You are on page 1of 48

ASKEP KELUARGA BBLR

A. KONSEP DASAR KELUARGA


A. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
tinggal disuatu tempatt dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI. 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam

suatu rumah tangga.

Berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masingmasing serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G Bailon
dan Aracelis Maglaya. 1989 ).
Dari kedua defenisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri atas dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam suatu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f.

Berinteraksi diantara sesama anggota rumah tangga

g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing


h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara

sedarah

dalam

beberapa

generasi,

hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

dimana

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak


saudara

sedarah

dalam

beberapa

generasi,

dimana

hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu.


c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.
3. Ciri Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan
antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota

keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing masing.


4. Tipe / Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak anak.
b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara.
c. Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakkan keluarga inti.
d. Keluarga duda / janda (single family), adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f.

Keluarga kabitas (cahabitation), adalah dua orang menjadi


satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

5. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam


keluarga adalah di pihak ayah.
b. Matriakal,

yang

dominan

memegang

kekuasaan

dalam

keluuarga di pihak ibu.


c. Equalitarian, yang memegang kekuasan dalam keluarga
adalah ayah dan ibu.
6. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersional, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapann dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah , pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa nyaman

sebagai kepala keluarga, sebagai

anggota dari kelompok keluarga serta sebagai anggota


masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan Ibu dari anak-anaknya , ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya , pelindung dari
sebagai salah satu kelompok dan peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu

juga

ibu

dapat

berperan

sebagai

pencari

nafkah

tambahan dalam keluarga.


c. Peranan

Anak

Sebagai

anak

melaksanakan

peranan

psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik


fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. Fungsi Keluarga
a. Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu :
1) Fungsi Biologis :
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak.
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.


2) Fungsi Psikologis :
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi Sosialisasi :
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi Ekonomi :
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anakanak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak-anak memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang
akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai
orang dewasa.
c) Mendidik

anak

sesuai

dengan

tingkat-tingkat

perkembangannya.
b. Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi Pendidikan

Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan


menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan
dan masa depan anak bila kelak dewasa nanti.
2) Fungsi Sosial Anak
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana

keluarga

mempersiapkan

anak

menjadi

anggota masyarakat yang baik.


3) Fungsi Perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak
dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4) Fungsi Perasaan
Tugas keluargga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan
anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi
antar

sesama

pengertian

satu

anggota
sama

keluarga
lain

sehingga

daalam

saling

menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarrga sehingga saling pengertian


satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
5) Fungsi religius
Tugas

keluarga

memperkenalkan

dan

dalam
mengajak

fungsi
anak

ini

adalah

dan

anggota

keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas


kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa
ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia ini.
6) Fungsi Ekonomis
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhhi fungsifungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk
memperolah penghasilan, mengatur penghasilan tersebut
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga.
7) Fungsi Rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu


harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang pwning
bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
daam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan
kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat
dilakukan di rumah dengan cara nonton televisi bersama,
bercerita

tentang

pengalaman

masing-masing

dan

sebagainya.
8) Fungsi Biologis
Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya, yaitu :
a. Asah,

adalah

memenuh

kebutuhan

pendidikan

anak,

sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam


mempersiapkan masa depannya.
b. Asih , adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa
aman,

kehangatan

kepada

anggota

keluarga

sehingga

memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia


dan kebutuhannya.
c. Asuh,

adalah

perawatan

anak

menuju

kebutuhan

agar

kesehatannya

pemeliharaan
selalu

dan

terpelihara,

sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang


sehat , baik fisik, mental, social dan spiritual.
8. Tahap Tahap Kehidupan Keluarga
a.

Tahap pembentukan keluarga : tahap ini dimulai


dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga.

b.

Tahap menjelang kelahiran anak : tugas keluarga


yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus , melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi
keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

c.

Tahap mengadapi bayi : dalam hal ini keluarga


mengasuh , mendidik dan memberikan kasih sayang kepada
anak-anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat

tergantung kepada kedua orang tuanya dan kondisinya masih


sangat lemah.
d.

Tahap menghadapi anak prasekolah : pada tahap ini


anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya tetapi sangat

rawan

dalam masalah kesehatan , karena tidak mengetahui mana


yang

kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak

sangat sensitive terhadap pengaruh

lingkungan dan tugas

keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma agama,


norma sosial, budaya dan lain lain.
e.

Tahap menghadapi anak sekolah : dalam tahap ini


tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan
anak belajar secara teratur , mengontrol tugas tugas
sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

f.

Tahap menghadapi anak remaja : tahap ini adalah


tahap yang paling rawan karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitaas diri dalam membentuk kepribadiannya.
Oleh karena itu, suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.

g.

Tahap melepaskan anak kemasyarakat : setelah


melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya maka tahap selanjutnya adalah melepaskan
anak ke masyarakat dan memulai kehidupannya yang
sesungguhnya

dalam

tahap

ini

anak

akan

memulai

kehidupan berumah tangga.


h.

Tahap berdua kembali : setelah anak besar dan


menempuh kehidupan keluarga sendiri- sendiri, tinggallah
suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan
merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan dapat
menimbulkan depresi dan stress.

i.

Tahap masa tua : tahap ini masuk ke tahap usia


lanjut dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.

9. Tugas Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut
:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan

sumber-sumber

daya

yang

ada

dalam

keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f.

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat


yang lebih luas.
h. Membangkitkan

dorongan

dan

semangat

para

keluarga.
10.Ciri Ciri Keluarga :
a. Diikat dalam suatu tali persaudaraan
b. Ada hubungan keluarga.
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f.

Kerjasama diantara anggota keluarga

g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga


h. Tinggal dalam suatu rumah
11.Ciri Ciri Keluarga Indonesia :
a. Suami sebagai pengambil keputusan.
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
c. Berbentuk monogram.
d. Bertanggung jawab.
e. Pengambil keputusan.
f.

Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.

g. Ikatan kekeluargaan sangat erat.


h. Mempunyai semangat gotong royong.
12.Kehidupan Keluarga Indonesia :
a. Daerah Pedesaan :

anggota

1) Tradisional.
2) Agraris
3) Tenang
4) Sederhana
5) Akrab
6) Menghormati orang tua
b. Daerah Perkotaan :
1) Dinamis
2) Rasional
3) Konsumtif
4) Demokratis
5) Individual
6) Terlibat dalam kehidupan politik
B.

