You are on page 1of 33

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Materi

: Absorbsi CO2 dengan NaOH

Kelompok

: 13

1. Christyowati Primi Sagita

NIM

: 21030113130142

2. Erna Listyaningrum

NIM

: 21030113140188

3. Irfan Suryanto

NIM

: 21030113130148

Anggota

Semarang,

November 2015

Asisten Pembimbing

Joe Epridoena Sinulingga


NIM. 21030113130118
3

RINGKASAN
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme,
yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia. Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang
melibatkan perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa
cairan yang tidak mudah menguap. Tujuan praktikum ini adalah mempelajari pengaruh laju alir
NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase gas (kGa), nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa), dan nilai tetapan
reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
Bahan yang digunakan adalah larutan NaOH, gas CO 2, HCl 0.25 N, indicator PP dan MO,
serta aquadest. Alat yang digunakan adalah reaktor kolom packed. Langkah awal yang dilakukan
adalah membuat larutan induk NaOH 0.5 N sebanyak 15 liter. Lalu menentukan fraksi kosong
pada kolom absorbsi, operasi absorbs, dan terakhir menganalisis sampel.
Dari data yang diperoleh, terdapat kenaikan dan penurunan jumlah mol CO2 yang
terserap, nilai tetapan kGa, kLa, serta k2. Namun dapat disimpulkan, semakin besar laju alir larutan
NaOH maka semakin besar pula mol CO 2 yang terserap dalam larutan NaOH, semakin besar pula
nilai koefisien perpindahan massa CO2 fase gas, semakin besar pula nilai koefisien perpindahan
massa CO2 fase cair, dan semakin besar pula nilai koefisien reaksi antara CO 2 dengan NaOH.
Sebagai saran, larutan penyerap divariasi agar dapat meninjau larutan penyerap terbaik untuk
menyerap gas CO2 dan rangkaian alat absorbsi CO2 ditambah dengan kontrol laju alir agar data
yang diperoleh lebih valid.

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia berjudul Absorpsi CO2 dengan NaOH dengan
baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan
Praktikum Proses Kimia.Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Proses Kimia ini adalah
sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikumdan melengkapi
tugas dari Praktikum Proses Kimia.Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang
dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber
lainnya.
Dengan ini, kami juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA. sebagai Penanggung jawab Laboratorium Proses Kimia.
2. Bapak Dr. Andri Cahyo Kumoro, ST, MT sebagai dosen pengampu materi Absopsi CO 2
dengan NaOH.
3. Asisten Laboratorium Proses Kimia.
4. Teman-teman 2013 yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan.Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan
ini.Maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dalam untuk peningkatan mutu dari
laporan serupa di masa mendatang.Akhir kata, selamat membaca dan terimakasih.

Semarang, November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................iii
RINGKASAN..............................................................................................................................iv
PRAKATA .................................................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan....................................................................................................2
1.4 ManfaatPercobaan...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorpsi...................................................................................................................4
2.2 Analisis Perpindahan Massa& Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas Oleh Cairan....5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Rancangan Praktikum...............................................................................................9
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan................................................................................9
3.3 Gambar Rangkaian Alat...........................................................................................10
3.4 Prosedur Praktikum.................................................................................................10
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan jumlah CO2 yang terserap sebagai fungsi waktu..........................13
4.2 Jumlah CO2 yang terserap sebagai fungsi waktu.....................................................14
4.3 Hasil percobaan pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kGa.................................14
4.4 Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kGa............................................................15
6

4.5 Hasil percobaan pengaruh laju alir NaOH terhadap KLa.........................................16


4.6. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kLa...........................................................16
4.7 Hasil percobaan pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai konstanta kecepatan
reaksi.......................................................................................................................17
4.8. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai konstanta kecepatan reaksi......................17
4.9 Pemisahan eugenol dari minyak cengkeh dengan cara distilasi fraksinasi..............18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................13
LAPORAN SEMENTARA
LEMBAR ASISTENSI

