You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaikbaiknya. Makalah ini membahas tentang hasil penilaian terhadap sebuah bangunan yang ditinjau
dari berbagai aspek sesuai dengan kriteria penilaian yang nantinya akan memberikan kesimpulan
apakah kadar Arsitektur Bali pada bangunan tersebut sudah memenuhi syarat Arsitektur Bali.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Arsitektur Bali 3, Fakultas
Teknik Arsitektur, Universitas Udayana. Dalam penyusunannya, makalah ini mengambil materi
dari beberapa sumber literatur yang diantaranya didapatkan dari tim pengajar mata kuliah ini.
Maka dari itu diucapkan terimakasih kepada orang-orang yang terlibat dalam mendukung proses
penyelesaian makalah ini baik dalam bentuk dukungan materi, sumber literatur, maupun moral.
Adapun diantaranya :
1. Ir. I Wayan Gomudha, MT. Sebagai koordinator mata kuliah Arsitektur Bali 3.
2. Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT. sebagai tim dosen yang memberikan
materi tentang pengaplikasian Nirupa dan Rinupa Arsitektur Bali.
3. Ir. I Wayan Meganada, MS.Ars. Sebagai anggota tim dosen yang memberikan
pengertian logika dari Arsitektur Bali pada era modern.
4. Teman-teman yang memberikan dukungan moral dalam penyelesaian makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi refrensi dalam mengetahui cara dalam menilai
kadar Arsitektur Bali dalam sebuah bangunan dengan aspek penilaian yang pasti dan tepat
sehingga dapat disimpulkan apakah bangunan tersebut memiliki kadar Arsitektur Bali yang
memenuhi syarat atau tidak.

Denpasar, 2 Juni 2015


Penulis,

DAFTAR ISI

Arsitektur Bali III 1

KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1
Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4
1.4 Metode Penulisan...................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PROFIL OBJEK OBSERVASI........................................................................................................6
2.1 Swiss Bel Inn Hotel................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................8
PENILAIAN....................................................................................................................................8
3.1 Penilaian Kinerja Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Karya Terbangun 8
3.1.1 Panduan penilaian..........................................................................................................12
3.1.2 Jumlah Nilai Indikator :.................................................................................................12
BAB IV..........................................................................................................................................13
SOLUSI PERBAIKAN.................................................................................................................13
4.1 Filosofi tri hita karana sebagai inti arsitektur tradisional bali.............................................13
4.2 Tata ruang orientasi..............................................................................................................13
4.3 Tata Letak/Setting Massa.....................................................................................................13
4.4 Tata Bangunan......................................................................................................................14
4.5 Penilaian Kinerja Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Karya Terbangun
....................................................................................................................................................15
4.5.1 Panduan penilaian :.......................................................................................................18
4.5.2 Jumlah Nilai Indikator :.................................................................................................19
BAB V...........................................................................................................................................20
PENUTUP.....................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................21

Arsitektur Bali III 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatarbelakangi oleh adanya penugasan dari mata kuliah
Arsitektur Bali 3, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana. Penugasan ini
mengharuskan mahasiswa untuk memberikan penilaian terhadap sebuah bangunan modern yang
sekiranya memiliki kadar Arsitektur Bali yang kurang dari 50%. Dengan begitu mahasiswa dapat
menilai dan dapat merevisi bangunan tersebut sesuai dengan aspek penilaian yyang sudah
diberikan sebelumnya.
Arsitektur Bali III 3

