You are on page 1of 30

BAB I

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. NA

Usia

: 2 tahun

Alamat

: Jl. Rambutan B.kapur

Agama

: Islam

Masuk RS

: Selasa, 09 Februari 2016 pukul 09.35 WIB

Berat badan

: 10 kg

ANAMNESIS
Pasien rujukan dari Puskesmas batu kapur dengan keluhan luka robek dikaki kanan terkena
jari-jari motor sejak 2 jam SMRS.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran composmentis
Primary survey
A : Bebas, patent
B : Spontan, frekuensi nafas 24x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2, frekuensi nadi 84x/menit, suhu afebris (36,50C)
D : GCS 15, E4M6V5
Secondary survey
Alergi terhadap suatu makanan atau obat disangkal
Makan terakhir pukul 08:00 wib, makan nasi, minum terakhir 09:00 wib
Sekitar pukul 08.30 wib pasien terkena jari-jari motor, tampak luka robek pada
digiti 1,2,3,4,&5 pedis dekstra. Pasien dibawa kepuskesmas batu kapur.
Pukul 09.35 pasien dibawa ke RSUD Kota Dumai.
Hilang kesadaran setelah kejadian disangkal, muntah disangkal, terdapat rembesan
darah dari luka robek di regio pedis dekstra.
Pemeriksaan Fisik
Kepala

: normocephal

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

Mata

: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher

: pembesaran KGB (-)

THT

: Dalam batas normal

Dada

: simetris baik dalam keadaan diam dan pergerakan

Jantung

: BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru

: vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: datar, supel, NT (-), tidak teraba massa, BU (+) normal, hepar dan lien
tidak teraba

Ekstremitas

: superior DBN
Inferior sinistra DBN, dekstra status lokalis

Status Lokalis
Regio pedis dekstra
Inspeksi

:Tampak traumatik amputatum digiti 1,2,3,4, dan 5 pedis dekstra

Palpasi

: Nyeri tekan (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
09 Februari 2016 (13:29 WIB)
DARAH RUTIN
Gol.darah

:O

Hemoglobin

: 10,8 g/dL

Hematokrit

: 29 %

Leukosit

: 10.600/L

Trombosit

: 264.000/L

MCV

: 75 fl

MCH

: 28 pg

MCHC

: 36 %

Eosinofil

: 1%

Basofil

: 0%

Netrofil batang

: 0%

Netrofil segmen

: 76%

Limfosit

: 18%

Monosit

: 5%

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

HEMOSTASIS
Waktu perdarahan : 4
Waktu pembekuan : 3
KIMIA DARAH
Ureum

: 15 mg/dL

Creatinin

: 0,7 mg/dL

SGOT

: 38 U/L

SGPT

: 12 U/L

09 Februari 2016 (20:00 WIB)


DARAH RUTIN
Hemoglobin

: 10,4 g/dL

Hematokrit

: 27 %

Leukosit

: 10.300/L

Trombosit

: 291.000/L

Eosinofil

: 1%

Basofil

: 0%

Netrofil batang

: 0%

Netrofil segmen

: 78%

Limfosit

: 18%

Monosit

: 3%

DIAGNOSIS KERJA
Traumtik amputatum digiti I, II, III, IV dan V pedis dekstra
TATALAKSANA
IVFD RL 10 tpm
Ceftriaxon 500 mg /12 jam / IV
Dexametason amp IV
Ketorolac 1/2 amp (15 mg) IV
Diet puasa
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

Operasi cito
PROGNOSIS
Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Functionam

: Bonam

Quo ad Sanactionam : Bonam

Follow Up
Tanggal
Keluhan

Pemeriksaan

Follow up
Hasil laboratorium

Hari

Nyeri bekas

fisik
Nadi : 84

Hemoglobin: 10,4 g/dL Pro

rawat

operasi (+), ROM

x/menit

Hematokrit: 27 %

operasi

ke-1

terbatas (+),

Suhu : 37,2o C

Leukosit: 10.300/L

traumatic

Selasa

kontraktur (+)

