Professional Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. NA
Usia
: 2 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Masuk RS
Berat badan
: 10 kg
ANAMNESIS
Pasien rujukan dari Puskesmas batu kapur dengan keluhan luka robek dikaki kanan terkena
jari-jari motor sejak 2 jam SMRS.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran composmentis
Primary survey
A : Bebas, patent
B : Spontan, frekuensi nafas 24x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2, frekuensi nadi 84x/menit, suhu afebris (36,50C)
D : GCS 15, E4M6V5
Secondary survey
Alergi terhadap suatu makanan atau obat disangkal
Makan terakhir pukul 08:00 wib, makan nasi, minum terakhir 09:00 wib
Sekitar pukul 08.30 wib pasien terkena jari-jari motor, tampak luka robek pada
digiti 1,2,3,4,&5 pedis dekstra. Pasien dibawa kepuskesmas batu kapur.
Pukul 09.35 pasien dibawa ke RSUD Kota Dumai.
Hilang kesadaran setelah kejadian disangkal, muntah disangkal, terdapat rembesan
darah dari luka robek di regio pedis dekstra.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: normocephal
Mata
Leher
THT
Dada
Jantung
Paru
Abdomen
: datar, supel, NT (-), tidak teraba massa, BU (+) normal, hepar dan lien
tidak teraba
Ekstremitas
: superior DBN
Inferior sinistra DBN, dekstra status lokalis
Status Lokalis
Regio pedis dekstra
Inspeksi
Palpasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
09 Februari 2016 (13:29 WIB)
DARAH RUTIN
Gol.darah
:O
Hemoglobin
: 10,8 g/dL
Hematokrit
: 29 %
Leukosit
: 10.600/L
Trombosit
: 264.000/L
MCV
: 75 fl
MCH
: 28 pg
MCHC
: 36 %
Eosinofil
: 1%
Basofil
: 0%
Netrofil batang
: 0%
Netrofil segmen
: 76%
Limfosit
: 18%
Monosit
: 5%
HEMOSTASIS
Waktu perdarahan : 4
Waktu pembekuan : 3
KIMIA DARAH
Ureum
: 15 mg/dL
Creatinin
: 0,7 mg/dL
SGOT
: 38 U/L
SGPT
: 12 U/L
: 10,4 g/dL
Hematokrit
: 27 %
Leukosit
: 10.300/L
Trombosit
: 291.000/L
Eosinofil
: 1%
Basofil
: 0%
Netrofil batang
: 0%
Netrofil segmen
: 78%
Limfosit
: 18%
Monosit
: 3%
DIAGNOSIS KERJA
Traumtik amputatum digiti I, II, III, IV dan V pedis dekstra
TATALAKSANA
IVFD RL 10 tpm
Ceftriaxon 500 mg /12 jam / IV
Dexametason amp IV
Ketorolac 1/2 amp (15 mg) IV
Diet puasa
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai
Operasi cito
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Functionam
: Bonam
Follow Up
Tanggal
Keluhan
Pemeriksaan
Follow up
Hasil laboratorium
Hari
Nyeri bekas
fisik
Nadi : 84
rawat
x/menit
Hematokrit: 27 %
operasi
ke-1
terbatas (+),
Suhu : 37,2o C
Leukosit: 10.300/L
traumatic
Selasa
kontraktur (+)
Pernapasan:
20 x/menit
BB : 10 kg
Basofil: 0%
I,II,III,IV,
Tampak luka
Netrofil batang: 0%
dan V
bekas operasi
pedis
pada region
Limfosit: 18%
dekstra
femur dan
Monosit: 3%
09/02/16
Diagnosis
Terapi
- Puasa 6 jam
- IVFD NaCl 15gtt/i
- Sulbacef 500 mg
amp/hari
- Rimopain 30 mg
1/3 amp/8 jam
- Plasminec 250 mg
amp/8 jam
pedis tertutup
perban,
rembesan
darah dan pus
(-), nyeri (+)
N : 90 x/
Hari
Nyeri bekas
rawat
ke-2
terbatas (+),
Rabu
kontraktur (+)
10/02/16
Post op
- WT dengan
menit
traumatic
menggunakan
RR : 20 x/
amputatu
sufratul
menit
m digiti
T : 37,1o C
I,II,III,IV,
dan V
Tampak luka
- Sanmol syrup
2x1cth
bekas operasi
pedis
pada region
dekstra
femur dan
pedis tertutup
perban,
rembesan
darah dan pus
Hari
Nyeri bekas
rawat
operasi (+)
x/menit
ke-3
berkurang,
RR : 20
Kamis
kontraktur (+)
11/02/16
x/menit
T : 37,3o C
Tampak luka
bekas operasi
pada region
femur dan
pedis tertutup
Post op
Lekosit
traumatic
- Transfusi WBC
125cc
9.500/mm3
amputatu
Hematokrit: 28 %
m digiti
dengan
Trombosit:
I,II,III,IV,
menggunakan
276.000/mm3
dan V
sufratul
pedis
stab/Net seg/L/M
dekstra
1/0/
31
- WT luka dipaha
59/9
perban,
rembesan
darah dan pus
(-), nyeri (+)
Hari
Nyeri bekas
N: 88x/menit
rawat
operasi (+)
RR: 20x/menit
Lekosit
ke-4
berkurang,
T : 36,3o C
10.500/mm3
amputatu
Jumat
kontraktur (+)
Hematokrit: 40 %
m digiti
dengan
Trombosit:
I,II,III,IV,
menggunakan
224.000/mm3
dan V
sufratul
pedis
stab/Net seg/L/M
dekstra
12/02/16
Tampak luka
bekas operasi
pada region
femur dan
pedis tertutup
perban,
rembesan
1/0/
64/10
25
traumatic
- Transfusi WBC
125cc
- WT luka dipaha
Hari
Nyeri bekas
N: 80x/menit
rawat
operasi (-),
RR: 20x/menit
traumatic
dengan
ke-5
kontraktur (+)
T : 36,5o C
amputatu
menggunakan
m digiti
sufratul
Sabtu
Tampak luka
13/02/16
Post op
I,II,III,IV,
bekas operasi
- WT luka dipaha
dan V
pada region
pedis
femur dan
dekstra
pedis tertutup
perban,
rembesan
darah dan pus
(-), nyeri (-),
