Professional Documents
Culture Documents
MIOMA UTERI
Disusun Oleh :
Putri Ayu Puspasari
1410221002
Pembimbing :
Kolonel CKM dr.Tri Joko W, SpOG
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UPN
VETERAN JAKARTA
Mioma Uteri
Disusun Oleh :
Putri Ayu Puspasari
1410.221.002
Tanda Tangan
Tanggal
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan After Care Patient yang berjudul
Mioma Uteri. Laporan After Care Patient ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Tk II RST dr.Soedjono Magelang. Penulis berterima kasih kepada
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kolonel CKM dr.Tri Joko W, SpOG atas bimbingan dan kesabarannya
selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Departemen
Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tk II RST dr. Soedjono Magelang
atas bantuannya untuk penulis.
3. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Bagian Departemen
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk II RST dr.Soedjono Magelang.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan After Care Patient
ini kedepannya sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan
menambah wawasan penulis.
Magelang,
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
3
12
14
23
DAFTAR PUSTAKA 25
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
Status
: 48 tahun
: Sudah Menikah
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk
: Candirejo
: Ibu Rumah Tangga
: 20 Oktober 2015
II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, 20 Oktober
2015
Keluhan utama :
Menstruasi tidak berhenti
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RST Soedjono Magelang dengan keluhan menstruasi
tidak berhenti sejak 1 bulan yang lalu. Darah menstruasi yang keluar
berwarna merah gelap, awalnya banyak namun sekarang tinggal flek-flek
sedikit. Pasien juga mengeluh lemas sejak 3 hari yang lalu, tanpa disertai
pandangan gelap dan pingsan. Pasien tidak mengeluh perut membesar atau
nyeri pada perut. Demam disangkal. Buang air besar dan kecil normal
tidak ada keluhan. Mual dan muntah disangkal. Penurunan nafsu makan
dan berat badan disangkal.. Keluhan tidak disertai nyeri saat bersenggama.
Riwayat Obstetri :
I:
1982, laki-laki, normal, dibantu dukun, BB 2600 gram
II:
1986, perempuan, normal, dibantu dukun, BB 2800 gram
III:
1989, laki-laki, normal, dibantu dukun, BB 2700 gram
Riwayat Menstruasi :
Menarche umur 13 tahun, siklus teratur (25 27 hari), selama 5 6 hari,
nyeri haid (-), sehari menggunakan 2-3 pembalut, belum menopause
Riwayat Menikah :
5
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
Riwayat Kebiasaan
-
Merokok
: disangkal
Minum alkohol
: disangkal
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
RR
: 20 x / menit
Suhu
: 36,5 0C
Status internus :
-
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
Leher
membesar (-)
-
Thoraks
Cor
:
Inspeksi
Palpasi
Abdomen :
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
Palpasi
suprapubis
Perkusi
-
Ekstremitas :
Superior
Inferior
Edema
Akral dingin
Refleks fisiologis
Refleks patologis
-/-/+N/+N
-/-
-/-/+N/+N
-/-
Pemeriksaan obstetrikus :
- Pemeriksaan dalam (VT) :
-
Dilatasi serviks ( - )
Nyeri ( - )
IV. ASSESMENT
Diagnosis sementara
Diagnosis diferensial
: Mioma uteri
: Kista ovarium
V. PLANNING
Diagnostik
Cek darah lengkap
Pemeriksaan USG
Nilai
Nilai normal
12.4
36.5
9.5
396
4.61
79.1
34.0
26.9
2.0
6,9
11.5 16.5
35 55
3,5 10,0
100 400
3,5 5,5
75 100
31 38
25 35
0,5 5,0
1,2 8,0
Limfosit%
Granulosit%
VI.
21,5
72.6
15,0 50,0
35,0 80
Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Rencana histerektomi
VII. FOLLOW UP
Tanggal
Follow Up
S (Subjective)
O (Objective)
A (Assessment)
21/10/2015
Post operasi hari ke I
Tidak ada keluhan
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/min
RR: 18x/min
S: 36,8C
Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang:
Eritrosit: 3,88, m/uL
Hb: 10,5 g/dL
MCV/MCH/MCHC: 80,3/27,1/33,7
21/10/2015
Post operasi hari ke II
Nyeri pada luka post-op
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/min
RR: 20x/min
S: 36,6C
Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis dalam batas normal
normokrom
P (Planning)
Injeksi
1gram/12 jam
Injeksi
IV
IV
ceftriaxon
ketorolac
1ampul/12 jam
Injeksi
IV
1ampul/12 jam
lapis
o Operasi selesai
Jaringan uterus dikirim ke Bagian Patologi.
10
ceftriaxon
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, Ny. D, 48 tahun diagnosis mioma uterii yang merupakan diagnosis
pasien yang ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan tindakan operatif.
2.1 Subyektif
Keluhan tambahan dari pasien yaitu nyeri tidak dirasakan pada daerah
perut bagian bawah. Nyeri bukan merupakan gejala yang khas tetapi dapat
11
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
dengan nekrosis setempat dan peradangan.
