You are on page 1of 10

Definisi Bedah Prepostetik

Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk


modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan
pembuatan dental prothesa yang baik,
nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli
hilang, perubahan akan terjadi pada
alveolus dan jaringan lunak sekitarnya.
Beberapa dari perubahan ini akan
mengganggu kenyamanan pembuatan
gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan
lunak yang mendukung gigi tiruan secara
sistematis dan hati-hati sebaiknya
dilakukan sebelum mencoba melakukan
rehabilitasi pengunyahan dengan geligi
tiruan (Panchal et al, 2001)
Meskipun dengan adanya kemajuan
teknologi memungkinkan dilakukannya
pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih
diperlukan restorasi prostetik dan
rehabilitasi sistem pengunyahan pada
pasien yang tidak bergigi atau bergigi
sebagian. Bedah preprostetik yang
objektif adalah untuk membentuk jaringan
pendukung yang baik untuk penempatan
gigi tiruan. Karakteristik jaringan
pendukung yang baik untuk gigi tiruan
(Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra
oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang
baik secara antero posterior, transversal
dan dimensi vertikal.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik
(bentuk yang ideal dari prosesus alveolar
adalah bentuk daerah U yang luas,
dengan komponen vertikal yang sejajar).
4. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan
lunak atau undercut.
5. Mukosa yang baik pada daerah
dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang cukup.
7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak
yang cukup untuk penempatan implant.2

Tujuan Bedah Preprostetik


(Matthew et al, 2001)

Tujuan dari bedah preprostetik adalah


untuk menyiapkan jaringan lunak dan
jaringan keras dari rahang untuk suatu
protesa yang nyaman yang akan
mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah
dan estetis.
Tujuan dari bedah preprostetik membantu
untuk :
Mengembalikan fungsi rahang ( seperti
fungsi pengunyahan, berbicara, menelan)
Memelihara atau memperbaiki struktur
rahang
Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
Memperbaiki estetis wajah
Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak
menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan
dengan memodifikasi bedah pada daerah
yang mendukung prothesa
Memulihkan daerah yang mendukung
prothesa pada pasien dimana terdapat
kehilangan tulang alveolar yang banyak.
Pilihan non bedah harus selalu
dipertimbangkan (seperti pembuatan
ulang gigi tiruan, penyesuaian tinggi
muko oklusal, memperluas pinggiran gigi
tiruan) sebelum dilakukan bedah
preprostetik.
Indikasi dan Kontraindikasi
Kelainan yang Membutuhkan
Perawatan Bedah Prepostetik
Kelainan pada jarinngan keras (Eksotosis)
Eksotosis adalah tonjolan tulang,
yangberkembang di berbagai daerah di
rahang. Eksotosis bukan lesi neoplasma,
tapi displastik lesi exophytic. Etiologi lesi
ini masih belum diketahui,meskipun bukti
menunjukkan bahwa genetikdan faktor
lingkungan menentukan perkembangan
mereka.
Eksotosis diklasifikasikan menjadi tiga
jenis: (1) toruspalatinus, (2) torus
mandibularis, dan (3) multipel eksotosis.
1) Torus palatina
Exostosis ini terlokalisir di tengah palatum
keras dan penyebab pastinya belum
diketahui. Secara Klini, torus palatinus

umumnya tonjolan tulang tanpa disertai


gejala, ditutupi oleh mukosa normal
(Gambar. 10,41). Mereka berbeda dalam
ukuran, dan bentuk dari exostosis diskrit
tunggal, multiloculated, bosselated, dan
bentuk yang tidak teratur. TP biasanya
tidak memerlukan terapi khusus, kecuali
untuk pasien edentulous yang
membutuhkan rehabilitasi prostetik, dan
dalam kasus di mana pasien sangat
terganggu oleh exostosis.

3) Multipel Exotosis

2) Torus mandibula
Torus mandibularis adalah exostosis yang
etiologinya tidak diketahui. TM ini
terlokalisasi pada aspek lingual dari
mandibula, baik di satu sisi atau lebih
umum di kedua sisi, dan biasanya
terdapat pada derah kanisus dan premolar
(Gambar. 10,49). Secara klinis, TM adalah
tonjolan tulang yang asimtomatik dan
ditutupi oleh mucosa.Gambaran radiograf,
memperlihat radiopak di daerah lokalisasi.
Torus mandibularis tidak memerlukan
terapi apapun, kecuali dalam kasus-kasus
di mana pasien ingin membuat gigi tiruan
penuh.

