You are on page 1of 72

Bab 1 pendahuluan

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap


kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung
yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen.1

Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap


tahunnya akibat cedera kepala, dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan
perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini
berusia di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki
lebih banyak dari wanita. Lebih dari setengah dari
semua pasien cedera kepala berat mempunyai
signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainnya.5

Anatomi Kepala
Kulit Kepala (scalp)
Kulit kepala menutupi cranium/tengkorak yang terdiri
dari lima lapis jaringan yaitu kulit (skin), jaringan ikat
(connective tissue), galea aponeurotica (aponeurosis
epicranialis), jaringan ikat jarang (loose connective
tissue), dan pericranium.

Tengkorak Otak
Terdiri dari tulang-tulang yang dihubungkan satu
sama lain oleh tulang bergerigi yang disebut
sutura banyaknya delapan buah dan terdiri dari
tiga bagian, yaitu

a. Gubah tengkorak, terdiri dari:


1. Tulang dahi (os frontal)
2. Tulang ubun-ubun (os parietal)
3. Tulang kepala belakang (os occipital)

b. Dasar tengkorak, terdiri dari :


1. Tulang baji (os spheinoidale)
2. Tulang tapis (os ethmoidale)

c. Samping tengkorak
Dibentuk dari tulang pelipis (os temporal) dan sebagian
dari tulang dahi, tulang ubun-ubun, dan tulang baji.
Fraktur tengkorak dianggap mempunyai kepentingan
primer sebagai penanda dari tempat dan keparahan
cidera.

Gambar 1. Anatomi Tengkorak

Selaput Otak (Meningen)


Terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan Dura mater (selaput otak keras)
b. Lapisan Arachnoidea (selaput otak lunak)
c. Pia mater

Gambar 2. Meningen

Otak
Otak adalah pusat pengendali tubuh. Otak terletak dalam
rongga tengkorak yang terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Otak besar (cerebrum)
b. Batang Otak (truncus cerebri).
c. Otak kecil (cerebellum)

Cedera Kepala
Trauma kapitis ialah cedera yang
mengenai kepala dan otak, baik yang
terjadi secara langsung (kerusakan
primer) maupun tidak langsung
(kerusakan sekunder) yang kemudian
dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, bersifat
temporer atau permanent.

Penyebab Cedera Kepala


kekerasan benda tumpul
kecelakaan lalu lintas, jatuh, dan
pukulan benda tumpul

Kekerasan benda tajam


benda tajam (bacok) dan tembakan.

Epidemiologi
Data epidemiologi di Indonesia
belum ada, tetapi data dari salah
satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto
Mangunkusumo, untuk penderita
rawat inap, terdapat 60%-70%
dengan CKR, 15%-20% CKS, dan
sekitar 10% dengan CKB. Angka
kematian tertinggi sekitar 35%-50%
akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan
untuk CKR tidak ada yang

Klasifikasi Cedera Kepala


Berdasarkan mekanisme
Cedera kepala tumpul, dapat
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor,jatuh, atau pukulan benda
tumpul.
Cedera kepala tembus (penetrasi),
disebabkan luka tembak atau pukulan
benda tumpul.

Berdasarkan beratnya
Keparahan
Trauma
kepala
disimpulkan
dalam suatu tabel
Skala Koma Glasgow
(Glasgow
Coma
Scale).
Ringan
(GCS 1415)
Sedang (GCS 9-13)
Berat (GCS 3-8)

Berdasarkan morfologi
1.Fraktur tengkorak
Kalvaria
Linear atau hairline
Depressed atau nondepressed
Terbuka atau tertutup

Dasar tengkorak
Dengan atau tanpa kebocoran CNS
Dengan atau tanpa paresis N VII

2. Lesi intrakranial
Fokal

Hematom epidural dan subdural

Difusa
Komosio ringan dan klasik
Kontusio
Cedera aksonal difusa

Patofisiologi
Cedera kepala primer
Cedera primer
merupakan cedera pada
kepala sebagai akibat
langsung dari suatu
ruda paksa, dapat
disebabkan benturan
langsung kepala dengan
suatu benda keras
maupun oleh proses
akselarasi-deselarasi
gerakan kepala.

