Professional Documents
Culture Documents
NAMA
: NADYA AMALIA
NIM
: J1D108034
ASISTEN
PRAKTIKUM V
OPERASI KONVOLUSI
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Siswa dapat memahami proses operasi konvolusi pada dua sinyal.
2. Siswa dapat membuat sebuah program operasi konvolusi dan mengetahui
pengaruhnya pada suatu sinyal
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
... (i)
Bentuk penjumlahan yang ada di bagian kanan pada persamaan (1) disebut
sebagai convolution sum. Jika x[n] dan v[n] memiliki nilai 0 untuk semua integer
pada n<0, selanjutnya x[i]=0 untuk semua integer pada i<0 dan v[i-n]=0 untuk
semua integer n i < 0 (atau n<i). Sehingga jumlahan pada persamaan (1) akan
menempati dari nilai i=0 sampai dengan i=n, dan operasi konvolusi selanjutnya
dapat dituliskan sebagai:
(ii)
2.2
Mekanisme Konvolusi
Komputasi pada persamaan (i) dan (ii) dapat diselesaikan dengan merubah
discretetime index n sampai dengan i dalam sinyal x[n] dan v[n]. Sinyal yang
dihasilkan x[i] dan v[i] selanjutnya menjadi sebuah fungsi discrete-time index i.
Step
berikutnya
adalah
menentukan
v[n-i]
dan
kemudian
membentuk
: x[i] = 1 2 3
Sinyal kedua
: v[i] = 2 1 3
Sinyal pertama
: x[i] = 1 2 3
Sinyal kedua
: v[-i] = 3 1 2
123
Sinyal kedua
:312
------------------ x
product and sum : 0 0 2 0 0 = 2
-
123
Sinyal kedua
:312
--------------------- x
product and sum : 0 1 4 0 = 5
-
:123
Sinyal kedua
:312
------------------- x
product and sum : 3 2 6 = 11
-
:123
Sinyal kedua
: 312
------------------- x
product and sum : 0 6 3 0 = 9
-
:123
:
312
------------------- x
product and sum : 0 0 9 0 0 = 9
:123
Sinyal kedua
:
312
------------------- x
product and sum : 0 0 0 0 0 0 = 0
Dari hasil product and sum tersebut hasilnya dapat kita lihat dalam bentuk deret
sebagai berikut: 2 5 11 9 9.
Hasil penghitungan product and sum sebelum step pertama dan step ke tujuh
dan selanjutnya menunjukkan nilai 0, sehingga tidak ditampilkan. Secara grafis
dapat dilihat seperti berikut ini:
menunjukkan sinyal v[n], sedangkan bagian ketiga atau yang paling bawah
merupakan hasil konvolusi.
III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN
1. PC yang dilengkapi dengan perangkat multimedia (sound card, Microphone,
Speaker active, atau headset).
2. Sistem Operasi Windows dan Perangkat Lunak Matlab yang dilengkapi
dengan tool box DSP.
5. Mengulangi langkah ke 5 dan mengubah nilai untuk L=12, 15, dan 12.
Sedangkan untuk P dimasukkan nilai 10, 5, dan 12
4.2
%Sinus pertama
t=1:L;
t=2*t/L;
y1=A1*sin(2*pi*f1*t + teta1*pi);
subplot(3,1,1)
stem(y1)
%SInus kedua
t=1:L;
t=2*t/L;
y2=A2*sin(2*pi*f2*t + teta2*pi);
subplot(3,1,2)
stem(y2)
1
0.5
0
0.5
figure(3);
plot(x_n,'linewidth',2)
