Professional Documents
Culture Documents
BRSU TABANAN
2013
: a.
: 1.
2.
: Panduan Pendidikan Pasien dan Keluarga Pada Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan
KEDUA
KETIGA
: Kabid pelayanan medik dan Wakil Direktur pelayanan medik mutu BRSU
Tabanan betanggung jawab dalam perencanaan, penyusunan, monitoring
dan evaluasi serta memberikan rekomendasi terhadap semua kegiatan
pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit.
KEEMPAT
Ditetapkan di : Tabanan
pada tanggal : Juni 2013
DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN
I NYOMAN SUSILA
KATA PENGANTAR
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan ( BRSU) Tabanan menjadi rumah sakit
berstandar inernasional melalui Akriditasi KARS 2012. Salah satu hal yang dipersyaratkan
Akriditasi KARS 2012 adalah pendidikan pendidikan pasien dan keluarga pasien baik rawat
jalan maupun rawat inap . Pendidikan pasien dan keluarga ini merupakan sarana untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di BRSUD Tabanan.
Pedoman pendidikan pasien dan keluarga ( PPK) disusun sebagai guidelines dalam
memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien dan keluarganya selama mendapatkan
pelayanan kesehatan di BRSU Tabanan. Buku pedoman PPK ini memuat materi materi
edukasi dari Farmasi,Gizi,Manajemen nyeri, Rehab Medik,Medis dan Keperawatan yang
terkait secara langsung dalam perawatan dan pelayanan kepada pasien dalam memebrikan
pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien di seluruh ruangan / unit pelayanan /
perawatan
Melalui buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga ini diharapkan pasien dan
keluarganya mendapatkan pendidikan / edukasi yang baik tentang kesehatannya sesuai
dengan kebutuhan pasien dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan BRSUD
Tabanan sehingga dapat terwujud dan sejalan dengan visi . upaya untuk melakukan
penyempurnaan terhadap buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga ini tetap dilakukan
untuk memfasilitasi kelancaran pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien
dan keluarga dilapangan secara langsung oleh multidisiplin ilmu di semua unit yang terlibat
dalam perawatan pasien di Rumah Sakit.
Atas Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa , semoga buku pedoman pendidikan
pasien dan keluarga ini memberikan manfaat optimal dalam usaha peningkatan pelayanan
kesehatan di BRSU Tabanan.
Terima kasih
Tim Penyusun
1.
Dr sumardika, Sp.PK
2.
3.
SAMBUTAN
DIREKTUR BRSU TABANAN
Om Swatyastu
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunianya kepada kita sehingga pedoman pendidikan pasien dan keluarga di
BRSU Tabanan ini dapat tersusun.
Rumah sakit sebagai salah satu srana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat . oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuia dengan standar yang ditetapkan oleh nasional
maupun internasional untuk seluruh lapisan masyarakat.
Mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan merupakan visi
BRSUD Tabanan yang ingin dicapai melalui Akriditasi KARS 2012. Salah satu upaya
mewujudkan visi tersebut adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara
berkelanjutan dengan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan
kebutuhannya sehingga diharapakan melalui perubahan pengetahuan sikap dan prilaku pasien
dan keluarga dapat mengambil keputusan dalam perawatan dan pelayanan dirumah sakit serta
mempertahankan dan pemeliharaan prilaku,lingkungan yang menunjang kesehatan.
Harapan kami melalui buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga yang memuat
materi-materi edukasi dari Farmasi,Gizi,Rehab Medik,Manajemen Nyeri,Medis dan
Keperawatan sehingga BRSUD Tabanan mampu meningkaykan kualitas pelayanannya.
Om Santi, Santi, Santi Om
Tabanan, Juni 2013
Direktur BRSU Tabanan
DAFTAR ISI
SK Direktur Tentang Pedidikan Pasien dan Keluarga..i
Kata Pengantar .ii
Sambutan Direktur BRSU Tabanan.iii
Panduan Manajemen Nyeri
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Pendahuluan
Definisi
Tipe Nyeri
Respon Terhadap Nyeri
Hambatan Dalam Memberikan manajemen Nyeri Tepat
Penanganan Nyeri
Kesimpulan
Implikasi Keperawatan
MULTI DISIPLIN
A. PENDAHULUAN
Keluhan nyeri merupakan keluahan yang paling umum kita temukan/dapatkan
ketika kita sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di
tataran pelayanan rawat jalan maupun rawat inap, yang karena seringnya keluhan itu
kita temukan kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai hal yang biasa
sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang memuaskan
di mata pasien.
Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi
berkaitan juga dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan
perilaku, sehingga dalam penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari
semua unsur yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, untuk itu pemahaman
tentang nyeri dan penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga
kesehatan, terutama perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi
dengan pasien.
B. DEFINISI
Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah
suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan , dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui
pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal
masa kehidupannya.
Pada tahun 1999, the Veterans Health Administration mengeluarkan kebijakan
untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya
mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji
tentang nyeri.
Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai konsep yang abstrak yang merujuk
kepada sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan
akan terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme
dari bahaya.
McCaffery (1979) mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri
ketika dia mengatakan tentang nyeri apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada
dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada .
C. TIPE NYERI
Pada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus Conference on Pain
mengkategorisasikan nyeri menjadi tiga tipe yaitu Nyeri akut merupakan hasil dari
injuri akut, penyakit atau pembedahan, Nyeri kronik non keganasan dihubungkan
dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif dan
Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses
penyakit lain yang progresif.
3.
Prosedur invasif
Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan memasukan opioid
ke dalam ruang epidural atau subarakhnoid melalui intraspinal, cra ini dapat
memberikan efek analgesik yang kuat tetapi dosisnya lebih sedikit. Prosedur
invasif yang lain adalah blok saraf, stimulasi spinal, pembedahan
(rhizotomy,cordotomy) teknik stimulasi, stimulasi columna dorsalis.
G. Kesimpulan
Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/ menyeluruh, hal ini
karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu
kita tidak boleh hanya terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi juga
menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek
kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non
farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan
sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangka
mengatasi/ penanganan nyeri pasien.
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berrespon secara berbeda terhadap
nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan antar individu yang satu
dengan yang lainnya.
Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk
mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu pengkajian harus selalu
dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran yang terbaru
dari nyeri yang dirasakan oleh pasien.
H. Implikasi keperawatan
1. Perawat dituntut untuk mempunyai kapasitas yang memadai sebagai upaya
untuk memberikan asuhan keperawatan yang adekuat terhadap nyeri yang
dirasakan oleh pasien, untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai
nyeri dan penangannya dimana hal ini bisa dilakukan dalam masa pendidikan
maupun dalam bentuk pelatihan-pelatihan secara terpadu.
2. Mengingat kompleknya aspek nyeri, dan banyaknya keluhan ini ditemukan
pada pasien maka sudah saatnya perawat membentuk suatu tim keperawatan
yang khusus yang menangani nyeri baik di tatanan rawat jalan maupun rawat
inap.
3. Perawat dituntut untuk mampu menjembatani kepentingan pasien terkait
dengan nyeri dan penanganannya sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Pengetahuan dan ketrampilan mengenai penanganan nyeri baik pendekatan
non farmakologis maupun farmakologis serta tindakan yang lainnya mutlak
diperlukan dan dikuasai oleh perawat.
I. DEFINISI
IASP 1979 (International Association for the Study of Pain)
suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan
The Veterans Health Administration, 1999
memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima,
jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah
dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri.
Sternbach (1968)
konsep yang abstrak yang merujuk kepada sensasi pribadi
tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan
terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi
organisme dari bahaya.
McCaffery (1979)
nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia
mengatakan tentang nyeri apapun yang dikatakan tentang nyeri
dan ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada .
Prosedur invasif
Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan
memasukan opioid ke dalam ruang epidural atau subarakhnoid
melalui intraspinal, cara ini dapat memberikan efek analgesik
yang kuat tetapi dosisnya lebih sedikit. Prosedur invasif yang lain
adalah
blok
saraf,
stimulasi
spinal,
pembedahan
(rhizotomy,cordotomy) teknik stimulasi, stimulasi columna
dorsalis.
V. Kesimpulan
Pendekatan yang holistik/ menyeluruh,
Biopsikososialkultural dan spiritual,
Pendekatan non farmakologik dan pendekatan farmakologik
tidak akan berjalan efektif bila digunakan sendiri-sendiri,
keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangka
mengatasi/ penanganan nyeri pasien.
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berespon
secara berbeda terhadap nyeri.
Pengkajian secara berkesinambungan
VI.Implikasi keperawatan
1.