Pernapasan:
20 x/menit

Trombosit: 291.000/L amputatu


m digiti
Eosinofil: 1%

BB : 10 kg

Basofil: 0%

I,II,III,IV,

Tampak luka

Netrofil batang: 0%

dan V

bekas operasi

Netrofil segmen: 78%

pedis

pada region

Limfosit: 18%

dekstra

femur dan

Monosit: 3%

09/02/16

Diagnosis

Terapi
- Puasa 6 jam
- IVFD NaCl 15gtt/i
- Sulbacef 500 mg
amp/hari
- Rimopain 30 mg
1/3 amp/8 jam
- Plasminec 250 mg
amp/8 jam

pedis tertutup
perban,
rembesan
darah dan pus
(-), nyeri (+)
N : 90 x/

Hari

Nyeri bekas

rawat

operasi (+), ROM

ke-2

terbatas (+),

Rabu

kontraktur (+)

10/02/16

Post op

- WT dengan

menit

traumatic

menggunakan

RR : 20 x/

amputatu

sufratul

menit

m digiti

T : 37,1o C

I,II,III,IV,

dan V

Tampak luka

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

- Sanmol syrup
2x1cth

bekas operasi

pedis

pada region

dekstra

femur dan
pedis tertutup
perban,
rembesan
darah dan pus
Hari

Nyeri bekas

(-), nyeri (+)


N : 100

rawat

operasi (+)

x/menit

ke-3

berkurang,

RR : 20

Kamis

kontraktur (+)

11/02/16

x/menit
T : 37,3o C
Tampak luka
bekas operasi
pada region
femur dan
pedis tertutup

Hemoglobin: 8,7 gr/dl

Post op

Lekosit

traumatic

- Transfusi WBC
125cc

9.500/mm3

amputatu

Hematokrit: 28 %

m digiti

dengan

Trombosit:

I,II,III,IV,

menggunakan

276.000/mm3

dan V

sufratul

Diff count: E/B/Net

pedis

stab/Net seg/L/M

dekstra

1/0/

31

- WT luka dipaha

- Infus NaCl 10 gtt/i

59/9

perban,
rembesan
darah dan pus
(-), nyeri (+)
Hari

Nyeri bekas

N: 88x/menit

Hemoglobin: 13,1 gr/dl Post op

rawat

operasi (+)

RR: 20x/menit

Lekosit

ke-4

berkurang,

T : 36,3o C

10.500/mm3

amputatu

Jumat

kontraktur (+)

Hematokrit: 40 %

m digiti

dengan

Trombosit:

I,II,III,IV,

menggunakan

224.000/mm3

dan V

sufratul

Diff count: E/B/Net

pedis

stab/Net seg/L/M

dekstra

12/02/16

Tampak luka
bekas operasi
pada region
femur dan
pedis tertutup
perban,
rembesan

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

1/0/

64/10

25

traumatic

- Transfusi WBC
125cc
- WT luka dipaha

- Infus NaCl 10 gtt/i

darah dan pus


(-), nyeri (+)

Hari

Nyeri bekas

N: 80x/menit

rawat

operasi (-),

RR: 20x/menit

traumatic

dengan

ke-5

kontraktur (+)

T : 36,5o C

amputatu

menggunakan

m digiti

sufratul

Sabtu

Tampak luka

13/02/16

Post op

I,II,III,IV,

bekas operasi

- WT luka dipaha

- Infus NaCl 10 gtt/i

dan V

pada region

pedis

femur dan

dekstra

pedis tertutup
perban,
rembesan
darah dan pus
(-), nyeri (-),
Hari

Nyeri bekas

luka kering
N: 88x/menit

rawat

operasi (-),

RR: 20x/menit

traumatic

dengan

ke-7

kontraktur (+)

T : 36,5o C

amputatu

menggunakan

m digiti

sufratul

Senin
15/02/16

Tampak luka
bekas operasi
pada region
femur dan
pedis tertutup
perban,
rembesan
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

Post op

- WT luka dipaha

I,II,III,IV,

- Ganti verban

dan V

- kontrol ulang

pedis

Di Izinkan pulang

dekstra

oleh dokter

darah dan pus


(-), nyeri (-),
luka kering

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Skin Graft
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan
pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal
(donor) tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk
menutupi suatu defek. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti
luka yang luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan
penyembuhan seperti ulkus diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi
untuk mencegah kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah perluasan
lebih lanjut dari luka tersebut.1
2.2 ANATOMI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial
dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu.
Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas
kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara
satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis
kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi,
ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi
vitamin D serta untuk ekspresi emosi.1,2