KONSEP MEDIS BBLR


1. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir
yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight
Infants ( BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan
lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan
Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
b. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi
dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga:

Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKBKMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCBKMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK
).
2.

ETIOLOGI
a. Faktor Ibu.

Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya:

perdarahan

antepartum,

trauma

fisik

dan

psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu
muda.

3.

PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu
juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram.

Biasanya

hal

ini

terjadi

karena

adanya

gangguan

pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan


oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi

yang

baik

diperlukan

seorang

ibu

hamil

agar

pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya


akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar


Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan
salah

satu

kehamilan.

gangguan
Ibu

hamil

yang

paling

umumnya

sering

terjadi

mengalami

selama

deplesi

besi

sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang


dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya
mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
dapat

mengakibatkan

kematian

janin

didalam

kandungan,

abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan,


hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan prematur juga lebih besar.
4.

MANIFESTASI KLINIS

Fisik.
bayi kecil
pergerakan kurang dan masih lemah
kepala lebih besar dari pada badan
berat badan

5.

KOMPLIKASI
a. Sindroma distress respiratori idiopatik
Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi
paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan
tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps.
Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :

rintihan waktu inspirasi

napas cuping hidung

kecepatan respirasi leih dari 70/ menit

tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )

Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara


dan pemeriksaan gas darah menunjukkan :
kadar oksigen arteri menurun
konsentrasi CO2 meningkat
asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,
bikarbonas

intravena dan makanan

intravena.

Mungkin

diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan


pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan
bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif
berkelanjutan.
b. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup
bulan tetap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan
menyebabkan

takipnea.

Keadaan

ini

tidak

berbahaya,

biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress


respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan
yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular
dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik
dan

nampaknya

sindroma

distress

berhubungan
respirasi

dengan

idiopatik.

hipoksia

Bayi

lemas

pada
dan

mengalami serangan apnea.


c. Fibroplasias retrolental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat
pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa
dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini
dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di
bawah 40%

(kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40

%). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk


mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih
baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini
mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
d. Serangan apnea

Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional


pusat

pernapasan

atau

ada

hubungannya

dengan

hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan


bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan
menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen
pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea
sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan
apnea,

meskipun

apnea

ini

mungkin

berlanjut

selama

beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti


aminofilin mungkin bermanfaat.
e. Enterokolitis nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan
dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse
tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari
rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin
mengalami perforasi.
Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena,
kanamisin

oral.

pemberian

Hentikan

makanan

minuman

intravena.

oral

dan

Mungkin

berikan

diperlukan

pembedahan.
6.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.

Jumlah

sel

darah

putih

18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,


hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
Hematokrit

b.

(peningkatan

sampai

65

atau

(Ht)

43%

lebih

61%

menandakan

polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau


hemoragic prenatal /perinatal).
c.

Hemoglobin

(Hb)

15-20

gr/dl

(kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau


hemolisis berlebihan).
d.

Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari


pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5
hari.

e.

Destrosix : tetes glukosa pertama


selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) :

f.

biasanya dalam batas normal pada awalnya.


g.

Pemeriksaan Analisa gas darah.

7.

PENATALAKSANAAN
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri
dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan
pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu
oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin
dan zat besi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan
panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat
dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan 2 kg
adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan
2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak
ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya
dapat dipertahankan.
b. Nutrisi
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB
sehingga

pertumbuhannya

dapat

meningkat.

Pemberian

minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan


menghisap

cairan

lambung.

Refleks

menghisap

masih

lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi


sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan

makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling


dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih
kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh
karena

itu,

upaya

preventif

sudah

dilakukan

sejak

pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan


prematuritas

(BBLR).

Dengan

demikian

perawatan

dan

pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi


dengan baik.
C.

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA BBLR


1. Pengkajian
a.

Riwayat kesehatan
Riwayat pra,intra,postnatal seperti persalinan saat usia

muda,giziburuk saat hamil karena sosek yang rendah,jarak


kehamilan yang dekat,kehamilan ganda,obat-obatan yang
mungkin digunakan saat hamil.
Riwayat kesehatan sekarang (ditemukan saat pemeriksaan

fisik).
Riwayat kesehatan keluarga (ada anggota keluarga lainnya
yang melahirkan dengan BBLR)
b.

Pengkajian Fisik
1)

Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan / atau tidak teratur dalam
batas normal (120-160 dpm). Murmur jantung yang dapat
didengar dapat menandakan duktus arteriosus paten
(PDA).
Pengkajian tambahan :

Tentukan frekuensi dan irama jantung

Gambarkan bunyi jantung termasuk adanya murmur

Gambarkan warna bunyi : sianosis, pucat, ikterik

Kaji warna bantalan kuku, membran mukosa dan bibir

Tentukan tekanan darah

Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler, perfusi


perifer

2)

Makanan / Cairan

Berat badan kurang dari 2500 gr

Tentukan adanya distensi abdomen

Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan kulit


yang berhubungan dengan pemberian makan, karakter
dan jumlah sisa bila diberi makanan melalui lavase.
Bila

selang

NGT

terpasang,

gambarkan

tipe

penghisapan, drainase.

Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari


adanya muntah.

Palpasi daerah tepi hati.

Gambarkan jumlah, warna dan konsistensi feces.

Gambarkan bising usus

3)

Neurosensori

Gambarkan gerakan bayi, evaluasi berdasarkan usia


gestasi.

Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan


berat jenis urine.

Periksa BB

Tubuh biasanya panjang, kurus, lemas dengan perut


agak gendut.

Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan


tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel
mungkin besar atau terbuka lebar.

Dapat

mendemonstrasikan

berputar.

kedutan

atau

mata

Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin


merapat (tergantung usia gestasi).

Refleks tergantung : rooting terjadi dengan gestasi


minggu ke 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan dan bernafas nbiasa terbentuk pada gestasi
minggu ke 32 ; komponen pertama reflek moro
(ekstensi

lateral

dari

ekstremitas

atas

dengan

membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28,


komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang
dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
4)

Pernapasan

Gambarkan bentuk dada, kesimetrisan, adanya insisi,


selang dada

Gambarkan penggunaan otot aksesoris, pernafasan


cuping hidung, retraksi

Tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan

Tentukan apakah penghisapan diperlukan

Auskultasi dan gambarkan bunyi pernapasan

Skor apgar mungkin rendah

Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur,


pernapasan diafragmatik intermitten atau periodik (4060x/menit)

5)

Keamanan

Tentukan suhu kulit dan aksila, biasanya suhu


berfluktuasi dengan mudah

Tentukan hubungan dengan suhu lingkungan.

Gambarkan adanya perubahan warna, area


kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi, area gundul.

Tentukan tekstur dan turgor kulit ; kering, halus, pecahpecah, terkelupas

Gambarkan adanya ruam, lesi kulit atau tanda lahir.

Tentukan apakah kateter, infus IV, jarum, berada pada


tempatnya dan amati apakah ada tanda-tanda
inflamasi.

Gambarkan jalur pemasangan kateter IV, jenis infus,


frekuensi aliran, jenis jarum, tampilkan area insersi.

Menangis mungkin lemah.

Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput


suksedaneum.

Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna


mungkin merah muda/kebiruan, akrosianosis atau
sianosis/pucat.

Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.

Ekstremitas mungkin tampak edema.

Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada


pada semua atau sebagian telapak.

Kuku mungkin pendek.

6)

Genitourinaria

Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa.

Genitalia ; labia minora wanita mungkin lebih besar


dari labia mayora dengan klitoris menonjol. Testis pria
mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak
ada pada skrotum.

Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan


berat jenis urine.

c. Penyuluhan /Pembelajaran
Riwayat ibu dapat menunjukkan faktor-faktor yang
memperberat persalinan praterm, seperti :
1)

Usia muda

2)

Latar belakang sosial ekonomi rendah

3)

Rentang kehamilan dekat

4)

Gestasi multipel

5)

Nutrisi buruk

6)

Kelahiran praterm sebelumnya

7)

Komplikasi obstetrik seperti abrupsio plasentae

8)

Ketuban pecah dini

9)

Dilatasi serviks prematur

10) Adanya infeksi


11) Inkompabilitas darah berhubungan dengan eritroblastosis
fetalis atau penggunaan obat yang diresepkan, dijual
bebas atau obat jalanan.

2. INTERVENSI KEPERAWATAN

Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas paru neuromuskuler,


penurunan energi, dan keletihan.
Sasaran : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat

Hasil yang diharapkan :


a. Jalan nafas tetap paten
b. Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuasan
CO2 yang adekuat
c. Frekuensi dan pola nafas dalan batas yang sesuai
dengan usia dan berat badan
d. Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam
batas normal sesuai usia pasca konsepsi
e. Oksigenasi jaringan adekuat
N

Intervensi

Rasional

Kaji frekwensi pernapasan


dan
pola
pernapasan,
perhatikan adanya apnea
dan perubahan frekwensi
jantung tonus otot dan
warna
kulit
berkenaan
dengan
prosedur
atau
perawatan.
Lakukan
pemantauan jantung dan
peranapasan yang kontinyu

Membantu
dalam
membedakan
periode
perputaran
pernapasan
normal
dari
serangan
apneik
sejati,
yang
terutama sering terjadi
sebelum gestasi minggu
ke 30

o
1

Isap jalan
kebutuhan

napas

sesuai

Menghilangkan
mukus
yang menyumbat jalan
napas

Tinjau ulang riwayat ibu


terhadap obat obatan
yang dapat memperberat
depresi pernapasan pada
bayi

Magnesium sulfat dan


narkotik menekan pusat
pernapasan dan aktivitas
SSP

Posisikan
bayi
pada
abdomen
atau
posisi
terlentang
dengan
gulungan popok dibawah
bahu untuk m6enghasilkan
sedikit hiperekstensi

Posisi
ini
dapat
memudahkan pernapasan
dan menurunkan episode
apneik khususnya pada
adanya hipoksia, asidosis
metabolik
atau
hiperkapnia

Berikan
rangsang
taktil
yang segera ( mis :
gosokkan punggung bayi )
bila
terjadi
Apnea.
Perhatikan adanya sianosis,
bradikardia atau hipotonia.

Merangsang SSP untuk


meningkatkan
gerakan
tubuh dan kembalinya
pernapasan spontan.

Tempatkan
bayi
pada Gerakan
memberikan
matras yang bergolombang rangsangan, yang dapat
menurunkan
kejadian
apneik.

Pantau
pemeriksaan
laboratorium
(
GDA,
glukosa serum, elektrorit,
kultur, dan kadar obat )
sesuai indikasi

Beri
oksigen
indikasi.

Hipoksia,
asidosis
metabolik,
hiperkapnia,
hipoglikemia,
hipokalsemia, dan sepsis
dapat
meperberat
serangan apneik.

sesuai Perbaikan kadar oksigen


dan
karbon
dioksida
dapat
meningkatkan
fungsi pernapasan

Posisikan untuk pertukaran


udara
yang
optimal:
tempatkan
pada
posisi
telungkup bila mungkin

Posisi ini menghasilkan


perbaikan
oksigenasi,
pemberian
makan
ditoleransi dengan lebih
baik, dan lebih mengatur
pola tidur / istrahat.

10

Tempatkan
pada
posisi Untuk mencegah adanya
terlentang dengan leher penyempitan jalan nafas
sedikit ekstensi dan hidung
menghadap keatap dalam
posisi mengedus

11

Hindari hiperekstensi leher

Karena akan mengurangi


diameter trakea

12

Observasi
adanya
penyimpangan dari fungsi
yang
diinginkan,
kenali
tanda-tanda dari distres,
mis ; mengorok, sianosis,
pernapasan cuping hidung,
apnea.
Dan
lakukan
penghisapan

Untuk
menghilangkan
mukus yang terakumulasi
dari nasofaring, trakea,
dan selang endotrakheal.

13

Lakukan
penghisapan
seperlunya
berdasarkan
pengkajian (mis ; auskultasi
dada,
bukti
penurunan
oksigenasi,
peninfkatan
kepekaan
bayi ) serta
hindari penghisapan secara
rutin

Penghisapan secara rutin


dapat menyebabkan
bronkospasme,
bradikardia, karena
stimulasi saraf vagal,
hipoksia dan peningkatan
tekanan intrakranial,
mempredisposisikan bayi
pada hemoragi
intraventrikel

14

Gunakan tehnik pengisapan


yang tepat

Penghisapan yang tidak


tepat
dapat
menyebabkan
infeksi,
kerusakan jalan nafas,
pnemotoraks,
dan
hemoragik intra ventrikel.

