan dagang: persediaan awal + pembelian bersih harga pokok penjualan = persediaan
akhir. Persamaan ini menekankan arus biaya dalam perusahaan. Arus ini secara alternative dapat
dinyatakan pada grafik sebelah kiri.
Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini
dipindahkan dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan.
Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan, melainkan dapat
dicatat pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada lapiran laba rugi
profitabilitas untuk dikaitkan dengan pendapatan penjualan.
Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh
pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang. Namun jika
persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana
yang telah terjual dan iaya mana yang tersdia pada neraca.
Arus Biaya Persediaan:
Untuk memberikan ilustrasi asumsi arus biaya yang tersedia, misalanya catatan
persediaan suatu persahaan sebgai berikut:
Persediaan tanggal 1 januari, 2009

40 unit@$500 = $20.000

Persediaan dibeli sepanjang tahun

60 unit@$600 = $36.000

Harga pokok barang tersedia untuk dijual

100 unit

$56.000

Selanjutnya, jika sepanjang tahun terjual 30 unit seharga $800 dan menghasilkan
pendapatan penjualan sebesar $24.000. GAAP memeberikan tiga pilihan bagi perusahaan untuk
menentukan biaya mana yang akan dikaitkan dengan poen jualan:
First- in, firs-out (FIFO). Metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli pertama
merupakan yang pertama dijual. Berikut adalah laba kotor perusahaan jika menggnakan FIFO:
Penjualan

$24.000

HPP (30@$500)

$15.000

Laba kotor

$ 9.000

Oleh karena biaya persediaan sebesar $15.000 telah dipindahkan dari neraca, biaya
persediaan yang dilaporkan pada neraca akhir periode adalah $41.000.
Last-in, first-out (LIFO), metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli terakhir
merupaka yang pertama dijual. Sehingga laba kotornya adalah sebgai berikut:

Penjualan

$24.000

Harga pokok penjualan (30 @ $600)

$18.000

Laba Kotor

$ 6.000

Oleh karena biaya persdiaan sebesar $18.000 telah dipindahkan dari neraca dan tercemin
pada HPP, biaya yang tersisa pada neraca sebesar $38.000 dilaporkan sebgai persediaan.
Average cost (Biaya persediaan rata-rata). Unit dijual tanoa memperhatikan uutan
pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir seagai rata-rata tertimbang sederhana
sebagai berikut:
Penjualan

$24.000

HPP (30@$560)

$16.800

Laba kotor

$ 7.200

HPP dihitung dengan menggunakan rat-rata tertimbang dari biaya barang tersedia untuk
dijual total dibagi dengan jumlah unit yang tersedia untuk dijual ($56.000/100=$560). Persediaan
akhir dilaporkan pada neraca adalah $39.200.
2.2.2

Analisis Persediaan
a. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas
Ringkasan hasil perhitungan dengan tiga alternative metode diatas adalah :
Metode

Persediaan Awal

Pembelian

Persediaan Akhir

Harga Pokok Penjualan

FIFO
LIFO
Average

$20.000
$20.000

$36.000
$36.000

$42.000
$38.000

$15.000
$18.000

$20.000

$36.000

$30.200

$16.800

Cost

Laporan laba rugi berdasarkan ketiga metode berikut adalah:


Metode
FIFO
LIFO
Average Cost

Penjualan
$24.000
$24.000
$24.000

Harga Pokok Penjualan


$15.000
$18.000
$16.800

Laba kotor
$9.000
$6.000
$7.200

Kesimpulan : laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan


biaya perusahaan.Pada periode dimana harga meningkat, FIFO memberikan laba kotor
yang lebih tinggi disbanding LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan

dengan pendapatan penjualan dengan harga pasar terkini. Hal ini sering dinyatakan segai
keuntungan fiktif FIFO karena laba kotor sebenarnya merupakan penjumlahan dari laba
ekonomi dan laba kepemilikan.
Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisish antar
harga juala dsan biaya penggantian persdiaan seperti dibawah ini:
Laba ekonomi = 30 unit X ($800-$600) = $6.000
Laba kepemilikan merupakan kenaikan biaya penggantian karena persediaan
telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit terjual dikalikan dengan selisish biaya
penggntian terkini dengan biaya perolehan awal, seperti dibawah ini:
Laba kepemilikan = 30 unit x ($600-$500) = $3.000
Dari laba kotor sebesar $9.000, sebesar $3.000 terkait dengan keuntungan inflasi
yang diperoleh perusahaandari pembelian persdiaan masa lalu.
Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perpuratan persediaan berapa lama
persediaan tersimpan- dan tingkat inflasi. Salah satu masalah serius adalah bahwa
keuntungan ini telah hilang selama beberapa decade terakhir karena inflasi yang lebih
rendah dan pengawasan manajemen atas kuantitas persediaan melalui proses manufaktur
yang lebih baik, serta pengendalis persdiaan yang lebih baik.pada negara yang tingkat
inflasinya lebih tinggi disbanding Amerika Serikat, keuntungan kepemilikan FIFO masih
menjadi masalah.
b. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Neraca
Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi laporan
persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhitr pada harga yang jauh lebih
rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca perusahan yang
menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan investasi lancaryang dimiliki
perusahaan dalam persediaan.
c. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas
Peningkatan laba ktor dengan metod FIFO juga menyebabkan laba sebelum pajak yang
lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang lebih tinggi. Pada periode ini di
mana harga meningkat, perusahaan dapat terjebak pada penguranagan arus kas karena
membeyar pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti persediaan yang terjuala pada
biaya penggantianyang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pembelian awal.

Salah satu alasan digunakannya LIFO adalah pengurangan kewajiban pajak pada
periode harga meningkat. Namun IRS mengharuskan bahwa perushaan yang
menggunakan LIFO untuk tujuan pajak harus menggunakan metode ini untuk laporan
keuangan. Ini merupakan aturan ketaan LIFO (LIFO conformity rule).
Perusahaan yang menggunakan biaya persediaan LIFO diharuskan untuk
mengungkapkan jumlah yang akan dilaporkan jika perusahaan menggunakan metode
FIFO. Selisish anatar kdua metode ini dinamankan cadangan LIFO. Hal ini dapat
digunakan untuk menghitung jumlah yang akan memengaruhi arus kas kumulatif maupun
periode berjalan karena penggunaan LIFO.
d. Masalah Penilaian Persediaan Lainnya
Likuidasi LIFO. Perusahaan diwajibkan mencatat setiap tingkat biaya sebagai kelompok
npersediaan terpisah. Untuk biaya persediaan LIFO, persediaan akhir diloaporkan pada
biaya pembelian terdahulu yang dapat lebih rendah atau lebih tinggi secara signifikan dari
biaya saat ini.
Pada

periode

harga

meningkat

pengurangan kuantitas

masalah

disebut

sebagai likuidasi LIFO menghasilkan peningkqatan pada laba kotor seperti penggunaan
pada biaya persediaan FIFO begitu juga sebaliknya. Dampak likuidasi LIFO dapat dilihat
pada catatan kaki persediaan laporan tahunan. Perusahaan mengindikasikan bahwa
pengurangan kuantitas persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat dengan
biaya masa lalu yang berbeda dengan biaya sekarang. Seorang anslisi LIFO harus hatihati terhadap dampak likuidasi LIFO pada profitabilitas.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari LIFO ke FIFO. Metode LIFO
merupakan metide yang diharapkan oleh penganalisis, karena laporan laba rugi tidak
membutuhkan penyesuaian besar disebabakan harga pokok penjualan telah mendekati
biaya terkini. Namun metode ini menyebabkan persediaan neraca tidak mencerminkan
harga saat ini-sering kali dinyatakan lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi kegunaan
berbagai pengukuran seperti rasio lancar atau rasio perputaran persediaan. Hal ini
menyebabakan kemampuan perusahaan dalam memebayar utang terlalau rendah,
perputara persediaan terlalau tinggi. Untuk mengatasinya, dapat menggunakan teknik
analisis untuk menyesuaikan LIFO agar lebih mendekati situasi performa dengan
mengasumsikan FIFO.

Penyesuaian neraca dimungkinkan jika perusahaan mengungkapakan selisish


lebih biaya kini atas persediaan yang dihitung dengan LIFO, atau cadanagn LIFO. Maka
diperlukan tiga penyesuain berikut :
(1). Persdiaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadanganLIFO
(2). Pertambahan kewajiban pajak tengguhan sebesar: (cadangan LIFO X tariff pajak)
(3). Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif pajak)
Umunnya saat harga meningkat, laba LIFO lebih kecil pada laba FIFO. Namun,
dampak bersih dari penyajian kembali pada tahun manapun tegantung oada dampak
kombinasi dari perubahan persediaan awal dan akhir serta factor lain termasuk likuidasi
lapisan LIFO.
Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke LIFO. Penyesuaian
ini membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan kesalahan. Laba LIFO
mencakup laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat manfaat untuk menghitung
persediaan awal (PAFIFO) x tingkat inflasi untuk lini persediaan tertentu yang dimiliki
perusahaan:
HPPLIFO = HPPFIFO + (PAFIFO x r), dengan r sebagai tingkat inflasi.
Perhatikan bahwa r, bukan merupakan tingkat inflasi umum seperti IHK atau IHP.
Indeks ini merupakan inflasi yang terkait dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki
perusahaan. Jika perusahaan memiliki beberapa lini produk, indeks prodeuksinya harus
diestimasi secara terpisah. Jika r bukan buka tungkat inflasi pada umumnya seperti CPI
tau IHP, dan dimaksud adalah indeks inflasi sehubungan dengan lini persediaan tertentu
yang dimiliki perusahaan.Dalam hal ini perusahaan mempunyai berapa lini produk,
secara teori, tiap lini tersebutharus diestimasi secara terpisah.
Estimasi r dapat menggunakan angka yang dikeluarkan opelh departemen
perdagangan untuk industriu kusus perusahaan. Selain itu jika perusahaan menjalankan
usaha erdasarkan komuditas dapat digunakan dengan asumsi bahwa komponen biaya
biaya persediaan lain berubah secara proporsional terhadap bahan bakunya. Analisis juga
dapat menggunakan tingkat inflsi perusahaan pesaing. Jika perusahaan dengan lini
produk serupa menggunakan biaya persediaan LIFO, tingkat inflasi dapat diestimasi

sebesar peningkatan cadangan LIFO : persediaan perusahaan pesaing erdasarkan FIFO


pada akhir periode lalu sebagai berikut :
R=

perubahan cadangan LIFO


Persediaan FIFO dari akhir periode lalu

e. Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi


Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen :
1) Bahan baku atau bahan mentah biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk
membuat produk.
2) Tenaga kerja biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
3)

produk jadi.
Overhead biaya tidak langsung pada prises manufaktur.
Overhead sering kali merupakan komponen biaya produk terbesar dan paling sulit

diukur untuk tingkat produksi. Total overhead harus dialokasikan pada seluruh hasil
produksi. Analisi biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya overheadbukan
merupakan ilmu pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika
peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih
banyak viaya overhead yang tinggal dineraca dan profitabilitas meningkat. Kemudian
saat kuantitas persediaan menurun, laporan laba rugi tidak hanya terbebano niaya
overhead periode berjalan tetapi juga biaya overhead perode sebelumnya yang berasal
dari persediaan tahun berjalan, karenanaya laba menjadi turun. Oleh karena itu analisi
harus waspada terhadap dampak perubahan tingkat prduksi terhadap laba yang dilaporkan
f. Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau valuasi adalah menilai pada biaya
perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah (lower of cost or marketLOCOM). Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini
melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi
nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin
keuntungan normal. Batas atas nilai pasar, atau nilai realisasi bersih, mencerminkan biaya
oenyelesaian dan penyerahan yang terkait dengan penjualan barang. Batas bawah
memastikan bahwa jika nilai persediaan diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi
nilai pasar, angka penurunan yang terjadi telah mencakuo realisasi laba kotor normal atas
penjualan ayng akan dilakukan.

Biaya (cost) merpakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan
salah satu dari metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata.
Analisis persediaan kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga
meningkat, aturan ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan
pilihan metode biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar. Dalam praktik,
beberapa perusahaan dengan sukarela mengungkapkan biaya persediaan terkini, biasanya
pada catatan.

You might also like