You are on page 1of 49

PANDUAN

PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


(REHABILITASI MEDIS)

BRSU TABANAN
2013

KEPUTUSAN DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN


NOMOR: 368/SK/BRSU/2013
TENTANG
PANDUAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
PADA BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN
DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka mencapai RS berstandar Nasional menuju RS


bertaraf Internasional , Badan RSU Tabanan berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan disegala lini yang meliputi program
pendidikan pasien dan keluarga;
b. bahwa dalam rangka implementasi pendidikan pasien dan keluarga
berlangsung dengan efektif maka dibutuhkan suatu Panduan yang
dijadikan acuan pelaksanaannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b perlu menetapkan keputusan Direktur tentang Panduan
Pendidikan Pasien dan Keluarga Pada Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan;

Mengingat

: 1.

Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah


Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa tenggara timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1655);

2.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapakali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116 ,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 N6omor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No7mor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072) ;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan-Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004/2012 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
9. Peraturan Bupati Tabanan Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pelimpahan
Wewenang Penandatanganan Keputusan yang bersifat Penetapan
(Berita Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2005 Nomor 4);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Tabanan ( Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun
2008 Nomor 3 );
11. Peraturan Bupati Tabanan Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penetapan
Badan RSUD Kabupaten Tabanan sebagai Badan Layanan Umum
(BLU) (Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2008, Nomor
30).
12. Peraturan Bupati Tabanan Nomor 54 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas
Jabatan Struktural Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tabanan;
M E M U T U S K AN :
Menetapkan :
KESATU

: Panduan Pendidikan Pasien dan Keluarga Pada Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan

KEDUA

: Memberlakukan Panduan Pendidikan pasien Dan Keluarga di Badan


Rumah Sakit Umum Tabanan, seperti tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini

KETIGA

: Kabid pelayanan medik dan Wakil Direktur pelayanan medik mutu BRSU
Tabanan betanggung jawab dalam perencanaan, penyusunan, monitoring
dan evaluasi serta memberikan rekomendasi terhadap semua kegiatan
pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit.

KEEMPAT

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian


hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tabanan
pada tanggal : Juni 2013
DIREKTUR BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN

I NYOMAN SUSILA

KATA PENGANTAR
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan ( BRSU) Tabanan menjadi rumah sakit
berstandar inernasional melalui Akriditasi KARS 2012. Salah satu hal yang dipersyaratkan
Akriditasi KARS 2012 adalah pendidikan pendidikan pasien dan keluarga pasien baik rawat
jalan maupun rawat inap . Pendidikan pasien dan keluarga ini merupakan sarana untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di BRSUD Tabanan.
Pedoman pendidikan pasien dan keluarga ( PPK) disusun sebagai guidelines dalam
memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien dan keluarganya selama mendapatkan
pelayanan kesehatan di BRSU Tabanan. Buku pedoman PPK ini memuat materi materi
edukasi dari Farmasi,Gizi,Manajemen nyeri, Rehab Medik,Medis dan Keperawatan yang
terkait secara langsung dalam perawatan dan pelayanan kepada pasien dalam memebrikan
pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien di seluruh ruangan / unit pelayanan /
perawatan
Melalui buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga ini diharapkan pasien dan
keluarganya mendapatkan pendidikan / edukasi yang baik tentang kesehatannya sesuai
dengan kebutuhan pasien dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan BRSUD
Tabanan sehingga dapat terwujud dan sejalan dengan visi . upaya untuk melakukan
penyempurnaan terhadap buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga ini tetap dilakukan
untuk memfasilitasi kelancaran pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien
dan keluarga dilapangan secara langsung oleh multidisiplin ilmu di semua unit yang terlibat
dalam perawatan pasien di Rumah Sakit.
Atas Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa , semoga buku pedoman pendidikan
pasien dan keluarga ini memberikan manfaat optimal dalam usaha peningkatan pelayanan
kesehatan di BRSU Tabanan.
Terima kasih
Tim Penyusun
1.

Dr sumardika, Sp.PK

2.

Ns I Made Adi Wahyu Udaksana S.Kep

3.

Tim pokja PPK

SAMBUTAN
DIREKTUR BRSU TABANAN
Om Swatyastu
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunianya kepada kita sehingga pedoman pendidikan pasien dan keluarga di
BRSU Tabanan ini dapat tersusun.
Rumah sakit sebagai salah satu srana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat . oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuia dengan standar yang ditetapkan oleh nasional
maupun internasional untuk seluruh lapisan masyarakat.
Mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan merupakan visi
BRSUD Tabanan yang ingin dicapai melalui Akriditasi KARS 2012. Salah satu upaya
mewujudkan visi tersebut adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara
berkelanjutan dengan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan
kebutuhannya sehingga diharapakan melalui perubahan pengetahuan sikap dan prilaku pasien
dan keluarga dapat mengambil keputusan dalam perawatan dan pelayanan dirumah sakit serta
mempertahankan dan pemeliharaan prilaku,lingkungan yang menunjang kesehatan.
Harapan kami melalui buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga yang memuat
materi-materi edukasi dari Farmasi,Gizi,Rehab Medik,Manajemen Nyeri,Medis dan
Keperawatan sehingga BRSUD Tabanan mampu meningkaykan kualitas pelayanannya.
Om Santi, Santi, Santi Om
Tabanan, Juni 2013
Direktur BRSU Tabanan

dr. I Nyoman Susila,M.Kes


NIP. 19630222 198903 1 008

DAFTAR ISI
I.

Rehabilitasi Congenital Talipes Equino


Varus ...................................

II.

Rehabilitasi Palsy
Cerebal ..................................................................

III.

Rehabilitasi
Parkinsonism .................................................................. 9

IV.

Rehabilitasi Pasca
Stroke....................................................................

V.

12

Rehailitasi Artritis
Rematik ............................................................... 18

VI.

Rehabilitasi Pasca Amputasi Anggota


Gerak ....................................

VII.

23

Rehabilitasi
Osteoporosis................................................................... 27

VIII.

Rehabilitasi HIP
Arthroplasti ............................................................

IX.

30

Rehabilitasi Pasca Operasi Tendon


Flexor ........................................ 33

X.

Rehabilitasi Penyakit Paru Obstruktif


Kronik ...................................

36

REHABILITASI CONGENTAL
TALIPES EQUINO VARUS

I.

Definisi
Rehabilitasi pada kelainan bawaan bentuk kaki dengan posisi

Kaki bagian depan : adduktus inverse

Kaki bagian belakang : equino-varus

Yang menyebabkan malalignment postural, dan berakibat gangguan ambulasi.