15

Gunakan
tehnik Asisten
dapat
penghisapan dua orang
memberikan
hiperoksigenasi
dengan
cepat
sebelum
dan
setelah insersi kateter.

16

Lakukan perkusi, vibrasi,


dan
drainase
postural
sesuai dengan ketentuan

Untuk
memudahkan
drainasi secret

17

Hindari penggunaan posisi


trendelenburg
selama
penggantian
popok,
tinggikan
bayi
sedikit
dibawah
pinggul
dan
jangan mengangkat kaki
dan tungkai

Posisi ini menyebabakan


peningkatan
TIK dan
menurunkan
kapasitas
paru akibat dari gravitasi
yang mendorong organ
kearah diagfragma.

18

Gunakan
posisi
semi- Utk mencegah aspirasi
telungkup atau miring
pada bayi dgn mukus
berlebihan
atau
yg
sedang diberi makan

19
.

Pertahankan
suhu Untuk menghemat
lingkungan yang netral
pernggunaan O2

Termoregulasi tidak efektif b/d kontrol suhu yang imatur dan


penurunan lemak tubuh subkutan
Sasaran : Pasien mempertahankan suhu tubuh stabil
Hasil yang diharapkan : Suhu axila bayi tetap dalam rentang
normal untuk usia pasca konsepsi.
N

Intervensi

Rasional

Tempatkan
bayi
dalam
inkubator, penghangat radian
atau pakaian hangat dalam
keranjang terbuka

Untuk mempertahankan
suhu tubuh stabil

o
1.

2.

Pantau suhu aksila pada bayi


yang tidak stabil

Mengetahui fungsi vital


organ organ tubuh
terutama
termostat
regulator suhu tubuh.

3.

Atur unit servokontrol atau


kontrol suhu udara sesduai
kebutuhan

Untuk mempertahankan
suhu
kulit
dalam
rentang termal yang
dapat diterima

4.

Gunakan pelindung
pelastik bila tepat

panas

Untuk
menurunkan
kehilangan panas

5.

Periksa suhu bayi dalam


hubunganya dengan suhu
ambien
dan
suhu
unit
pemanas

Untuk kehilangan panas


radian langsung

6.

Monitor suhu bayi

7.

Keringkan
setiap
bagian
untuk mengurangi evaporasi
Kurangi
dan
hindarkan
sumber sumber kehilangan
panas pada bayi seperti

Fluktuasi suhu tubuh


pada bayi sering terjadi,
a. Jika
suhu
dibawah dengan mengenali suhu
normal :
tubuh
( panas atau
Selimuti dengan 2
dingin ) maka akan
selimut.
dihindari
Pasang tutup kepala. dapat
komplikasi
b. Jika suhu di atas normal terjadinya
hypothermia
atau
:
Lepaskan selimut.
hyperthermia
Lepaskan
tutup
kepala
Kehilangan panas pada
bayi
terjadi
sangat
cepat,
peningkatan
0
suhu 1 C suhu tubuh
akan kehilangan 12 cc /
jam. Dengan intervensi
a. Evaporasi.
tersebut maka dapat
Saat mandi, sipakan
direncanakan
dengan
lingkungan
yang
baik halhal yang perlu
hangat.
diperhatikan
untuk
b. Konveksi
mengurangi sumber
sumber
kehilangan
Hindari aliran udara
panas pada bayi.
( pendingin udara,
jendela,
kipas

angin
)
yang
langsung mengenai
bayi.
c. Konduksi
Hangatkan seluruh
barang barang dan
bahan

bahan
untuk
perawatan
( baju, sprei, dll ).
Kurangi
benda

benda
diruangan
yang
menyerap
panas ( logam ).
d. Radiasi
Pertahankan
ruangan.

suhu

Resiko tinggi infeksi b/d pertahan imunologis yang kurang


Sasaran

: Pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi

nosokomial
Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda infeksi

nosokomial
N

Intervensi

Rasional

o
1.

Kaji factor factor yang dapat


membawa infeksi,seperti :
Tindakan non steril.
Pengunjung yang banyak
Lingkungan kotor dll.
-

Untuk
menentukan
intervensi
yang
akan
diberikan pada bayi.

Posisi saat memberi

minum
2.

Pastikan bahwa semua pemberi Untuk


meminimalkan
perawatan
mencuci
tangan pemajanan pada organisme
sebelum dan setelah mengurus infekstif
bayi

3.

Pertahankan

tindakan

tekhnik

Meminimalkan

dan

antiseptik dalam setiap tindakan


( seperti : sterilisasi alat dan
desinfeksi ).

membunuh bakteri, jamur


dan untuk mencegah infeksi
akibat
kontaminasi
nasokomial.

4.

Pisah
bayi

bayi
yang
mengalami penyakit infeksi.

Mengurangi risiko penularan


penyakit pada bayi lain.

5.

Rawat bekas tali pusat dengan


menggunakan bethadine dan
dibungkus dengan kasa steril.

Mencegah masuknya kuman


dan berkembangnya bakteri
oleh karena media yang
lembab.

6.

Lindungi bayi yang mengalami


defisit imun dari infeksi :

Mengurangi kontak dengan


agen penyebab infeksi dan
sumber infeksi.

Instruksikan
pengunjung
untuk cuci tangan sebelum
mendekati bayi.
Batasi
pengunjung
bila
memungkinkan.
Batasi alat alat infasif ( IV,
NGT, specimen Lab dll )
untuk yang benar benar
perlu saja.

7.

Kurangi
kerentanan
individu
terhadap
infeksi
seperti
:
pertahankan masukan nutrisi ASI
dan PASI

Nutrisi yang baik, daya


tahan tubuh meningkat dan
infeksi tidak terjadi.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( resiko tinggi )


b/d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan
atau penyakit.

Sasaran : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan

masukan

kalori

untuk

mempertahankan

keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukan


penambahan berat badan yang tepat
Hasil yang diharapkan :

1. Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat


2. Bayi menunjukan penambahan berat badan yang mantap
( kira-kira 20 sampai 30 gr/hari ) pada saat pasca akut
penyakit.
N

Intervensi

Rasional

o
1.

