You are on page 1of 6

Asuhan Keperawatan Jiwa PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SdrRA DENGAN
PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG WISMA GATOTKACA RSJ Prof. Dr SOEROYO MAGELANG

DISUSUN OLEH :
Ricky Priyatmoko
P.17420110025

AKADEMI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2012

I.

IDENTITAS
Inisial

: Sdr. RA

Tgl Pengkajian : 28 Mei 2012

Umur

: 34 Th

RM No

: 14862

Tgl Masuk

: 25 Mei 2012

Pendidikan

: SMP

Jam

: 11.45 WIB

Agama

: Islam

Alamat

: Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor Kebumen

Penanggung Jawab
Nama

: Tn. J

Hub

: Ayah

Pekerjaan

: Buruh

Alamat
II.

: Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor Kebumen

ALASAN MASUK
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RSJ klien sering marah marah, mudah tersinggung, sulit tidur, mengamuk, merusak alat
rumah tangga, ketawa sendiri, malas bekerja.

III.

FAKTOR PREDISPOSISI
1.

Riwayat Penyakit Sekarang

v Sakit sudah berlangsung 11 tahun, 10 tahun yang lalu klien opname di RSJ Bogor sembuh terus kerja di Tangerang. 4 tahun terakhir tidak mau
minum obat dan kumat lagi.
v Klien tidak pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
2.

Riwayat Keluarga
Garis keturunan dalam keluarga belum pernah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.

IV.

FAKTOR PRESIPITASI
Putus obat sejak 6 bulan yang lalu dan tidak kontrol lagi

V.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda tanda vital : T
RR

: 110/80 mmHg

: 20 x / menit
N

: 72 x / menit

BB

: 40 kg

Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

: 37 0 C

VI.

PSIKOSOSIAL
1.

Genogram
Keterangan :

: Klien

: Meninggal

: Serumah

: wanita

: laki-laki

: Penyakit

sama dgn

klien

Dalam keluarga klien jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain karena merasa malas dan senang menyendiri. Pengambilan
keputusan dalam keluarga diambil oleh ayahnya. Dalam pola asuh klien diasuh oleh orang tua sendiri.
2.

Konsep diri

a.

Citra diri
Klien menganggap tubuhnya sebuah anugrah dari tuhan. Klien bersyukur dan menerima tubuhnya apa adanya.

b.

Identitas diri
Sebelum sakit, klien pernah sekolah sampai dengan SMP. Setelah klien tamat SMP klien tidak bisa melanjutkan. Klien menerima dirinya sebagai
seorang laki-laki tetapi takut untuk menjadi seorang kepala keluarga.

c.

Peran diri
Klien berusia 34 tahun, klien belum menikah. Klien mengatakan takut untuk berumah tangga karena menurutnya harus memikirkan kebutuhan
keluarga. Dalam melaksanakan tugas dirumah klien melakukannya bersama dengan ibunya seperti : menyapu, mencuci piring, mencuci baju dan
membantu memasak. Akan tetapi di masyarakat klien kurang dihormati. Klien berperilaku seperti anak anak.

d.

Ideal diri
Klien berharap agar bisa sembuh dan cepat pulang karena ingin minta maaf pada ibunya dan mencari pekerjaan lagi.

e.

Harga diri
Klien mengatakan tidak ada gangguan untuk berhubungan dengan orang lain.

3.

Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat ibunya. Dalam keluarga klien merasa enggan untuk berkomunikasi lebih senang menyendiri di
kamar.

4.

Spiritual

Klien dan keluarganya beragama Islam, klien melakukan ibadah sholat.


VII.

STATUS MENTAL
1.

Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi, dalam penggunaan baju sesuai. Klien berbadan kecil, rambut pendek, bersih.

2.

Pembicaraan

3.

Aktivitas Motorik

4.

Afek

Klien berbicara baik, dapat menjawab pertanyaan, selalu bertanya kapan bisa pulang
Klien terlihat gelisah, tegang, sering berpindah pindah
Appropriate (tepat)
5.

Interaksi selama wawancara


Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dengan lawan bicara baik, klien tampak curiga.

6.

Proses pikir
Pada saat wawancara klien mengalami sirkumtansial.

7.

Isi pikir
Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-aneh yang dirasakan saat ini hanya gelisah menunggu kedatangan keluarga.

8.

Tingkat Kesadaran
Klien tampak bingung dan tidak terfokus. Klien mampu mengingat dengan keluarganya, hari dan waktu, ketika diajak kenalan klien mampu
mengingat nama orang lain.

9.

Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga klien lupa kejadian yang telah terjadi dalam jangka waktu seminggu.

