You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH: ARIEF HADIANTO


NIM: 111220036

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM NERS
2015

A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Doenges, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
B. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
b. Anemia pada penyakit ginjal
c. Anemia pada penyakit kronis
d. Anemia defisiensi besi
e. Anemia megaloblastik
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah.
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT
Derajat 0 (nilai normal)

WHO
> 11.0 g/dL

NCI
Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL

Derajat 1 (ringan)

9.5 - 10.9 g/dL

10.0 g/dL - nilai normal

Derajat 2 (sedang)

8.0 - 9.4 g/dL

8.0 - 10.0 g/dL

Derajat 3 (berat)

6.5 - 7.9 g/dL

6.5 - 7.9 g/dL

Derajat 4 (mengancam jiwa)

< 6.5 g/dL

< 6.5 g/dL

C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper.
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk


mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

E. Manifestasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)

F. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik
Transplantasi sumsum tulang

Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)


2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan
memerlukan

penanganan

penanganan

kelainan

untuk

yang

aneminya,

mendasarinya,

gejala

dengan
besi

dan

tidak

keberhasilan

sumsum

tulang

dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.


4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
I. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Anemia
1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab
Kehilangan darah kronis
Riwayat urkus grastis kronis
Penggunaan kemoterapi
Gagal ginjal
Penggunaan antibiotik yang lama
Defisiensi nutrisi
Luka bakar yang luas
b. Pemeriksaan fisik
Gejala umum:
Keletihan, fatigue, kelemahan umum (menunjukan hipoksemia
jaringan).

Kulit dan membrane mukosa pucat


Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi
Ulserasi mulut pada megaloblastik dan defisiensi besi
Kuku cekung, bergerigi, memutih pada defisiensi besi
Sakit kepala ringan , peka rangsang (menunjukan hipoksemia

serebral)
Status kardiologi:
Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih
cepat dan kuat. Gejala: takikardi, palpitasi (menunjukan kepekaan
miokard karena hipoksemia), diespnea, pusing, ortopnea.
Tanda: Kardiomegali, hepatomegali, edema perifer
Sistem perncernaan:
Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis
Pemeriksaan feses : ditemukan darah
Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
System neurologi:
Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung,
c. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin ,
hematokrit , trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik
hipokrom hematokrit kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9

g/dl.
Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi

(normal : 70-180 mg/dl)


Hemoglobin elektroforesis

hemoglobin
Masa perdarahan memanjang
Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam

mengidentifikasi

tipe

struktur

jumlah , ukuran dan bentuk


d. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan
2. Diagnosis Keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang, anoreksia
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan


sekunder.
3. Intervensi
DIANGOSA
N

KEPERAWATA

TUJUAN DAN

N DAN

KRITERIA HASIL

1.

KOLABORASI
Perfusi jaringan 1.
tidak efektif b/d
penurunan

Membran

mukosa Peripheral

merah
2. Konjungtiva

anemis
konsentrasi
Hb
3. Akral hangat
dan darah, suplai 4. Tanda-tanda
oksigen
berkurang.

INTERVENSI

Sensation

Management
tidak

(Manajemen

sensasi

perifer)
vital 1. Monitor adanya daerah

dalam rentang normal

tertentu

yang

peka

hanya
terhadap

panas/dingin/tajam/tum
pul
2. Instruksikan
untuk

keluarga

mengobservasi

kulit jika ada lesi atau


laserasi
3. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
4. Batasi gerakan
kepala,

leher

pada
dan

punggung
5. Monitor
kemampuan
BAB
6. Kolaborasi
analgetik
7. Monitor

pemberian
adanya

tromboplebitis
8. Diskusikan menganai
penyebab

perubahan

2.

Ketidakseimbang 1.
an nutrisi kurang
dari

kebutuhan

tubuh b/d intake


yang

kurang,

sensasi
Adanya peningkatan NIC :
berat

badan

dengan tujuan
2. Beratbadan

sesuai Nutrition Management


1. Kaji

alergi

makanan
sesuai dengan tinggi 2. Kolaborasi dengan ahli

badan
3. Mampumengidentifika

anoreksia

adanya

ideal

si kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda

jumlah

kalori

dan

nutrisi yang dibutuhkan


pasien.
3. Anjurkan pasien untuk

malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan

fungsi

pengecapan

dari

menelan
6. Tidak

gizi untuk menentukan

meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan

protein

dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
penurunan berat badan 6. Yakinkan diet yang

yang berarti
7. Pemasukan

terjadi

dimakan
yang

adekuat
8. Tanda-tanda

pucat
v

mukosa

serat

untuk

mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang

malnutrisi
9. Membran konjungtiva
dan

tinggi

mengandung

tidak

terpilih

sudah

dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Ajarkan
bagaimana

pasien
membuat

catatan makanan harian.