Kaji
pola
minum
bayi
kebutuhan-kebutuhan nutrisi

dan

Untuk
menentukan
berapa
kebutuhan nutrisi bayi perhari
atau kebutuhan minum (cc/
Kaji volume, durasi dan KgBb
)
sehingga
dapat
upaya selama pemberian
diberikan nutrisi sesuai dengan
minum, kaji respon bayi.
Kaji masukan kalori / nutrisi kebutuhannya dengan tidak
yang
lalu,
kenaikan
/ terlepas dari intervensi yang
penurunan BB selalu dicatat lain yang dapat meningkatkan
kenaikan berat badan bayi.

2.

Ajarkan pada orang tua tentang


tehnik tehnik pemberian Asi/ Pasi
yang efektif

Setelah pulang nanti orang tua


tidak kaku dan sudah terbiasa
memberikan Asi / Pasi pada
bayi, dan mengerti kapan bayi
sudah mulai haus : misal pada
saat menangis.

3.

Berikan pemberian makan / nutrisi


dengan proses adaptasi secara
bergantian ASI- PASI ( sesuai keb.
Perhari X BB : Pemberian susuai
umur masa kehamilan.

Mengadaptasikan bayi dengan


putting susu supaya tidak
bigung, dan melatih reflek
mengisap
yang
baik.
Mengetahui kenaikan BB bayi
dan
keefektifan
pemberian
nutrisi baik asi maupun Pasi dan
mengetahui Jumlah pemasukan.

4.

Timbang BB bayi sebelum dan


sesudah makan

Untuk
megetahui
seberapa
banyak asupan nutrisi yang

masuk

5.

Pertahankan cairan parenteral atau


nutrisi parenteral total sesuai
instruksi

6.

Pantau
adanya
tanda-tanda Mengetahui
intake
caairan
intoleransi
terhadap
terapi cairan yang dapat di toleran
parenteral total terutama protein oleh bayi
dan glukosa

7.

Kaji kesiapan bayi untuk menyusu


pada payudara ibu, khususnya
kemampuan untuk mengkoordinasi
menelan dan pernapasan

Mengetahui kemampuan bayi


untuk
menelan
atau
kemampuan menyusui

8.

Susukan bayi pada payudara ibu


bila
penghisapan
kuat
serta
menelan dan refleks muntah ada
( biasanya pada usia gestasi 35
sampai 35 minggu )

Untuk memenimalkan
aspirasi

9.

Ikuti
protokol
unit
untuk Untuk menghindari intoleransi
meningkatkan volume dan kontrasi pemberian makan
formula

10

Gunakan
pemberian
makan Karena makan dengan ASI
orogastrik bila bayi mudah lelah dapat
mengakibatkan
atau
mengalami
penghisapan, penurunan berat badan
refleks muntah atau menelan yang
lemah

11

Bantu ibu mengelurkan ASI

Resiko tinggi kekurangan

Memenuhi
bayi

kenutuhan

nutsrisi

resiko

Untuk
menciptakan
dan
mempertahankan
laktasi
sampai bayi dapat menyusui
ASI

atau kelebihan volume cairan b/d

karakteristik fisiologis imatur dari bayi dan atau imaturitas atau


penyakit
Sasaran : Pasien menunjukan status hidrasi adekut

Hasil yang diharapkan : Bayi menunjukan bukti homeostatis

Intervensi

Rasional

1.

Pantau dengan ketat cairan dan


elektrolit dengan terapi yang
meningkatkan kehilangan air tak
kasat mata ( insensible water loss
[IWL]) mis : Fototerfi, penghangat
radian.

Agar pemenuhan cairan dan


elektrolit dan ditangani sedini
mungkin.

2.

Implementasikan strategi untuk Menentukan


meminimalkan
IWL,
seperti selanjutnya.
penutup
plastik
peningkatan
kelembaban ambien

3.

Pastikan
masukan
oral/parenteral adekuat

4.

Kaji status hidrasi ( mis. Turgor Menentukan


kulit, tekanan darah, edema, BB, selanjutnya.
membran mukosa, berat jenis
urine, elektrolit, fontanel )

5.

Atur cairan
ketat

dengan

Untuk menghindari dehidrasi,


hidrasi
berlebihan,
atau
ekstravasasi

6.

Hindari
pemberian
cairan
hipertonik ( mis ; obat tidak
diencerkan,
infus
glukosa
terkonsentrasi )

Untuk
mencegah
beban
berlebihan pada ginjal imatur
dan vena yang rapuh

7.

Pantau keluaran urine dan nilai


laboratorium

Untuk bukti dehidrasi atau


hidrasi berlebihan ( keluaran
urine adekuat 1-2 ml/jam )

parenteral

cairan

intervensi

Mencegah terjadinya dehidrasi

Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intrakranial


b/d sistem syaraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.

intervensi

Sasaran : Pasien menujukan tekanan intrakranial normal


( kecuali jika peningkatan TIK berhubungan dengan
panyeki bayi ) dan tidak ada bukti hemoragi
intraventrikel

kecuali

jika

terdapat

kodisi

sebelumnya )
Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda-tanda

peningkatan

TIK

dan

hemoragik

intraventrikuler
N

Intervensi

Rasional

1.

Kurangi stimulasi lingkungan

Karena
respon
strees
khususnya
peningkatan
tekanan darah meningkatan
resiko peningkatan TIK

2.

Tetapkan suatu rutinitas yang


memberikan
periode
tidur
/
istrahat tampa gangguan

Untuk
menghilangkan
meminimalkan strees

3.

Atur ( kumpulkan ) perawatan


selama jam bangun yang normal
sebanyak mungkin

Untuk meminimalkan gangguan


tidur dan kebisingan intermiten
yang sering

4.

Tutupi inkubator dengan kain serta


tempat tanda jangan ganggu
didekatnya

Untuk menurunkan sinar dan


menyandarkan orang lain pada
periode istrahat bayi.

5.

Hindari bicara keras dan ketawa

Meminimalkan
rangsangan
suara yang dapat mengganggu
istirahat bayi

6.

Batasi jumlah pengunjung dan staf


didekcat bayi pada sekali waktu

Menciptakan lingkungan yang


nyaman bagi anak

7.

Hindari kebisingan yang keras dan


tiba-tiba
seperti
menjatuhkan
benda,
membuang
sampah,
menutup pintu dan lemari, matikan

Meminimalkan
rangsangan
suara yang dapat mengganggu
istirahat bayi

atau

radio, TV dll
8.