Coup contusio disebabkan oleh efek langsung


dari tulang yang membentur
Contra coup contusio disebabkan oleh gerakan
otak terhadap permukaan tulang yang tidak
rata
Bila kepala relatif diam, benturan langsung
menyebabkan coup lesi tanpa contra coup efek
Bila kepala bebas bergerak, benturan pada
kepala menyebabkan lesi
contra coup tanpa lesi coup.

Cedera kepala sekunder


Merupakan tahap lanjutan dari
kerusakan otak primer dan timbul
karena kerusakan primer membuka
jalan untuk kerusakan berantai
karena berubahnya struktur anatomi
maupun fungsional dari otak

Kerusakan otak berlanjut (progressive


injury)
Proses kerusakan biokimia yang
menghancurkan sel-sel Dan sistokeletonnya
Kerusakan pada mikrosirkulasi seperti
vasoparisis, disfungsi membran kapiler disusul
dengan edema vasogenik
Perluasan dari daerah hematoma dan
perdarahan petekial otak yang kemudian
membengkak akibat proses kompresi lokal dari
hematoma dan multipetekial

Insult otak sekunder berlanjut


(delayed secondary brain injury)
Intrakranial
Karena peninggian tekanan intrakranial
(TIK) yang meningkat secara berangsurangsur dimana suatu saat mencapai titik
toleransi maksimal dari otak sehingga
perfusi otak tidak cukup lagi untuk
mempertahankan integritas neuron

Sistemik
Penyebab gangguan sistemik ini disebut
sebagai nine deadly Hs yaitu hipotensi ,
hipokapnia, hiperglikemia, hiperkapnia,
hiperpireksia, hipoksemia, hipoglikemia,
hiponatremia dan hipoproteinemia.

Munculnya Gejala dan


Tanda

Diagnosa
Gejala dan Tanda Klinis

Cedera primer dapat menimbulkan kerusakan pada :


Kulit kepala : laserasi, luka robek, hematoma
Tulang tengkorak : fraktur linear, kompresi, basis kranii
(otore, rinore, Battles sign, brill hematome)
Wajah : fraktur os nasal, mandibula, multiple
Jaringan otak : fokal atau difus
Fokal ; pada tempat cedera atau counter coup timbul edema,
laserasi, perdarahan atau kontusio (sering terjadi pada lobus
temporal dan frontal; biasanya multiple/bilateral)
Difus ; terjadi DAI (diffuse : axonal injury) terutama di daerah
subkortikal.

Selaput otak : perdarahan epidural, subdural,


subarachnoid

Anamnesis
Kejadian seputar kecelakaan
Penggunaan obat sebelum kecelakaan
Tanyakan pada penderita atau keluarga
apakah ada muntah, lupa kejadian
seblum keclakaan, serta perkembangan
kesadaran penderita
Tanyakan apakah pasien mengalami
kejang setelah terjadinya kecelakaan

Pemeriksaan Fisik
Lihat dan palpasi adanya laserasi kulit
kepala, fraktur depresi, dan leakage LCS
(Otore, rinore)
Lihat tanda fraktur basis : Racoons eye
dan Battles sign
Status neurologis
Pemeriksaan lengkap : GCS, saraf cranial,
motorik, reflex, sensorik, fungsi kesiembangan
Koma adalah apabila GCS 8

Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
CT Scan non kontras
Indikasi :CKR, Usia > 3 tahun, dengan nyeri
kepala, muntah, kejang, intoksikasi, amnesia,
usia> 60 tahun, luka di atas klavikula
MRI : DAI (FLAIR tampak edema serebri, DWI
dan ADC tampak infark)
CT Scan dada, abdomen, pelvis (sesuai
indikasi), femur jika ada keluhan dan terdapat
jejas di lokasi tertentu.

