You are on page 1of 12

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Atsiri


Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak ateris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangiwangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. (Guenther, E, 1987).
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan
(hama). Minyak atisiri mudah menguap karena titik uapnya rendah. Secara kimiawi,
minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu
senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu, sebagian
besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organic terpena dan terpenoid
yang bersifat larut dalam air/lipofil. Senyawa terpena dan terpenoid merupakan
penggabungan antara unit-unit isoprene dan isopentan dan terbentuk di dalam
tumbuhan sebagai hasil proses biosintesis.

Isopren (C 5 )

Satuan Isopentan
Gambar 2.1. Isopren dan Isopentan

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa terpen/
terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden & Fessenden, 1992):
Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
No.

Kelompok

Jumlah Atom Karbon (C)

Hemi terpen

Mono terpen

10

Seskui terpen

15

Di terpen

20

Sesterterpen

25

Tri terpen

30

Tetra terpen

40

Poli terpen

> 40

Monoterpen (C 10 ) dan seskuiterpen (C 15 ) merupakan komponen utama dari minyak


atsiri. Monoterpen mempunyai sifat-sifat berupa cairan tidak berwarna, tidak larut
dalam air, dapat disuling dengan uap air, dapat berinteraksi dengan lemak/minyak
berbau harum. Minyak bunga dan biji banyak mengandung monoterpen (Robinson.,
1995).
Monoterpen seperti limonen dan -pinene, juga alkohol terpen seperti linalool,
geraniol dan sitronellol merupakan komponen-komponen utama dalam minyak atsiri
dari bunga dan tumbuhan (Abraham., 1995).
Struktur monoterpen dapat berupa senyawa dengan rantai terbuka seperti geraniol,
nerol, linalol, sitral, sitronella, cis-o-simena, mirsena. Monoterpen bentuk siklik dapat
digolongkan menjadi 7 (tujuh) golongan berdasarkan kerangka karbon dan dapat
mempunyai gugus fungsi berupa alkohol, aldehid, keton dan ester. (Robinson, 1995;
Manito., 1992). Struktur kimia monoterpen dapat dilihat pada gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Beberapa Struktur Monoterpen.


Seskui terpenoid adalah senyawa (C 15 ) yang tersusun dari tiga satuan isoprena.
Seskuiterpen berperan penting dalam memberi aroma pada bunga dan buah.
(Robinson., 1995).
Struktur seskuiterpen dapat dilihat pada gambar 2.3.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Struktur Seskui terpen

2.2. Sumber Minyak Atsiri


Minyak atsiri (essential oil) terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh
dari bagian tertentu dari tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu dan
rimpang. Bahkan ada jenis tanaman yang seluruh bagiannya mengandung minyak
atsiri. Kandungan minyak atsiri tidak akan selalu sama antara bagian satu dengan
bagian lainnya, seperti contoh kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kuntum
bunga berbeda dengan yang terdapat pada bagian daunnya. (Toni., 1994). Minyak
atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam
tumbuhan. Minyak atsiri yang banyak digunakan dalam Industri dapat diiihat pada
tabel 2.3. (Guenther, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Sumber-Sumber Minyak Atsiri


Nama minyak

Tanaman penghasil

Bagian

Negeri asal

Tanaman
Sereh wangi

Cymbopogon nardus

Daun

Srilanka

Daun

Malaysia,

R.
Nilam (patchouly)

Pogostemon cablin
Benth

Kayu putih

Melaleuca

(cajuput)

leucadendron L

Kenanga (cananga)

Cananga odorata

Indonesia
Daun

Indonesia

Bunga

Indonesia

Bunga

Madagaskar,

Hook.
Cempaka

Micheiia champaca L

(campaka)
Lavender

India
Lavandula officinalis

Bunga

Perancis, Rusia

Chaix
Mawar (rose)

Rosa alba L.

Bunga

Bulgaria, Turki

Melati (jasmine)

Jasminum officinale L

Bunga

Perancis Selatan

Sitrun (iemon)

Citrus medica

Buah/kulit buah Kalifornia

Akar wangi

Vetiveria zizanloides

Akar/Rhizoma

(vetiver)

Stapt

Kunyit (turmeric)

Curcuma tonga

Akar/Rhizoma

Amerika Selatan

Jahe (ginger)

Zingiber officinale

Akar/Rhizoma

Jamaika

Indonesia,
Louisiana

Roscoe
Kayu manis

Cinnamomun

Baiang/Kulit

Perancis, indo

(cinnamon)

zeyianicum Nees.