Kenali tanda-tanda strees fisik dan


stimulasi yang berlebihan

Untuk

9.

Hindari obat hipertonik dan cair

Karena meningkatkan
darah serebral

10

Tinggikan kepala di tempat tidur

Untuk menurunkan TIK

11

Pertahankan
adekuat

12

Hindari membalik miring kepala


dengan tiba-tiba

oksigenasi

melakukan

intervensi

yang tepat dewngan segera

yang Karena
hipoksia
meningkatkan
aliran
serebral dan TIK

aliran

akan
darah

Untuk membatasi aliran darah


arteri karotis dan oksigensi
yang adekuar ke otak

Nyeri b/d prosedur, diagnosis, tindakan


Sasaran : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun
Hasil yang diharapkan : tanda-tanda pada bayi minimal atau

tidak ada
N

Intervensi

Rasional

o
1

Kaji efektifitas
nonfermakologis

Kenali
bahwa
memperhatikan
merasakan nyeri

tindakan

nyeri

Beberapa
tindakan
mis.
Mengayun dapat meningkatan
distres pada bayi

tampak
gestasi,

Unutk mengetahui respon nyeri


pada bayi.

Gunakan
tindakan
nyeri
nonfarmakologis seperti : ubah
posisi, membendong, melindungi,
menimang, mengayun, memaikan
musik dll

Untuk mengurangi nyeri yang


dirasakan
bayi
ditunjukkan
dengan respon non verbal
dengan bayi rileks.

bayi
usia

Anjurkan orang tua untuk memberi Meningkatkan


tindakan
kenyamanan
bila bayi.
mungkin

Diskusikan
kepada
tentang
kekhawatiran
terhadap nyeri bayi

keluarga
mereka

relaksasi

pada

Meningkatkan
pemahaman
terhadap keluarga

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelahiran


preterm, lingkungan NICU tidak alami, perpisan dari orang tua

Sasaran pasien ( keluarga ) : pasien mencapai pertumbuhan


dan perkembangan potensial
normal

Hasil yang diharapkan : bayi menunjukan penambahan BB


mantap saat nelewati fase akut penyakit
N

Intervensi

Rasional

Berikan nutrisi optimal

Untuk menjamin perubahan


BB
yang
mantap
dan
pertumbuhan otak

Berikan periode istrahat


teratur tanpa gangguan

Kenali
adanya
tanda-tanda Membiarkan pada bayi untuk
stimulasi berlebihan (flaksiditas, istrahat
menguap,
membelalak,
memalingkan wajah dengan aktif,
peka rangsang, menangis)

Tingkatkan interaksi orang tua bayi

yang

Untuk
menurunkan
penggunakan kalori dan O2
yang tidak perlu

Karena merupakan hal yang


esensial untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal.

Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi/maturasi, kurang


pengetahuan ( kelahiran bayi preterm dan atau sakit ),
gangguan proses kedekatan orang tua.
Sasaran

: Pasien ( keluarga ) mendapat informasi tentang

kemajuan bayi
Hasil yang diharapkan : bayi menunjukan penambahan BB

mantap saat orang tua mengekpresikan perasaan dan


kekhawatiran
menunjukan

mengenai

bayi

pemehamana

dan

dan

prognosis,

keterlibatan

serta
dalam

perawatan.
N

Intervensi

Rasional

Prioritas informasi

Untuk membantu orang tua


memahami
aspek
paling
penting
dalam
perawatan,
tanda
perbaikan,
atau
penyimpanan pada kondisi
bayi

Dorong
orang
tua
untuk Untuk
mengajukan pertanyaan mengenai percaya
status
bayi
serta
menjawab
pertanyaan dengan benar

Dorong
ibu
dan
ayah
utk
berkunjung unit kesehatan dengan
sering

Sehinggga merekan mendapat


informasi
tntang kemajuan
bayi

Tekankan aspek postif dan status


bayi

Untuk
mendorong
pengharapan.

menciptakan

rasa

rasa

3. ANALISA DATA
Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

Do :

Merawat

Pola nafas tidak efektif

Merawat

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Bayi tampak sesak


Ds :
Ibu klien mengatakan
anaknya sesak
Do :
BBL bayi 1400gram
Bayi tampak kurus
Ds :
Ibu klien mengatakan
bayinya jarang minum
ASI

SKORING MASALAH KEPERAWATAN

1.
NO

Pola nafas tidak efektif


Kriteria

Perhitungan skor

Pembenaran

sifat masalah
Aktual
kemungkinan
masalah dapat
diubah
Sebagian
kemungkinan
masalah dapat
dicegah

3/3x1

jika masalah tidak diatasi


maka akan mengancam jiwa pasien

kemungkinan dapat diubah jika dibawa

1/2x2
ke pelayanan kesehatan

1/3x1

01- karena organ tubuh bayi belum


Mar berfungsi

Rendah
4

menonjolnya
masalah

dengan baik
2/2x1

dapat mengakibatkan kematian pada


bayi

Segera

2.

Nutrisi kurang dari kebutuhan

NO
1

masalah harus segera ditangani karena

Kriteria
sifat masalah

Perhitungan

skor

3/3x1

Aktual
2

kemungkinan masalah
dapat diubah

1/2x2

Sebagian
3

kemungkinan masalah
dapat dicegah

1/3x1

menonjolnya masalah
Segera

2/2x1

jika masalah tidak diatasi


maka akan mengancam jiwa
pasien
kemungkinan dapat diubah jika
dibawa

ke pelayanan kesehatan
karena bayi lahir belum cukup
01-Mar bulan

Rendah
4

Pembenaran

(prematur)
masalah harus segera ditangani
karena
dapat mengakibatkan kematian

Pengkajian terhadap keluarga :

Pengkajian anggota keluarga

mengidentifikasi dan data

individual : mental, fisik,

sosial budaya, data lingkungan,

emosional, sosial,

struktur, dan fungsi

dan spritual

Identifikasi masalah-masalah keluarga


dan individu (diagnosaa keperawatan)

D. PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


Rencana Perawatan :

1. Pengertian

Penyusunan tujuan,

Proses perawatan
Mengidentifikasi
adalah metode
sumber-sumber,
ilmiah yang digunakan
Mendefenisikan
pendekatan
secara sistematis
untuk mengkaji
danalternatif,
menentukan masalah
Memilih intervensi
perawatan,
kesehatan dan keperawatan
keluarga,
merencanakan asuhan

keperawatan

Penyusunan prioritas
dan dan
melaksanakan
intervensi

keperawatan

terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun


dan mengevaluasi mutu dan hasil asuhan keperawatan yang
dilaksanakan terhadap keluarga.
2. Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Gambar 2.