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah CO2 yang terserap tiap variabel.................................................................13
Tabel 4.2. Nilai kGa tiap variabel laju alir NaOH....................................................................14
Tabel 4.3. Nilai kLa tiap variabel laju alir NaOH....................................................................16
Tabel 4.2. Nilai k2 tiap variabel laju alir NaOH......................................................................17

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Absorpsi dan Desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di Pabrik Urea................4
Gambar 2.2 Mekanisme Absorpsi Gas CO2 dengan Larutan NaOH...........................................5
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama.............................................................................................10
Gambar 4.1. Hubungan jumlah CO2 terserap tiap waktu terhadap laju alir NaOH.....................13
Gambar 4.2. Hubungan kGa terhadap laju alir NaOH..................................................................15
Gambar 4.3. Hubungan kLa terhadap laju alir NaOH..................................................................16
Gambar 4.2. Hubungan konstanta reaksi terhadap laju alir NaOH..............................................17

DAFTAR LAMPIRAN
Data Percobaan
Lembar Perhitungan
Data Pendukung (Referensi)

10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan
bahan baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh
karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau
heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson, 1996). Walaupun terdapat
perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan, namun terdapat satu
fenomena yang selaluterjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung. Maka salahsatu atau
lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan
antarfase/batas atau menuju aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase
yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan
komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang
tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat
terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan utama
cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan.
Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya
proses absorpsi dijalankan dalam reactor tangki berpengaduk bersparger, kolomg
elembung (bubble column) atau kolom yang berisi tumpukan partikel inert
(packedbed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada pemurnian gas
sintesis,recovery beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan
pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan, seperti H 2SO4, HCl, HNO3,
formadehid dll (Coulson, 1996). Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang
kuat merupakan proses absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO 2
dan ion OH- membentuk ion CO32- dan H2O. Sedangkan reaksi antara CO2 dengan
CO32- membentuk ion HCO3- biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan
Sharma, 1972). Namun, menurut Rehmet al. (1963) proses ini juga biasa dianggap
mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
1

Perancangan

reaktor

kimia

dilakukan

berdasarkan

pada

permodelan

hidrodinamika reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model
matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di dalam
sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi kimia biasanya
dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan mempertimbangkan
kebutuhan

reaktan,

kemudahan

pengendalian

reaksi,

peralatan,

kemudahan

menjalankan reaksi dan analisis, dan ketelitian.


1.2 Perumusan Masalah
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Pada percobaan dilakukan
perbandingan laju alir NaOH yaitu 3 ml/s , 4 ml/s , dan 5 ml/s untuk mengertahui
pengaruhnya terhadap jumlah CO2 yang terserap, nilai tetapan perpindahan massa
CO2 fase gas (kGa), nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa), dan nilai
tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
1.3 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
beberapa hal berikut:
1. Pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO 2 yang terserap pada berbagai
waktu reaksi.
2. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase gas (kGa).
3. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2
fase cair (kLa).
4. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO 2 dan
NaOH (k2).

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap jumlah CO2 yang
terserap pada berbagai waktu reaksi.
2. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan
perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase cair (kLa).
4. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan
reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi
melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini
adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi
karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses absorbsi fisik dapat dijelaskan
dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman
(1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan
gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini
adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya.
Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO 2 pada

Absorber

pabrik Amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia

Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi


dengan sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi

packing yang inert (packed column) atau piringan (tray column). Pemilihan peralatan
proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu,
tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai
reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO 2 melalui
lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam
fase gas dan dalam faselarutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas kebadan
utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-).
Skema proses tersebutdapatdilihat pada Gambar 2.2.

Gas bulk flow

Gas film

Liq. film Liq. bulk flow

pg
Pai
A*

Gambar 2.2. Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH


Laju perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas:
Ra = kGa ( pg - pai )
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :

A* H . pai

(2)

dengan H pada suhu 30oC = 2,88 10-5 g mol/cm3. atm.


Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil:

D A . k 2 .[OH ]

Ra=[ A ] a

(3)

Keadaan batas:

D A . k 2 .[OH ]
kL

(a)

>>> 1

D A . k 2 .[OH ]
kL

(b)

<<<

[ OH ]
z . A

DA
DB

dengan z adalah koefisien reaksi

kimia antara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2.


Di fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa tahapan
proses:
NaOH (s)

Na+ (l) + OH-(l)

(a)

CO2 (g)

CO2 (l)

(b)

CO2 (l) + OH-(l)

HCO3- (l)

(c)

HCO3- (l) + OH-(l)

H2O (l) + CO32- (l)

(d)

CO32- (l) + Na+ (l)

Na2CO3 (l)

(e)

Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses


absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO 2 ke dalam larutan NaOH
terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain atau
dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar dan
Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :


D A . k 2 .[OH ]

1+a . H .

k Ga
D A . k 2 .[OH ]
a . H . pg ..

Ra=

(4)

Jika nilai kL sangat besar, maka :

D
1+a . H .
atas menjadi :

D
a . H . pg ..

D A . k 2 .[OH ] 1

. k 2 .[OH ]+ k
k Ga

kL

, sehingga persamaan di

2
L

. k 2 .[OH ]+ k

Ra=
A

2
L

(5)

Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH -] dalam larutan.

Hal ini berakibat :

[OH ] D A

DB
z.A
D A . k 2 .[OH ]
kL

(6)

Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO 2 ke dalam larutan NaOH akan

Ra=
mengikuti persamaan :

a . H . pg . . k L
a . H . .k L
1+
k Ga

(7)

Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer
massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi
kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):

[OH ] DB

z . A DA
[OH ] D B
.
z . A DA
. 1+

D A . k 2 .[OH ]
kL
=

(8)

Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah 2,1
10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu
tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa dapat
dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
k Ga .dp

Q
=4,0777 x CO2 . CO 2
DA
CO 2 . a
2

Dengan a=

6 (1)
dp

1,4003

CO 2
x
CO2 . D A

) (

1
3

(9)

V void

=
dan
VT

Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan :


2
CO 3

mol
mol (CO2 , liq)
k Ga=
=
A . Z . . p lm

(10)

Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan p = pin - pout.
Sedangkan nilai kLa dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and
Xu, 1992):
k La . dp

.Q
=0,2258 x NaOH NaOH
DA
.a

0,3

) (
x

.DA

0,5

(11)

Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju
difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO 2 pada batas film cairan
8

dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2 yang sangat

cepat selama reaksi sepanjang film. Adapun, tebal film (x) dapat ditentukan
persamaan:
2
CO 3

mol
D .( P P out )
x= A

(12)

10

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1. Rancangan Praktikum
3.1.1. Skema Rancangan Percobaan

Membuat larutan
NaOH 0.5 N 15
Liter dan HCl
0.25 N 1 Liter

Menghitung fraksi
kosong

Operasi absorbsi
variabel laju alir 3
ml/s

Mengganti
variabel operasi
absorbsi menjadi
laju alir 4 ml/s

Menitrasi sampel
dengan HCl
menggunakan
indikator PP dan
MO

Mengambil 10 ml
sampel tiap 1
menit selama 10
menit

Mengambil 10 ml
sampel tiap 1
menit selama 10
menit

Menitrasi sampel
dengan HCl
menggunakan
indikator PP dan
MO

Mengganti
variabel operasi
absorbsi menjadi
laju alir 5 ml/s

Menitrasi sampel
dengan HCl
menggunakan
indikator PP dan
MO

Mengambil 10
ml sampel tiap 1
menit selama 10
menit

3.1.2. Variabel Operasi


a. Variabel tetap

Tekanan CO2

: 5,5 bar

Suhu

: 25oC

Konsentrasi NaOH

: 0,5 N

b. Variabel berubah

Laju alir NaOH

: 3 ml/s , 4 ml/s , 5 ml/s


11

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1. Bahan yang digunakan
a. Kristal NaOH 306,12 gram
b. Cairan Gas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
c. Udara
d. Aquadest 16 liter
e. Reagen untuk analisis yaitu larutan HCl 0,25 N dan indikator PP dan
MO
3.2.2. Alat yang digunakan
a. Dua tangki penampungan
b. Kolom Packed (Absorber)
c. Pompa
d. Mixer
e. Kompresor

