Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Doenges, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
B. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
b. Anemia pada penyakit ginjal
c. Anemia pada penyakit kronis
d. Anemia defisiensi besi
e. Anemia megaloblastik
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah.
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT
Derajat 0 (nilai normal)
WHO
> 11.0 g/dL
NCI
Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan)
Derajat 2 (sedang)
Derajat 3 (berat)
C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper.
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).
E. Manifestasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)
F. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik
Transplantasi sumsum tulang
penanganan
penanganan
kelainan
untuk
yang
aneminya,
mendasarinya,
gejala
dengan
besi
dan
tidak
keberhasilan
sumsum
tulang
serebral)
Status kardiologi:
Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih
cepat dan kuat. Gejala: takikardi, palpitasi (menunjukan kepekaan
miokard karena hipoksemia), diespnea, pusing, ortopnea.
Tanda: Kardiomegali, hepatomegali, edema perifer
Sistem perncernaan:
Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis
Pemeriksaan feses : ditemukan darah
Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
System neurologi:
Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung,
c. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin ,
hematokrit , trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik
hipokrom hematokrit kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9
g/dl.
Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi
hemoglobin
Masa perdarahan memanjang
Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam
mengidentifikasi
tipe
struktur
KEPERAWATA
TUJUAN DAN
N DAN
KRITERIA HASIL
1.
KOLABORASI
Perfusi jaringan 1.
tidak efektif b/d
penurunan
Membran
mukosa Peripheral
merah
2. Konjungtiva
anemis
konsentrasi
Hb
3. Akral hangat
dan darah, suplai 4. Tanda-tanda
oksigen
berkurang.
INTERVENSI
Sensation
Management
tidak
(Manajemen
sensasi
perifer)
vital 1. Monitor adanya daerah
tertentu
yang
peka
hanya
terhadap
panas/dingin/tajam/tum
pul
2. Instruksikan
untuk
keluarga
mengobservasi
leher
pada
dan
punggung
5. Monitor
kemampuan
BAB
6. Kolaborasi
analgetik
7. Monitor
pemberian
adanya
tromboplebitis
8. Diskusikan menganai
penyebab
perubahan
2.
Ketidakseimbang 1.
an nutrisi kurang
dari
kebutuhan
kurang,
sensasi
Adanya peningkatan NIC :
berat
badan
dengan tujuan
2. Beratbadan
alergi
makanan
sesuai dengan tinggi 2. Kolaborasi dengan ahli
badan
3. Mampumengidentifika
anoreksia
adanya
ideal
si kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda
jumlah
kalori
dan
malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan
6. Tidak
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan
protein
dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
penurunan berat badan 6. Yakinkan diet yang
yang berarti
7. Pemasukan
terjadi
dimakan
yang
adekuat
8. Tanda-tanda
pucat
v
mukosa
serat
untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang
malnutrisi
9. Membran konjungtiva
dan
tinggi
mengandung
tidak
terpilih
sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Ajarkan
bagaimana
pasien
membuat
kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor
adanya
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut
kusam,
dan
mudah patah
10. Monitor mual
dan
muntah
11. Monitor
kadar
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori
dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik
jika
berwarna
3.
Resiko
terhadap
b/d
adekuatnya
pertahanan
sekunder.
lidah
magenta,
scarlet.
tinggi 1. Klien bebas dari tanda NIC :
infeksi
tidak
untuk
timbulnya
infeksi
3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Infection
Control
(Kontrol infeksi)
1. Bersihkan
lingkungan
teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung
untuk
mencuci
tangan
saat
setiap
sebagai
alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik
selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10.
Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan
intake
nutrisi
12. Berikan
terapi
Protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
1. Monitor
tanda
dan
hitung
granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
6. Partahankan
aspesis
pada
teknik
pasien
yang beresiko
7. Pertahankan
isolasi
8. Berikan
kuliat
epidema
9. Inspeksi
teknik
perawatan
pada
kulit
membran
terhadap
area
dan
mukosa
kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong
masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong
masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan
pasien
untuk
minum
tanda
gejala infeksi
16. Ajarkan
4.
Intoleransi
1. Berpartisipasi dalam
aktifitas
b.d
ketidakseimbanga
n antara suplai
sesuai
oksigen
kebutuhan.
memburuknya efek
dan
cara
menghindari infeksi
NIC
Toleransi aktivitasi
1. Menentukan
penyebab
intoleransi
aktivitas&menentukan
apakah penyebab dari
dari OR&menyatakan
fisik, psikis/motivasi
2. Observasi
adanya
onsetnya segera
pembatasan klien dalam
3. Warna kulit
beraktifitas.
normal,hangat&kerin3. Kaji
g
kesesuaian
aktivitas&istirahat klien
4. Peningkatan toleransi
sehari-hari
4. aktivitas secara bertahap,
aktivitas
biarkan
klien
berpartisipasi
perubahan
dapat
posisi,
spt
mual,
tidak
dapat
menoleransi aktivitas
9. Bantu
klien
memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Marlyn E. Doenges. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick, Davay. 2002. At A Glance Medicine. Jakarta: EMS
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC