You are on page 1of 24

AFTER CARE PATIENT

MIOMA UTERI

Disusun Oleh :
Putri Ayu Puspasari

1410221002

Pembimbing :
Kolonel CKM dr.Tri Joko W, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UPN
VETERAN JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR


KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

After Care Patient

Mioma Uteri

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk II
RST dr.Soedjono Magelang.

Disusun Oleh :
Putri Ayu Puspasari

1410.221.002

Telah disetujui oleh Pembimbing


Nama Pembimbing

Tanda Tangan

Tanggal

Kolonel CKM dr.Tri Joko W, SpOG

Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan

Kolonel CKM dr.Tri Joko W, SpOG

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan After Care Patient yang berjudul
Mioma Uteri. Laporan After Care Patient ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Tk II RST dr.Soedjono Magelang. Penulis berterima kasih kepada
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kolonel CKM dr.Tri Joko W, SpOG atas bimbingan dan kesabarannya
selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Departemen
Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tk II RST dr. Soedjono Magelang
atas bantuannya untuk penulis.
3. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Bagian Departemen
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk II RST dr.Soedjono Magelang.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan After Care Patient
ini kedepannya sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan
menambah wawasan penulis.

Magelang,

Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
3

BAB I LAPORAN KASUS 5


BAB II ANALISA KASUS

12

BAB III MIOMA UTERI

14

BAB IV AFTER CARE PATIENT

23

DAFTAR PUSTAKA 25

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. D

Umur
Status

: 48 tahun
: Sudah Menikah

Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk

: Candirejo
: Ibu Rumah Tangga
: 20 Oktober 2015

II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, 20 Oktober
2015
Keluhan utama :
Menstruasi tidak berhenti
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RST Soedjono Magelang dengan keluhan menstruasi
tidak berhenti sejak 1 bulan yang lalu. Darah menstruasi yang keluar
berwarna merah gelap, awalnya banyak namun sekarang tinggal flek-flek
sedikit. Pasien juga mengeluh lemas sejak 3 hari yang lalu, tanpa disertai
pandangan gelap dan pingsan. Pasien tidak mengeluh perut membesar atau
nyeri pada perut. Demam disangkal. Buang air besar dan kecil normal
tidak ada keluhan. Mual dan muntah disangkal. Penurunan nafsu makan
dan berat badan disangkal.. Keluhan tidak disertai nyeri saat bersenggama.
Riwayat Obstetri :
I:
1982, laki-laki, normal, dibantu dukun, BB 2600 gram
II:
1986, perempuan, normal, dibantu dukun, BB 2800 gram
III:
1989, laki-laki, normal, dibantu dukun, BB 2700 gram
Riwayat Menstruasi :
Menarche umur 13 tahun, siklus teratur (25 27 hari), selama 5 6 hari,
nyeri haid (-), sehari menggunakan 2-3 pembalut, belum menopause
Riwayat Menikah :
5

1 kali, tahun 1980


Riwayat KB : Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat penyakit asma

: disangkal

Riwayat penyakit hipertensi

: disangkal

Riwayat penyakit diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat operasi di bagian perut

: disangkal

Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu

: disangkal

Riwayat pijat perut atau pengobatan alternatif : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat Kebiasaan
-

Merokok

: disangkal

Minum alkohol

: disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Anggrek tanggal 20 Oktober 2015

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Vital sign

TD

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, irama reguler.

RR

: 20 x / menit

Suhu

: 36,5 0C

Status internus :
-

Kepala

: jejas (-), deformitas (-).

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya

(+/+), pupil bulat isokor (2 mm / 2 mm).


-

Telinga

: normotia, discharge (-/-), massa (-/-)

Hidung

: simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),

septum di tengah, concha hiperemis (-/-).


-

Mulut

: sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),

faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).