Gambar 1. Anatomi kulit


Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis serta lapisan subkutis.1,2
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel squamos
yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki pembuluh
darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis, menuju ke
membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis.1,2
Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar,
terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk)1,2
Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak
jelas pada telapak tangan dan kaki.1,2
Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang kasar
yang terdiri atas keratohialin.1,2

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas
dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.1,2
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan
elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut ssebagai
adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis.1,2
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak.1,2
2.3 PEMBAGIAN SKIN GRAFT
1. Autograft
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama). Hal
ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien
memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.2,3
2. Allograft
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh
yang lain).2,3
3. Xenograft
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).2,3
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi
atas :2,3
1. Split Thickness Skin Graft (STSG)
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis. Terbagi
atas tiga yaitu:2,3
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm,
terdiri dari epidermis dan bagian lapisan dermis.

b. Intermedict (medium) Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit


0,012-0,018 mm, terdiri dari epidermis dan bagian dermis.
c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm,
terdiri dari epidermis dan bagian dermis.
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.2,3
1.

SPLIT THICKNESS SKIN GRAFT (STSG)


STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang
permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu
tindakan yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital
tubuh.4,5,6
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG
digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika
ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan
lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh
serta menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk mengurangi
tubuh kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu tidak
digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah
atau leher.4,5,6
A. Keuntungan dari STSG yaitu :4,5,6
Kemungkinan take lebih besar
Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi
B. Kerugian dari STSG yaitu :4,5,6
Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
Permukaan kulit mengkilat

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

11

Secara estetik kurang baik


C. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :4,5,6
Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama
Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan
kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
D. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :4,5,6
Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
Kurang menyamai tekstur kulit asli
E. Keuntungan Thick STSG yaitu :4,5,6
Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
Lebih menyamai seperti kulit normal
F. Kerugian dati Thick STSG yaitu :4,5,6
Vaskularisasi lebih sedikit
Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai
delapan belas hari
Untuk

mengambil

STSG

dari

tempat

donor

dilakukan

dengan

menggunakan:4,5,6
Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara
2.

FULL THICKNESS SKIN GRAFT (FTSG)


FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki
kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi
lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi jumlah dan
ukuran donor sangat terbatas. Daerah donor FTSG meliputi kepala dan leher,
retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau
paha.4,7
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya
tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi

premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi yang


sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata, kantus
medial, konka dan jari.4,7
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :4,8
Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :4,8
Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga
tidak dapat ditutup primer
Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek
yang ada dari kasa kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian
dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin 1:200.000.
Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam epidermis. Dilakukan
pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam keadaan tegang.
Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut
terangkat.4,8
2.4 TEKNIK DAN ALAT-ALAT SKIN GRAFT
A. Split Thickness Skin graft6
Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur
dengan tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan
size defek supaya donor STSG juga diminimalisirkan.
Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat,
atau aspek medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG
donor haruslah permukaan yang rata.

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

13

Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa
epinefrin dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan
Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom,
powered dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau
humby.
Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan
NaCl
Dimulai dengan melukis sterile tongue depressor diarea donor
didepan surgeon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat
pemotong kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.
Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap
pada permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus
dalam arah taking off/ landing pesawat.
Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl
yang steril.
Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan
hati-hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded
dressing, staples atau beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat
dibantu dengan membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh
graft). Area donor ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7
hari untuk mencegah infeksi. Kulit yang di graft ditekan mengikuti
ratio yang butuhkan.
Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya
tarik dan menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples
keduanya bisa di aff setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu,

transplantasi dan harvest bisa ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisa
bergranulasi terutama untuk transplantasi pada jaringan yang avaskuler.
Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat
seperti kulit normal disekitarnya.

Gambar 2. Split Thickness Skin graft


B. Full Thickness Skin Graft6
Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari lesi
malignant dan premalignant yang mempunyai warna, tekstur dan kualiti
sebasea yang mirip dengan area defek.
Lokasi yang sering jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial,
preauricular,

post

auricular,

concha,

supra

clavicula,

axillaris,

antecubital, dan lipatan inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah
kulit yang berlebih dibuang pada rencana rekonstruksi .
Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura tali pusse disekitar
area defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

15

reparasi defek. Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze


telfa yang ditransfer ke lokasi donor.
Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan
ketebalan tepat diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal
junction.
Dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat dengan
gunting.
Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi
luka dan sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur
hemostatis sempurna.
Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah
jahitan kasur diatas skin graft.
Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada
skin graft.
Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie
over.
Setelah dibalut, dipasang perban elastic.