Diagnosa penyakit primer yang sering dengan CTEV :

II.

Arthrogryposis multiplex congenital

Spina bifida dengan meningomyelocele

Diastrophic duarfism

Streeters dysplasia (anomaly tangan)

Constriction band

Cerebral palsy
Diagnosis Fungsional

CTEV dengan masalah :

Problema postural akibat deformatis yang fleksibel/menetap

Kelemahan/imbalance otot-otot kaki

Keterlambatan perkembangan motorik (ekstremitas bawah)

Gangguan pola berjalan (gait abnormality)

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional


Umum : Orthopaedic Check List menurut R. Siffert
Khusus :

Adanya kelainan bentuk kaki spesifik :


-

Fleksi jari-jari kaki

Kaki bagian depan adduksi

Tumit varus

Tibia rotasi interna

Kontraktur otot betis

Pada kelainan unilateral :


-

Ukuran kaki lebih kecil

Betis hipotrofi

Ada selisih panjang tungkai

Pemeriksaan Fungsional :

IV.

Lingkup gerak sendi kaki

Kekuatan otot (perkiraan)

Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : lutut dan pergelangan kaki posisi berdiri AP :

V.

Dapat mendemonstrasikan posisi fungsional kaki

Melihat kedudukan tulang

Dapat untuk menghitung sudut :


-

Talocalcaneal <35 caput os talus datar (Turco)

Talocalcaneal <20 sedangkan sudut talometatarsal parallel (Kite)

Konsultasi
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi

VI.

Perawatan RS
Umumnya rawat jalan

VII.

Terapi / Intervensi
Prinsip :
-

Sedini mungkin

Jenis penatalaksanaan tergantung : berat / ringannya deformitas, fleksibel /


menetap

Dimulai dengan serial gips yang dikoreksi tiap 2 minggu

Pasca koreksi gips / operatif

Gentle Stretching : diajarkan pada orang tua / care giver, dilakukan


sesering mungkin secara teratur. Penting untuk mengajarkan cara stretching yang
benar untuk mencegah komplikasi rocker bottom foot.

Terapi Prostetis Ortotis

Dilakukan evaluasi regular sampai masa pertumbuhan, dilihat :


a) Bentuk dan kekakuan sampai selesai pertumbuhan
b) Nyeri pada aktivitas sehari-hari
c) Radiologi : dinilai 7 parameter :
Kaki belakang :
1. AP : sudut talocalcaneal
2. Timpang tindih talonavikuler
3. Sudut talocalcanecal dari samping (lateral)
4. Posisi navikuler
Kaki depan :
5. AP : susudt calcaneus ke jari kedua (metatarsal)
Deformitas sisa :
6. Lateral : sudut calcaneus-metatarsal
7. Posisi dar calcaneus

VIII.

Standar RS
Rumah sakit tipe B

IX.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi

Dokter umum dengan pelatihan Rehabilitasi

Medik

Terapis (fisioterapis)

Teknisi protetis ortotis

X.

Penyulit / Komplikasi
Penyulit : Bila ada penyakit yang mendasari seperti Spina Bifida
Komplikasi :

Dekubitus oleh karena gips

Luka terbuka dan terinfeksi, bila pakai K-wire terjadi pin track infection

Avaskuler nekrosi navikuler (Kohler)

Kegagalan koreksi (bentuk tidak terkoreksi / koreksi tidak sempurna,


rocker bottom foot)

Kekauan sendi / otot

Nyeri waktu berjalan

Koreksi berlebihan

XI.

Prognosis / Masa Pemulihan


Tergantung berat / ringannya deformitas dan keberhasilan koreksi.
Dapat berhasil baik, terkoreksi sempurna, atau ,emetap / seumur hidup dengan gejala
sisa.

XII.

Luaran Outocame
Kriteria klinis :
Sempurna :

Apabila pada koreksi yang paripurna


bentuk tanpa gejala dan dapat melaksanakan segala aktivitas fisik.

Lingkup gerak pergelangan kaki : 25- 0


25 (-15 substalar)

Baik :

Hampir dapat koreksi sempurna.

Tidak ada gejala tetapi ada gangguan


aktivitas ringan.

Lingkup gerak pergelangan kaki : 10 0 - 20 (-10 substalar)


Cukup :

Koreksi partial.

Kekuatan betis menurun tanpa gangguan fungsional.

Lingkup gerak pergelangan kaki : 0 - 10 / 20 (-10 substalar)

Ada gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Perlu koreksi lebih dari 1 kali.

Tindakan bedah.
Buruk :

Tidak terkoreksi.

Kekuatan betis menurun.

Lingkup gerak terbatas, substalar 5

Nyeri pada aktivitas berjalan.

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
PALSY CEREBRAL
I.

Definisi
Proses rehabilitasi pada kelumpuhan otak yang disebabkan karena adanya lesi non
progresif pada otak yang belum matur, sehingga mengakibatkan gangguan kontrol
neuromuscular berupa gangguan tonus otot, refleks tendon, reflek primitive dan reaksi
postural dan menghasilkan pola geraak yang abnormal.

II.

Diagnosis Fungsional
Palsi Cerebral dengan masalah :

Gangguan motor kontrol

Gangguan sensorik (penglihatan, pendengaran, dan integrasi sensorik)

Gangguan komunikasi

Gangguan oromator (dysphagia)

Gangguan perilaku

Gangguan perkembangan

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional


Pemeriksaan mencakup pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus
musculoskeletal, pemeriksaan khusus neurologist, pemeriksaan khusus fungsi oromotor,
pemeriksaan fungsional milestone, penilaian tingkat keparahan penyakit.

IV.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiology untuk panggul, lutut, ankle

Gait analysis

Videoflouroscopy

BERA / OAE (Otto acustic emission)

V.

Perawatan RS

Dokter Spesialis Anak (saraf, gastroenterology)

Dokter Spesialis Bedah Otot dan Tulang (ortopedi)

Dokter Spesialis Gizi Klinik

Dokter Spesialis Gizi Anak

Dokter Spesialis Mata

Dokter Spesialis THT

VI.

Terapi / Intervensi

Persiapan keluarga dan lingkungan dengan intervensi dini untuk


gangguan fungsi untuk mendukung perkembangan anak dan terapi untuk
gangguan fungsi motorik.

Terapi latihan dengan berbagai metode fasilitas serta manajemen


spastisistas dan aktivitas fungsional sesuai tahap perkembangan anak.