-

Leher

: pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening

membesar (-)
-

Thoraks
Cor
:
Inspeksi
Palpasi

: ictus cordis tidak terlihat


: ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis

sinistra, nyeri tekan (-)


Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo
:
Inspeksi
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)
Palpasi
: stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

Abdomen :
Inspeksi

: cembung

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Palpasi

: supel, hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (+) regio

suprapubis
Perkusi
-

: timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas :
Superior

Inferior

Edema
Akral dingin
Refleks fisiologis
Refleks patologis

-/-/+N/+N
-/-

-/-/+N/+N
-/-

Pemeriksaan obstetrikus :
- Pemeriksaan dalam (VT) :
-

Vulva vagina tidak ada kelainan

Porsio tebal mencucu

Dilatasi serviks ( - )

Sarung tangan lendir darah ( + )

Massa (+) terfiksir di uterus, konsistensi padat, permukaan licin

Nyeri ( - )

IV. ASSESMENT
Diagnosis sementara
Diagnosis diferensial

: Mioma uteri
: Kista ovarium

V. PLANNING
Diagnostik
Cek darah lengkap
Pemeriksaan USG

Hasil Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin
20/10/2015
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCHC
MCH
Limfosit
Granulosit

Nilai

Nilai normal

12.4
36.5
9.5
396
4.61
79.1
34.0
26.9
2.0
6,9

11.5 16.5
35 55
3,5 10,0
100 400
3,5 5,5
75 100
31 38
25 35
0,5 5,0
1,2 8,0

Limfosit%
Granulosit%

VI.

21,5
72.6

15,0 50,0
35,0 80

Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Rencana histerektomi

INSTRUKSI POST OPERASI


1. Awasi tanda vital sampai stabil
2. Infus RL 20 tpm
3. Injeksi IV ceftriaxon 1gram/12 jam selama 3 hari
4. Injeksi IV metronidazol 500mg/12 jam selama 1 hari
5. Injeksi IV ranitidin 1ampul/12 jam selama 1 hari
6. Injeksi IV ketorolac 1ampul/12 jam selama 3 hari
7. Injeksi IV ondansetron /8 jam
8. Cek Hb 6 jam post operasi

VII. FOLLOW UP
Tanggal
Follow Up
S (Subjective)
O (Objective)

A (Assessment)

21/10/2015
Post operasi hari ke I
Tidak ada keluhan
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/min
RR: 18x/min
S: 36,8C
Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang:
Eritrosit: 3,88, m/uL
Hb: 10,5 g/dL
MCV/MCH/MCHC: 80,3/27,1/33,7

Post histerektomi H-1


Anemia normositik

21/10/2015
Post operasi hari ke II
Nyeri pada luka post-op
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/min
RR: 20x/min
S: 36,6C
Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis dalam batas normal

Post histerektomi H-2

normokrom

P (Planning)

Injeksi

1gram/12 jam
Injeksi
IV

IV

ceftriaxon
ketorolac

1ampul/12 jam

Injeksi

1gram/12 jam selama 3 hari


Injeksi
IV
ketorolac

IV

1ampul/12 jam

IX. Laporan Pembedahan

Diagnosa prabedah : Mioma uteri


Tindakan Pembedahan : Histerektomi
Diagnosa Pasca Bedah : Histerektomi
Uraian:
o Pasien dalam posisi supine di atas meja operasi dalam regional
anestesi
o Asepsis dan antisepsis medan operasi, tutup dengan doek steril
o Insisi dinding abdomen pada linea mediana sampai peritoneum
terbuka
o Kenali ligamentum rotundum kanan dan kiri, klem, potong dan lalu
jahit
o Kenali tuba dan ligamentu ovarii propium, klem dan potong
o Kenali arteria uterina, klem potong dan jahit, kenali ligamentum sacro
uterina, klem, potong dan jahit.
o Uterus diangkat, tunggul serviks ditautkan
o Eksplorasi perdarahn baru : tidak ditemukan
o Alat dilepas, dihitung lengkap, dinding abdomen ditutup lapis demi

lapis
o Operasi selesai
Jaringan uterus dikirim ke Bagian Patologi.

10

ceftriaxon

BAB II
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini, Ny. D, 48 tahun diagnosis mioma uterii yang merupakan diagnosis
pasien yang ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan tindakan operatif.
2.1 Subyektif

Berdasarkan anamnesa didapatkan data pasien berusia 48 tahun, hal ini


sesuai dengan presdisposisi penderita mioma uterii dengan penderitanya
berusia antara >35 tahun.