Intervensi :

Implementasi rencana pengerahan


sumber-sumber

Evaluasi

3. Tahap Penjajakan Perawatan (Pengkajian)


Penjajakan menurut Silvion G. Bailon dan Maglaya adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawatan untuk
mengukur keadaan pasien dan keluarga dengan memakai

patokan norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial, sistem


integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah-masalah.
Adapun norma-norma yang digunakan untuk menetukan
status kesehatan keluarga adalah :
a.

Keadaan kesehatan yang normal


dari setiap anggota keluarga

b.

Keadaan

rumah

dan

lingkungan

yang membawa peningkatan kesehatan keluarga.


c.

Sifat

keluarga,

dinamika

dan

tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa kepada


perkembangan keluarga.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian adalah :
a. Pengumpulan Data
a)

Biodata Kepala Keluarga

b)

Susunan dan sifat keluarga

c)

Nama anggota keluarga, dan hubungan kepada


keluarga

d)

Data umur, jenis kelamin, pendidikan kesehatan


fisik

e)

Anggota keluarga yang mengambil keputusan

f)

Hubungan antara anggota keluarga.

b. Kebutuhan dalam hidup sehari-hari


a) Kebutuhan nutrisi
b) Kebutuhan eliminasi
c) Istirahat / tidur
d) Aktivitas olahraga
e) Kebersihan diri
f) Rekreasi
g) Pola asuh anak
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
a) Penghasilan keluarga
b) Sistem nilai
c) Hubungan dengan masyarakat
d. Faktor lingkungan
a) Perumahan

b) Pengelolaan sampah
c) Sumber air bersih
d) Jamban keluarga
e) Denah rumah
f) Fasilitas sosial dan kesehatan :
a)

Sekolah

b)

Masjid

c)

Puskesmas

d)

Puskesmas pembantu

e)

Rumah sakit, dan lain-lain.

e. Psikologis

f.

a)

Status emosi

b)

Konsep diri

c)

Pola interaksi

d)

Pola komunikasi

e)

Pola pertahanan

Derajat kesehatan
a) Kejadian kesakitan keluarga
b) Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
c) Kejadian cacat
d)

Kejadian kematian dalam 1 ahun terakhir

g. Masalah kesehatan spesifik


a)

Keluarga berencana

b)

Kesehatan ibu dan anak

c)

Usia lanjut

h. Analisa Data
Untuk melihat perkembangan kesehatan keluarga, maka
menggunakan tiga norma sebagai berikut :
1)

Keadaan

kesehatan yang normal

dari setiap

anggota keluarga meliputi:


a)

Keadaan kesehatan
fisik, mental, sosial anggota keluarga

b)

Keadaan
anggota keluarga

gizi

c)

Keadaan
pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

d)

Kehamilan

dan

keluarga berencana.
2)

Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan meliputi :


a)

Rumah : ventilasi,
penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah.

b)

Sumber air minum

c)

Jamban keluarga

d)

Tempat
pembuangan air limbah

e)

Pemanfaatan
pekarangan

3)

Karakteristik Keluarga
a)

Sifat keluarga

b)

Dinamika

dalam

Interaksi

antar

keluarga
c)
anggota keluarga
d)

Kesanggupan
keluarga dalam membawa perkembangan anggota
keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan
adalah :
(1)

Ketidakma
mpuan mengenal masalah kesehatan keluarga
berhubungan dengan :
(a)

Kurang pengetahuan

(b)

Rasa

takut

terhadap

akibat dari masalah yang diketahui


(c)

Sikap dan pandangan


hidup yang terpengaruh oleh budaya

(2) Ketidakmampuan

keluarga

mengambil

keputusan untuk melaksanakan tindakan yang


tepat berhubungan dengan :

(a)

Tidak

memahami

berat, sifat akan luasnya masalah


(b)

Keluarga

tidak

sanggup memilih tindakan


(c)

Ketidakmampuan
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

(d)

Takut

terhadap

akibat dari tindakan yang diharapkan.


(3)

Ketidakma
mpuan

merawat

yang

sakit

berhubungan

dengan :
(a)

Kurang
pengetahuan mengenai keadaan penyakit

(b)

Kurang
pengetahuan

tentang

perawatan

dan

pengobatan
(c)

Kurang
pengetahuan fasilitas untuk pengobatan.

(4) Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah


yang

dapat

mempengaruhi

perkembangan

pribadi

kesehatan

anggota

dan

keluarga

berhubungan dengan :
(a) Kurang

pengetahuan

mengenai

sanitasi

lingkungan.
(b) Kurang

pengetahuan

mengenai

cara

pencegahan penyakit.
(c) Kurang

pengetahuan

dalam

memanfaatkan

pemeliharaan lingkungan.
(5) Ketidakmampuan
masyarakat

guna

menggunakan
memelihara

sumber

di

kesehatan

disebabkan oleh :
(a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
(b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
(c) Pengalaman yang kurang baik dari petugas
kesehatan

(d) Rasa akibat dari tindakan


(e) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
(f) Sikap akibat dari tindakan
(g) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan
dan lembaga kesehatan
i.

Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan keluarga merupakan
gambaran dari keadaan dan status kesehatan keluarga
berdasarkkan

hasil

pemikiran

dan

pertimbangan

tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai,


kultur dalam keluarga.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1)

Sifat masalah
Dengan

melihat

kriteria

yang

pertama

yaitu

sifatnya masalah. Bobot yang lebih berat diberikan


pada tidak/kurang sehat karena yang pertama
memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga.
2)

Kemungkinan masalah untuk


dapat diubah
Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan
masalah

dapat

diubah,

perawat

perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai


berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan
tindakan untuk menangani masalah.
b) Sumberdaya keluarga : dalam bentuk fisik,
keuangan dan tenaga.
c) Sumber

daya

perawat

dalam

bentuk

pengetahuan, keterampilan dan waktu.


d) Sunber daya masyarakat, dalam bentuk fasilitas
organisasi dalam masyarakat dan sokongan
masyarakat.