Terapi sensorik tergantung jenis kelainan (penglihatan, pendengaran,


integrasi sensorik)

Terapi oromotor

Terapi gangguan komunikasi

Terapi psikososial

Alat bantu aktivitas / alat bantu jalan

Pemakaian ortode : Splint / brace (resting, functional, antispasticity) :


-

Ekstremitas atas

Ekstremitas bawah

Kursi roda khusus

Tindakan operatif diperlukan untuik perbaikan fungsi,


penampilan, serta mencegah dan memperbaiki deformitas.

VII.

Standar RS

CP ringan : RS Tipe C

CP sedang / berat : RS Tipe A/B

VIII.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter Umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik

Pearawat Rehabilitasi

Psikolog

Terapis : Fisioterapis, Terapis Okupasi, Terapis Wicara

Teknisi prostetis Ortotis

Petugas sosial media

IX.

Penyulit / Komplikasi
Penyulit :

Mental Retardasi

Epilepsi

Defisit visual dan pendengaran


Komplikasi :

X.

Pneumonia aspirasi berulang

Deformitas sendi
Prognosis / Masa Pemulihan

Prognosis ambulansi

CP ringan dapat ambulansi dan melakukan


AKS secara mandiri.

Prognosis ambulansi baik bila refleksi


primitif menetap stelah.

Prognosis ambulansi buruk bila refleks


primitif menetap stelah 18 bulan dan apabila 2-4 tahun belum mampu duduk
sendiri.

CP diskinetik sebagian besar (75%) dapat


berjalan walaupun tidak stabil, 50% dari yang dapat berjalan tercapai pada usia
3 tahun.

CP total body involment umumnya buruk.

CP hemipelgia dan diplegi umumnya


mampu ambulansi.
Prognosis komunikasi

Prognosis komunikasi
verbal baik bila mampu mengeluarkan suara bermakna, sebelum usia 2 tahun.

Prognosis komunikasi non


verbal mampu mengungkapkan ya dan tidak sebelum 2 tahun.
Program aktivitas

kehidupan sehari-hari (AKS)


-

Prognosis baik bila ada kontrol volunteer pada minimal 1 tangan.

Mampu menggunakan alat bantu AKS bila ada kontrol volunteer pada minimal
satu sisi tubuh.

XI.

Luaran / Outcome

Mampu mandiri pada CP hemiplegi dan diplegi tanpa penyulit

Ketergantungan sebagian pada CP hemiplegi dan diplegi dengan


penyulit.

Ketergantungan penuh pada CP total body involvement.

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI

PARKINSONISM
I.

Definisi
Rehabilitasi pada sidroma yang ditandai oleh adanya tremor istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine karena
berbagai macam sebab, sehingga berakibat gangguan fungsional berupa ketergantungan
dalam kehidupan sehari-hari (disabilitas) dan handicap pada penderitanya.

II.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional

Pemeriksaan fisik umum.

Pemeriksaan khusus : Neurologis,

Pemeriksaan lain : Sistem otonomik, Kardiorespirasi, Gastrointestinal,


Genitourinaria.

Pemeriksaan fungsional : disabilitas fungsional dan kemampuan yang ada


dengan UPDRS (Unidetified Parkinson Disease Rating Scale).

III.

Diagnosis Rehabilitasi
Parkinson atau parkinsonism (vaskuler, drug induced, metabolic, infeksi, trauma,
neurodegeratif, herediter) dengan :

Gangguan afekstif / emosi

Gangguan stabilitas jalan

Gangguan transfer dan ambulasi

Gangguan aktivitas sehari-hari

Gangguan fungsi kortikal luhur

Gangguan berkemih dan defekasi

Gangguan fungsi menelan (disfagia)

Gangguan fungsi seksual

IV.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tambahan yang mungkin diperlukan pada proses rehabilitasi :

Laboratorium untuk mengetahui penyakit yang mendasari atau


memperberat.

Radiology : Rontgen, MRI otak, fluoroskopi.

Pemeriksaan urodinamik.

V.

Konsultasi
Konsiltasi atau rawat bersama dokter spesialis lain :

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Spesialis Jiwa

Dokter Spesialis Bedah Saraf

Dokter Spesialis Bedah Urologi

VI.

Perawatan RS
Rawat jalan.

VII.

Intervensi / Terapi
Tujuan Rehabilitasi :

Mempertahankan kemampuan fungsional selama mungkin.

Mencegah komplikasi dan mengatasi bila ada.

Meningkatkan kualitas hidup.

Program Rehabilitasi :

Latihan relaksasi

Latihan kontrol pernafasan dan pola jalan dengan berbagai metode


terapi latihan

Latihan fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi

Pemberian ortosis dan alat bantu adaptif bila diperlukan

Adaptasi kondisi rumah dan lingkungan

Penanganan masalah gangguan bicara dan menelan

Penanganan masalah gangguan miksi dan defekasi

Penanganan masalah gangguan kardiovaskuler (hipotensi ortostatik)

Penanganan masalah gangguan kognitif

VIII.

Penyulit / Komplikasi

Penyulit :

Osteoporosis

Demencia
Komplikasi :

IX.

Fraktur

Kontraktur

Aspirasi pneumonia

Ulcus decubitus
Standar RS

RS Tipe B
X.

XI.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter Umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik

Psikolog

Terapis (Fisik, Okupasi, Wicara, Prevokasional, Rekreasi)

Pekerja sosial media

Teknisi prostetis Ortotis


Prognosis / Masa Pemulihan

Umumnya buruk.
XII.

Lama Proses Rehabilitasi


Seumur hidup.

XIII.

Luaran / Outcome
Ketergantungan penuh

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
PASCA STROKE
I.

Definisi
Pengolahan medis dan rehabilitasi yang komprehensif terhadap disabilitas yang
diakibatkan oleh stroke melalui pendekatan neurorestorasi dan neurorehabilitas dengan
tujuan mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional yang ada sehingga
penyandang stroke mampu beradaptasi dan mencapai kemandirian serta kualitas hidup
yang lebih baik.
Stroke diklasifikasikan berdasarkan :
Letak gangguan sirkulasi di otak (Bamford Clinical Classification)

Sindroma sirkulasi anterior parsial

Sindroma sirkulasi aterior total

Sindroma posterior

Sindroma lakunar
Sisifat gangguan aliran darah

Non Haemorrhagik (thrombosis, emboli, RNID, TIA)

Haemorrhagik (intraserebral, subarachnoid)


Waktu terjadinya

II.