Selain itu, maraknya berdiri bangunan-bangunan modern diBali khususnya didaerah


Denpasar

membuat

tampilan

bangunan

dengan Arsitektur

Bali

semakin

berkurang

keberadaannya. Hal ini memberikan efek yang sangat bisa dirasakan yaitu berkurangnya
identitas Bali yang selama ini menjadi daya tarik dan ciri khas yang dimiliki Bali. Ketidak
tegasan pemerintah dalam mengatur dan menertibkan Perda yang ada tentang pengaplikasian
Arsitektur Bali pada bangunan adalah salah satu faktor terbesar bebasnya berdiri bangunanbangunan yang menghilangkan karakter asli dan ciri khas Bali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bangunan apa yang digunakan dalam penilaian kadar Arsitektur Bali?
2. Seberapa besar persentase kadar Arsitektur Bali pada bangunan tersebut?
3. Bagaimana cara meningkatkan persentase kadar Arsitektur Bali pada bangunan
tersebut?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memberikan pengetahuan lebih mendetail tentang
bagaimana cara memberikan penilaian terhadap sebuah bangunan dengan tujuan mengetahui
seberapa besar kadar Arsitektur Bali yang digunakan pada bangunan tersebut. Dengan
mengetahui cara penilaian terhadap sebuah bangunan tentunya akan memberikan wawasan baru
tentang bagaiamana sebuah bangunan itu dinilai dari segi Arsitektur Bali yang memenuhi syarat
untuk dibangun di Bali.
Tentunya mengetahui hal tersebut adalah hal yang wajib untuk seorang arsitek khususnya
arsitek diBali untuk nantinya dapat dikembangkan dan dapat diaplikasikan dalam sebuah
perancangan bangunan yang memiliki ciri khas dan mempertahankan nilai Arsitektur Bali pada
bangunan tersebut.

1.4 Metode Penulisan


1.
2.
3.
4.

Survei lokasi bangunan yang digunakan


Pencarian data-data yang diperlukan
Pencarian sumber-sumber literature penilaian
Penyusunan makalah berdasarkan sumber-sumber dan hasil survei yang didapat

Arsitektur Bali III 4

BAB II
PROFIL OBJEK OBSERVASI

Arsitektur Bali III 5

2.1 Swiss Bel Inn Hotel

Gambar 1, 2.1 Hotel Swiss Bel Inn, Seminyak, Kuta

Dikutip dari http://www.swiss-belhotel.com/. Hotel yang digunakan dalam penilaian


persentase kadar Arsitektur Bali pada makalah ini adalah sebuah hotel dikawasan Seminyak,
Kuta yang beralamat di Jalan Sunset Road No. 88 S, Seminyak, Kuta, Bali (80361). Hotel Swiss
Bel Inn ini mulai dibangun pada pertengahan tahun 2012 lalu yang menghabiskan waktu
pembangunan sekitar 1 tahun hingga pertengahan tahun 2013. Dengan fasilitas yang memadai
seperti kolam berenang, fitness centre, spa, dan restaurant, hotel ini menjadi salah satu pilihan
terbaik didaerah tersebut untuk mengisi waktu liburan dan bersantai. Selain itu, hotel ini juga
menyediakan ballroom yang dapat menampung 320 tamu sekaligus dengan ruangan yang dapat
dibagi menjadi 2 bagian untuk acara yang lebih kecil seperti meeting, seminar, dan rapat.
Yang menjadi salah satu daya tarik dari hotel ini adalah jaraknya yang mudah dijangkau
dari Bandara Internasional Ngurah Rai yang menjadi sumber kedatangan tamu terbanyak diBali.
Jarak antara Bandara menuju hotel ini hanya 8 km atau kurang dari setengah jam dari Bandara
Ngurah Rai. Selain itu ketika mereservasi kamar pada hotel ini, tamu akan langsung ditawarkan
Arsitektur Bali III 6

dengan 196 kamar yang ada


dihotel ini dengan berbagai
klasifikasi tipe kamar yaitu
seperti kamar tipe deluxe,
superior deluxe, grand deluxe,
dan suite. Dengan berbagai hal
tersebut, tidak heran jika Hotel
Swiss Bel Inn ini menjadi
salah satu hotel pilihan yang
direkomendasikan
tamu-tamu

kepada

yang

ingin

menghabiskan waktu liburan


mereka diBali.

Gambar 2, 2.2 Denah Hotel Swiss Bel Inn, Seminyak, Kuta

BAB III
PENILAIAN
3.1 Penilaian Kinerja Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun
Karya Terbangun

NO
a.
I

UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR INDIKATOR

RATING/GRADE

KINERJA

INDIKATOR

b.
FILOSOFI TRI HITA KARANA SEBAGAI

c.

KET
d.

INTI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

Arsitektur Bali III 7

Keharrmonisan yang setara antara manusia


dengan ruang / bangunan (masih dalam
1.1

skala manusia / human scale dan


terpenuhinya kebutuhan serta persyaratan

4
1

manusia pada ruang / bangunan &


lingkungan).
Keharmonisan yang setara antara ruang /
bangunan dengan lingkungan dan alam
1.2 sekitar (tidak dominan terhadap lingkungan

3
1

dan merusak lingkungan secara fisik, fisikis


`

dan estetis).
Merupakan suatu Lingkung Bina yang
memiliki Atmosphere (suasana dan karakter)
1.3

Alam Bali; dan memiliki sebuah house hold


temple/tempat suci" bila bayak karyawan

2
1

beragama Hindu (implementasi zona


Parhyangan, Pawongan dan Palemahan).
Jumlah : I
II

3 - 15

TATA RUANG DAN ORIENTASI


Nilai Ekspresi Tata Ruang pada tingkat
Lokal/Desa yaitu : Penerapan Pembagian
2.1

Tiga Zona Vertikal (Tri Loka) & Horizontal


(Tri Mandala), atau Kombinasi (Sanga

2
1

Mandala) atas nilai Hulu - ( Tengah )


Teben.
Pola Compound / Cluster yaitu : Adanya
3

Ruang Sentral (Natah) sebagai Pengikat


2.2 Gugus Massa Bangunan Jamak atau adanya

Void dalam massa bangunan monolit /


kompak.
Arsitektur Bali III 8

Ada bagian dari Lingkung Bina yang paling


2.3

mudah dikenali & masih berorientasi / kiblat


kaja-klod & kangin-kauh (tegas ditengah

2
1

kosmos).
Jumlah : II
III

3 - 15

TATA LETAK / SETTING MASSA


Gubahan massa tidak dominan terhadap
lingkungan (massa besar di dekonstruksi
3.1 menjadi kecil-kecil, sebaliknya pada lahan

2
1

sempit pola cluster dapat di rekonstruksi jadi


massa monolit / kompak).
Keberadaan ruang bebas (sesa) di sekitar
bangunan atau kepadatan bangunan tetap
3.2

dipertahankan (peluang sosok Bali,


keamanan, pencegahan kebakaran, sirkulasi
udara, RTH).
Kebebasan setting massa akibat view atau

3.3

penyelesaian sudut, namun tetap ada bagianbagian utama bangunan/kawasan menganut


kiblat Bali (kaje-klod & kangin-kauh).
Jumlah : III

IV

3 - 15

TATA BANGUNAN
4.1 Sosok Bangunan :
Menerapkan sejak awal sosok Bali dengan
struktur fisik Tri Angga secara proporsiaonal
a

hingga kebagian terkecil atau memanfaatkan

bagian-bagian sosok non Bali yang


distilisasi.
Memiliki karakter sosok bangunan tropis
beratap limas /pelana (pith roof), dihindari
b. atap datar; ada ruang antara (serambi) dan

3
1

memiliki oversteck yang cukup lebar untuk


menahan tiris
Arsitektur Bali III 9

Jumlah : 4.1.

2 - 10

4.2 Bentuk Bangunan :


Menggunakan bentuk dasar Punden
a. Berundak, menghindari bentuk-bentuk

miring / bulat.
Tata olah bentuk mencerminkan tata olah
b. handicraft dan dihindari karakter tata olah
mesin (cleaness, excactness, prececision).
Jumlah : 4.2.
4.3 Skala dan Proporsi :
Tidak terjadi di luar skala manusia dan di
a. luar proporsi manusia (out of human scale &

2 - 10

2 - 10

out of human proportion).