Berdasarkan keluhan menunjukan adanya gambaran mioma uterii yaitu


keluhan menstruasi tidak berhenti sejak 1 bulan yang lalu. Darah
menstruasi yang keluar berwarna merah gelap, awalnya banyak namun
sekarang tinggal flek-flek sedikit. keluhan tersebut menandakan adanya
gangguan siklus mentruasi. Pasien tidak mengeluh perut membesar atau
nyeri pada perut.

Keluhan tambahan dari pasien yaitu nyeri tidak dirasakan pada daerah
perut bagian bawah. Nyeri bukan merupakan gejala yang khas tetapi dapat

11

timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
dengan nekrosis setempat dan peradangan.
2.2 Obyektif

Pada tanggal 20 Oktober 2015 pasien tampak sakit sedang dan status
generalis pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan USG
dilakukan dan didapatkan hasil uterus membesar. Pemeriksaan
tersebut mengindikasikan bahwa memang terdapat massa (di uterus).

Operatif

Pada operasi terlihat massa dengan konsistensi keras yang berasal dari
uterus.

Tidak dijumpai tanda-tanda malignancy ditunjukan dengan tidak


adanya pembesaran kelenjar kelenjar.

Belum dilakukan pemeriksaan patologi anatomi sehingga tidak didapat


diagnosis pasti.

2.3 Assessment
Pengambilan diagnosa didasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, serta tindakan operatif. Dari anamnesa didapatkan
bahwa pasien merasakan keluhan menstruasi tidak berhenti sejak 1 bulan yang
lalu. Darah menstruasi yang keluar berwarna merah gelap, awalnya banyak
namun sekarang tinggal flek-flek sedikit. Pasien juga mengeluh lemas sejak 3
hari yang lalu, tanpa disertai pandangan gelap dan pingsan. Pasien tidak
mengeluh perut membesar atau nyeri pada perut, demam disangkal. Dan
pemeriksaan USG didapatkan pembesaran uterus suspect mioma uteri.
Diagnosis terakhir yang diambil untuk pasien ini adalah mioma uteri. Pasien
direncanakan untuk dilakukan histerektomi total pada tanggal 20 Oktober
2015.
2.4 Planning
Rawat Inap
Rawat inap berguna untuk pengawasan pasien preoperatif. Pasien diberikan :
Ringer Laktat 20 tpm.
Operatif

12

Histerektomi

BAB III
MIOMA UTERI

3.1 Definisi
Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Mioma uteri disebut juga dengan istilah fibromioma,
leiomioma, atau fibroid.
3.2 Epidemiologi
Insiden mioma uteri berkisar 20 25% dari seluruh wanita. Dari seluruh pasien
ginekologik yang dirawat di rumah sakit, 27% didiagnosis mioma uteri. Mioma
paling banyak ditemukan pada usia 35 40 tahun dan jarang ditemukan pada
wanita berumur 20 tahun. Setelah menopause, banyak mioma menjadi lisut dan
hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma lebih sering terjadi
pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor genetik juga berpengaruh.
Biasanya terdapat 5 20 sarang mioma dalam satu uterus. Pertumbuhan mioma
dapat mencapai berat lebih dari 5 kg.
3.3 Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus (1 3%) dan korpus
uterus (97 99%). Menurut letaknya, mioma dapat dibagi menjadi :
Mioma submukosa : terletak di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma jenis ini dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui serviks (myomgeburt).
Mioma intramural : terletak di dinding uterus di antara serabut miometrium.
Mioma subserosum : mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Dapat tumbuh di antara kedua
13

lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum


juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain (ligamentum atau omentum)
lalu membebaskan diri dari uterus atau disebut juga wandering/parasitic
fibroid. Hanya sekitar 0,4% mioma uteri tumbuh di serviks. Mioma uteri juga
dapat ditemukan (tetapi jarang) di ovarium, tuba fallopii, vagina, dan vulva.

Klasifikasi mioma uteri

Apabila mioma dibuka maka akan tampak susunannya terdiri dari berkas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau pusaran air (whorl like
pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Dibanding
jaringan miometrium normal, mioma mendapat lebih sedikit suplai darah,
sehingga rentan akan hipoperfusi dan iskemik.