3.3. Gambar Rangkaian Alat Praktikum

12

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama


3.4. Prosedur Praktikum
1.

Membuat larutan induk NaOH dengan konsentrasi sesuai


variabel sebanyak 15 L

Menimbang massa NaOH sebanyak 306,12 gram


Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 15 L
Larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk dioperasikan
2.

Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi

Pastikan kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup

Alirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom


absorpsi.

Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan


packing.

Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran di bawah


kolom, tampung cairan tersebut dan segera tutup kran jika cairan
dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah.

Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom


absorpsi = Vvoid.

Tentukan volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengukur


diameter
V T=

kolom

(D)

dan

tinggi

tumpukan

packing

(H),

. D2. H
4

13

Fraksi ruang kosong kolom absorpsi,

V void
VT

3. Operasi Absorpsi

NaOH dengan konsentrasi 0,5 N dipompa dan diumpankan ke dalam


kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir 3 ml/s hingga keadaan
mantap tercapai.

Mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda


ketinggian cairan dalam manometer 1 dan manometer 2 jika aliran gas
sudah steady.

Mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1


menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau
kandungan NaOH bebasnya.

Mengulangi percobaan untuk nilai variabel laju alir 4 ml/s , 5 ml/s.

4. Menganalisis sampel

Sebanyak 10 mL sampel cairan ditempatkan dalam gelas erlenmeyer


250 ml

Menambahkan indikator PP 3 tetes sampai merah jambu, dan titrasi


sample dengan larutan HCl 0,25 N sampai warna merah hampir hilang
(kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a 0,25 mmol.

Menambahkan 3 tetes indikator metil jingga (MO), dan titrasi


dilanjutkan lagi sampai warna jingga berubah menjadi merah
(kebutuhan titran = b mL), atau kebutuhan HCl = b 0,25 mmol.

Jumlah NaOH bebas = (2a-b) 0,25 mmol di dalam 10 mL sample


Konsentrasi NaOH bebas = (2a-b) 0,25 mol/L

14

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil percobaan jumlah CO2 yang terserap
Tabel 4.3. Jumlah CO2 yang terserap tiap variabel
t (menit)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Laju alir NaOH 3 ml/s


0.1925
0.2475
0.25
0.26
0.235
0.255
0.2475
0.245
0.2425
0.25
0.255

Laju alir NaOH 4 ml/s


0.2625
0.26
0.275
0.255
0.27
0.2625
0.27
0.265
0.2625
0.2525
0.26

Laju alir NaOH 5 ml/s


0.2575
0.28
0.2775
0.28
0.2875
0.275
0.28
0.2725
0.28
0.2725
0.2825

0.35
0.3
0.25
Laju alir NaOH 3 ml/s 0.2

Laju alir NaOH 4 ml/s

mol CO2 yang terserap 0.15


0.1
0.05
Laju alir NaOH 5 ml/s

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
waktu (menit)

Gambar 4.3. Hubungan jumlah CO2 terserap tiap waktu terhadap laju alir NaOH
4.2. Pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
Pada Gambar 4.1 secara garis besar dengan seiring berjalannya waktu, tiap
variabel mengalami kenaikan jumlah CO2 yang terserap. Hal ini disebabkan oleh
faktor waktu kontak antara larutan NaOH dengan gas CO 2. Semakin lama waktu
kontak antara larutan NaOH dengan gas CO 2 maka semakin banyak juga gas CO 2