Penentuan Derajat
Cedera Kepala
Kategori
Minimal (SHI)

GCS

CT Scan

Amnesia

defisit

Normal

(-)

13-15 Pingsan < 10 menit, defisit

Normal

<24 jam

Abnormal

>24 jam sampai

15

Gambaran Klinis
Pingsan

(-),

neurologi (-)
Ringan (CKR)

neurologis (-)
Sedang

9-12

Pingsan 10 menit s/d <6


jam, deficit neurologis (+)

Berat

3-8

Pingsan > 6 jam, defisit


neurologis (+)

7 hari
Abnormal

>7 hari

Penatalaksanaan
Manajemen Cedera Kepala secara umum :
a. Evaluasi ABC
b. Intubasi untuk GCS <8 atau tidak mampu menjaga
jalan nafas / tidak dapat mempertahankan ventilasi
adekuat
c. Resusitasi cairan
d. Cegah secondary injury
-Hipoksia
-Hipotensi
-Peningkatan tekanan intracranial
>Elevasi kepala 30-45
>Manitol: loading dose 0,25-1,5 g/kgBB
>Hiperventilasi (PaCO2 30-35 mmHg)
>Koma barbiturate

Hiperglikemia (normal 90 150 mg/dl )


Kejang (profilaksis dengan fenitoin), <7 hari
- Factor resiko :
Lesi korteks/subkorteks baru pada MRI
Perdarahan korteks
Amnesia lama (>24 jam)
Perubahan GCS
Hipertermia (normal <37,5C)
Infeksi
DVT dan emboli paru
Nutrisi
Profilkasis vasospasme (SAH)
Operatif

Survei Primer
a. Jalan Nafas
Memaksimalkan oksigenasi dan ventilasi.
Daerah tulang servikal harus dimobilisasi
dalam posisi nettral menggunakan stiffneck
collar, head block, dan diikat pada alas yang
kaku pada kecurigaan fraktur servikal.
b. Pernafasan
Pernafasan dimulai dengan menghitung
laju pernafasan, memperhatikan
kesimterisan gerakan dinding dada,
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
dan auskultasi bunyi nafas di kedua aksila

c. Sirkulasi
Resustasi cairan intravena, yaitu cairan isotonic,
seperti ringer laktat atau normal saline (20 ml/kg BB)
jika pasien syok, transfuse darah 10-15 ml/kgBB harus
dipertimbangkan
d. Defisit Neurologis
Status neurologis dinilai dengan menilai tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tingkat kesadaran
dapat diklasifikasikan menggunakan GCS.
Anak dengan kelainan meurologis yang berat, seperti
anak dengan nilai GCS 8 harus diintubasi.
Hipervntilasi menurunkan Pco2 dengan sasaran 30-45
mmHg, sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah
di otak, yang menurunkan aliran darah ke otak dan
menurnkan tekanan intracranial. Peenggunaan manitol
dapat mnunrkan TIK.

e. Kontrol Pemaparan/kingkungan
Semua pakaian harus dilepas
sehingga semua luka dapat terlihat.
Anak-anak sering datang dengan
keadaan hipotermia ringan karena
permukaan tubuh mereka lebih luas.
Pasien dapat dihangatkan dengan
alat pemancar panas, selimut
hangat, maupun pemberian cairan
intravena.