14

Leiomioma/mioma uteri, seperti pusaran air

Penampakan mioma uteri secara mikroskopik. Sel sel otot polos tampak lebih padat
dibanding jaringan miometrium normal

3.4 Faktor Resiko

Usia menarce yang muda/awal


IMT tinggi/obesitas
Riwayat mioma di keluarga
Ras Afrika Amerika
Penderita PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome)
Resiko menurun pada wanita yang telah menopause, paritas tinggi, yang
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi, dan perokok.

3.5 Gejala dan Tanda


Tumor ini tidak mengganggu dan sering tidak menimbulkan gejala sehingga
seringkali ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik. Gejala yang
timbul tergantung lokasi sarang mioma berada (serviks, intramural, submukosa,
subserosa), besarnya mioma, perubahan, dan komplikasi yang terjadi.
Perdarahan abnormal

15

Gangguan perdarahan yang umumnya terjadi adalah menoragia, dan


metroragia. Penyebab dari perdarahan ini antara lain :
Mioma menekan vena vena yang berdekatan sehingga vena menjadi
berdilatasi. Saat menstruasi (pelepasan lapisan endometrium), darah yang

keluar akan menjadi lebih banyak.


Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.


Rasa nyeri
Bukan merupakan gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan nekrosis setempat dan
peradangan.
Gejala penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri dan pada uretra akan menyebabkan
retensi

urin.

Penekanan

pada

ureter

menyebabkan

hidroureter

dan

hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada


pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
3.6 Perubahan Sekunder pada Mioma
Atrofi : mioma uteri menjadi kecil setelah menopause dan sesudah kehamilan.
Degenerasi hialin : sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
menjadi homogen dan kehilangan struktur aslinya. Degenerasi ini dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil sehingga seolah olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas. Sebagian mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan ruangan yang tidak teratur seperti
agar agar. Konsistensi yang lunak ini menyebabkan mioma menjadi sulit
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
Degenerasi membatu/calcireous degeneration : perubahan ini biasanya terjadi
pada wanita berusia lanjut karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Terjadi
pengendapan garam kapur pada sarang mioma sehingga mioma menjadi keras.

16

Degenerasi merah/carneous degeneration : biasanya terjadi pada kehamilan


dan nifas. Diperkirakan terjadi karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan, terlihat sarang mioma tampak seperti daging
mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas bila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, mioma membesar, dan nyeri pada
perabaan.
Degenerasi lemak : jarang terjadi dan merupakan kelanjutan dari degenerasi
hialin.
3.7 Dampak Mioma pada Fungsi Reproduksi
Mioma dapat mengganggu fungsi reproduksi. Infertilitas dapat terjadi bila
sarang mioma menutup atau menekan tuba dan menyebabkan oklusi. Distorsi
yang terjadi pada endometrium dapat mengganggu proses implantasi. Mioma uteri
juga berkaitan dengan inflamasi endometrium dan perubahan vaskular yang dapat
mengganggu implantasi. Subfertilitas lebih banyak terjadi pada mioma uteri
submukosum dibanding dengan mioma di lokasi lain.
Mioma submukosa juga memudahkan terjadinya abortus karena distorsi
rongga uterus. Apabila mioma menjadi penyebab infertilitas seseorang, maka hal
tersebut merupakan indikasi untuk dilakukan miomektomi. Selain menyebabkan
infertilitas dan abortus, mioma juga menghalangi kemajuan persalinan apabila
letaknya di serviks uteri. Mioma juga dapat menyebabkan inersia maupun atonia
uteri sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya
gangguan mekanik dalam fungsi miometrium yang menyebabkan plasenta sulit
lepas dari dasarnya. Mioma juga dapat mengganggu proses involusi dalam nifas.
3.8 Dampak Kehamilan pada Mioma Uteri
Tumor membesar terutama pada bulan bulan pertama karena pengaruh
estrogen yang kadarnya meningkat.
Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas yang
membutuhkan penanganan segera guna mengangkat sarang mioma.
Mioma bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindom
abdomen akut.

17

3.9 Komplikasi
Degenerasi ganas : mioma uteri yang menjadi leiomioma ditemukan 0,32
0,6% dari seluruh mioma dan merupakan 50 70% dari semua sarkoma uterus.
Kecurigaan ke arah keganasan perlu dipertimbangkan apabila mioma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
Torsi (putaran tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi
dan menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Hal
tersebut akan menimbulkan sindrom abdomen akut. Sarang mioma juga dapat
mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan terjadi karena gangguan
sirkulasi darahnya.
3.10 Diagnosis
Penderita sering mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut
bagian bawah. Pada pemeriksaan bimanual, dapat teraba tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping dan sering teraba
berbenjol benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang
berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri
menjadi luas, yang dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde. Mioma
submukosa kadang dapat teraba dengan memasukkan jari ke dalam kanalis
servikalis dan terasa benjolan pada permukaan kavum uteri.
Mioma submukosa harus dibedakan dengan inversio uteri. Mioma intramural
harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis
uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu
menegakkan dugaan klinis. Penampakan sonografi mioma uteri dapat bervariasi
dari hipo hingga hiperekoik tergantung dari rasio antara komposisi sel otot polos
dengan jaringan ikat dan ada atau tidaknya degenerasi. Kalsifikasi tampak
hiperekoik dan biasanya mengelilingi tumor dan menyebar secara acak di seluruh
massa. Degenerasi kistik akan tampak hipoekoik.
Bagi wanita infertil, histerisalpingografi (HSG) dapat digunakan sebagai
evaluasi awal untuk melihat patologi endometrium dan patensi tuba. Vaskularisasi
mioma dapat dilihat dengan menggunakan Doppler berwarna. Doppler dapat

18

digunakan untuk membedakan mioma ekstrauterin dari massa pelvik lainnya atau
mioma submukosa dari polip endometrium atau adenomiosis.
3.11 Pengobatan
Tidak semua mioma harus dibedah. 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 3 6 bulan. Saat menopause, pertumbuhan
mioma dapat terhenti atau menjadi lisut. Secara umum, mioma tumbuh lambat,
dengan rata rata 0,5 cm (diameter) per tahun dan dapat berbeda beda tiap
pasien. Bagi pasien pasien mioma uteri yang simtomatik, dapat diberikan terapi
obat.
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
Dapat diberikan kepada pasien pasien yang menderita dismenore dan
menoragia.

Pasien

mioma

yang

menderita

dismenore

memiliki

kadar

prostaglandin endometrial (F2 dan E2) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang asimtomatik. Prostaglandin juga berkaitan dengan menoragia.
Terapi Hormon
Pil kontrasepsi oral kombinasi dan progestin telah digunakan untuk
merangsang atrofi endometrium dan menurunkan sekresi prostaglandin pada
wanita dengan mioma.
Androgen
Danazol dan gestrinone telah terbukti dapat membuat volume mioma
menyusut dan memperbaiki gejala perdarahan. Akan tetapi, efek samping
androgen yaitu jerawat dan hirsutisme perlu diperhatikan.
GnRH Agonis
Mioma uteri dapat diobati dengan GnRH agonis (GnRHa). Hal tersebut
didasarkan atas teori bahwa sel sel otot yang menyusun mioma dipengaruhi oleh
estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan
mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi mioma. GnRHa tersedia
dalam preparat intramuskular, subkutan, dan intranasal. Leuprolide acetate
(Lupron Depot) telah diterima FDA untuk terapi mioma uteri dan tersedia untuk

19

pemberian intramuskular dengan dosis 3,75 mg (per bulan) dan 11,25 mg (per tiga
bulan). Preparat lainnya yang tersedia yaitu Goserelin (Zoladex) yang diberikan
3,6 mg (per bulan) atau 10,8 mg (per tiga bulan); Triptorelin (Trelstar) yang
diberikan dalam bentuk injeksi IM 3,75 mg (per bulan); dan Nafarelin (Synarel)
yang diberikan per nasal (spray regimen) 200 mg dua kali sehari.
Embolisasi Arteri Uterina
Cara ini dilakukan dengan cara memasukkan mikrosfer polyvinyl alcohol
(PVA) dengan menggunakan kateter ke arteri uterina. PVA akan menyebabkan
obstruksi aliran darah mioma sehingga menyebabkan iskemia dan nekrosis.