Stroke in evolution

Stroke komplit
Diagnosis Rehabilitasi

Stroke haemorrhagis / non hamorrhagis akibat gangguan sirkulasi anterior total /


anterior parsial / posterior / lacunar dengan :

Gangguan komunikasi

Gangguan fungsi kognitif

Gangguan afektif / perilaku

Gangguan fungsi menelan

Gangguan mobilisasi / ambulasi

Gangguan dalam aktivitas sehari-hari

Gangguan berkemih dan defekasi

Gangguan ketahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi seksual

Dalam fase akut / pemulihan / kronis.


III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional

Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan khusus : Sistem neurologist

Pemeriksaan fungsional :
-

Kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari (Barthel Index, FIM)

Fungsi kognitif (Mini Mental Test)

Gangguan bahasa (TADIR)


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tambahan yang mungkin diperlukan selama rehabilitasi :

IV.

Laboratorium

Radiologi : CT Scan, MRI

EKG

Uji latih kardiorespirasi


Konsultasi

Konsultasi atau rawat bersama dokter spesialis lain sesuai kebutuhan :

Dokter Spesialis Saraf

Dokter Spesialis Jantung

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

V.

Perawatan RS

Rawat Inap : fase akut

Rawat Jalan : fasee pemulihan dan fase lanjut

VI.

Terapi / Intervensi
Fase akut

Tujuan Rehabilitasi :
-

Mencegah komplikasi dari stroke

Mencegah efek tirah baring lama

Intervensi Rehabilitasi :
-

Mempertahankan integrasi kulit

Mencegah pola postur dan spastisitas yang mengganggu pemulihan fungsi

Mencegah kelakuan sensi dan pemendekan otot

Mencegah gangguan kardiorespirasi

Mengatasi gangguan fungsi menelan

Mengatasi gangguan fungsi miksi dan defekasi

Mengatasi gangguan komunikasi

Stimulasi multisensoris
Fase subakut

Tujuan Rehabilitasi
-

Mengoptimalkan pemulihan neurologist dan reorganisasi


saraf

Penatalaksanaan disabilitas dengan tetap memperhatikan


pemulihan impairment melalui pendekatan atau metoda terapi yang sesuai

Meminimalkan dan mengatasi komplikasi

Intervensi Rehabilitasi
-

Melanjutkan terapi fase akut

Terapi remedial

Terapi latihan dengan berbagai metoda pendekatan :


o

Muscle reeducation approach

Neuro-facilitation Approach (Bobath, PNF, Road, Brunnstrom)

Conductive educational Approach

Motor learning approach

Strength training and physical conditioning

Constraint-indeced movement therapy

Body weight support treadmill training

Cognitive perceptual therapy

Terapi latihan dengan bantuan modalitas :


o

Electrical stimulation

Biofeedback

Penanganan spastisitas untuk memperbaiki


kemampuan fungsional melalui farmakoterapi dan botulinum toxin injeksi

Meningkatkan kebugaran kardiorespirasi

Ortotik

Alat bantu mobilitas dan AKS

Konseling manajemen diri dan emosi

Konseling terapi seksual sebagai dampak


disabilitas

Konseling dan edukasi pencegahan komplikasi

Terapi kelompok untuk meningkatkan konsep


diri, kualitas hidup
Fase Kronis

Tujuan Rehabilitasi :
-

Mengoptimalkan kemampuan
fungsional

Mempertahankan kemampuan
fungsional yang telah dicapai

Mencegah komplikasi

Mengoptimalkan kualitas hidup

Intervensi Rehabilitasi :
-

Melanjutkan berbagai pendekatan terapi fase subakut

Terapi latihan untuk mengatasi hambatan kembali ke tempat kerja

Konseling dan eduksaional terapi untuk re-sosialisasi

Merancang Home Program :


o

Terapi latihan untuk mencegah kekakuan sendi dan pemendekan otot


sebagai latihan rutin dan kontinyu

VII.

Latihan kebugaran

Melakukan aktivitas sesuai dengan derajat kemandirian

Penyulit / Komplikasi

Penyulit :

Demensia

Afasia global
Komplikasi :

Pneumonia sampai gagal nafas

Kardiovaskuler : Trombosis pembuluh


darah balik, dekondisi

Muskuloskeletal : kontraktur,
subluksasi bahu, artralgia, frozen shoulder, shoulder hand syndrome,
osteoartritisis, osteoporosis

Neurologis : spastisitas, nyeri


neuropatik, neurogenic bladder

VIII.

Dekubitus

Standar RS

RS Tipe C

RS Tipe A/B pada pasien pasca


Stroke dengan masalah khusus

IX.

Standar Ketenagaan

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter Umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik

Psikolog

Perawat Rehabilitasi

Terapis (Fisik, Okupasi, Wicara, Prevokasional, Rekreasi)

Pekerja Sosiaol Medis

Teknisi Prostetis Ortotis

X.

Prognosis / Masa Pemulihan

Prognosis Penyakit : dapat berulang

Prognosis Harapan Hidup tergantung pada :


-

Luas dan lokasi lesi neuroantomis

Penyakit atau kondisi penyulit

Komplikasi

Motivasi penderita

Dukungan keluarga

Sarana dan tenaga profesional rehabilitasi yang tersedia

XI.

Lama Proses Rehabilitasi


Tergantung berat-ringannya stroken serta ada tidaknya faktor penyulit
Umumnya :

Fase akut : rawat inap selama 1-2 minggu

Fase subakut / pemulihan : rawat jalan selama 3-4 bulan

Fase lanjut : home program seumur hidup pada kecacatan menetap

XII.

Luaran / Outcome

Ketergantungan penuh

Ketergantungan sebagian pada aktivitas sehari-hari

Mandiri dalam aktivitas sehari-hari, tidak bekerja

Mandiri dalam aktivitas sehari-hari, kembali bekerja

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
ARTRITIS REMATIK
I.

Definisi
Rehabilitasi pada kondisi poli arthritis kronik, progresif lambat, yang diklasifikasikan
sebagai suatu penyakit jaringan ikat yang difus dan multisistem, serta menyebabkan
gangguan fungsi ambulansi dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Gambaran Klinis :

Awitan / serangan bertahap, kasus akut 15-20%

Biasanya diawali gejala :


-

Fatique

Anoreksia

Malaise

Penurunan berat badan

Nyeri menyeluruh

Artritis rematik awalnya poliartikuler, mengenai sendi kecil tangan : 85%


Proksimal interphalang (PIP), 70% Metacarpophalangeal (MCP), 80%
pergelangan tangan

Perjalanan klinis bervariasi :


a)

>10% dengan poliatritis destruktif

b)

10%poliatritis ringan diikuti remisi lama

c)

80% dengan gejala khas yang hilang timbul

Manifestasi Artikuler

Kekakuan pagihari yang berlangsung lebih dari 2 jam

Tanda radang sendi seperti nyeri, bengkak, pana, merah yang


terlihat pada fase akut

Keterbatasan gerak

Deformitas yang ditandai dengan kemunduran secara fungsional


dan anatomik

Manifestasikan Extra Artikuler

Kelemahan pada seluruh tubuh

Nodul pada kulit

Gangguan vaskuler (vaskulitis)

Gangguan mata (kerato conjunctivitis)

Gangguan respiratoris (nyeri tenggorokan, disfonia)

Gangguan jantung (efusi pericardial, disfungsi katup)

Gangguan neurology (akibat sublukasi cervical)

Gangguan hematology (anemia)

II.