Hari
Nyeri bekas
luka kering
N: 88x/menit
rawat
operasi (-),
RR: 20x/menit
traumatic
dengan
ke-7
kontraktur (+)
T : 36,5o C
amputatu
menggunakan
m digiti
sufratul
Senin
15/02/16
Tampak luka
bekas operasi
pada region
femur dan
pedis tertutup
perban,
rembesan
KKS Ilmu Bedah RSUD Dumai
Post op
- WT luka dipaha
I,II,III,IV,
- Ganti verban
dan V
- kontrol ulang
pedis
Di Izinkan pulang
dekstra
oleh dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Skin Graft
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan
pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal
(donor) tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk
menutupi suatu defek. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti
luka yang luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan
penyembuhan seperti ulkus diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi
untuk mencegah kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah perluasan
lebih lanjut dari luka tersebut.1
2.2 ANATOMI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial
dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu.
Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas
kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara
satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis
kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi,
ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi
vitamin D serta untuk ekspresi emosi.1,2
Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas
dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.1,2
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan
elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut ssebagai
adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis.1,2
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak.1,2
2.3 PEMBAGIAN SKIN GRAFT
1. Autograft
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama). Hal
ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien
memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.2,3
2. Allograft
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh
yang lain).2,3
3. Xenograft
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).2,3
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi
atas :2,3
1. Split Thickness Skin Graft (STSG)
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis. Terbagi
atas tiga yaitu:2,3
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm,
terdiri dari epidermis dan bagian lapisan dermis.
11
mengambil
STSG
dari
tempat
donor
dilakukan
dengan
menggunakan:4,5,6
Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara
2.
13
Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa
epinefrin dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan
Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom,
powered dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau
humby.
Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan
NaCl
Dimulai dengan melukis sterile tongue depressor diarea donor
didepan surgeon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat
pemotong kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.
Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap
pada permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus
dalam arah taking off/ landing pesawat.
Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl
yang steril.
Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan
hati-hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded
dressing, staples atau beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat
dibantu dengan membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh
graft). Area donor ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7
hari untuk mencegah infeksi. Kulit yang di graft ditekan mengikuti
ratio yang butuhkan.
Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya
tarik dan menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples
keduanya bisa di aff setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu,
transplantasi dan harvest bisa ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisa
bergranulasi terutama untuk transplantasi pada jaringan yang avaskuler.
Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat
seperti kulit normal disekitarnya.
post
auricular,
concha,
supra
clavicula,
axillaris,
antecubital, dan lipatan inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah
kulit yang berlebih dibuang pada rencana rekonstruksi .
Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura tali pusse disekitar
area defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk
15
Weck Knives
Graft-meshing machine
Davol dermatome
17
19
Merokok
Penderita penyakit kronis
Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot
21
resipien
yang
kaya
akan
pembuluh
darah
mempunyai
kemungkinan untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah
resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic,
inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru
ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti
jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu.6
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang
baik antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus
diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya
kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft
dengan resipiennya.6
Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang
baik
yaitu
dengan
penjahitan
interuptus
dipinggir
kemudian
23
yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin
graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi bilai disertai rasa
nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi
pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat
terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan
infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik
yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak graft.6
Gambar 9
25
dengan
melakukan
insisi
seroma/hematoma/bekuan
kecil
darah
pada
tersebut
skin
graft
tepat
selanjutnya
diatas
dilakukan
Gambar 10
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka
jahitan biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat
diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah
control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft
yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split
thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka split thickness
graft.3,6
2.12 KOMPLIKASI1,2
Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :
Perdarahan
Infeksi
Hematoma atau seroma
Kontraktur
Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi
27
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pasien dengan riwayat luka robek pada ekstremitas bawah kanan,
dialami sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit yang disebabkan karena terjepit
jari-jari motor. Pasien mengeluh adanya nyeri dan rembesan darah pada daerah
tempat luka robek tersebut. Pasien rujukan dari puskesmas batu kapur.
Kemudian dari pemeriksaan fisik yang bermakna, pasien tampak sakit
sedang, compos mentis. Nadi 84 x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36.5C
(axilla). Dari pemeriksaan tempat luka, Pada daerah Extremitas bawah kanan,
tampak luka robek, terasa nyeri.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, terdapat jumlah Hb (hemoglobin)
yaitu 10,8 gr/dl yang dalam keadaan normal berjumlah 12-15 gr/dl. Penurunan
jumlah hemoglobin ini bisa terjadi kemungkinan karena perdarahan yang terjadi
pada luka robek tersebut.
Resusitasi cairan dalam rangka mengatasi resiko terjadinya syok harus
dilakukan sejak dari awal masuk rumah sakit dengan pemberian cairan berupa
cairan kristaloid ataupun koloid seperti ringer laktat atau dekstran.
Kemudian pada pasien dilakukan tindakan pembedahan agar tidak terjadi
infeksi. Pembedahan yang dilakukan pada pasien ini rekontruksi luka,
debridement luka dan skin graft pada kulit paha kanan. Tindakan skin graft pada
pasien disini berfungsi untuk menutup kekurangan kulit
Setelah itu dilakukan perawatan luka. Luka robek dibersihkan dengan air
hangat yang mengalir. Hal ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan suhu di
daerah cedera, sehingga dapat menghentikan proses kombusio pada jaringan.
Untuk menutup luka, digunakan kasa lembab steril menggunakan cairan NaCl
untuk mencegah penguapan. Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam. Bulla yang
luas dengan akumulasi transudat, akan menyebabkan penarikan cairan ke dalam
bula sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
Diberikan antibiotik karena luka bakar yang tidak steril diakibatkan oleh
kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada
luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.
Selain pemberian antibiotik, pasien juga diberikan analgetik golongan NSAID
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini sudah
didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam pada
pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka,
penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan
yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini
adalah bonam karena faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka
rekurensi.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Winn, Henry j. et all. 2009. Acute destruction by humoral antybody of rat skin
grafted to mice. The Journal of Experimental Medicine.
2. Lei luo, Ph.D., Chengwen Li, Ph.D., Wenqiao Wu, M.D. 2012. Functional
analysis of alloreactive memory CD4+ T cells derived from skin
transplantation recipient and nalve CD4+ T cells derived from untreated mice.
Journal of Surgical Research.
3. Anbar RA, Gomes K, De Almeida, et al. (2010). Scalp reconstruction
procedures. Brazilian Journal of Plastic Surgery.
4. Wax, Mark K. Medscape. April 17,
2013.
Available
from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/876290-overview.
5. Krucik, George. Healthline. Juli 23, 2012. Available
from:
http://www.healthline.com/health/skin-graft.
6. Kryger, Zol B, and Mark Sisco. Practical Plastic Surgery. Landes Bioscience,
2007.
7. Henry, Michael M., and Jeremy N. Thompson. Clinical Surgery 2nd Edition.
Philadelpia: Elsevier, 2007.
8. Khosh, Maurice M. Medscape.
Juni
6,
2012.
Available
from:
http://www.emedicinemedscape.com/article/976379-overview.
9. Grade, Donald J. Medscape. Juni 18, 2013. Available
from:
http://www.emedicinemedscape.com/article/1129479-overview.