Gubahan massa besar di dekonstruksi
menjadi kecil-kecil dan sebaliknya, bila
b. lahan sempit massa kecil dapat di
rekonstruksi menjadi massa monolit
kompak.
Jumlah : 4.3.
4.4 Ornamen dan Dekorasi :
Dipahatkan ornamen sebagai representasi
a. Tri Angga pada bagian-bagian utama

3 - 15

bangunan (batur, tiang / dinding dan atap).


Dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai
b. aksen dan dihindari penggunaan simbolsimbol agama yang disakralkan.
Pemanfaatan Tembok Penyengker dan
c. Angkul-angkul / Pemesuan Langgam Bali
sebagai penghadir jati diri atau identitas Bali
Jumlah : 4.4.
4.5 Struktur dan Bahan :
Tata bahan dan warna : karakter alamiah,
a.

jujur terekspose (sustainable architecture);


disusun dari yang berkarakter berat di bawah

dan makin ke atas makin ringan.


Arsitektur Bali III 10

Merupakan gubahan tektonika (the art of


b. construction) antara struktur dan konstruksi

dengan ornamen secara harmoni


Jumlah : 4.5.
Jumlah Nilai

2 - 10
8 10

JUMLAH SEMUA

2
5

0
50

(Gomudha : Penilaian Kinerja Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Karya
Terbangun. 1999)
3.1.1 Panduan penilaian
Skor sesuai dengan kriteria dan nilai dasar yang dicapai Indikator dengan rating/grade : 1,2,3,4,5
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.

Sangat tdk memuaskan


Tidak memuaskan
Sedang
Memuaskan
Sangat memuaskan
Jelek
Kurang
Cukup
Baik
Baik sekali

3.1.2 Jumlah Nilai Indikator :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

E = < 50
D = 51 54
C = 55 64
B = 65 79
A = 80 - 100

Tidak memenuhi Kinerja Arsitektur Bali


Kurang memenuhi Kinerja Arsitektur Bali
Cukup memenuhi Kinerja Arsitektur Bali
Memenuhi Kinerja Arsitektur Bali
Sangat memenuhi Kinerja Arsitektur Bali

Disusun dan dikembangkan dari Penelitian tugas mata kuliah Arsitektur Bali 3,
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, 2015,
Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Putu Andre Wicaksana Putra


Panji Jawara Satriawan
Arya Triandana Putra
Ray Aloysius Glenn
Arfiel Zaqta Surya
Arsitektur Bali III 11

BAB IV
SOLUSI PERBAIKAN
4.1 Filosofi Tri Hita Karana sebagai Inti Arsitektur Tradisional Bali
Dikutip dari http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm. Istilah Tri Hita
Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966, pada waktu diselenggarakan
Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra
Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya
untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan
memasyarakat.
Menerapkan dan memperbaiki konsep tri hita karena yang terdapat dalam sebuah
bangunan sebagai inti arsitektur traadisional bali bisa berupa memberi penghijauan pada sekitar
bangunan, hal ini diupayakan untuk mempererat hubungan manusia dengan alam, kemudian
dengan memperhatikan arah kiblat, hal ini diupayakan untuk mempererat hubungan manusia
dengan tuhan, karena pada umumnya konsep tri hita karana merupakan konsep yang
menyeimbangkan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan
tuhan. Maka dari itu sebaiknya masik masing aspek mendapat keseimbangan yang ideal.

4.2 Tata Ruang Orientasi


Memperbaiki tata ruang dan orientasi secara arsitektur bali yakni dengan memperhatikan
pembagian ruang ( tri mandala ), biasanya dengan fungsi bangunan yang ada ( hotel ) tidak
begitu memperhatikan pembagian ruang secara mendetail terhadap arsitektur tradisional bali,
namun tetap di perhatikan agar memiliki kejelasan antara jaba sisi ( parkir, kanopi ), jaba tengah
( front office, lobby, seating area, restaurant ), jeroan ( kamar ). Kemudian memperhatikan arah
orientasi, bisa berupa arah tidur atau penempatan posisi arah tempat tidur ( utara timur )