Gambar 3. Full Thickness Skin Graft

C. Alat-alat Skin Graft6

Alternating current (AC)

Weck Knives

Operated Padgett dermatome

Graft-meshing machine

Davol dermatome

Gambar 4. Alat-alat Skin Graft


2.5 INDIKASI SKIN GRAFT9
Indikasi skin graft
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

17

4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss


5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat
ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit
yang hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.
2.6 PENEMPELAN SKIN GRAFT
Teknik penempelan skin graft pada STSG dan FTSG adalah sama. Sebelum
penempelan graft pada daerah resipien haus dilakukan hemostasis dengan baik
sehingga dipermukaan resipien bersih, tidak ada pendarahan atau bekuan
darah. Kemudian dilakukan penjahitan interrupted disekeliling graft. Jahitan
dimulai dari graft ketepi luka resipien.6
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan selanjutnya
kasa kering steril. Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk jalan keluar
darah yang ada. Kemudian dilakukan irigasi untuk membuang sisa bekuan
darah dibawah graft dengan spoit berisi NaCl 0,9%. Untuk membantu
keberhasilan tindakan, dilakukan balut tekan dengan menggunakan verbal
elastic. Pada daerah yang tidak memungkinkan dipasang verban elastic seperti
muka atau leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu dilakukan tie over yaitu
saat penjahitan skin graft beberapa simpul disisakan panjang untuk fiksasi.6
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu
diperhatikan yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan
selama 2-3 minggu. Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu
penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG memerlukan periode
kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan
perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu.6

Gambar 5. Pengambilan kulit untuk Skin Graft

Gambar 6. Pengambilan kulit dengan dermatom

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

19

Gambar 7. Arm Graft


2.7 FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS
Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :6
1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui
penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga
STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena
cairan plasma yang diserap lebih efektif.6
2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu,
dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses
revaskularisasi skin graft sebagai berikut:6
a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah
resipen (autoinokulasi)
b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran endothelial
graft.
c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.
2.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT
Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya :6
Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir

Merokok
Penderita penyakit kronis
Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot

Gambar 8. Skin Graft pada usia lanjut


2.9 FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN SKIN GRAFT6
Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil
ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga
untuk memperluas kulit.6
Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser
dan revaskularisasi tidak terjadi.6
Infeksi
Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :6
- Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
- Skin graft terbalik
- Skin graft terlalu tebal
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi
maka umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft
dapat berhasil.6

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

21

2.10 FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN SKIN GRAFT


Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan
take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :6
1. Vaskularisasi yang adekuat
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah
resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada
daerah

resipien

yang

kaya

akan

pembuluh

darah

mempunyai

kemungkinan untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah
resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic,
inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru
ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti
jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu.6
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang
baik antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus
diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya
kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft
dengan resipiennya.6
Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang
baik

yaitu

dengan

penjahitan

interuptus

dipinggir

kemudian

dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk


menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan
yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan
merusak graft itu sendiri.6
Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien

Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari


resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang
take dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft.
Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan
berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi
dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang
mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau
pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan
skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera di
evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma,
hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan
pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut dilakukan tiap
hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada lagi di
bawah skin graft.6
Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami
terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi
pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,
imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.6
3. Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi
luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka
dan mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 /
gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang
dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan
akan selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap
sebagai faktor infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

23

yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin
graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi bilai disertai rasa
nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi
pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat
terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan
infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik
yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak graft.6

Gambar 9

2.11 PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN


a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan
dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan
dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang
fiksasi/jahitan dicabut.3,6
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana
skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit
ditempat baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari.
Disarankan pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap
memakai pembalut elastic sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan.3,6
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila
terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take
dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan
balutan dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau
tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