yang terserap. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa laju alir 5 ml/s lebih banyak
menyerap gas CO2 daripada laju alir 3 ml/s dan 4 ml/s.
Dengan naiknya laju alir maka perpindahan massa yang terjadi juga semakin
besar. Pada laju alir NaOH yang tinggi, jumlah molekul NaOH sebagai adsorben
menjadi lebih banyak sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang dapat
bereaksi dan mengikat CO2. Peningkatan laju alir akan meningkatkan turbulensi
aliran sehingga dapat memperbesar koefisien perpindahan massa CO 2 yang terjadi
(Kartohardjono, dkk., 2007).
Berdasarkan data hasil percobaan, pada variabel laju alir 5 ml/s lebih banyak
menyerap gas CO2 daripada laju alir 3 ml/s dan 4 ml/s. Hal ini dapat disebabkan oleh
operasi absorbsi pada laju alir tersebut waktu kontak antara NaOH dengan CO 2 untuk
jumlah molekul yang sama akan semakin besar. Namun ketika laju alir NaOH terus
dinaikkan maka akan terjadi penurunan pada mol CO 2. Karena semakin besar laju alir
NaOH membuat waktu kontak menjadi lebih singkat. Waktu kontak yang singkat ini
menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih kecil dan jumlah CO 2 yang terserap
juga lebih sedikit (Maarif, 2009). Pada percobaan yang dilakukan masih dalam
rentang laju alir yang wajar. Sehingga dapat disimpulkan laju alir optimal adalah saat
laju alir NaOH sebesar 5 ml/s.
4.3. Hasil percobaan pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kGa
Tabel 4.2. Nilai kGa tiap variabel laju alir NaOH
Variabel laju alir (ml/s)
3
4
5

Nilai kGa x 103 (mol/cm3bar)


2.389
2.58
2.714

2.8
2.7
2.6
kGa x 103 (mol/cm3.bar)

2.5
2.4
2.3
2.2
3

Laju alir NaOH (ml/s)

Gambar 4.2. Hubungan kGa terhadap laju alir NaOH

4.4. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kGa


Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa laju alir NaOH 3 ml/s nilai k Ga nya
sebesar 2.389x10-3 mol/cm3bar, laju alir 4 ml/s sebesar 2.58x10-3 mol/cm3bar,
sedangkan laju alir 5 ml/s sebesar 2.714x10-3 mol/cm3bar. Dapat dilihat nilai kGa
mengalami kenaikan pada laju alir 3 ke 5 ml/.
Variabel laju alir 5 ml/s mempunyai nilai k Ga lebih besar bila dibandingkan
dengan laju alir 3 ml/s dan 4 ml/s. Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi
fisik dengan meninjau perpindahan massa total CO 2 ke dalam larutan NaOH yang
terjadi pada selang waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak
berdimensi, kGa dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
k Ga .dp

Q
=4,0777 x CO2 . CO 2
DA
CO 2 . a
2

Dengan a=

6 (1)
dp

1,4003

CO 2
x
CO2 . D A

) (

1
3

V void

=
dan
VT

Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan :

2
CO 3

mol
mol (CO2 , liq)
k Ga=
=
A . Z . . p lm

Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan p = pin - pout.
Namun karena tekanan operasi yang cukup besar maka kGa menjadi:
mol C

O2
3
A xZxxP
k G a=

Dengan
P1= Z +760 mmHg

1 cm+76 cmHg=77 cmHg=1.026

P2= Z +760 mmHg

0.8 cm+76 cmHg=76.8 cmHg=1.024

P3= Z +760 mmHg

0.6 cm+76 cmHg=76.6 cmHg=1.021

Dalam reaksi yang melibatkan gas, tekanan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Pada percobaan yang dilakukan, tekanan pada setiap
variabel mengalami penurunan seiring bertambahnya laju alir NaOH. Sehingga hal
tersebut menyebabkan nilai KGa mengalami kenaikan seiring bertambahnya laju alir
NaOH karena tekanan berbanding terbalik dengan nilai KGa.
4.5. Hasil percobaan pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kLa
Tabel 4.3. Nilai kLa tiap variabel laju alir NaOH
Variabel laju alir (ml/s)
3
4
5