Pengobatan Operatif
Dapat dilakukan miomektomi, yaitu pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum mudah dilaksanakan bila bertangkai.
Kemungkinan terjadinya kehamilan setelah miomektomi adalah 30 50 %. Selain
miomektomi, dapat juga dilakukan histerektomi, yaitu pengangkatan uterus secara
keseluruhan. Histerektomi dapat dilakukan per abdominam ataupun per vaginam.
Histerektomi per vaginam hanya dapat dilakukan bila uterus lebih kecil dari telur
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan
20

dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma servisis uteri. Rekurensi mioma


setelah operasi lebih tinggi pada prosedur miomektomi dibandingkan dengan
histerektomi. Kejadian rekurensi mioma setelah miomektomi berkisar 40 50%.

21

BAB IV
AFTER CARE PATIENT
4.1
Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
III.1.1 Fungsi Biologik
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 48 tahun. Pasien post
histerektomi ec mioma uteri, tidak memiliki gangguan pada fungsi
biologiknya.
4.1.2 Fungsi Psikologik
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 48 tahun. Pasien post
histerektomi ec mioma uteri, tidak memiliki gangguan pada fungsi
psikologiknya. Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya baik.
4.1.4 Fungsi Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga pasien
berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai karyawan swasta. Kondisi
ekonomi pasien termasuk golongan menengah.
4.1.5 Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah

Menengah Pertama,

sedangkan pendidikan terakhir suami pasien adalah Sekolah Menengah


4.1.6

Atas.
Fungsi Religius
Pasien dan keluarganya adalah

seorang muslim, dan

menjalankan

ibadah sesuai dengan agamanya.


4.1.7 Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga
negara yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan
masyarakat sekitarnya.
4.1.8 Pola Konsumsi Makanan Pasien
Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam
mencukupi kebutuhan gizi dirinya sehari-hari.
4.2 Rencana Pembinaan Keluarga
4.2.1 Terhadap Pasien
a. Edukasi pasien tentang pemberian mioma uteri, histerektomi
(pengangkatan rahim) dan perawatan jahitan pasca operasi.
b. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana untuk
melihat perkembangan kesembuhan pasien.
22

4.2.2

Terhadap Keluarga
a. Memberikan motivasi dan edukasi mengenai mioma uteri,
histerektomi (pengangkatan rahim) dan perawatan jahitan pasca
operasi sehingga seluruh keluarga dapat mengerti sepenuhnya dan
dapat saling mengingatkan.

4.3.
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien
4.3.1 Faktor Perilaku
Pasien sudah cukup memahami mengenai perawatan jahitan pasca
operasi. Setelah pulang, pasien luka jahitan pasien tidak bernanah,
tidak berbau, tidak terbuka, serta luka jahitan pasien sudah kering
sempurna. Pasien meminum obat yang diberikan oleh dokter, sesuai
dengan waktunya. Pasien juga rajin kontrol sesuai saran dokter, untuk
mendapatkan obat dan kontrol keadaan pasien pasca operasi.
4.3.2 Faktor Non-Perilaku
Sarana kesehatan cukup mudah dijangkau oleh pasien. Akses
transportasi untuk mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah.

DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetrics & Gynecologists. 2012. FAQ: Abnormal
Uterine Bleeding.
Anonim. Histerektomi. Repository: USU. Diambil dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41564/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada 5 Oktober 2014
Decherney, Alan H. et al, 2007. Current Diagnosis & Treatment:
Obstetrics & Gynecology. 10th ed. USA: Mc-Graw Hill.
Duhan, Nirmala. Current and Emerging Treatment for Uterine Myoma-an
update. 2011.

23

Hoffman, B. et al, 2012. Williams Gynecology. 2nd ed. Dallas: Mc-Graw


Hill.
Human Reproduction Vol. 17 No. 22 pp 253-259, 2002
Kumala dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Ed. 25. 1998. Jakarta: EGC.
Livingstone, Mark. Fraser, Ian S. Mechanism of Abnormal Uterine
Bleeding. Human Reproduction Update. Vol 8 No 1 pp 60-67, 2002.
Lumsden, Mary Ann. Embolization vs Myomectomy vs Hysterectomy.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

24

You might also like