2. Memberi tanda % pada sound(Y,Fs) untuk membuatnya tidak diekesekusi oleh Matlab.
sehingga menjadi % sound(Y,Fs). Kemudian menambahkan perintah berikut
nois = randn(length(Y),1);
Y_noise = Y + 0.08*nois;
sound(Y_noise,Fs)
5.1
Hasil
Source code :
Output :
P = 20, L = 10
P = 12, L = 10
P = 15, L = 5
P = 12, L = 12
Output :
L = 20. w1 = 1, w2 = 0.5, teta1 = 0, teta2 = 0.5, dan A1=A2=1
Output:
n=-7.9:.5:8.1
n=-5.9:.5:6.1
n=-10.9:.5:11.1
Output :
5.2
Pembahasan
Konvolusi dua sinyal discrete unit step dilakukan dengan membangkitkan
Dan melakukan operasi konvolusi yang secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
x[n]*v[n]
Sinyal x[n] dibangkitkan dengan panjang gelombang (L) harus lebih dari
atau sama dengan 10 dan lebar pulsa (P) yang lebih kecil dari L. Setelah program
dijalankan, untuk nilai awal P=20 dan L=10, untuk grafik pertama skala pada
sumbu-x maksimal adalah 20 (0-L) dan x[n] bernilai 1 hingga P, atau dengan
kata lain hingga nilai 10 pada sumbu-x. Selebihnya x[n] bernilai 0. Hal yang sama
berlaku untuk grafik yang kedua, hanya saja sinyal yang dibangkitkan adalah v[n].
Adapun grafik ketiga merupakan grafik hasil konvolusi x[n] dengan v[n]. Begitu
juga untuk nilai L dan P yang lain.
Pada konvolusi dua sinyal sinus titik sampel dinyatakan dengan L(20)
tidak jauh berbeda dengan proses konvolusi sebelumnya, nilai L akan menjadi
skala maksimal untuk sumbu-x pada grafik pertama dan kedua. Pengamatan
pertama dengan L = 20, w1 = 1, w2 = 0.5, teta1 = 0, teta2 = 0.5, dan A1=A2=1.
Sinyal sinus pertama memiliki fase gelombang=0 sedangkan sinyal sinus kedua
memiliki fase gelombang=0,5. Pengaruhnya terlihat pada grafik dimana untuk
sinyal sinus kedua mengalami pergeseran ke kiri sejauh setengah gelombang.
Grafik ketiga menunjukkan hasil konvolusi dari sinyal sinus pertama dengan
sinyal sinus kedua. Untuk L=50, w1=w2=2, teta1=1.5, teta2=0.5, dan A1=A2=1,
output yang didapat pada grafik pertama dan kedua adalah frekuensi keduanya
yang sama dengan fase yang berlawanan. Mendekati ujung dari sinyal hasil
konvolusi, amplitude gelombang akan semakin kecil.
Hal pertama yang yang dilakukan pada pengamatan untuk konvolusi sinyal
sinus dan raise cosine adalah dengan membangkitkan sinyal dasar yakni sinyal
sinus dan raise cosine. Sinyal sinus asli kemudian ditambahkan noise dan sinyal
sinus bernoise yang dihasilkan tersebutlah yang akan dikonvolusi dengan sinyal
raise cosine yang telah dibangkitkan sebelumnya. Untuk nilai n, semakin kecil
rentang yang diberikan rentang sinyal yang dihasilkan akan semakin lebar.
Sedangkan hasil konvolusi dari masing-masing tidak berbeda terlalu jauh. Sinyal
hasil konvolusi akan mulai menanjak semakian juah dari skala nol untuk nilai
rentang n yang semakin lebar pula.
Adapun untuk konvolusi pada sinyal audio, file audio yang digunakan
adalah yodel.wav dan dibangkitkan denga frekuensi sampling Fs=16000 Hz.
Selanjutkan, sinyal audio tersebut diberikan noise dan sinyal audio bernoise inilah
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Tri Budi & Miftahul Huda. 2008. Dasar-dasar Operasi Matlab: Modul 5
Praktikum Sinyal dan Sistem.
Meddins, Bob. 2000. Introduction to Digitl Signal Processing. University of East
Anglia. United Kingdom.