Nilai kLa x 107 (m3/s)


1.241
1.34
1.674

1.8
1.6
1.4
1.2
1
kLa x 107 (m3/s)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
3

Laju alir NaOH (ml/s)

Gambar 4.3. Hubungan kLa terhadap laju alir NaOH

4.6. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai kLa


Pada Gambar 4.3 dapat dilihat pada laju alir NaOH 3 ml/s nilai k La nya
sebesar 1.241x10-7 m3/s, laju alir 4 ml/s sebesar 1.34x10 -7 m3/s, sedangkan laju alir 5
ml/s sebesar 1.674x10-7 m3/s. Dapat dilihat nilai kLa mengalami kenaikan pada laju
alir 3 ml/s ke 5 ml/s.
Variabel laju alir 5 ml/s mempunyai nilai kLa lebih besar bila dibandingkan
dengan variabel 3 ml/s dan 4 ml/s , hal ini dapat disebabkan Pada laju alir NaOH
yang tinggi maka jumlah molekul NaOH yang menjadi absorben semakin banyak,
sehingga molekul zat cair yang bereaksi dengan CO 2 semakin banyak pula. Semakin
banyak reaksi yang terjadi maka semakin banyak pula perpindahan massa interfase
cair yang terjadi sehingga nilai KLa menjadi semakin besar (Ardhi dkk., 2015).

4.7. Hasil percobaan pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai konstanta
kecepatan reaksi
Tabel 4.4. Nilai k2 tiap variabel laju alir NaOH
Variabel laju alir (ml/s)
3
4
5

Nilai k2 x 10-11 (ml.mol.s)


5.326
4.741
4.343

6
5
4
k2 x 10-11 (mL.mol.s)

3
2
1
0
3

Laju alir NaOH (ml/s)

Gambar 4.4. Hubungan konstanta reaksi terhadap laju alir NaOH


4.8. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai konstanta kecepatan reaksi
Pada Gambar 4.4 dapat dilihat nilai koefisien reaksi CO2 dengan laju alir
NaOH 3 ml/s nilai k2 nya sebesar 5.326x1011 ml.mol.s, laju alir 4 ml/s sebesar
4.741x1011 ml.mol.s, sedangkan laju alir 5 ml/s sebesar 4.343x10 11 ml.mol.s. Dapat
dilihat nilai k2 mengalami penurunan pada laju alir 3 ml/s ke 5 ml/s.
Peningkatan laju alir NaOH akan memperkecil diameter partikel. Hal tersebut
sesuai dengan rumus bilangan Reynold:
R e' =

Dp . F RC . v .

Dimana laju alir NaOH akan memperbesar bilangan Reynold dan memperkecil
diameter partikelnya. Pada percobaan yang dilakukan diameter partkel menurun
seiring bertambahnya laju alir NaOH. Dimana diameter partikel berbanding terbalik
dengan nilai a. Sehingga dengan nilai a yang semakin besar menyebabkan nilai k 2
semakin kecil seiring bertambahnya laju alir. Hal tersebut sesuai dengan rumus:
a=

1.5
dp


O H

O H

2
Ra. a . H . D A . [ k Ga )
DA .
a . H . Pg.
Ra

k 2=

4.9. Pemisahan eugenol dari minyak cengkeh dengan cara distilasi fraksinasi
Distilasi fraksinasi pada minyak cengkeh pada suhu 200oC dan 250oC tidak
menghasilkan eugenol murni (minimal 98%), namun dapat meningkatkan kadar dari
eugenol tersebut dari 93.34% hingga 97.03%. Perlakuan tekanan yang lebih kecil dan
jumlah refluks yang lebih banyak akan lebih memurnikan minyak cengkeh menjadi
eugenol. Dengan distilasi fraksinasi pada minyak cengkeh dimana proses berlangsung
pada suhu dan tekanan rendah menghasilkan residu yang mutunya meningkat dengan
kriteria kadar eugenol meningkat, berat jenis meningkat, semakin larut dalam alcohol,
indeks bias yang meningkat dan nilai putaran optik yang sesuai dengan kriteria
minyak cengkeh asli (Nurhasanah, dkk., 2001)