Biasanya terlokalisasi pada permukaan


bukal rahang atas dan rahang bawah
(Gambar. 10,56, 10,57). Penyebabnya
tidak diketahui, meskipun beberapa
pendapat mengatakan bahwa ME mungkin
disebabkan oleh bruxism serta iritasi
kronis jaringan periodontal. Tidak ada
terapi yang diperlukan, kecuali untuk
kasus-kasus di mana, karena ukuran besar
exostosis , estetika parah dan masalah
fungsional.

4) Localized Mandibular Bukal


exostosis
Kasus ini jarang terjadi, dan, tergantung
pada ukuran, menciptakan masalah
estetika dan fungsional pada pasien

edentulous maupun pasien yang masih


mempunyai gigi. Keberadaannya
khususnya di pasien edentulous
menghalangi penempatan GTP, dalam hal
ini,pembungan exotosis dianggap
diperlukan.

menyebabkan ankyloglossia parsial atau


lengkap (Gbr. 10.73). Kasus ini disebabkan
perlekatan frenum ke dasar mulut atau
mukosa alveolar. Mungkin bahkan
frenulum yang sangat pendek yang
terhubung ke ujung lidah. Ankyloglossia
sangat membatasi gerakan lidah,
sehingga kesulitan berbicara.

Kelainan pada Jaringan Lunak


1) Frenulum
Dalam banyak kasus, penempatan gigi
tiruan lengkap, atau prosedur ortodontik
membutuhkan pembuangan frenulum
labial, terutama jika hipertrofik (Gbr.
10.72).

Selain itu, dalam mandibula, frenum


lingual dapat menciptakan masalah,

2) Fibrous Hiperplasia karena


pemakaian Gigi Tiruan
Fibrous Hiperplasia pada mukosa
(sebelumnya dikenal sebagai epulis
fissuratum atau hiperplasia inflamasi)
adalah biasanya karena trauma kronis
mukosa mucolabial atau mucobuccal ,
karena pemakaian GTP atau GTSL
(Gambar. 10,94). Gigi tiruan melukai
daerah ini, karena sayap GT yang lebih
tipis dan lebih panjang dari normal. Lesi
dapat hadir selama penempatan awal gigi
palsu, atau setelah periode waktu
tertentu, karena resorpsi prosesus
alveolar.

4) Hiperplasia papila pada palatum


Hiperplasia papila adalah kondisi patologis
yang langka, paling sering terjadi di
palatum. Biasanya terjadi pada pasien
edentulous yang telah memakai gigi palsu
untuk waktu yang lama dan mungkin
karena inflamasi hiperplasia mukosa
karena iritasi lokal kronis (Gambar. 10,117
a). Lesi dapat hadir, untuk batas tertentu,
bahkan pada pasien dengan gigi (Gambar.
10,117 b). Dalam kasus seperti itu, faktor
etiologi termasuk iritasi mekanik dan
termal dari makanan, merokok, dll.
Makanan dapat menumpuk di lesi ini dan
memicu reaksi inflamasi.

3) Tuberositas maksilaris
Tuberositas maksilaris, biasanya diamati
dalam daerah edentulous retromolar
rahang atas dan merupakan hasil iritasi
konstan selama pengunyahan. Secara
klinis, lesi simetris bilateral asimtomatik
dengan permukaan halus yang elastis
dan agak kaku ketika palpasi. Ukuran
bervariasi dan kadang-kadang lesi
mungkin tumbuh menjadi begitu besar
yang menempati semua ruang antar
rahang selama oklusi, menciptakan
masalah serius untuk pembuatan gigi
tiruan sebagian atau lengkap (Gambar.
10,107).

5) Gingival Fibromatosis
Ini adalah kondisi jinak, yang ditandai
dengan pembengkakan progresif lambat
dari gingiva dan mukosa. Lesi dapat
umum atau lokal dan karena penyebab
herediter atau diperoleh. Secara klinis,
hiperplasia gingiva diamati, yang mungkin
sebagian atau seluruhnya menutupi
mahkota gigi, tergantung pada kasusnya.
Permukaan gingiva adalah lobular,
kemerahan, dan kaku ketika palpasi,
sedangkan peradangan dan resorpsi
tulang bervariasi.