Diagnosis Fungsional
Artritis Rematik fase akut / subakut / kronik dengan masalah rehabilitasi :

Nyeri

Gangguan aktivitas fungsional / AKS

Gangguan ambulasi

Gangguan psikologis

Gangguan vokasional

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional

Pemeriksaan Umum : tanda vital

Pemeriksaan khusus : lingkup gerak sendi, kekuatan otot, deformitas


dan keterampilan tangan.
Pemeriksaan fungsional :

IV.

Kemampuan berjalan : uji jalan 15 meter

Kemampuan melaksanakan AKS

Kemampuan ambulasi dengan / tanpa alat bantu


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, LED, CRP

Pemeriksaan radiology : X-Ray sendi

V.

Konsultasi :

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi

Dokter Spesialis Mata

VI.

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap

VII.

Terapi / Intervensi

Fase akut
a) Tujuan :
- Mengurangi nyeri
- Mencegah deformatis
- Mencegah komplikasi tirah baring lama
b) Terapi dan intervensi
- Farmokologi : analgenetika dan anti inflamasi

- Non farmakologi :
o Terapi fisisk dada dan latihan pernafasan
o Imobilisasi sendi dengan splint
o Mengurangi nyeri dan inflamasi dengan terapi dingin
o Latihan untuk ketahan otot sesuai toleransi
o Edukasi untuik proteksi sendi dalam AKS
o Supportif terapi untuk mengatasi masalah psikologis
Fase sub akut

a) Tujuan : mempersiapkan mobilisasi dan AKS


b) Terapi dan Intervensi :
-

Farmakologi : analgetika

Non farmakologi :
o Terapi modalitas untuk mengurangi nyeri dengan latihan lingkup
gerak sendi
o Latihan ketahanan otot
Fase kronik

a) Tujuan : mengembalikan kemampuan fungsional dan ambulansi


b) Terapi dan Investasi
-

Meningkatkan/mengembalikan fleksibilitas sendu (dapat dibantu terapi


modalitas)

Latihan lingkup gerak sendi aktif, latihan fleksibilitas, latihan ketahanan


dan penguatan otot, latihan ketahanan kardiorespirasi (termasuk latihan
dalam air/terapi akuatik)

Edukasi : pemeliharaan sendi, konservasi energi dan penyederhanaan


kerja

Penyesuaian lingkungan

Pemakaian alat bantu untul aktivitas fungsional (Splint/brace :


stati/dinamik) dan ambulasi (cane, walker)

VIII.

Latihan prevokasional

Support psikososial

Standar RS
RS Tipe C

IX.

Standar Ketenagaan

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik

Terapis : Fisioterapis, Okupasi Terapis

Tehnisi Protetis Ortotis

Psikologi

X.

Penyulit/Komplikasi
Penyulit

Gangguan psikologis

Nyeri yang tidak teratasi

Faktor usia
Komplikasi

Kontraktur dan deformitas

Subluksasi vetebra servikal yang berakibat terjadinya


gangguan neurologist

XI.

Gangguan sistemik lain

Komplikasi akibat pemakaian obat-obatan

Prognosis/Masa Pemulihan
-

Menetap, dengan gangguan fungsi

Dapat semakin memburuk bila disertai vaskulitis, subluksasi servikal dan


komplikasi akibat pemakaian obat-obatan

XII.

Luaran/Outcome
Kwalitas fungsional :
-

Mandiri

Ketergantungan sebagian

Ketergantungan penuh

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
PASCA AMPUTASI ANGGOTA GERAK
I.

Definisi
Rehabilitasi pasca amputasi merupakan pengelolaan rehabilitatif untuk menggantikan
bagian tubuh yang hilang seluruhnya atau sebagian akibat trauma, penyakit atau

kelainan kongenital serta mengembalikan/mengembangkan kemampuan fungsional


seoptimal mungkin.
II.

Diagnosis Fungsional
Amputasi..........(level

amputasi,

lokasi)...........akibat

trauma/penyakit/kelainan

kongenital dengan :

Gangguan ambulasi jalan

Gangguan fungsi tangan

Gangguan aktivitas sehari-hari

Gangguan psikologis

Pada tahap pra prostesis/pasca prostesis


III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional

Pemeriksaan umum : Status generalis tergantung penyakit yang mendasari.

Pemeriksaan khusus :
-

Muskulokeletal :Lingkup gerak sendi, kekuatan otot.

Pemeriksaan puntung : Luka pasca operasi, edema, panjang dan bentuk


puntung, maturitas puntung, ada tidak neuroma.

Pemeriksaan kardiovaskuler : Denyut mnadi pembuluh darah arteri proksimal


puntung.

Pemeriksaan neurologist : Sensorik, motorik (kekuatan ototo), kognitif,


phantom pain, phantom sensatioan.

Pemeriksaan fungsional : Aktivitas sehari-hari, uji latiham kardiorespirasi.

IV.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium darah tergantung penyakit yang mendasari

Radiology : X-Ray sendi proksimal puntung sesuai indikasi, Bone Scan

Dopler Ultrasonografi

EKG, Echocardiografi

V.

Konsultasi
Konsultasi ataupun rawat bersama spesialis lain yang terkaiy sesuai penyakit yang
mendasari

VI.

Perawatan RS

Rawat Inap pada pra protesis pasca operasi

Rawat Jalan pada pasca prostesis

VII.