2.2 Obyektif
Pada tanggal 20 Oktober 2015 pasien tampak sakit sedang dan status
generalis pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan USG
dilakukan dan didapatkan hasil uterus membesar. Pemeriksaan
tersebut mengindikasikan bahwa memang terdapat massa (di uterus).
Operatif
Pada operasi terlihat massa dengan konsistensi keras yang berasal dari
uterus.
2.3 Assessment
Pengambilan diagnosa didasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, serta tindakan operatif. Dari anamnesa didapatkan
bahwa pasien merasakan keluhan menstruasi tidak berhenti sejak 1 bulan yang
lalu. Darah menstruasi yang keluar berwarna merah gelap, awalnya banyak
namun sekarang tinggal flek-flek sedikit. Pasien juga mengeluh lemas sejak 3
hari yang lalu, tanpa disertai pandangan gelap dan pingsan. Pasien tidak
mengeluh perut membesar atau nyeri pada perut, demam disangkal. Dan
pemeriksaan USG didapatkan pembesaran uterus suspect mioma uteri.
Diagnosis terakhir yang diambil untuk pasien ini adalah mioma uteri. Pasien
direncanakan untuk dilakukan histerektomi total pada tanggal 20 Oktober
2015.
2.4 Planning
Rawat Inap
Rawat inap berguna untuk pengawasan pasien preoperatif. Pasien diberikan :
Ringer Laktat 20 tpm.
Operatif
12
Histerektomi
BAB III
MIOMA UTERI
3.1 Definisi
Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Mioma uteri disebut juga dengan istilah fibromioma,
leiomioma, atau fibroid.
3.2 Epidemiologi
Insiden mioma uteri berkisar 20 25% dari seluruh wanita. Dari seluruh pasien
ginekologik yang dirawat di rumah sakit, 27% didiagnosis mioma uteri. Mioma
paling banyak ditemukan pada usia 35 40 tahun dan jarang ditemukan pada
wanita berumur 20 tahun. Setelah menopause, banyak mioma menjadi lisut dan
hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma lebih sering terjadi
pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor genetik juga berpengaruh.
Biasanya terdapat 5 20 sarang mioma dalam satu uterus. Pertumbuhan mioma
dapat mencapai berat lebih dari 5 kg.
3.3 Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus (1 3%) dan korpus
uterus (97 99%). Menurut letaknya, mioma dapat dibagi menjadi :
Mioma submukosa : terletak di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma jenis ini dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui serviks (myomgeburt).
Mioma intramural : terletak di dinding uterus di antara serabut miometrium.
Mioma subserosum : mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Dapat tumbuh di antara kedua
13
Apabila mioma dibuka maka akan tampak susunannya terdiri dari berkas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau pusaran air (whorl like
pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Dibanding
jaringan miometrium normal, mioma mendapat lebih sedikit suplai darah,
sehingga rentan akan hipoperfusi dan iskemik.
14
Penampakan mioma uteri secara mikroskopik. Sel sel otot polos tampak lebih padat
dibanding jaringan miometrium normal
15
urin.
Penekanan
pada
ureter
menyebabkan
hidroureter
dan
16
17
3.9 Komplikasi
Degenerasi ganas : mioma uteri yang menjadi leiomioma ditemukan 0,32
0,6% dari seluruh mioma dan merupakan 50 70% dari semua sarkoma uterus.
Kecurigaan ke arah keganasan perlu dipertimbangkan apabila mioma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
Torsi (putaran tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi
dan menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Hal
tersebut akan menimbulkan sindrom abdomen akut. Sarang mioma juga dapat
mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan terjadi karena gangguan
sirkulasi darahnya.
3.10 Diagnosis
Penderita sering mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut
bagian bawah. Pada pemeriksaan bimanual, dapat teraba tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping dan sering teraba
berbenjol benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang
berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri
menjadi luas, yang dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde. Mioma
submukosa kadang dapat teraba dengan memasukkan jari ke dalam kanalis
servikalis dan terasa benjolan pada permukaan kavum uteri.
Mioma submukosa harus dibedakan dengan inversio uteri. Mioma intramural
harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis
uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu
menegakkan dugaan klinis. Penampakan sonografi mioma uteri dapat bervariasi
dari hipo hingga hiperekoik tergantung dari rasio antara komposisi sel otot polos
dengan jaringan ikat dan ada atau tidaknya degenerasi. Kalsifikasi tampak
hiperekoik dan biasanya mengelilingi tumor dan menyebar secara acak di seluruh
massa. Degenerasi kistik akan tampak hipoekoik.
Bagi wanita infertil, histerisalpingografi (HSG) dapat digunakan sebagai
evaluasi awal untuk melihat patologi endometrium dan patensi tuba. Vaskularisasi
mioma dapat dilihat dengan menggunakan Doppler berwarna. Doppler dapat
18
digunakan untuk membedakan mioma ekstrauterin dari massa pelvik lainnya atau
mioma submukosa dari polip endometrium atau adenomiosis.