Survei Skunder
Observasi ketat penting [ada jam-jam pertama
sejak kejadian cedera. Bila telah dipastikan
penderita CKR tidak memiliki masalah dengan jalan
napas, penafasan dan sirkulasi darah, maka
tindakan selanjutnya adalah penanganan luka yang
dialami akibat cedera disertai observasi tanda vital
dan defisit neurologis. Selain itu, pemakaian
penyangga leher diindikasikan jika :
-Cedera kepala berat, terdapat fraktur klavikula
dan jejas di leher
-Nyeri pada leher atau kekakuan pada leher
-Rasa baal pada lengan
-Gangguan keseimbangan atau berjalan
-Kelemahan umum

Bila pada CT scan kepala ditemukan hematom


epidural (EDH) atau hematom subdural (SDH),
maka indikasi bedah adalah :
a.Indikasi bedah pada perdarahan epidural
(EDH)
EDH simtomatik
EDH asimtomatik akut berukuran paling tebal > 1
cm
EDH pada pasien pediatric

b.Indikasi bedah pada perdarahan subdural


(SDH)
SDH Simtomatik
SDH dengan ketebalam > 1 cm pada dewasa atau
> 5 mm pada pediatric

Prognosa
Pasien dengan GCS yang rendah
pada 6-24 jam setelah trauma,
prognosisnya lebih buruk daripada
pasien dengan GCS 15.

I. Identitas Pasien
Nama : Y
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Pekerjaan : Siswa
Tanggal Masuk : 20 Desember 2015
II. Anamnesa (Alloanamnesa : Ayah/Saudara)
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS. Awalnya
pasien sedang mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba pasien
kehilangan keseimbangan saat menghindari jalan
yang rusak sehingga pasien terjatuh. Pasien
terjatuh dengan posisi kepala kiri dan badan
sebelah kiri terhempas ke jalan dan terhimpit oleh
motor. Setelah itu pasien langsung tidak sadar,
dan mengalami muntah sebanyak 3x. Terdapat
bengkak pada kepala bagian belakang sebelah kiri
dan luka lecet pada kaki kanan pasien. Keluar
darah dari hidung tidak ada. Keluar darah dari
telinga tidak ada. Kejang tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami


kejadian serupa sebelumnya, riwayat
pingsan dalam waktu lama (-), riwayat
trauma kepala sebelumnya (-).

Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

Riwayat Pribadi dan sosial


Pasien adalah seorang
siswa/pelajar.

PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum : buruk
Kesadaran : koma
Kooperatif : tidak kooperatif
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Irama
: teratur
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,50C
Turgor kulit: normal

Kelenjar getah bening


Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Thorak
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan , statis
dinamis,
retraksi (-), kelainan(-)
Palpasi : fremitus kanan = kiri, deviasi
trakea
(-), nyeri (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezi
(-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di RIC V
LMC sinistra
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler, gallop (-),bising (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, skafoid (-), bulat (-)
Palpasi : Hepar, lien, gaster tidak teraba,
massa(-), nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani, kelainan (-)
Auskultasi : peristaltik (+)

II. Status neurologis


GCS
: 8 (E2 M4 V2)
a. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinsky I
: (-)
Brudzinsky II
: (-)
Tanda kernig
: (-)
b. Tanda Peningkatan Tekanan Intracranial
Pupil
: midriasis keduanya , isokor

c. Pemeriksaan Nervus Kranialis


Nervus I (Olfactorious)
Penciuman
Subjektif

Kanan
Kiri
Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Objektif dengan
bahan

Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Nervus II (Opticus)

Penglihatan

Kanan

Kiri

Tajam Penglihatan

Tidak dapat dilakukan

Tidak dapat dilakukan

Lapangan Pandang

Tidak dapat dilakukan

Tidak dapat dilakukan

Melihat Warna

Tidak dapat dilakukan

Tidak dapat dilakukan

Funduskopi

Tidak dapat dilakukan

Tidak dapat dilakukan

Nervus III (Okulometer)


Penglihatan
Kanan
Bola Mata
Orthoporia
Ptosis
Gerakan Bulbus
Bebas ke segala
arah
Strabismus
Nistagmus
Tidak dapat
dilakukan
Ekso /
Endoftalmus
Pupil :
Tidak dilakukan
Bentuk
Refleks Cahaya
Refleks
Akomodasi
RefleksKonverg
ensi