batang

Cina

Cendana (sandal

Santalum album L

Batang/Kutit

Mysole, Inggris

wood)

batang

Universitas Sumatera Utara

2.3. Penggunaan Minyak Atsiri


Disadari atau tidak bahwa minyak atsiri berbagai tumbuh-tumbuhan dari
berbagai penjuru dunia telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia mulai
dari pagi hingga malam hari, baik secara tradisional maupun dalam bentuk produk
hasil industri modern.
Penggunaan minyak atsiri sangat luas, dalam berbagai bidang industri, antara lain
dalam industri kosmetik (bedak, lipstick, sabun, pasta gigi, shampo, lotion) dalam
industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam
industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam
industri farmasi atau obat-obatan (anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri dll,
bahkan digunakan pula sebagai insektisida dalam industri bahan pengawet beberapa
minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat (fixative) dalam parfum,
kosmetik dll, (Toni., 1994). Oleh karena itu tidak heran jika minyak atsiri banyak
diburu orang dari berbagai negara.
Telah diketahui bahwa selain mempunyai bau wangi yang menyenangkan, minyak
atsiri dapat juga membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi.
Dengan mencium bau-bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah pencernaan
dalam rongga mulut dan lambung (Guenther, 1987).
Minyak atsiri dapat larut dalam lemak yang terdapat pada kulit, dapat terserap
kedalam aliran darah, tidak merusak lingkungan, dapat mengalami biodegradasi dan
merupakan bagian dari keseimbangan ekosistem selama ribuan tahun (Rozat,
dkk,1996).

2.4. Bunga Jotang


Bunga jotang (spilanthes paniculata) merupakan salah satu jenis gulma yang
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah dengan keadaan tanah yang
lembab dan berair. Gulma ini terdapat hamper diseluruh daerah di Indonesia.
Klasifikasi ilmiah bunga jotang:

Universitas Sumatera Utara

Kingdom

: Plantae

Ordo

: Isterales

Family

: Asteraceae

Genus

: Spilanthes

Pemberian nama gulma ini tergantung terhadap Negara dan daerah masing-masing,
Sechuan button (Inggris), Akarkara (India), Bunga Lada (Malasya), Legetan (Pulau
Jawa), Gatang (Minangkabau), Sihampir (Kabupaten Dairi), Sibancir (Karo),
Simarhunik-hunik (Tapanuli Utara).

Gambar 2.4. Bunga Jotang


Batang tanaman ini rebah dan menaik rebah. Daun-daun dengan tangkai 1-2 cm.
Helaian daun mengerucut (seperti tumpeng mini), kuning dan tumpul. Gulma ini
dapat hidup hingga menahun. Bongkol bunganya mengeluarkan semacam rasa pedas
atau getir jika dikunyah. Sebagian masyarakat menggunakan bunga gulma tumbuhan
ini sebagai obat sariawan dan sakit gigi.

2.5. Cara-cara Memproduksi Minyak Atsiri


2.5.1. Cara Pengepresan

Universitas Sumatera Utara

Untuk mendapatkan minyak atsiri pada mulanya dilakukan dengan


pengepresan yaitu dengan memberi tekanan yang tinggi sehingga minyak bunga
jotang kelnar.

2.5.2. Cara Penyulingan (Destilasi)


Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik didihnya
dan juga berdasarkan dapat tidaknya komponen ikut bersama uap air (steam volatile),
dan proses ini dilakukan untuk minyak atsiri yang tidak larut dengan air.
Rendemen minyak atsiri yang dapat menguap bersama uap air dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:

1. Besarnya tekanan uap yang digunakan


2. Berat molekul dari masingmasing komponen
3. Kecepatan pelepasan minyak atsiri dari bahan yang disuling.
Dalam industri minyak atsiri, dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu:

1. Penyulingan dengan air (water destilation)


2. Penyulingan dengan air dan uap (water and stem destilation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (steam destilation)

2.5.3. Cara Ekstraksi


Metode ini menggunakan pelarut yang dapat memisahkan minyak atsiri dari
bahan tumbuhan.
a. Enfleurage (ekstraksi dengan lemak dingin)
Sebelum diketahuinya ekstraksi dengan pelarut-pelarut yang mudah menguap,
cara enfleurage merupakan cara yang sangat baik untuk mendapatkan minyak
atsiri dari tumbuhan terutama dari bunga. Metode ini pertama sekali dipelajari
oleh Passy dan kemudian oleh Aesse.

Universitas Sumatera Utara

Lemak mempunyai daya absorpsi atau berinteraksi dengan minyak atsiri, jika
dicampurkan dengan bahan yang mengandung minyak atsiri. Cara enfleurage
dilakukan dengan meletakkan bahan yang mengandung minyak atsiri pada lemak
setengah padat dan menutupnya dengan rapat, maka minyak atsiri yang keluar
akan diabsorpsi oleh lemak. Kemudian minyak atsiri dipisahkan dari lemak
dengan cara ekstraksi dengan alcohol, kemudian alcohol dipisahkan dari minyak
atsiri tersebut.
b. Maserasi (Ekstraksi dengan lemak panas)
Maserasi adalah suatu cara ekstraksi dengan perendaman sampel di dalam lemak
panas selama waktu tertetnu. Cara maserasi dapat digunakan untuk bahan yang
lunak dan untuk bahan yang keras (telah dirajang). Selama perendaman minyak
atsiri yang keluar dari bahan (sampel) akan berinteraksi dengan lemak, minyak
atsiri kemudian dipisahkan. Untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak,
diekstraksi dengan alcohol (sama seperti enfleurage)

c. Ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap


Metode ini pertama sekali diperkenalkan oleh Robiquet, dan kemudian Buchner
dan Favrot melakukan ekstraksi bunga dengan menggunakan pelarut dietil eter.
Cara ini sangat sederhana yaitu dengan merendam bunga di dalam pelarut dalam
sebuah ketel ekstraktor, kemudian ekstraksi berjalan secara sistematis pada suhu
kamar. Pelarut akan melakukan berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan
minyak atsiri. Terakhir minyak atsiri dipisahkan dari pelarut dengan rotary
evaporator pada suhu rendah (Guenther, 1997;Naf, 1996).

2.6. Spektrometri Massa dan Spektrometer Massa


2.6.1. Spektrometri Massa
Kebanyakan teknik spectral timbul dari penyerapan energi oleh molekul.
Spektrometri massa berdasarkan asas-asas yang lain. Dalam sebuah spectrometer,
suatu contoh dalam keadaan gas dibombardir dengan electron yang berenergi cukup

Universitas Sumatera Utara

untuk mengalahkan potensial ionisasi pertama senyawa itu (Potensial ionisasi


kebanyakan senyawa organic adalah antara 185-300 kkal/mol). Tabrakan antara
sebuah molekul organic dan salah satu electron berenergi tinggi menyebabkan
lepasnya sebuah electron dari molekul itu dan terbentuknya suatu ion organic. Ion
organic yang dihasilkan oleh pembombardiran electron berenergi tinggi ini tidak
stabil dan pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion
lain. Dalam sebuah spectrometer massa yang khas fragmen bermuatan positif ini akan
terdeteksi. Spectrum massa ialah alur kelimpahan (abundance, jumlah ralatif fragmen
bermuatan positif yang berlainan) versus nisbah massa/muatan (m/e atau m/z)dari
fragmen-fragmen itu. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang dideteksi dalam
suatu spectrometer massa adalah +1; nilai m/e untuk suatu ion semacam itu sama
dengan massanya. Oleh karena itu dari segi praktis spectrum massa ialah suatu
rekaman dari massa partikel versus kelimpahan relative partikel itu.
Seperti terlihat pada gambar 2.4, suatu spectrum massa dipaparkan sebagai grafik
batangan. Setiap peak dalam spectrum menyatakan suatu fragmen molekul. Fragmenfragmen disusun sedemikian sehingga peak-peak ditata menurut kenaikan m/e dari
kiri ke kanan dalam spectrum. Intensitas peak sebanding dengan kelimpahan relative
fragmen-fragmen, yang bergantung pada stabilitas relative mereka. Kadang-kadang
peak dasar disebabkan oleh ion molekul, tetapi sering berasal dari suatu fragmen yang
lebih kecil.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5. Contoh Spectrum massa methanol

2.6.2. Spektrometer Massa


Suatu diagram dari tipe spectrometer massa yang lazim, dipaparkan dalam
gambar 2. Contoh dimasukkan, diuapkan dan diumpankan dalam suatu aliran yang
berkesinambungan ke dalam kamar pengionan. Kamar pengionan (serta instrument
keseluruhan) dijaga agar tetap dalam keadaan vakum untuk meminimalkan tabrakan
dan reaksi antara radikal, molekul udara, dan lain-lain. Didalam kamar ini, contoh
melewati suatu aliran electron berenergi tinggi, yang menyebabkan ionisasi beberapa
molekul contoh menjadi ion molekul.
Setelah terbentuk, sebuah ion molekul dapat mengalami fragmentasi dan penataan
ulang. Proses ini sangat cepat (10-10 10-6 detik). Partikel yang berjalan berumur
lebih panjang dapat dideteksi oleh pengumpul ion, sedangkan yang berumur lebih
pendek mungkin tidak sempat mencapai pengumpul ion.
Segera setelah radikal-radikal ion dan partikel-partikel lain itu terbentuk, mereka
diumpankan melalui 2 elektroda, lempeng pemercepat ion, yang mempercepat
partikel bermuatan positif (partikel bermuatan negative dan netral tidak dipercepat

Universitas Sumatera Utara

dan terus menerus dibuang oleh pompa vacum). Dari lempeng pemercepat partikel
bermuatan positif menuju ke tabung analisator, dimana partikel-partikel ini
dibelokkan oleh medan magnet sehingga lintasannya melengkung. Dengan teknik ini
partikel berturut-turut mengenai detector dimulai dari m/e rendah.

Gambar 2.6. Diagram sebuah spectrometer massa

Universitas Sumatera Utara

You might also like