Vestibuloplasty, suatu tindakan bedah


yang bertujuan untuk meninggikan sulkus
vestibular dengan cara melakukan reposisi
mukosa , ikatan otot dan otot yang
melekat pada tulang yang dapat dilakukan
baik pada maksila maupun pada
mandibula dan akan menghasilkan sulkus
vestibular yang dalam untuk menambah
stabilisasi dan retensi protesa. Vestibulum
dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang
alveolar, perlekatan otot terlalu tinggi,
adanya infeksi atau trauma.

Sumber: Fragiskos Orak Surgery. P 253278


Macam-Macam Bedah Prepostetik
Berbagai macam teknik dapat digunakan,
baik sendiri atau dikombinasi, untuk
mempertahankan dan memperbaiki
daerah yang akan ditempati gigi tiruan.
Secara umum ada tiga golongan dari
bedah preprostetik :
1. Bedah jaringan lunak yang mengalami
hiperlpasia
2. Vestibuloplasy.
3. Tahapan pembentukan tulang .
1. Bedah Jaringan Lunak :
Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous
hyperplasia, flabby ridge, . Papillary
hyperplasia merupakan suatu kondisi
yang terjadi pada daerah palatal yang
tertutup oleh protesa, dimana kelihatan
adanya papilla yang multipel dan
mengalami peradangan. Fibrous
hyperplasia dapat terjadi karena adanya
trauma dari gigi tiruan dan adanya
resorpsi tulang secara patologis atau
fisiologis sehingga menyebabkan
peradangan dan adanya jaringan fibrous
diatas linggir tulang alveolar. Flabby ridge
yaitu adanya jaringan lunak yang berlebih
dimana terlihat jaringan lunak yang
bergerak tanpa dukungan tulang yang
memadai.
2. Vestibuloplasty

Tidak semua keadaan sulkus vestibular


dangkal dapat dilakukan vestibuloplasty
tetapi harus ada dukungan tulang alveolar
yang cukup untuk mereposisi N. Mentalis,
M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus.
Banyak faktor yang harus diperhatikan
pada tindakan ini antara lain : Letak
foramen mentalis, Spina nasalis dan
tulang malar pada maksila.
Macam-macam tehnik vestibuloplasty :
Vestibuloplaty submukosa
Vestibuloplasty dengan cangkok kulit pada
bagian bukal
Vestibuloplasty dengan cangkok mukosa
yang dapat diperoleh dari mukusa
bukal atau palatal
3. Frenektomi.
Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk
merubah ikatan frenulum baik frenulum
labialis atau frenulum lingualis. Frenulum
merupakan lipatan mukosa yang terletak
pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan
lidah.
a. Frenulum labialis
Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi
akan terlihat daerah yang pucat pada saat
bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada
frenulum labialis bertujuan untuk merubah
posisi frenulum kalau diperlukan maka
jaringan interdental dibuang. Pada
frenulum yang menyebabkan diastema
sebaiknya frenektomi dilakukan sebelum
perawatan ortodonti .
Macam-macam frenektomi :
- Vertical incision
- Cross diamond incision

- Tehnik Z Plasty
Frenektomi pada frenulumlabialis inferior
labialis superior
b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek.
Pada pemeriksaan klinis akan terlihat :
Gerakan lidah terbatas, Gangguanbicara ,
gangguan penelanan dan pengunyahan.
Frenektomi frenulum lingualis pada anakanak dianjurkan sedini mungkin karena
akan membantu proses bicara,
perkembangan rahang dan
menghilangkan gangguan fungsi yang
mungkin terjadi. Sedangkan pada orang
dewasa dilakukan karena adanya oral
hygiene yang buruk. Cara pembedahan
dilakukan dengan insisi vertikal dan
tindakannya lebih dikenal sebagai
ankilotomi.
4. Alveolplasty
Alveoloplasty adalah prosedur bedah yang
biasanya dilakukan untuk mempersiapkan
linggir alveolar karena adanya bentuk
yang irreguler pada tulang alveolar
berkisar dari satu gigi sampai seluruh gigi
dalam rahang, dapat dilakukan segera
sesudah pencabutan atau dilakukan
tersendiri sebagai prosedur korektif yang
dilakukan kemudian.
a. Simple alveolplasty/ Primary
alveolplasty
Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan
pencabutan gigi , setelah pencabutan gigi
sebaiknya dilakukan penekanan pada
tulang alveolar soket gigi yang dicabut .
Apabila setelah penekanan masih
terdapat bentuk yang irreguler pada
tulang alveolar maka dipertimbangkan
untuk melakukan alveolplasty. Petama
dibuat flap mukoperiosteal kemudian
bentuk yang irreguler diratakan dengan
bor , bone cutting forcep atau keduanya
setelah itu dihaluskan dengan bone file.
Setelah bentuk tulang alveolar baik
dilakukan penutupan luka dengan
penjahitan. Selain dengan cara
recontouring tadi apabila diperlukan dapat
disertai dengan tindakan interseptal
alveolplasty yaitu pembuangan tulang
interseptal, hal ini dilakukan biasanya
pada multipel ekstraksi.
b. Secondary alveolplasty.