3)

Potensi

masalah

untuk

dicegah
Untuk kriteria ketiga , faktor-faktor yang perlu
diperhatkan adalah :

Kepelikan dari masalah yang


berhubungan dengan penyakit atau masalah.

Lamanya

masalah,

yang

berhubungan dengan penyakit atau masalah itu


ada.

Tindakan

yang

sedanng

dijalankkan adalah tindakan-tindakan yang tepat


dalam memperbaiki masalah.

Adanya kelompok high risk


atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.

4)

Masalah yang menonjol


Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut. Nilai skor yang tertinggi yang
lebih

dahulu

dilakukan

intervensi

keperawatan

keluarga.
Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan
dan keperawatan keluarga, perlu disusun skala
prioritas seperti berikut :
Tabel

1.

Skala

Penyusunan

Prioritas

Masalah

Kesehatan Keluarga
NO
1.

KRITERIA MASALAH

NILAI

Sifat masalah :

a. Ancaman kesehatan
b.

2
Tidak

sehat / kurang sehat


2.

c.

BOBO
T

3
1

Krisis

Kemungkinan masalah dapat di ubah

2
2

3.

4.

a.

Dengan mudah

b.

Hanya sebagian

c.

Tidak dapat

Potensi masalah dapat di cegah

a.

Tinggi

b.

Cukup
c.
Rendah
Menonjolnya masalah
a.
Masalah berat harus ditangani
b.
Masalah

yang tidak segera perlu

ditangani
c.
Masalah yang tidak dirasakan
(Bailon

dan

Maglaya,1978)
Scoring :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan


dengan bobot :
Skor
x Bobot
Angka tertinggi

3) Jumlah skor untuk semua kriteria


4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh
bobot.
j.

Tahap Perencanaan
Perencanaan

keperawatan

keluarga

teridiri

dari penerapan tujuan, yang mencakup tujuan

umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan


kriteria dan standar kriteria dan standar merupakan
penyatuan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dan

setiap

tindakan

keperawatan

berdasarkan

tujuan khusus yang ditetapkan.


Metode problem solving (metode pecahan
masalah) dilakukan dalam proses pengembangan
rencana keperawatan keluarga dimana metode ini
terdiri dari :
1) Penentuan masalah
a)

Melalui
proses pengkajian akan didapatkan

b)

Masalah
-masalah

kesehatan

dan

keperawatan

keluarga
c)

Kebuttu
han-kebutuhaan kesehatan dan keperawatan
keluarga

2)

Sasaran

dan

tujuan perawatan
Sasaran adalah tujuan dimana segala usaha
diarahkan untuk mencapai tujuan ini melalui
pelaksanaan tindakan perawatan kesehatann
keluarga yang ditentukan oleh perawat bersama
keluarga dengan alasan yang dapat diterima
oleh mereka dan keluarga yang mau menyadari
dalam

mengambil

tindakan

pemecahan

masalah.
3)

Rencana
Tindakan
Dalam
perlu
yang

merencanakan

tindakan

mempertimbang-

kan

tersedia

memecahkan

untuk

masalah

keperawatan

sumber-sumber
mengenal

keluarga,

menggunakan tindakan perawatan :

dan

perawat

a)

Memper
luas

pengetahuan

keluarga

melalui

penyuluhan kesehatan
b)

Memba
ntu keluarga untuk mengenal situasi dan
akibat dari situasi tersebut.

c)

Mengait
kan kebutuhan kesehatan dengan sasaran
lingkungan.

d)

Menge
mbangkan sikap positif dalam keluarga.

e)

Menolo
ng keluarga dalam menentukan tindakan
keperawatan.

f)

Menum
buhkan

kepercayaan

perawat

dalam

keluarga

terhadap

memberikan

asuhan

keperawatan.
4)

Rencana

untuk

mengevaluasi keperawatan.
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan

telah

tercapai

sesuai

kriteria

keberhasilan.
5)

Tahapan
tindakan keperawatan keluarga
Tindakan

keperawatan

terhadap

keluarga

mencakup hal-hal dibawah ini :


a)

Mensti
mulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara.

b)

Member
ikan informasi

c)

Mengid
entifikasi kebutuhan

d)

Mendor
ong

sikap

emosi

yang

sehat

terhadap

masalah
e)

Mensti
mulasi kleuarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat dengan cara :
(1)

Mengidentifikasi

konsikuensi

tidak

melakukan tindakan
(2) Mengidentifikasi

sumber-sumber

yang

dimiliki keluarga
(3)

Mendiskusikan

tentang

konsekuensi tindakan.
(4)

Memberikan

kepercayaan

diri dalam merawat anggota keluarga


yang sakit dengan cara :
(a) Mendemonstrasikan cara perawatan
(b) Menggunakan alat dan fasilitas yang
ada dirumah
(c) Mengevaluasi

keluarga

melakukan

perawatan
(5) Membantu keluarga untuk menemukan
cara

bagaimana

membuat

lingkungan

menjadi sehat.
(6) Menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga
(7) Melakukan

perubahan

lingkungan

keluarga seoptimal mungkin.


(8) Memotivasi

keluarga

untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang


ada dengan cara :
(a)

Mengenakan
fasilitas

kesehatn

lingkungan

yang

ada

di

(b)

Membantu
keluarga

menggunakan

fasilitas

kesehatan yang ada.


6)

Tahap
Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah
diberikan dilakukan penilaian untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil,
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan

keperawatan

mungkin

tidak

dapat

dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke


keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP
secara operasional
S = Adalah hal-hal yang diungkapkan oleh
keluarga secara subjektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
O = Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat
secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
A = Adalah analisis dari hasil yang telah dicapai
dengan

mengacu

pada

tujuan

yang

berkaitan dengan diagnosis.


P = Adalah perencanaan yang akan datang
setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
yang

dilakukan

keperawatan,

selama

sedangkan

proses

asuhan

evaluasi

sumatif

adalah evaluasi akhir.


Kegagalan

dalam

disebabkan oleh :

evaluasi

kemungkinan

a)

Tujuan
tidak realistis

b)

Tindaka
n keperawatan yang tidak tepat

c)

Ada
faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Alasan untuk melaksanakan evaluasi :


a)

Untuk

mencegah

tindakan

yang tidak berguna


b)

Untuk

menambah

ketepatgunaan tindakan keperawatan


c)
keperawatan

Sebagai bukti dari tindakan

You might also like