3.11 Pengobatan
Tidak semua mioma harus dibedah. 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 3 6 bulan. Saat menopause, pertumbuhan
mioma dapat terhenti atau menjadi lisut. Secara umum, mioma tumbuh lambat,
dengan rata rata 0,5 cm (diameter) per tahun dan dapat berbeda beda tiap
pasien. Bagi pasien pasien mioma uteri yang simtomatik, dapat diberikan terapi
obat.
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
Dapat diberikan kepada pasien pasien yang menderita dismenore dan
menoragia.
Pasien
mioma
yang
menderita
dismenore
memiliki
kadar
prostaglandin endometrial (F2 dan E2) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang asimtomatik. Prostaglandin juga berkaitan dengan menoragia.
Terapi Hormon
Pil kontrasepsi oral kombinasi dan progestin telah digunakan untuk
merangsang atrofi endometrium dan menurunkan sekresi prostaglandin pada
wanita dengan mioma.
Androgen
Danazol dan gestrinone telah terbukti dapat membuat volume mioma
menyusut dan memperbaiki gejala perdarahan. Akan tetapi, efek samping
androgen yaitu jerawat dan hirsutisme perlu diperhatikan.
GnRH Agonis
Mioma uteri dapat diobati dengan GnRH agonis (GnRHa). Hal tersebut
didasarkan atas teori bahwa sel sel otot yang menyusun mioma dipengaruhi oleh
estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan
mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi mioma. GnRHa tersedia
dalam preparat intramuskular, subkutan, dan intranasal. Leuprolide acetate
(Lupron Depot) telah diterima FDA untuk terapi mioma uteri dan tersedia untuk
19
pemberian intramuskular dengan dosis 3,75 mg (per bulan) dan 11,25 mg (per tiga
bulan). Preparat lainnya yang tersedia yaitu Goserelin (Zoladex) yang diberikan
3,6 mg (per bulan) atau 10,8 mg (per tiga bulan); Triptorelin (Trelstar) yang
diberikan dalam bentuk injeksi IM 3,75 mg (per bulan); dan Nafarelin (Synarel)
yang diberikan per nasal (spray regimen) 200 mg dua kali sehari.
Embolisasi Arteri Uterina
Cara ini dilakukan dengan cara memasukkan mikrosfer polyvinyl alcohol
(PVA) dengan menggunakan kateter ke arteri uterina. PVA akan menyebabkan
obstruksi aliran darah mioma sehingga menyebabkan iskemia dan nekrosis.
Pengobatan Operatif
Dapat dilakukan miomektomi, yaitu pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum mudah dilaksanakan bila bertangkai.
Kemungkinan terjadinya kehamilan setelah miomektomi adalah 30 50 %. Selain
miomektomi, dapat juga dilakukan histerektomi, yaitu pengangkatan uterus secara
keseluruhan. Histerektomi dapat dilakukan per abdominam ataupun per vaginam.
Histerektomi per vaginam hanya dapat dilakukan bila uterus lebih kecil dari telur
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan
20
21
BAB IV
AFTER CARE PATIENT
4.1
Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
III.1.1 Fungsi Biologik
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 48 tahun. Pasien post
histerektomi ec mioma uteri, tidak memiliki gangguan pada fungsi
biologiknya.
4.1.2 Fungsi Psikologik
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 48 tahun. Pasien post
histerektomi ec mioma uteri, tidak memiliki gangguan pada fungsi
psikologiknya. Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya baik.
4.1.4 Fungsi Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga pasien
berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai karyawan swasta. Kondisi
ekonomi pasien termasuk golongan menengah.
4.1.5 Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah
Menengah Pertama,
Atas.
Fungsi Religius
Pasien dan keluarganya adalah
menjalankan
4.2.2
Terhadap Keluarga
a. Memberikan motivasi dan edukasi mengenai mioma uteri,
histerektomi (pengangkatan rahim) dan perawatan jahitan pasca
operasi sehingga seluruh keluarga dapat mengerti sepenuhnya dan
dapat saling mengingatkan.
4.3.
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien
4.3.1 Faktor Perilaku
Pasien sudah cukup memahami mengenai perawatan jahitan pasca
operasi. Setelah pulang, pasien luka jahitan pasien tidak bernanah,
tidak berbau, tidak terbuka, serta luka jahitan pasien sudah kering
sempurna. Pasien meminum obat yang diberikan oleh dokter, sesuai
dengan waktunya. Pasien juga rajin kontrol sesuai saran dokter, untuk
mendapatkan obat dan kontrol keadaan pasien pasca operasi.
4.3.2 Faktor Non-Perilaku
Sarana kesehatan cukup mudah dijangkau oleh pasien. Akses
transportasi untuk mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetrics & Gynecologists. 2012. FAQ: Abnormal
Uterine Bleeding.
Anonim. Histerektomi. Repository: USU. Diambil dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41564/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada 5 Oktober 2014
Decherney, Alan H. et al, 2007. Current Diagnosis & Treatment:
Obstetrics & Gynecology. 10th ed. USA: Mc-Graw Hill.
Duhan, Nirmala. Current and Emerging Treatment for Uterine Myoma-an
update. 2011.
23
24