Linggir alveolar mungkin membutuhkan


recountouring setelah beberapa lama
pecabutan gigi akibat adanya bentuk yang
irreguler. Pembedahan dapat dilakukan
dengan membuat flap mukoperiosteal dan
bentuk yang irregular dihaluskan dengan
bor, bone cutting forcep dan dihaluskan
dengan bone file setelah bentuk irreguler
halus luka bedah dihaluskan dengan
penjahitan.
Pada secundary alveolplasty satu rahang
sebaiknya sebelum operasi dibuatkandulu
Surgical Guidance Yang berguna
sebagai pedoman pembedahan.
5. Alveolar augmentasi.
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat ,
maka diperlukan tindakan bedah yang
lebih sulit dengan tujuan : Menambah
besar dan lebar tulang rahang,
menambah kekuatan rahang,
memperbaiki jaringan pendukung gigi
tiruan.
Terdapat beberapa cara untuk menambah
ketinggian linggir alveolar Yaitu :
a. Dengan cangkok tulang autogenous,
tulang dapat diperoleh tulang iliak atau
costae
b. Dengan melakukan osteotomi.
c. Penambahan dengan menggunakan
Hydroxilapatit.
Hidroxilapatit merupakan suatu bahan
alloplastik yang bersifatBiocompatible
yang dapat digunakan untuk menambah
ketinggiantulang alveolar.
6. Oral tori.
Oral tori merupakan tonjolan tulang yang
dapat terjadi pada mandibula atau
maksila. Oral tori merupakan lesi jinak,
tumbuhnya lambat, tidak menimbulkan
rasa sakit, pada palpasi terasa keras,
terlokalisir dan berbatasjelas, etiologi
belum diketahui dengan pasti tetapi
beberapa ahli mendugaterjadi karena
adanya proses inflamasi pada tulang.
Pembedahan terhadap oral tori jarang
dilakukan , kecuali pada
keadaanterdapatnya gangguan
pembuatan protesa yang tidak dapat

diatasisehingga harus dilakukan


pembedahan.

dibandingkan pasien usia tua dengan


morfologi tulang yang sama.

Terdapat 2 macam oral tori yaitu :

Riwayat penyakit mencakup informasi


penting seperti status resiko pasien
terhadap tindakan bedah, dengan
perhatian khusus kepada penyakit
sistemik pasien yang dapat
mempengaruhi penyembuhan luka
jaringan lunak dan jaringan keras.

a. Torus mandibularis
Biasanya terdapat pada lingual rahang
bawah didaerah kaninus ataupremolar kiri
dan kanan, bisa single atau mulriple. Bila
diperlukan dapatdilakukan eksisi .12
b. Torus palatinus.
Torus palatinus terdapat pada palatum
sepanjang sutura palatinus media dan
dapat meluas ke lateral kiri dan kanan.
Ukurannya bervariasipada torus palatinus
berukuran besar dapat mengganggu
fungsi bicaradan pengunyahan.
Pembedahan dilakukan apabila terdapat
gangguan fungsi bicara dan
pengunyahan.
Sumber:
1. Matthew et al., Surgical aids to
Prosthodontics,Including Osseintegrated
Implant in Pedlar J., et al 2001, Oral and
Maxillofacial Surgery. Edinberg.
Churchill Livingstone
2. Panchal et al. Minor Preprosthetic
Surgery in Dym, Harry et al. 2001. Atlas of
Minor Surgery, Philadelphia : W.B.
Saunders Co.
3. Stephens W., Preprosthetic Oral and
Maxillofacial Surgery in Donoff B., 1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery.
St. Louis Mosby
4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in
Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia
W.B. Saunders Co.
Pertimbangan Medis
(Tucker, 1998; Matthew et al,2001)
Riwayat pasien akan mengindikasikan
harapan dan perhatian pasien pada
perawatan. Umur dan kesehatan pasien
akan mempengaruhi rencana perawatan,
seperti pasien usia muda dengan resorbsi
tulang alveolar yang berat dapat sabar
terhadap perawatan bedah yang kompleks

(. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in


Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia
W.B. Saunders Co.)

