Professional Documents
Culture Documents
Anatomi Kepala
Kulit Kepala (scalp)
Kulit kepala menutupi cranium/tengkorak yang terdiri
dari lima lapis jaringan yaitu kulit (skin), jaringan ikat
(connective tissue), galea aponeurotica (aponeurosis
epicranialis), jaringan ikat jarang (loose connective
tissue), dan pericranium.
Tengkorak Otak
Terdiri dari tulang-tulang yang dihubungkan satu
sama lain oleh tulang bergerigi yang disebut
sutura banyaknya delapan buah dan terdiri dari
tiga bagian, yaitu
c. Samping tengkorak
Dibentuk dari tulang pelipis (os temporal) dan sebagian
dari tulang dahi, tulang ubun-ubun, dan tulang baji.
Fraktur tengkorak dianggap mempunyai kepentingan
primer sebagai penanda dari tempat dan keparahan
cidera.
Gambar 2. Meningen
Otak
Otak adalah pusat pengendali tubuh. Otak terletak dalam
rongga tengkorak yang terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Otak besar (cerebrum)
b. Batang Otak (truncus cerebri).
c. Otak kecil (cerebellum)
Cedera Kepala
Trauma kapitis ialah cedera yang
mengenai kepala dan otak, baik yang
terjadi secara langsung (kerusakan
primer) maupun tidak langsung
(kerusakan sekunder) yang kemudian
dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, bersifat
temporer atau permanent.
Epidemiologi
Data epidemiologi di Indonesia
belum ada, tetapi data dari salah
satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto
Mangunkusumo, untuk penderita
rawat inap, terdapat 60%-70%
dengan CKR, 15%-20% CKS, dan
sekitar 10% dengan CKB. Angka
kematian tertinggi sekitar 35%-50%
akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan
untuk CKR tidak ada yang
Berdasarkan beratnya
Keparahan
Trauma
kepala
disimpulkan
dalam suatu tabel
Skala Koma Glasgow
(Glasgow
Coma
Scale).
Ringan
(GCS 1415)
Sedang (GCS 9-13)
Berat (GCS 3-8)
Berdasarkan morfologi
1.Fraktur tengkorak
Kalvaria
Linear atau hairline
Depressed atau nondepressed
Terbuka atau tertutup
Dasar tengkorak
Dengan atau tanpa kebocoran CNS
Dengan atau tanpa paresis N VII
2. Lesi intrakranial
Fokal
Difusa
Komosio ringan dan klasik
Kontusio
Cedera aksonal difusa
Patofisiologi
Cedera kepala primer
Cedera primer
merupakan cedera pada
kepala sebagai akibat
langsung dari suatu
ruda paksa, dapat
disebabkan benturan
langsung kepala dengan
suatu benda keras
maupun oleh proses
akselarasi-deselarasi
gerakan kepala.
Sistemik
Penyebab gangguan sistemik ini disebut
sebagai nine deadly Hs yaitu hipotensi ,
hipokapnia, hiperglikemia, hiperkapnia,
hiperpireksia, hipoksemia, hipoglikemia,
hiponatremia dan hipoproteinemia.
Diagnosa
Gejala dan Tanda Klinis
Anamnesis
Kejadian seputar kecelakaan
Penggunaan obat sebelum kecelakaan
Tanyakan pada penderita atau keluarga
apakah ada muntah, lupa kejadian
seblum keclakaan, serta perkembangan
kesadaran penderita
Tanyakan apakah pasien mengalami
kejang setelah terjadinya kecelakaan
Pemeriksaan Fisik
Lihat dan palpasi adanya laserasi kulit
kepala, fraktur depresi, dan leakage LCS
(Otore, rinore)
Lihat tanda fraktur basis : Racoons eye
dan Battles sign
Status neurologis
Pemeriksaan lengkap : GCS, saraf cranial,
motorik, reflex, sensorik, fungsi kesiembangan
Koma adalah apabila GCS 8
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
CT Scan non kontras
Indikasi :CKR, Usia > 3 tahun, dengan nyeri
kepala, muntah, kejang, intoksikasi, amnesia,
usia> 60 tahun, luka di atas klavikula
MRI : DAI (FLAIR tampak edema serebri, DWI
dan ADC tampak infark)
CT Scan dada, abdomen, pelvis (sesuai
indikasi), femur jika ada keluhan dan terdapat
jejas di lokasi tertentu.