4.3 Tata Letak/Setting Massa


Bangunan ini sudah menggunakan pola linear dalam menempatkan ruangan-ruangan agar
tidak terdapat space yang terbuang akibat kesalahan dalam tata letak ruangan, namun

dalam

segi hunian arsitektur bali seharusnya bangunan memilki jarak-jarak tertentu yang menggunakan
ukuran bali seperti sikut tapak lengkat dll. Namun berhubung bangunan ini berfungsi komersial
Arsitektur Bali III 12

dan memerlukan banyak kamar hal tersebut tidak dapat diterapkan disini. Keberadaan ruang
bebas (sesa) di dalam bangunan ini tergolong kurang, seharusnya lebih banyak memiliki ruang
luar agar tetap memiliki peluang sosok Bali dalam bangunan ini, dan jika ditinjau dari segi
keamanan, pencegahan kebakaran, sirkulasi udara, ruang luar ini pun sangat dibutuhkan . Dalam
setting masa akibat view juga terdapat kesalahan karena arah orientasi tidur yang tidak sesuai
dengan kiblat Bali (utara/timur), beberapa tempat tidur dalam kamar hotel ini mengarah ke
(kepala: selatan, kaki: utara) .

4.4 Tata Bangunan


Tri Angga memiliki arti,
Tri berarti tiga dan Angga berarti
badan, dimana Tri Angga ini
lebih menekankan pada tiga nilai
fisik yaitu :
Utama Angga (Kepala)
Madya Angga (Badan)
Nista Angga (Kaki)
(Acwin : 2010 : 4)
Tidak terdapat konsep Tri

1.
2.
3.

Angga
Gambar 3, 4.4 Bagian Depan Hotel Swiss Bel Inn,
Seminyak, Kuta

pada

bangunan

ini,

seharusnya bagian kepala badan

dan kaki pada bangunan ini bisa diperjelas, seperti dengan paduraksa pada setiap kolom praktis
yang dapat memperjelas bagian badan dan kaki bangunan. Paduraksa tsb. Juga dapat membantu
peluang sosok Bali sebagai ornament. Bentuk atap yang digunakan bukan merupakan atap
limasan layak nya arsitektur Bali seharus nya menggunakan atap limasan dan dilengkapi oleh
murda dan ikut celedu untuk mencirikan bangunan khas arsitektur Bali. Karena tidak
menggunakan atap limasan secara tidak langsung tidak terdapat overstek pada bangunan ini. Tata
olah bangunan ini juga tidak mencerminkan tata olah Handicraft seperti

ornament bali

seharusnya. Seharusnya pada bangunan ini terdapat Tembok Penyengker dan Angkul-angkul /
Pemesuan Langgam Bali sebagai penghadir jati diri atau identitas Bali.

4.5 Penilaian Kinerja Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun
Karya Terbangun

Arsitektur Bali III 13

NO
a.
I

UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR INDIKATOR

RATING/GRADE

KINERJA

INDIKATOR

b.
FILOSOFI TRI HITA KARANA SEBAGAI

c.

KET
d.

INTI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI


Keharrmonisan yang setara antara manusia
dengan ruang / bangunan (masih dalam
1.1

skala manusia / human scale dan


terpenuhinya kebutuhan serta persyaratan

3
1

manusia pada ruang / bangunan &


lingkungan).
Keharmonisan yang setara antara ruang /
bangunan dengan lingkungan dan alam
1.2 sekitar (tidak dominan terhadap lingkungan

4
1

dan merusak lingkungan secara fisik, fisikis


`

dan estetis).
Merupakan suatu Lingkung Bina yang
memiliki Atmosphere (suasana dan karakter)
1.3

Alam Bali; dan memiliki sebuah house hold


temple/tempat suci" bila bayak karyawan

3
1

beragama Hindu (implementasi zona


Parhyangan, Pawongan dan Palemahan).
Jumlah : I
II

3 - 15

10

TATA RUANG DAN ORIENTASI


Nilai Ekspresi Tata Ruang pada tingkat
Lokal/Desa yaitu : Penerapan Pembagian
2.1