Gastritis
Definisi
Gejala penyakit ini yang menyerang
lambung di karenakan terjadi luka atau
peradangan lambung yang menyebabkan
sakit,perih pada perut.

Etiologi
eksterna
Yang
dipengaruhi
oleh
obatobatan,alcohol<infeksi bakteri dan virus.
interna
Yang dipengaruhi oleh adanya penyebab
yang meningkatnya asam lambung yang
berlebihan. Sering makan yang asam,
makan yang tidak teratur, dan kondisi
psikologis stress mental dan frustasi.
Pembagian gastritis
Gastristis akut
Gastritis eksogen akut : bahan kimia
termis,mekanis iritasi,bacterial trauma
yang luas,gagal ginjal,operasi yang
besar,luka besar yang meluas.Gastritis
endogen akut : karena kelainan pada
tubuh
Gastritis kronis

Lambung yang mungkin mengalami


inflamasi kronis dari tipe tertentu
sehingga menyebabkan gastritis yang
spesifik disebut gastritis kronis . Infiltrasi
sel radang yang terjadi pada lamina
propria.daerah epitel pada kedua tersebut
terutama pada limfosit dan sel plasma.
Gastritis merupakan penyakit yang
paling banyak diderita oleh orang dewasa
tetapi biasanya penyakit ini mudah
dikontrol dengan antagonis reseptor H2
yang
akan
menurunkan
sekresi
asam.Pasien yang memiliki riwayat
penyakit gastritis tidak boleh diberikan
non-steroid dan anti inflammatory drugs.

Studi model cetakan berguna


memudahkan rencana perawatan
(terutama bila terdapat ketidak sesuaian
secara skeletal) dan membantu
menjelaskan rencana prosedur bedah
kepada pasien. Model wax-up dari gigi
tiruan membantu untuk memperlihatkan
hasil akhir secara estetis.
Sumber: Bedah Prepostetik. Lucky Riawan,
drg., Sp BM. FKG UNPAD. 2003
Rencana Perawatan

Pembahasan Kasus
Nama : ibu
Usia

: 49 tahun

Rencana perawatan : badah preprostetik


Anamnesis Spesifik
Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan
ekstra oral secara umum dari jaringan
lunak dan jaringan keras dan analisa
khusus dari daerah yang akan ditempati
gigi tiruan. Penilaian tinggi, lebar dan
bentuk tulang alveolar secara umum, dan
memperhatikan apakah terdapat undercut
tulang dan posisi dari strukturanatomi
jaringan sekitar seperti mental neurovascular bundle. Juga dinilai kedalaman
dari sulkus bukal,posisi dan ukuran
frenulum, perlekatan otot dan kondisi dari
tulang alveolar.
Kebersihan rongga mulut pasien harus
baik sehingga dapat dilakukan tindakan
bedah dan untuk menghindari komplikasi
atau hasil pembedahan yang buruk.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi berguna untuk
menilai kondisi dari tulang rahang.
Panoramik foto berguna untuk
mengetahui kualitas keseluruhan dari
tulang alveolar dan untuk melihat adanya
sisa akar gigi atau kelainan patologi yang
lain (seperti kista rahang). Lateral
cephalostat atau cephalogram photo
dapat digunakan untuk melihat hubungan
skeletal antero-posterior dan tinggi tulang
alveolar bagian anterior. Periapikal photo
berguna bila akan dilakukan pengambilan
sisa akar sebelum pembuatan gigi tiruan.

Tulang lebih menonjol tajam

Alveolar ridge yang tipis


Di lakukan Alveoplasti

Torus palatinus

Perawatan prosto
Di lakukan Torektomi palatinus

Perawatan prostodontic

Nama : Anak
Usia : 19 tahun
Rencana perawatan : badah preprostetik
Gigi 13 yang tidak erupsi
Di lakukan Windowing
Frenulum labialis rendah
Di lakukan Frenektomi labialis
Perawatan Orthodonti

Klasifikasi Impaksi
Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory

Berdasarkan hubungan antara ramus


mandibula dengan molar kedua dengan
caramembandingkan lebar mesio-distal
molar ketiga dengan jarak antara bagian
distalmolar kedua ke ramus mandibula
Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga
lebih kecil dibandingkan jarak antara
distalgigi molar kedua dengan ramus
mandibula.
Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga
lebih besar dibandingkan jarak antara
distalgigi molar kedua dengan ramus
mandibula.
Kelas III: Seluruh atau sebagian besar
molar ketiga berada dalam ramus
mandibula.