Penentuan Derajat
Cedera Kepala
Kategori
Minimal (SHI)
GCS
CT Scan
Amnesia
defisit
Normal
(-)
Normal
<24 jam
Abnormal
15
Gambaran Klinis
Pingsan
(-),
neurologi (-)
Ringan (CKR)
neurologis (-)
Sedang
9-12
Berat
3-8
7 hari
Abnormal
>7 hari
Penatalaksanaan
Manajemen Cedera Kepala secara umum :
a. Evaluasi ABC
b. Intubasi untuk GCS <8 atau tidak mampu menjaga
jalan nafas / tidak dapat mempertahankan ventilasi
adekuat
c. Resusitasi cairan
d. Cegah secondary injury
-Hipoksia
-Hipotensi
-Peningkatan tekanan intracranial
>Elevasi kepala 30-45
>Manitol: loading dose 0,25-1,5 g/kgBB
>Hiperventilasi (PaCO2 30-35 mmHg)
>Koma barbiturate
Survei Primer
a. Jalan Nafas
Memaksimalkan oksigenasi dan ventilasi.
Daerah tulang servikal harus dimobilisasi
dalam posisi nettral menggunakan stiffneck
collar, head block, dan diikat pada alas yang
kaku pada kecurigaan fraktur servikal.
b. Pernafasan
Pernafasan dimulai dengan menghitung
laju pernafasan, memperhatikan
kesimterisan gerakan dinding dada,
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
dan auskultasi bunyi nafas di kedua aksila
c. Sirkulasi
Resustasi cairan intravena, yaitu cairan isotonic,
seperti ringer laktat atau normal saline (20 ml/kg BB)
jika pasien syok, transfuse darah 10-15 ml/kgBB harus
dipertimbangkan
d. Defisit Neurologis
Status neurologis dinilai dengan menilai tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tingkat kesadaran
dapat diklasifikasikan menggunakan GCS.
Anak dengan kelainan meurologis yang berat, seperti
anak dengan nilai GCS 8 harus diintubasi.
Hipervntilasi menurunkan Pco2 dengan sasaran 30-45
mmHg, sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah
di otak, yang menurunkan aliran darah ke otak dan
menurnkan tekanan intracranial. Peenggunaan manitol
dapat mnunrkan TIK.
e. Kontrol Pemaparan/kingkungan
Semua pakaian harus dilepas
sehingga semua luka dapat terlihat.
Anak-anak sering datang dengan
keadaan hipotermia ringan karena
permukaan tubuh mereka lebih luas.
Pasien dapat dihangatkan dengan
alat pemancar panas, selimut
hangat, maupun pemberian cairan
intravena.
Survei Skunder
Observasi ketat penting [ada jam-jam pertama
sejak kejadian cedera. Bila telah dipastikan
penderita CKR tidak memiliki masalah dengan jalan
napas, penafasan dan sirkulasi darah, maka
tindakan selanjutnya adalah penanganan luka yang
dialami akibat cedera disertai observasi tanda vital
dan defisit neurologis. Selain itu, pemakaian
penyangga leher diindikasikan jika :
-Cedera kepala berat, terdapat fraktur klavikula
dan jejas di leher
-Nyeri pada leher atau kekakuan pada leher
-Rasa baal pada lengan
-Gangguan keseimbangan atau berjalan
-Kelemahan umum
Prognosa
Pasien dengan GCS yang rendah
pada 6-24 jam setelah trauma,
prognosisnya lebih buruk daripada
pasien dengan GCS 15.
I. Identitas Pasien
Nama : Y
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Pekerjaan : Siswa
Tanggal Masuk : 20 Desember 2015
II. Anamnesa (Alloanamnesa : Ayah/Saudara)
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum : buruk
Kesadaran : koma
Kooperatif : tidak kooperatif
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Irama
: teratur
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,50C
Turgor kulit: normal
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di RIC V
LMC sinistra
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler, gallop (-),bising (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, skafoid (-), bulat (-)
Palpasi : Hepar, lien, gaster tidak teraba,
massa(-), nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani, kelainan (-)
Auskultasi : peristaltik (+)
Kanan
Kiri
Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Objektif dengan
bahan
Nervus II (Opticus)
Penglihatan
Kanan
Kiri
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat Warna
Funduskopi
Kiri
Orthoporia
Bebas ke segala
arah
Tidak dapat
dilakukan
Tidak dilakukan
Nervus IV (Troklearis )
Kanan
Kiri
Tidak dapat
dilakukan
Sikap Bulbus
Tidak dapat
dilakukan
Tidak dapat
dilakukan
Diplopia
Tidak dapat
dilakukan
Tidak dapat
dilakukan
Nervus V (Trigeminus)
Motorik :
Membuka Mulut
Menggerakkan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik :
Divisi Ophtalmika
- Refleks Kornea
- Sensibilitas
Divisi Maksila
- Refleks Masseter
- Sensibilitas
Divisi Mandibula
- Sensibilitas
Kanan
Kiri
+
+
+
+
+
+
+
+
Nervus VI (Abdusen)
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Sikap Bulbus
Tenang
Tenang
Diplopia
Kanan
Kiri
+
+
+
+
Normal
Normal
+
+
+
+
Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Hiperakuisis
Kanan
Tidak dapat dilakukan
Kiri
Tidak dapat dilakukan
Detik arloji
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Rinne test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Scwabach test :
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus :
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh Posisi kepala
Nervus IX (Glossopharingeus)
Kanan
Tidak dilakukan
Kiri
Tidak dilakukan
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Nervus X (Vagus)
Arkus Faring
Kanan
Tidak dapat dinilai
Kiri
Tidak dapat dinilai
Uvula
Menelan
Artikulasi
Jelas
Jelas
Suara
Nadi
Teratur , kuat
angkat
Teratur , kuat
angkat
Nervus XI (Asesorius)
Kanan
+
Kiri
+
Menoleh ke kiri
Menoleh ke kanan
Kiri
Tenang, deviasi -
Tenang, deviasi -
Tremor
Fasikulasi
Atrofi
D. Pemeriksaan koordinasi
Cara Berjalan
Romberg test
Ataksia
Tidak dapat
dilakukan
Disartria
Tidak dapat
dilakukan
Disgrafia
Supinasipronasi
Tidak dapat
dilakukan
Rebound
phenomen
Tidak dapat
dilakukan
Tes jari
hidung
Tidak dapat
dilakukan
Tes Tumit
Lutut
Tidak dapat
dilakukan
Tes hidung
jari
Tidak dapat
dilakukan
Respirasi
Duduk
Gerakan Spontan
+
+
+
+
+
+
Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea
C. Ekstremitas
Gerakan
Kekuatan
Superior
kanan
Kiri
+
+
555
Inferior
kanan
kiri
+
+
555
555
555
eutrofi
eutrofi
eutrofi
eutonus
eutonus
Trofi
eutrofi
Tonus
eutonus eutonus
D. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sensibilitas
Sensibilitas kortikal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan
+
+
+
+
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
E. Sistem Refleks
1. fisiologis
kanan
Kiri
kanan
Kiri
Kornea
Biceps
Triceps
normal
normal
Laring
Maseter
Dinding perut
Atas
tengah
bawah
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
APR
KPR
Bulbokavernosus
Cremaster
Sfingter
normal
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
normal
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
Babinsky
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Klonus kaki
Normal
Normal
2. patologis
Lengan
Hoffman- Tromner
Tungkai
-
3. Fungsi otonom
Miksi
: Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran
Reaksi bicara
Stupor
Tidak dapat
Tanda Dementia
Reflek glabela
Tidak dilakukan
dilakukan
Fungsi intelek
Tidak dilakukan
Reflek snout
Tidak dilakukan
Reaksi emosi
Tidak dilakukan
Reflek menghisap
Tidak dilakukan
Reflek memegang
Tidak dilakukan
Rencana Pemeriksaan :
Cek labor darah rutin
Ro. Cranium AP dan Lateral
CT-Scan kepala
DIAGNOSA
Diagnosis klinis : Cedera Kepala Berat
Diagnosis topic : Regio oksipital dan parietal sinistra
Diagnosis etiologi : Trauma mekanik
Diagnosis sekunder : tidak ada
PENATALAKSANAAN
Umum :
Tirah baring
IVFD RL 8 jam/kolf
Folley Cateter
NGT
Khusus :
Dexametason 3x1 g
Ranitidine 2x1 amp
Luminal 3x1
Alinamin f 2x1 amp
Piracetam inj 4x 3 g
ANALISIS KASUS
Trauma kapitis ialah cedera yang mengenai kepala dan otak,
baik yang terjadi secara langsung (kerusakan primer) maupun
tidak langsung (kerusakan sekunder) yang kemudian dapat
berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis
kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam
Benda tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas
(kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, dan pukulan benda
tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam
(bacok) dan tembakan.Dari alloanamnesa yang dilakukan pada
keluarga pasien Y, 16 tahun didapat kan pasien mengalami
penurunan kesadaran post kecelakaan lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala.
Dalam :Advanced Trauma Life Support fo Doctors. Ikatan Ahli
Bedah Indonesia. Komisi trauma IKABI, 2004.
2. Brain Injury Association of America. Types of Brain Injury.
Http://www.biausa.org
3. Deswanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan Praktis :
Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC, 2009.
4. Hamid A, Jannis J, Bustami M, Musridharta E, Prasetyo E. Advanced
Neurology Life Support. Jakarta : Pokdi Neuro Intensif PERDOSSI,
2012.
5. Harsono, Ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2005.