9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan
informasi
tentang

kebutuhan

nutrisi
11. Kaji

kemampuan

pasien

untuk

mendapatkan

nutrisi

yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor

adanya

penurunan berat badan


3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas

yang

biasa

dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor

lingkungan

selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan

tindakan

tidak

selama jam makan


7. Monitor kulit kering
dan

perubahan

pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut

kusam,

dan

mudah patah
10. Monitor mual

dan

muntah
11. Monitor

kadar

albumin, total protein,


Hb, dan kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor
pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan

jaringan

konjungtiva
15. Monitor kalori

dan

intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik,

hipertonik

papila lidah dan cavitas


oral.
17. Catat

jika

berwarna
3.

Resiko
terhadap
b/d
adekuatnya
pertahanan
sekunder.

lidah
magenta,

scarlet.
tinggi 1. Klien bebas dari tanda NIC :
infeksi
tidak

dan gejala infeksi


2. Menunjukkan
kemampuan
mencegah

untuk
timbulnya

infeksi
3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat

Infection

Control

(Kontrol infeksi)
1. Bersihkan

lingkungan

setelah dipakai pasien


lain
2. Pertahankan

teknik

isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan

pada

pengunjung

untuk

mencuci

tangan

saat

berkunjung dan setelah


berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan
sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan

setiap

sebelum dan sesudah


tindakan keperawatan

7. Gunakan baju, sarung


tangan

sebagai

alat

pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik

selama

pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10.
Gunakan
kateter
intermiten

untuk

menurunkan

infeksi

kandung kencing
11. Tingkatkan
intake
nutrisi
12. Berikan

terapi

antibiotik bila perlu


Infection

Protection

(proteksi

terhadap

infeksi)
1. Monitor

tanda

dan

gejala infeksi sistemik


dan lokal
2. Monitor

hitung

granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring
pengunjung
terhadap

penyakit

menular
6. Partahankan
aspesis

pada

teknik
pasien

yang beresiko
7. Pertahankan
isolasi
8. Berikan
kuliat
epidema
9. Inspeksi

teknik
perawatan

pada
kulit

membran
terhadap

area
dan

mukosa
kemerahan,

panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong
masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong
masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan
pasien
untuk

minum

antibiotik sesuai resep


15. Ajarkan pasien dan
keluarga

tanda

gejala infeksi
16. Ajarkan
4.

Intoleransi

1. Berpartisipasi dalam

aktifitas

b.d

aktivitas fisik dgn

ketidakseimbanga

TD, HR, RR yang

n antara suplai

sesuai

oksigen

dengan 2. Menyatakan gejala

kebutuhan.

memburuknya efek

dan
cara

menghindari infeksi
NIC
Toleransi aktivitasi
1. Menentukan

penyebab

intoleransi
aktivitas&menentukan
apakah penyebab dari

dari OR&menyatakan
fisik, psikis/motivasi
2. Observasi
adanya
onsetnya segera
pembatasan klien dalam
3. Warna kulit
beraktifitas.

normal,hangat&kerin3. Kaji
g

kesesuaian

aktivitas&istirahat klien

4. Peningkatan toleransi
sehari-hari
4. aktivitas secara bertahap,
aktivitas
biarkan
klien
berpartisipasi
perubahan

dapat
posisi,

berpindah & perawatan


diri
5. Pastikan klien mengubah
posisi secara bertahap
6. Monitor gejala intoleransi
aktivitas
7. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi

spt

mual,

pucat, pusing, gangguan


kesadaran&tanda vital
8. Lakukan latihan ROM jika
klien

tidak

dapat

menoleransi aktivitas
9. Bantu
klien
memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Marlyn E. Doenges. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick, Davay. 2002. At A Glance Medicine. Jakarta: EMS
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC

You might also like