Sumber: Indonesian Journal of Dentistry


2008; 15 (3): 192-195 Fakultas Kedokteran
Gigi http//www.fkg.ui.edu Universitas
Indonesia ISSN 1693-9697 FRAKTUR
PATOLOGIS MANDIBULA AKIBAT
KOMPLIKASI ODONTEKTOMI GIGI MOLAR 3
BAWAH (Laporan kasus ) Dicky
Firmansyah* Teguh Iman S **
Impaksi gigi C
1. Archer mengklasifikasi dalam 5 klas
yaitu :8
Klas I : Gigi berada di palatum dengan
posisi horizontal, vertikal atau semi
vertikal.
Klas II : Gigi berada di bukal dengan posisi
horizontal, vertikal atau semi vertikal.
Klas III : Gigi dengan posisi melintang
berada diantara dua gigi dengan korona

Berdasarkan letak molar ketiga di dalam


rahang
Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga
berada setinggi garis oklusal.
Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga
berada di bawah garis oklusal tapi
masihlebih tinggi daripada garis servikal
molar kedua.

berada di palatinal dan akar di bukal atau


sebaliknya korona di bukal dan akar di
palatinal sehingga disebut juga posisi
intermediate.
Klas IV : Gigi berada vertikal di prosesus
alveolaris diantara gigi insisivus dua dan
premolar.

Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga


berada di bawah garis servikal molar.

Klas V : Kaninus impaksi berada di dalam


tulang rahang yang edentulos.

2.Klasifikasi Menurut George Winter

Berdasarkan kedalaman

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George


Winter ini cukup sederhana. Gigi
impaksidigolongkan berdasarkan posisi
gigi molar ketiga terhadap gigi molar
kedua. Posisi-posisimeliputi:

Level A : Korona kaninus impaksi berada


pada garis servikal dari gigi tetangganya.

1)Vertical
2)Horizontal

Level B : Korona kaninus impaksi berada


diantara garis servikal dan apikal dari akar
gigi tetangganya.
Level C : Korona kaninus impaksi berada
dibawah apikal dari akar gigi tetangganya

3)Inverted
4)Mesioangular (miring ke mesial)

Klasifikasi Perlekatan Frenulum

5)Distoangular (miring ke distal)

Berdasarkan letak perlekatannya maka


frenulum dapat dibagi dalam 3klasifikasi:

6)Bukoangular (miring ke buko)


7)Linguoangular (miring ke lingual)
8)Posisi tidak biasa lainnya yang disebut
unusual position

a. Frenulum rendah : apabila perlekatan


frenulum terletak pada mukosaalveolar
b. Freriulum sedang : apabila perlekatan
frenulum terletak pada mukosaalveolar
dan gingival cekat sampai perbatasan

dengan gingival bebas (freegingival


groove).
c. Frenulum tinggi : apabila perlekatan
frenulum meliputi mukosa
alveolar,gingival cekat, dan papilla
interdental bahkan sampai ke
sebelahpalatinal/Iingual.

Langkah-langkah yang dapat


komunikasi dokter gigi dan ahli:

Rujukan diindikasikan pada keadaan sebagai


berikut:

Perawatannya diluar batas kemampuan


atau skill dan pengetahuan dokter gigi

Diperlukan opini ahli atau konsultan

Laporan awal yang mengindikasikan


diagnosis awal

Sistem Rujukan

Rujukan medis yaitu upaya kesehatan


yang berorientasi pada kepentingan penderita,
bertujuan untuk memperoleh pemecahan
masalah baik untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, maupun pengelolaan penderita
selanjutnya.

memfasilitasi

Laporan

kemajuan

bila

perawatan

diperpanjang

Laporan akhir termasuk informasi yang


bisa mengubah arah terapi yang akan
dating, saran-saran pemeliharaan serta
perawatan lain yang dianjurkan

Rujukan medis dapat dilakukan secara lisan


ataupun tertulis.
Sumber: Medicine, surgery and implant. Rose
and medley p.313

You might also like