Tiga Zona Vertikal (Tri Loka) & Horizontal


(Tri Mandala), atau Kombinasi (Sanga

3
1

Mandala) atas nilai Hulu - ( Tengah )


Teben.
Arsitektur Bali III 14

Pola Compound / Cluster yaitu : Adanya


4

Ruang Sentral (Natah) sebagai Pengikat


2.2 Gugus Massa Bangunan Jamak atau adanya

Void dalam massa bangunan monolit /


kompak.
Ada bagian dari Lingkung Bina yang paling
2.3

mudah dikenali & masih berorientasi / kiblat


kaja-klod & kangin-kauh (tegas ditengah

3
1

kosmos).
Jumlah : II
III

3 - 15

10

TATA LETAK / SETTING MASSA


Gubahan massa tidak dominan terhadap
lingkungan (massa besar di dekonstruksi
3.1 menjadi kecil-kecil, sebaliknya pada lahan

3
1

3 - 15

sempit pola cluster dapat di rekonstruksi jadi


massa monolit / kompak).
Keberadaan ruang bebas (sesa) di sekitar
bangunan atau kepadatan bangunan tetap
3.2

dipertahankan (peluang sosok Bali,


keamanan, pencegahan kebakaran, sirkulasi
udara, RTH).
Kebebasan setting massa akibat view atau

3.3

penyelesaian sudut, namun tetap ada bagianbagian utama bangunan/kawasan menganut


kiblat Bali (kaje-klod & kangin-kauh).
Jumlah : III

IV

TATA BANGUNAN
4.1 Sosok Bangunan :
Menerapkan sejak awal sosok Bali dengan
struktur fisik Tri Angga secara proporsiaonal
a

hingga kebagian terkecil atau memanfaatkan

bagian-bagian sosok non Bali yang


distilisasi.
Arsitektur Bali III 15

Memiliki karakter sosok bangunan tropis


beratap limas /pelana (pith roof), dihindari
b. atap datar; ada ruang antara (serambi) dan

3
1

memiliki oversteck yang cukup lebar untuk


menahan tiris
Jumlah : 4.1.

2 - 10

4.2 Bentuk Bangunan :


Menggunakan bentuk dasar Punden
a. Berundak, menghindari bentuk-bentuk

miring / bulat.
Tata olah bentuk mencerminkan tata olah
b. handicraft dan dihindari karakter tata olah
mesin (cleaness, excactness, prececision).
Jumlah : 4.2.
4.3 Skala dan Proporsi :
Tidak terjadi di luar skala manusia dan di
a. luar proporsi manusia (out of human scale &

2 - 10

2 - 10

out of human proportion).


Gubahan massa besar di dekonstruksi
menjadi kecil-kecil dan sebaliknya, bila
b. lahan sempit massa kecil dapat di
rekonstruksi menjadi massa monolit
kompak.
Jumlah : 4.3.
4.4 Ornamen dan Dekorasi :
Dipahatkan ornamen sebagai representasi
a. Tri Angga pada bagian-bagian utama

3 - 15

10

bangunan (batur, tiang / dinding dan atap).


Dekorasi dibubuhkan seperlunya sebagai
b. aksen dan dihindari penggunaan simbolsimbol agama yang disakralkan.
Pemanfaatan Tembok Penyengker dan
c. Angkul-angkul / Pemesuan Langgam Bali
sebagai penghadir jati diri atau identitas Bali
Jumlah : 4.4.

Arsitektur Bali III 16

4.5 Struktur dan Bahan :


Tata bahan dan warna : karakter alamiah,
a.

jujur terekspose (sustainable architecture);


disusun dari yang berkarakter berat di bawah

dan makin ke atas makin ringan.