Terapi/Intervensi
Pra operasi amputasi

Tujuan Rehabilitasi :
-

Mencegah komplikasi pasca operasi

Mempersiapkan penderita secara fisik dan mental menghadapi pasca amputasi


dengan atau tanpa prostesis

Program Rehabilitasi :
- Edukasi/konseling tim rehabilitasi dan terapi suportif
- Terapi latihan lingkup gerak sendi dan peregangan sendi
- Latihan penguatran otot
- Terapi fisik dada dan latihan pernafasan
Tahap Pra Prostesis Pasca Operasi

Tujuan Rehabilitasi :
-

Membentuk puntung yang ideal untuk penggunaan prostesis

Mobilisasi dini dan persiapan aktivitas sehari-hari dengan


prostesis atau alat bantu lain

Meningkatkan ketahanan kardiorespirasi

Mencegah gangguang psikologis yang timbul akibat amputasi

Program Rehabilitasi :
-

Farmakologis : Analgetika bila diperlukan

Teraoi fisik dada dan latihan pernafasan

Membentuk puntung yang ideal dengan elastic bandage dengan figure of


eight

Edukasi tentang pemeliharaan puntung

Terapi latihan peregangan dan fleksibilitas sendi

Terapi latihan penguatan otot-otot sendi proksimal puntung

Latihan endurance kardiorespirasi

Memberikan pemahaman mengenai bagian dari prostesis dan fungsinya

Edukasi mengenai konservasi energi dan penyederhanaan kerja

Konseling dan terapi suportif


Tahap Pemasangan Prostesis

Tujuan Rehabilitasi :
-

Pembuatan prostesis yang sesuai

Mengoptimalkan

kemampuan

fungsional

dengan

prostesis
-

Mengatasi gangguan psikologis yang timbul

Program Rehabilitasi :
- Pembuatan prostesis yang sesuai dengan kemampuan dan aktivitas yang
diharapkan
- Check out prostesis sesuai resep
- Latihan jalan dengan prostesis ekstremitas bawah
- Latihan fungsional tangan dengan prostesis ekstermitas atas, kecuali pada
penggunaan prostesis kosmesis
- Check out akhir prostesis
- Meningkatkan endurance kardorespirasi
- Edukasi pemeliharaan prostesis
- Terapi suportif
VIII.

Penyulit/Komplikasi
Penyulit :

Demensia/gangguan kognitif

Luka pada area puntung yang sulit sembuh, neuroma

Adanya phantom pain, neuroma

Sindroma dekondisi
Komplikasi

Kontraktur sendi

Luka pada area penekanan prostesis

IX.

Standar RS
RS Tipe C
RS Tipe A/B pendidikan bila memerlukan prostesis

X.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Psikolog

Perawat Rehabilitasi

Terapis (Fisik, Okupasi, Vokasional)

Pekerja Sosial Medis

Teknisi Protesis Ortotis

XI.

Prognosis/Masa Pemulihan

Prognosis fungsional tergantung level amputasi dan penyebab/penyakit yang


mendasari. Akibat trauma hasilnya lebih baik.

Prognosis fungsional pada amputasi kongenital ekstremitas atas umumnya


lebih sulit untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal dengan prostesis
karena telah ada pola gerak yang menetap.

XII.

Luaran/Outcome

Umumnya kembali ke aktivitas semula sebelum cedera bagi amputasi


traumatic kecuali pada level amputasi yang tinggi.

Hasil rehabilitasi pada amputasi akibat penyakit tergantung pada


penyakit yang mendasarinya dan komplikasi yang terjadi.

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI

OSTEOPOROSIS
I.

Definisi
Rehabilitasi penderita osteiporosis, dengan atau tanpa gangguan fungsional yang
diakibatkan oleh rasa nyeri dan fraktur (tersering pada vertebra, collum femoris, dan
radius distal).

II.

Diagnosis Fungsional
Gangguan fungsional pada penderita osteoporosis dengan atau tanpa fraktur :
-

Gangguan mobilisasi dan ambulasi

Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari

Gangguan psikososial

Sondroma dekondisi

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional


Pemeriksaan umum : tanda vital, kardiorespirasi
Pemeriksaan khusus :

Musculoskeletal : lingkup gerak sendi, kekuatan dan ketahanan otot,


postur, deformitas

Fungsi ambulasi : analisa pola jalan, keseimbangan, koordinasi

Kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

Fungsi keterampilan tangan

IV.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : Estrogen, Calcium darah

Radiology : X-ray

Pemeriksaan Densitometri Tulang

V.

Konsultasi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi

VI.

Perawatan RS

Rawata jalan

Rawat inap : bila terjadi komplikasi fraktur

VII.

Terapi/Intervensi
Pencegahan :
-

Senam pencegahan osteoporosis

Mempertahankan postur yang baik

Mempertahankan dan meningkatkan endurance kardiorespirasi

Farmakologi : Analgetik, kalsium, Vit. D, Bifosfonat, Hormon, Replacement Therapy


(THT)
Non Farmakologi :
-

Terapi modalitas untuk mengatasi nyeri

Perbaikan postur

Terapi latihan asteoporosis. Prinsip, pembebanan ringan, ritmis, dinamis

Ortosis (bila diperlukan)

Latihan ambulasi dan aktivitas kehidupan sehari-hari

Edukasi untuk pola hidup aman (aktivitas dan lingkungan)

VIII.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter Umum dengan pelatihan Rehab Medik

Terapis : Fisioterapis, Okupasi Terapis

Tekniss : Prostesis Ortosis

Perawat

IX.

Penyulit/Komplikasi
Penyulit :

Fraktur

Keganasan

Demensia dan atau gangguan kognitif

Psikologis

Penyakit sistemik

Komplikasi :

X.

Fraktur

Sindroma dekondisi
Prognosis/Masa Pemulihan

Baik bila tanpa penyulit/komplikasi dan mendapat intervensi sendini mungkin.


XI.

Luaran/Outcome
Mampu melakukan aktivitas fungsional secara optimal.

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
HIP ARTHROPLASTI
I.

Definisi
Program Rehabilitasi pada pasien pasca hip arthroplasti, yang terbanyak disebabkan
karena fraktur collum femoris.

II.

Diagnosis Fungsional
Pasca hip arthroplasti e.c fraktur collum dengan gangguang aktivitas fungsional dan
ambulasi.

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional


Umum : tanda vital
Khusus : keterbatasan gerak sendi dan kekuatan otot
Fungsional :

Kemampuan fungsional lain sesuai usia

Kemampuan kardiorespirasi

Kemampuan ambulasi

Evaluasi kondisi, kemampuan atau aktivitas premorbid

Evaluasi faktor penyulit program rehabilitasi pasca operasi : kognisi,


status mental, pemyakit penyerta

IV.

Pemeriksaan Penunjang

Radiology : X-ray

Densitometri Tulang (BMD)

V.

Konsultasi

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Jantung

VI.

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap

VII.