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Pengaruh laju alir NaOH adalah semakin besar laju alir larutan NaOH maka
semakin besar pula mol CO2 yang terserap dalam larutan NaOH.
2. Pengaruh laju alir NaOH adalah semakin besar laju alir larutan NaOH maka
semakin besar pula nilai koefisien perpindahan massa CO2 fase gas.
3. Pengaruh laju alir NaOH adalah semakin besar laju alir larutan NaOH maka
semakin besar pula nilai koefisien perpindahan massa CO2 fase cair.
4. Pengaruh laju alir NaOH adalah semakin besar laju alir larutan NaOH maka
semakin besar pula nilai koefisien reaksi antara CO2 dengan NaOH.
5.2. Saran
1. Larutan penyerap divariasi agar dapat meninjau larutan penyerap terbaik
untuk menyerap gas CO2.
2. Rangkaian alat absorbsi CO2 ditambah dengan kontrol laju alir agar data
yang diperoleh lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA
Ardhi, A., Ivannia, B dan Pasaribu, D. 2015. Absorbsi CO2 dengan larutan NaOH.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid
flow, heat transfer and mass transfer, 5 ed. Butterworth Heinemann, London,
UK.
Danckwerts, P.V. dan Kennedy, B.E., 1954, Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process, Transaction of the
Institution of Chemical Engineers, 32:S49-S52.
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid Reactions, McGraw-Hill Book Company, Inc.,
New York, pp. 42-44,
Franks, R.G.E., 1967, Mathematical modeling in chemical engineering. John Wiley
and Sons, Inc., New York, NY, USA, pp. 4-6.
Juvekar, V. A. dan Sharma, M.M., 1972, Absorption of CO, in a suspension of lime,
Chemical Engineering Science, 28, 825-837.
Kartohardjono S, Subihi A and Yuliusman 2007 Absorbsi CO2 dari Campurannya
dengan CH4 atau N2 melalui Kontaktor Membran Serat Berongga
Menggunakan Pelarut Air 11 97102
Kumoro dan Hadiyanto, 2000, Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda
Api dalam Unggun Tetap, Forum Teknik, 24 (2), 186-195.
Levenspiel, O., 1972, Chemical reaction engineering, 2 ed. John Wiley and Sons,
Inc., New York, NY, USA, pp. 210-213, 320-326.
Maarif, S dan Arif, j., 2009, Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas
dengan Larutan NaOH secara Kontinyu. Universitas Diponegoro. Semarang
Nurhasanah, S., Mardawati, E. dan Herudiyanto, M. 2001. Pemisahan Eugenol dari
Minyak Cengkeh dengan Cara Distilasi Fraksinasi. Universitas Padjajaran
Rehm, T. R., Moll, A. J. and Babb, A. L., 1963, Unsteady State Absorption of Carbon
Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions, American Institute of
ChemicalEngineers Journal, 9(5), 760-765.
Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass

transfer characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of


theInstitution of Chemical Engineers, (Part A) 70, 459464.

PROSEDUR ANALISA
A. Mengukur massa jenis HCl
1. Mengukur berat piknometer kosong (w0)
2. Mengukur berat piknometer dengan air (w1)
3. Menghitung volum piknometer
w
( 1w0 )
air
V piknometer =
4. Mengukur berat piknometer dengan HCl
5. Menghitung massa jenis HCl
w
( 2w0 )
V piknometer
HCl=

B. Membuat larutan NaOH 0.5N sebanyak 15 liter


1. Menimbang 306.12 gram kristal NaOH
2. Melarutkan Kristal NaOH dengan aquadest 15 liter
C. Membuat larutan HCl 0.25N sebanyak 1 liter
1. Mengambil 28.52 ml HCl 25% dan memasukkannya ke dalam labu takar
2. Menuangkan aquadest dalam labu takar sampai tanda batas

You might also like