10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berkomunikasi, tidak mampu berkonsentrasi lama dan sering memutuskan pembicaraan secara sepihak, mampu berhitung.
11. Daya tilik diri
Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat salah karena telah berperilaku kekerasan dan merasa menyesal akan tetapi klien tidak tahu tujuannya di
RSJ.
VIII.

PERSIAPAN PULANG

IX.

Makan
: klien mampu makan sendiri dan mandiri
BAB/BAK
: Klien mampu BAB/BAK di temaptnya
Mandi
: Klien mampu mandi 2x sehari dengan mandiri
Berpakaian
: klien mampu mengambil, memilih dan memakai pakaian
Istirahat dan tidur: Tidur siang dari jam 13.30-15.00
Tidur malam 22.00-04.00
Penggunaan obat: Klien mampu untuk meminum obat tanpa bantuan orang lain tetapi masih belum mengerti untuk penggunaan obat yang benar
Pemeliharaan kesehatan: setelah pulang nanti klien akan berusaha control rutin.
Aktivitas dalam rumah : mandiri tanpa bantuan oang lain
Aktivitas diluar rumah : klien pergi keluar rumah dengan menggunakan motor secara mandiri
MEKANISME KOPING
Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri dikamar, marah - marah. Jika sudah tidak tahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk
atau merusak barang-barang yang ada.

X.

MASALAH PSIKOSOSIAL
Menurut keluarga semenjak klien marah-marah dan mengamuk, lingkungan tidak mau menerima klien dan hal ini membuat klien menjadi lebih
menarik diri.

XI.

PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan, obat yang diminum dan cara menghindari kekambuhan. Pemahaman
tentang sumber koping yang adaptif dan manajemen hidup sehat kurang.

XII.

ASPEK MEDIK
Diagnosa medik

: Skizofrenia tak terinci

Terapi medik

: Chlorpromazine

Haloperidole

1 x 100 mg

2 x 5 mg
Triheksifenidile

2 x 2 mg

Rawat Inap di Wisma Gatutkaca

XIII.

XIV.

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1.

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2.

Perilaku kekerasan

3.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


ANALISA DATA
NO
1

DATA

MASALAH

S:
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien mengamuk semakin sering,
merusak barang yang ada didekatnya
Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan tidak bisa ditahan lagi klien
kemudian menjadi mengamuk atau merusak barang-barang yang ada.

Resiko

mencederai

diri, orang lain dan


lingkungan

O : Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam


2

S:
Klien mengatakan pernah memukul ibunya

Perilaku Kekerasan

Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien marah marah, mengamuk,
merusak alat rumah tangga
Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan tidak bisa ditahan lagi klien
kemudian menjadi mengamuk atau merusak barang-barang yang ada.
O:
3

Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam


S:
Klien mengatakan takut untuk berumah tangga

Gangguan

Klien mengatakan merasa bersalah atas perilakunya terhadap ibunya

dri

Merasa tidak mampu dan terbatas pengetahuannya

rendah

konsep

harga

diri

O:
Kesadaran klien tampak bingung dan tidak terfokus
Tampak gelisah
Saat berbicara klien sering memutuskan pembicaraan secara sepihak

XV.

POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, Orang lain, lingkungan

.......

Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem

.......

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah


XVI.

.......

effort

cause

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan Perilaku kekerasan

2.

Perilaku kekerasan berhubungan dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
XVII. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA

TGL

KEPERA

TUJUAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

28 Mei 2012

WATAN
Perilaku

Setelah dilakukan tindakan

SP I

09.00

kekersan

keperawatan

bina hubungan saling percaya

selama

pertemuan

3x

diharapkan

identifikasi penyebab marah

pasien dapat mengontrol

identifikasi tanda dan gejala PK

perilaku kekerasan dengan

Identifikasi PK yang dilakukan

kreteria hasil :

Identifikasi akibat PK

Membina hubungan saling


percaya
Pasien dapat menyebutkan
penyebab PK
Pasien dapat menyebutkan

Identifikasi cara kontrol PK


Latih cara kontrol PK dengan Fisik I ( nafas dalam )
Bimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
Evaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I

tanda gejala PK
Pasien

dapat

Latih pasien konrol PK dengan cara fisik II

mengidentifikasi PK yang

Bimbing pasien emasukkan jadwal kegiatan harian

dilakukan
Pasien

SP III
dapat

mengidentifikasi akibat PK
Pasien menyebutkan cara
mengontrol PK
Pasien

mampu

mempraktekkan

latihan

cara

mengontrol

PK

1.

Evaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I dan II

2.

Latih kontrol PK dengan cara verbal

3.

Bimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

dengan nafas dalam, pukul


bantal atau kasur, secara

SP IV

verbal, secara spiritual dan

Evaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I , II dan verbal

penggunaan obat dengan

Latih kontrol PK dengan cara spiritual

benar

Bimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


SP V
Evaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik I , II dan verbal
Jelaskan cara kontrol PK dengan minum obat teratur
Bimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DIA
GN
OSA
TGL

KEP
ERA

IMPLEMENTA
SI

EVALUASI

KEPERAWATA
N

WAT
Selas

AN
Peril

a 29

aku

Mei

keke

hubungan

O: klien bicara lancar, tampak gelisah dan tidak terfokus

2012

rsan

saling percaya

A: dapat terbina hubungan saling percaya

membina

09.00

S: klien mengatakan namanya Rusli suka dipanggil Rusli.

P: lanjutkan intervensi 2
S: klien mengatakan pernah memukul ibunya ketika meminta di timang timang seperti bayi. Klien merasa
bersalah dan meminta diajari cara mengontrol marah,
O: klien kooperatif, tatapan mata tajam, tampak tegang, klien dapat memahami perilaku kekerasan
A: PK dapat terpahami oleh klien
mendiskusikan
bersama

klien

penyebab

S: klien mengtakan bisa tenang setelah tarik nafas dalam dan akan mencobanya ketika hendak marah.
O:klien kooperatif, Klien mampu mendemonstrasikan cara fisik I( tarik nafas dalam) .

marah,

tanda

dan gejala PK,


PK

yang

dilakukan
marah,

P: lanjutkan intervensi 3

saat

A:dapat terkontrol PK dengan tarik nafas dalam


P: lanjutkan intervensi SP2
bimbing klien dalam memasukkan teknik kontrol marah ke jadwal kegiatan harian
ajarkan teknik kontrol marah dengan fisik 2 (pukul batal )

akibat

PK,

cara

kontrol PK

S : klien mengatakan belum dapat mengontrol emosi, dan akan mencoba


cara control marah yang sudah diajarkan (pukul bantal).
O: raut muka tegang, kontak mata baik, tampak gelisah
A: SP II belum optimal
P: optimalkan SP II,(cara control marah dengan cara fisik II pukul bantal)

mengajarkan
cara kontrol PK

S: klien mengatakan dapat mengontrol emosinya dengan cara fisik II(pukul bantal)

dengan Fisik I

dan berusaha melakukannya saat sedang marah.

O: klien tampak senang, klien mampu mendemontrasikan cara fisik II dengan baik tanpa bimbingan.

tarik

nafas

dalam )

A: SP II tercapai.
P: Lanjutkan SP III ( cara control PK dengan cara verbal).

membimbing
pasien

S : klien mengatakan masih ingat cara control marah yang sudah diajarkan (tarik nafas dalam dan pukul bantal)

memasukkan

, klien mengatakan sudah sering berdoa dan shalat di RSJ

dalam

O: klien tampak senang, kontak mata baik, klien bersedia membicarakan dengan baik baik ketika marah

jadwal

kegiatan harian

A: SP III tercapai
P: lanjutkan SP IV (dengan cara spiritual)

Rabu

S : klien mengatakan sudah dapat mengontrol emosi, dan akan mencoba cara control

30

marah dengan berdoa dan shalat

Mei

O: klien tampak senang

2012

A: SP II belum optimal

09.00

P: lanjutkan SP V (dengan cara minum obat teratur)


SP II:
Memvalidasi
masalah.
melatih

O: klien tampak tenang dan senang, klien kooperatif


cara

kontrol

PK

dengan Fisik II
( pukul bantal )
Senin

membimbing

, 04

pasien

Mei

memasukkan

2012

dalam

09.00

kegiatan harian

jadwal

SP II :
2.

Melatih

cara

control

PK

dengan

cara

fisik II (pukul
bantal)

S : klien mengatakan sudah teratur dalam meminum obat


A: dapat menggunakan obat secara teratur
P: pertahankan kondisi pasien

3.
Mengikutsertak
Selas

an klien dalam

a, 05

jadwal kegiatan

Mei

sehari-hari.

2012
09.00

SP III
Memvalidasi
masalah
melatih kontrol
PK dengan cara
verbal
Rabu,
04

membimbing
pasien

Mei

memasukkan

2012

dalam

09.00

kegiatan harian

jadwal

Kami
s, 04
Mei
2012
09.00

SP IV
memvalidasi
masalah
melatih kontrol
PK dengan cara
spiritual
Membimbing
pasien
memasukkan
dalam

jadwal

kegiatan harian
SP V
Memvalidasi
masalah
menjelaskan
cara kontrol PK
dengan minum
obat teratur
membimbing
pasien
memasukkan
dalam

jadwal

kegiatan harian

You might also like