Kiri
Orthoporia
Bebas ke segala
arah
Tidak dapat
dilakukan
Tidak dilakukan

Nervus IV (Troklearis )
Kanan

Kiri

Gerakan mata Tidak dapat


ke bawah
dilakukan

Tidak dapat
dilakukan

Sikap Bulbus

Tidak dapat
dilakukan
Tidak dapat
dilakukan

Diplopia

Tidak dapat
dilakukan
Tidak dapat
dilakukan

Nervus V (Trigeminus)
Motorik :
Membuka Mulut
Menggerakkan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik :
Divisi Ophtalmika
- Refleks Kornea
- Sensibilitas
Divisi Maksila
- Refleks Masseter
- Sensibilitas
Divisi Mandibula
- Sensibilitas

Kanan

Kiri

+
+
+
+

+
+
+
+

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus VI (Abdusen)

Kanan

Kiri

Gerakan mata ke lateral

Normal

Normal

Sikap Bulbus

Tenang

Tenang

Diplopia

Nervus VII (Facialis)


Raut Wajah
Sekresi air mata
Fisura Palpebra
Menggerakkan dahi
Menutup mata
Mencibir / bersiul

Kanan
Kiri
+
+
+
+
Normal
Normal
+
+
+
+
Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Memperlihatkan gigi Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan


Sensasi lidah 2/3
depan

Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Hiperakuisis

Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Nervus VIII (Vestibularis)


Suara berbisik

Kanan
Tidak dapat dilakukan

Kiri
Tidak dapat dilakukan

Detik arloji

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Rinne test

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Weber test

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Scwabach test :

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

- Memanjang
- Memendek
Nistagmus :
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh Posisi kepala

Nervus IX (Glossopharingeus)

Sensasi lidah 1/3 belakang


Reflek Muntah gangguan
reflek

Kanan
Tidak dilakukan

Kiri
Tidak dilakukan

Tidak dinilai

Tidak dinilai

Nervus X (Vagus)

Arkus Faring

Kanan
Tidak dapat dinilai

Kiri
Tidak dapat dinilai

Uvula

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Menelan

Artikulasi

Jelas

Jelas

Suara

Nadi

Teratur , kuat
angkat

Teratur , kuat
angkat

Nervus XI (Asesorius)
Kanan
+

Kiri
+

Menoleh ke kiri

Mengangkat bahu ke kanan

Mengangkat bahu ke kiri

Menoleh ke kanan

Nervus XII (Hipoglosus)


Kanan
Tenang , deviasi -

Kiri
Tenang, deviasi -

Kedudukan lidah dijulurkan Tenang, deviasi -

Tenang, deviasi -

Kedudukan lidah dalam

Tremor

Fasikulasi

Atrofi

D. Pemeriksaan koordinasi
Cara Berjalan
Romberg test

Ataksia

Tidak dapat
dilakukan

Disartria

Tidak dapat
dilakukan

Disgrafia

Supinasipronasi

Tidak dapat
dilakukan

Rebound
phenomen

Tidak dapat
dilakukan

Tes jari
hidung

Tidak dapat
dilakukan

Tes Tumit
Lutut

Tidak dapat
dilakukan

Tes hidung
jari

Tidak dapat
dilakukan

E. Pemeriksaan Fungsi Motorik


A. Badan
B. Berdiri dan
berjalan

Respirasi
Duduk
Gerakan Spontan

+
+
+

+
+
+

Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea

C. Ekstremitas
Gerakan
Kekuatan

Superior
kanan
Kiri
+
+
555

Inferior
kanan
kiri
+
+

555

555

555

eutrofi

eutrofi

eutrofi

eutonus

eutonus

Trofi

eutrofi

Tonus

eutonus eutonus

D. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sensibilitas
Sensibilitas kortikal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan

+
+
+
+
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+

E. Sistem Refleks
1. fisiologis

kanan

Kiri

kanan

Kiri

Kornea

Biceps
Triceps

normal
normal

Laring
Maseter
Dinding perut
Atas

tengah

bawah

+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

APR
KPR
Bulbokavernosus
Cremaster
Sfingter

normal
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+

normal
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+

Babinsky
Chaddoks

Oppenheim

Gordon

Schaeffer

Klonus paha

Klonus kaki

Normal
Normal

2. patologis
Lengan
Hoffman- Tromner

Tungkai
-

3. Fungsi otonom
Miksi
: Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran
Reaksi bicara

Stupor
Tidak dapat

Tanda Dementia
Reflek glabela

Tidak dilakukan

dilakukan
Fungsi intelek

Tidak dilakukan

Reflek snout

Tidak dilakukan

Reaksi emosi

Tidak dilakukan

Reflek menghisap

Tidak dilakukan

Reflek memegang

Tidak dilakukan

Reflek palmomental Tidak dilakukan

Rencana Pemeriksaan :
Cek labor darah rutin
Ro. Cranium AP dan Lateral
CT-Scan kepala
DIAGNOSA
Diagnosis klinis : Cedera Kepala Berat
Diagnosis topic : Regio oksipital dan parietal sinistra
Diagnosis etiologi : Trauma mekanik
Diagnosis sekunder : tidak ada

PENATALAKSANAAN
Umum :
Tirah baring
IVFD RL 8 jam/kolf
Folley Cateter
NGT
Khusus :
Dexametason 3x1 g
Ranitidine 2x1 amp
Luminal 3x1
Alinamin f 2x1 amp
Piracetam inj 4x 3 g

ANALISIS KASUS
Trauma kapitis ialah cedera yang mengenai kepala dan otak,
baik yang terjadi secara langsung (kerusakan primer) maupun
tidak langsung (kerusakan sekunder) yang kemudian dapat
berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis
kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam
Benda tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas
(kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, dan pukulan benda
tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam
(bacok) dan tembakan.Dari alloanamnesa yang dilakukan pada
keluarga pasien Y, 16 tahun didapat kan pasien mengalami
penurunan kesadaran post kecelakaan lalu lintas.

Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan


pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara
kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang
dinilai adalah; 1. Proses membuka mata (Eye Opening) 2.
Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response) 3.
Reaksi bicara (Best Verbal Response) . Pada pasien didapatkan
GCS 8 (E2M4V2), yaitu pasien dalam kondisi koma. Maka
pasien termasuk kedalam Cedera kepala berat.

DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala.
Dalam :Advanced Trauma Life Support fo Doctors. Ikatan Ahli
Bedah Indonesia. Komisi trauma IKABI, 2004.
2. Brain Injury Association of America. Types of Brain Injury.
Http://www.biausa.org
3. Deswanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan Praktis :
Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC, 2009.
4. Hamid A, Jannis J, Bustami M, Musridharta E, Prasetyo E. Advanced
Neurology Life Support. Jakarta : Pokdi Neuro Intensif PERDOSSI,
2012.
5. Harsono, Ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2005.

6. Harsono. Kapita selekta neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press, 2009.
7. Hickey JV. Craniocerebral trauma. Dalam :the clinical practice of
neurological: lippincont William & wilkins, 2003.
8. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Akut. Medan : USU digital library,
2002.
9. Moore KL, Argur AM. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates, 2002.
10. PERDOSSI.. Simposium trauma kranio-serebral. Pekanbaru, 2007.
11. Torner , J.C., Choi, S., & Barnes, T.Y.epidemiology of head injuries. In
D.W. marion (ed.), traumatic brain injury, (pp.9-28). New York : thieme,
1999
12. Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam :
Neurosurgery 2nd edition. New York: McGraw Hill, 1996.

You might also like