Terapi/Intervensi
Pra operatif : persiapan program rehabilitasi pasca operasi
Intervensi :

Edukasi tahapan program rehabilitasi pasca operasi

Terapi fisik dada dan latihan pernafasan

Latihan ketahanan umum pada ekstremitas yang sehat

Ketahanan fungsi kardiorespirasi

Pasca operatif :

Mengembalikan kemampuan fungsional

Memperbaiki dan mengembalikan lingkup gerak sendi lutut dan


panggul

Meningkatkan kekuatan otot tungkai yang sehat

Latihan lingkup gerak sendi lutut dan panggul sampai tercapai fleksi
panggul minimal 90 untuk posisi duduk

Latihan penguatan otot pada tungkai yang sakit

Latihan berjalan dan perbaikan pola jalan bila perlu

Latihan aktivitas kehidupan sehari-hari

Tahapan program
Hari I Minggu I pasca perasi :
a. Positioning : hindari posisi adduksi dan atau endorotasi
b. Latihan aktif sesuai toleransi
c. Penguatan otot : isotonic pergelangan kaki, isometric gluteus dan kuadriseps,
latihan untuk rekondisi umum
d. Aktivitas fungsional : bed mobilization dan transfer, latihan kehidupan sehari-hari,
latihan cara duduk, ambulasi dengan weight bearing bertahap sesuai toleransi
menggunakan crutches atau walker
Minggu II III pasca operasi :

a.

Latihan lingkup gerak sendi aktif dan aktif asistif


pada panggul, lutut, pergelangan kaki

b.

Latihan penguatan pada otot gluteus dan kuadriseps

c.

Latihan berjalan sampai tercapai fuul weight bearing


mandiri

Minggu IV XII pasca operasi


a.Peningkatan program latihan di atas
b. Perbaikan pola jalan
c.Perbaikan aktivitas fungsional lain
VIII.

Standar RS
RS Tipe C

IX.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter Umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik

Terapis : Fisioterapis, Okupasi Terapis

Teknisi : Prostesis Ortosis

X.

Penyulit/Komplikasi
Penyulit :

Gangguan kognisi/psikologi

Nyeri
Komplikasi :

XI.

Dekondisi

Kontraktur sendi panggul dan lutut

Dislokasi sendi
Prognosis/Masa Pemulihan

Baik bila kemampuan ambulasi optimal tercapai paling lama 12 minggu


XII.

Luaran/Outcome

Mampu ambulasi dengan stabilitas dan pola jalan yang benar

Tercapainya kemampuan fungsional sesuai usia

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
PASCA OPERASI TENDON FLEXOR
I.

Definisi
Proses rehabilitasi pada pasien pasca repair tendon primer atau sekunder daru statu
ruptura atau lasersi tendon fleksor (profundus dan atau superfisialis) jari tangan pada
zona I V

II.

Diagnosis Fungsional
Keterbatasan fungsi tangan akibat repair tendon flexor

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional


Pemeriksaan umum : tanda vital, luka operasi, kondisi sitematik
Pemeriksaan khusus :
Pemeriksaan fungsional tangan : kemampuan melakukan flexion

terminal hold, pemeriksaan sensoris (raba, 2 point discrimination)


Minggu 1 sampai ke 6 : pemeriksaan lingkup gerak sendi jari tangan

secara pasif

Setelah minggu ke 8 : pemeriksaan keterampilan tangan dan


pemeriksaan kekuatan pinch dan grip

IV.

Pemeriksaan Penunjang

Radiology : X-ray

Elektrodiagnostik : EMG

V.

Konsultasi

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi

Dokter Spesialis Bedah Plastik

VI.

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap

VII.

Terapi/Intervensi
Farmakologi : analgetik, anti inflamasi, neurotropika, tropical (manajemen jaringan
parut)
Non Farmakologi : untuk mencapai tendon gliding yang maksimal dan fungsi tangan
yang optimal :

Splint : modifikasi splint dinamik fleksor

Program latihan :
-

Hari pertama sampai minggu IV : latihan dalam splint (posisi


pergelangan tangan fleksi 20 - 30, sendi MP70, sendi IP ekstensi penuh),
fleksi pasif dan ekstensi aktif, frekuensi 10 x tiap jam

Minggu IV-VI : posisi splint dirubah menjadi posisi pergelangan tangan


0, sendi MP0-10, sendi IP eksternal penuh, latihan sesuai diatas

Minggu VI-VIII : splint dilepas, latihan sam dengan diatas

Minggu VIII-XII : latihan ke arah aktivitas semula secara bertahap

VIII.

Standar RS
RS Tipe B

IX.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Terapis : Okupasi Terapis

Teknisi : Prostesis Ortosis

X.

Penyulit/Komplikasi

Penyulit :

Cedera saraf

Fraktur

Penyakit sistematik (Diabetes Militus)

Gangguan kognitif
Komplikasi :

Infeksi

Jaringan parut

Kontraktur

Ruptur berulang

XI.

Prognosis/Masa Pemulihan
Baik, fungsi tangan tercapai dalam waktu 12

minggu

Buruk, bila ada penyulit/komplikasi

XII.

Luaran/Outcome
Tercapainya kemampuan fungsional tangan

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

REHABILITASI
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
I.

Definisi
Rehabilitasi pada penyakit paru kronik yang ditandai hambatan aliran udara disaluran
nafas yang progressive unreversible atau partial reversible, yang mengakibatkan
gangguan pola pernafasan, penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang
menetap.
Faktor risiko :

Merokok (terpenting)

Polusi udara

Hiperaktivitas bronkus

Riwayat infeksi saluran nafas berulang

Defisiensi antitripsin alfa-1 (jarang di Indonesia)

II.

Diagnosis Fungsional
PPOK ringan/sedang/berat dalam fase pasca akut/pemulihan/lanjut, yang berakibat :

Penurunan fungsi paru

Penurunan fungsi otot

Kondisi gizi yang makin buruk

Dengan masalah :

Sesak nafas atau nafas pendek dengan inspirasi menggunakan otot-

otot nafas sekunder


Banyak dahak disaluran nafas dengan kemampuan batuk yang

menurun/buruk
Penurunan kapasitas fisik yang berakibat penurunan kemampuan

berjalan, naik tangga, penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari (termasuk merawat


diri)

Rasa cemas sampai depresi (akut atau keronis)

Gangguan pola tidur dan insomia

Terganggunya aktivitas sosial

Meningkatnya hari mangkir kerja

III.