Merupakan gubahan tektonika (the art of
b. construction) antara struktur dan konstruksi
dengan ornamen secara harmoni
Jumlah : 4.5.
Jumlah Nilai

2 - 10
8 10

JUMLAH SEMUA

0
64

(Gomudha : Penilaian Kinerja Arsitektur Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Karya
Terbangun. 1999)
NB : Angka yang berwarna merah merupakan nilai sebelum perbaikan
4.5.1 Panduan penilaian :
Skor sesuai dengan kriteria dan nilai dasar yang dicapai Indikator dengan rating/grade : 1,2,3,4,5
1.
2.
3.
4.
5.

Sangat tdk memuaskan


Tidak memuaskan
Sedang
Memuaskan
Sangat memuaskan

1.
2.
3.
4.
5.

Jelek
Kurang
Cukup
Baik
Baik sekali

4.5.2 Jumlah Nilai Indikator :


1.
2.
3.
4.
5.

E = < 50
D = 51 54
C = 55 64
B = 65 79
A = 80 - 100

Tidak memenuhi Kinerja Arsitektur Bali


Kurang memenuhi Kinerja Arsitektur Bali
Cukup memenuhi Kinerja Arsitektur Bali
Memenuhi Kinerja Arsitektur Bali
Sangat memenuhi Kinerja Arsitektur Bali

Arsitektur Bali III 17

Disusun dan dikembangkan dari Penelitian tugas mata kuliah Arsitektur Bali 3, Jurusan
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, 2015,
Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Putu Andre Wicaksana Putra


Panji Jawara Satriawan
Arya Triandana Putra
Ray Aloysius Glenn
Arfiel Zaqta Surya

BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gaya Arsitektur Bali merupakan sebuah identitas yang harus dilestarikan mengingat
ketatnya persaingan dalm dunia Arsitektur yang saling menunjukkan taringnya masing-masing
dengan membuat sebuah bangunan yang fenomenal dan menggemparkan dunia. Hal ini
terkadang membuat banyaknya identitas asli dari sebuah wilayah terhapuskan dengan maraknya
pembangunan-pembangunan baru yang lebih mengutamakan pada persaingan tersebut. Tanpa
disadari identitas yang dimiliki saat ini justru adalah asset berharga yang sebaiknya
dikembangkan dengan mengaplikasikan gaya dan langgam-langgamnya pada bangunanbangunan baru yang ingin dirancang yang sebagaian besar merupakan bangunan modern.
Bangunan modern tentunya memiliki fungsi yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat pada wilayah tersebut. Tidak menutup kemungkinan suatu bangunan modern yang
berfokus pada penyediaan fasilitas umum yang dibutuhkan orang banyak justru tidak
memperhatikan identitas Bali tersebut pada perancangan bangunannya. Hal inilah yang harus
dibenahi untuk mengembalikan identitas Bali dengan gaya Arsitektur Bali yang sesungguhnya
cukup fenomenal didunia sehingga banyak orang-orang asing yang ingin dating keBali untuk
Arsitektur Bali III 18

menikmati keindahan bangunan-bangunannya yang memiliki ciri khas dan nuansa Bali yang
sangat terasa.

3.2 Saran
Penilaian terhadap bangunan untuk mengetahui kadar Arsitektur Bali pada bangunan
tersebut tentunya tidak hanya untuk menilai bangunan yang sudah ada maupun bangunan
rancangan orang lain. Namun dengan mengetahui cara menilai ini seorang arsitek tentunya dapat
menggunakan penilaian tersebut pada rancangannya sebelum mulai dibangun, sehingga
bangunan yang dirancang memiliki nilai yang baik dalam persentase kadar Arsitektur Bali.
Dengan begitu Arsitek tersebut dapat memberikan kontribusinya terhadap pelestarian identitas
Bali dan ciri khas Bali yang hampir hilang.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.

Dwijendra. N. K. Acwin. 2010. Arsitektur Rumah Tradisional Bali


http://www.swiss-belhotel.com/
http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm/
Gomudha. I Wayan. Tesis Pasca Sarjana ITS Surabaya. Penilaian Kinerja Arsitektur
Bali Terhadap Hasil Karya Desain Maupun Karya Terbangun. 1999

Arsitektur Bali III 19

You might also like