25

dengan

melakukan

insisi

seroma/hematoma/bekuan

kecil
darah

pada
tersebut

skin

graft

tepat

selanjutnya

diatas

dilakukan

pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari


sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft.
Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam
pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft
tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama
pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau
kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca
bedah.3,6
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah
proses epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau
epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi
untuk thin split thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness
skin graft 10 14 hari sedangkan thick split thickness skin graft
memerlukan 14 atau lebih. Perawatan split thickness skin graft secara
umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali
bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor
biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hatihati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat.
Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas spontan. Bagian yang
masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah terjadi
epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa
nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah
lama.3,6

Gambar 10
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka
jahitan biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat
diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah
control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft
yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split
thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka split thickness
graft.3,6
2.12 KOMPLIKASI1,2
Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :
Perdarahan
Infeksi
Hematoma atau seroma
Kontraktur
Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

27

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pasien dengan riwayat luka robek pada ekstremitas bawah kanan,
dialami sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit yang disebabkan karena terjepit
jari-jari motor. Pasien mengeluh adanya nyeri dan rembesan darah pada daerah
tempat luka robek tersebut. Pasien rujukan dari puskesmas batu kapur.
Kemudian dari pemeriksaan fisik yang bermakna, pasien tampak sakit
sedang, compos mentis. Nadi 84 x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36.5C
(axilla). Dari pemeriksaan tempat luka, Pada daerah Extremitas bawah kanan,
tampak luka robek, terasa nyeri.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, terdapat jumlah Hb (hemoglobin)
yaitu 10,8 gr/dl yang dalam keadaan normal berjumlah 12-15 gr/dl. Penurunan
jumlah hemoglobin ini bisa terjadi kemungkinan karena perdarahan yang terjadi
pada luka robek tersebut.
Resusitasi cairan dalam rangka mengatasi resiko terjadinya syok harus
dilakukan sejak dari awal masuk rumah sakit dengan pemberian cairan berupa
cairan kristaloid ataupun koloid seperti ringer laktat atau dekstran.
Kemudian pada pasien dilakukan tindakan pembedahan agar tidak terjadi
infeksi. Pembedahan yang dilakukan pada pasien ini rekontruksi luka,
debridement luka dan skin graft pada kulit paha kanan. Tindakan skin graft pada
pasien disini berfungsi untuk menutup kekurangan kulit
Setelah itu dilakukan perawatan luka. Luka robek dibersihkan dengan air
hangat yang mengalir. Hal ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan suhu di
daerah cedera, sehingga dapat menghentikan proses kombusio pada jaringan.
Untuk menutup luka, digunakan kasa lembab steril menggunakan cairan NaCl
untuk mencegah penguapan. Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam. Bulla yang
luas dengan akumulasi transudat, akan menyebabkan penarikan cairan ke dalam
bula sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
Diberikan antibiotik karena luka bakar yang tidak steril diakibatkan oleh
kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada

luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.
Selain pemberian antibiotik, pasien juga diberikan analgetik golongan NSAID
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini sudah
didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam pada
pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka,
penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan
yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini
adalah bonam karena faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka
rekurensi.

KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Winn, Henry j. et all. 2009. Acute destruction by humoral antybody of rat skin
grafted to mice. The Journal of Experimental Medicine.
2. Lei luo, Ph.D., Chengwen Li, Ph.D., Wenqiao Wu, M.D. 2012. Functional
analysis of alloreactive memory CD4+ T cells derived from skin
transplantation recipient and nalve CD4+ T cells derived from untreated mice.
Journal of Surgical Research.
3. Anbar RA, Gomes K, De Almeida, et al. (2010). Scalp reconstruction
procedures. Brazilian Journal of Plastic Surgery.
4. Wax, Mark K. Medscape. April 17,

2013.

Available

from:

http://www.emedicine.medscape.com/article/876290-overview.
5. Krucik, George. Healthline. Juli 23, 2012. Available

from:

http://www.healthline.com/health/skin-graft.
6. Kryger, Zol B, and Mark Sisco. Practical Plastic Surgery. Landes Bioscience,
2007.
7. Henry, Michael M., and Jeremy N. Thompson. Clinical Surgery 2nd Edition.
Philadelpia: Elsevier, 2007.
8. Khosh, Maurice M. Medscape.

Juni

6,

2012.

Available

from:

http://www.emedicinemedscape.com/article/976379-overview.
9. Grade, Donald J. Medscape. Juni 18, 2013. Available

from:

http://www.emedicinemedscape.com/article/1129479-overview.

You might also like