Pemeriksaan Fisik dan Fungsional


Umum :
Sesak nafas atau nafas pendek, penilaian dengan respiratory rate dan

skala Borg untuk pernafasan

Nadi (frekuensi dan regularitas), tensi

Tinggi dan berat badan (hitung Body Mass Index)

Khusus :
Pola pernafasan (inspirasi dan ekspirasi), kemampuan kontrol

pernafasan dan pergerakan pernafasan (simetris/asimetris)

Ada/tidak pola nafas paradoksal

Ekspansi toraks (atas, tengah, bawah)

Aktivitas dan spasme otot-otot nafas sekunder

Postur : kiposis, kiposkoliosis

Wheezing (inspirasi atau ekspirasi), ronki, dahak (lokasinya)

Atrofi otot-otot ekstremitas

Gejala kor pumonale

Pemeriksaaan fungsional :
Uji latih (Sub Maksimal) bisa berupa :

Uji jalan 6 menit

Sepeda statik (incremental/steady state)

Treadmill (incremental/steady state) dengan/tanpa monitor

Dari hasil uji latih, ditentukan kemampuan fungsional dalam meter/Watt/VO2


max/Mets.
Penilaian kualitas hidup dengan : alat ukur kualitas hidup

spesifik, misal : St George Respiratory Questionnaire.


IV.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
- Daerah rutin (hb, Ht, Leukosit)
- Analisa gas darah
- Pemeriksaan fungsi ginjal
Radiology :
- X-Ray toraks PA dan lateral
- CT Scan resolusi tinggi
Pemeriksaan faal paru : Spirometri

V.

Konsultasi
- Dokter Spesialis Gizi Klinik
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- Dokter Spesialis Paru
- Dokter Spesialis Jantung

VI.

Perawatan RS

Rawat jalan

Rawat inap, rawat inap pada kondisi pasca eksaserbasi akut, komplikasi
gizi buruk

VII.

Terapi/Intervensi
a.

Pasca eksaserbasi akut (di rumah


sakit)
Tujuan :
- Mengatasi sesak nafas
- Mencegah sindroma dekondisi

Program :
- Medikamentosa : bronkodilator, steroid, mukolitik (inhalasi)
- Edukasi untuk posisi mengurangi sesak (waktu berbaring, duduk, berdiri)
- Latihan relaksasi (imagery, terapi musik, pernafasn pursedlip)
- Latihan ankle pumping aktif/pasif
- Latihan aktif/aktif asistif anggota gerak, terutama anggota gerak bawah
- Terapi fisik dada untuk mengeluarkan dahak (aktif atau dibantu), bila perlu
memakai alat (Positive and expiratory pressure/flutter)
- Mobilisasi aktif segera bila sesak berkurang
b.

Fase pemulihan (dirumah sakit, rawat


jalan, home program)
Tujuan :
-

Mencegah

dan

mengurangi

frekuensi eksaserbasi
-

Meningkatkan toleransi latihan

Meningkatkan

kemampuan

AKS/aktivitas kerja
Program :
- Edukasi
o

Program berhenti merokok

Penggunaan obat, tujuan/manfaat latihan dihubungkan dengan


patofisiologi penyakit

Strategi pernafasan optimal

Prinsip konservasi energi dan penyederhanaan kerja

Pemakaian CPAP (Continous Positive Airway Pressure) dan LTOT


(Long Term Oxygen Therapy)

Latihan relaksasi : relaksasi pernafasan dan relaksasi


Jacobson

Terapi fisik dada :


o

Control pernafasan dan perbaikan pola nafas

Pemebrsihan jalan nafas (active cycle breathing


technique) dan dengan alat (PEEP/flutter)

Kelenturan otot-otot nafas sekunder, otot bahu,

memperbaiki mobilitas dinding dada dan koreksi postur bila perlu


Meningkatkan/memperbaiki

kemampuan

otot

inspirasi
-

Terapi okupasi :
o

Posisi tubuh yang benar

Penyesuaian aktivitas dengan pola


nafas
Perencanaan

dan

prioritas

aktivitas/kerja
Pemakaian alat bantu (bila perlu)

Latihan rekondisi (bila perlu


diberikan Oksigen atau meningkatkan asupan oksigen selama latihan) :
Rekondisi

o
kardiorespirasi : jalan, sepeda statik, treadmill.

Beban disesuaikan dengan hasil uji latih, dapat dengan beban tetap atau
ditingkatkan bertahap.
o Rekondisi grup otot (extremitas atas, extremitas bawah, abdominal)
o Rekondisi otot permafasan (dengan/tanpa alat) : perasat Muller,
Inspiratory muscle trainer, incentive spirometri
c.

Fase

lanjut

(rawat

jalan,

home

program, latihan kelompok.klub senam )


Tujuan :
- Mempertahankan kapasitas fungsional/latihan
- Mempertahankan kemampuan AKS/aktivitas kerja/psikososial dengan coping skill
yang optimal
Program :
- Edukasi :
o

Pemakaina obat

Control faktor risiko

Program latihan berkelanjutan, terutama control pernafasan dan latihan


rekondisi

Melanjutkan latihan pada fase pemulihan :


Khusus latihan rekondisi : meningkatkan intensitas,

mempertahankan frekuensi dan durasi latihan


Intensitas dievaluasi dengan uji latih berkala (setiap 2-3

o
bulan)
o

Frekuensi : 3-5 kali per minggu

Durasi : 30 menit, dalam bentuk latihan kontinyu atau


interval

Latihan dalam klub senam PPOK atau senam


asma

VIII.

Standar RS

Rumah sakit tipe C untuk PPOK ringan

Rumah sakit tipe B untuk PPOK sedang

Rumah sakit tipe A/B pendidikan untuk


PPOK berat, PPOK dengan korpulmonale

IX.

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dokter Umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik

Perawat Rehabilitasi

Terapis (fisioterapis, okupasi terapis)

Psikolog

X.

XI.

Penyulit/Komplikasi

Penyulit : infeksi saluran nafas berat, pneumotoraks

Komplikasi : eksaserbasi akut, perburukan gizi, korpulmonale

Prognosis/Masa Pemulihan

Berlangsung seumur hidup dan makin memburuk.


Dengan rehabilitasi, memperlambat perburukan klinis/fungsional, memperbaiki
kemampuan merawat diri/beraktivitas dan memperbaiki kualitas hidup.
XII.

Luaran/Outcome
Sembuh parsial, mampu melakukan aktivitas sesuai kapasitas respirasi dan cadangan
endurancenya (ditentukan dengan uji latih).

Spirometri

Analisa gas darah : setiap 1-3 bulan

Kemampuan fungsional : uji latih, bila stabil setiap 3 bulan

Sumber: www.fisioterapimakasar.info

You might also like