Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN
DENGAN KASUS
KOLESISTITIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII
1.
2.
3.
4.
5.
NURNANINGSIH
YUNIANINGSIH RORO INGGRIANI
SRI IRAYANTI
RAHMI
VIVI YULIYANTI
KOLESISTITIS
(Radang Kandung Empedu)
A. DEFINISI
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
Klasifikasi :
a. Kolesistitis Kalkulus
Adalah batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu akan
menimbulkan suatu reaksi kimia, terjadi otolisis serta edema dan pembuluh darah
dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya terrganggu.
Sebagai konsekwensinya dapat terjadi gangren pada kandung empedu disertai
perforasi.
b. Kolesistitis Akalkulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu
empedu. Kolesistitis Akalkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor, trauma berat
atau luka bakar. Faktor lain yang berkaitan dengan tipe ini mencakup : obstruksi
duktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bakterial pada kandung empedu, dan
transfusi darah yang dilakukan berkali-kali. Kolesistitis akalkukus terjadi akibat
perubahan cairan dan elektrolit serta aliran darah regional dalam sirkulasi viceral.
(Bruner & Suddarth, 1996).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko utama untuk kolesistitis, memiliki peningkatan prevalensi di kalangan
orang-orang keturunan Skandinavia, Pima India, dan populasi Hispanik, cholelithiasis
sedangkan kurang umum di antara orang dari sub-Sahara Afrika dan Asia. Beberapa
faktor resiko yang lain sebagai berikut:
adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya
Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
Usia lebih dari 40 tahun .
Kegemukan (obesitas).
Faktor keturunan
Aktivitas fisik
Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
Hiperlipidemia
2
ETIOLOGI
Statis cairan empedu
Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
Iskemik dinding kandung empedu.
Kepekatan cairan empedu.
Kolesterol.
Lisolesitin.
Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti
reaksi supurasi dan inflamasi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan
berlemak / yang digoreng.
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
2. Pasien akan menderita panas,
3. teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier disertai
nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan ,
4. rasa nyeri disertai mual dan muntah, dan akan bertambah hebat dalam waktu
beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar.
5. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya
bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh
kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat
tersumbatnya saluran oleh batu.
6. Adanya nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam.
7. Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah
empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak
dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran
berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.
8. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat karena
ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
9. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut
akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata.
E. PATOFISIOLOGI
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu
dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air
dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat
katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Perubahan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yag dapat terjadi pada pasien kolesistitis:
Empiema, terjadi akibat proliferasi bakteri pada kandung empedu yang tersumbat.
Pasien dengan empiema mungkin menunjukkan reaksi toksin dan ditandai dengan
lebih tingginya demam dan leukositosis. Adanya empiema kadang harus mengubah
metode pembedahan dari secara laparoskopik menjadi kolesistektomi terbuka.
Ileus batu kandung empedu, jarang terjadi, namun dapat terjadi pada batu
berukuran besar yang keluar dari kandung empedu dan menyumbat di ileum
terminal atau di duodenum dan atau di pilorus.
Kolesistitis emfisematous, terjadi pada 1% kasus dan ditandai dengan adanya
udara di dinding kandung empedu akibat invasi organisme penghasil gas seperti
Escherichia coli, Clostridia perfringens, dan Klebsiella sp. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada pasien dengan diabetes, lebih sering pada laki-laki, dan pada
kolesistitis akalkulus (28%). Karena tingginya insidensi terbentuknya gangren dan
perforasi, diperlukan kolesitektomi darurat. Perforasi dapat terjadi pada lebih dari
15% pasien.
Komplikasi lain diantaranya sepsis dan pankreatitis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet
a.
b.
c.
d.
e.
sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek
yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada
dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah
pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 12 bulan untuk melarutkan batu.
Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu
bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung
empedu. Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam
kandung empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk
melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui
endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal.
Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan
gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah
fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan
listrik yaitu piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan
kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu
pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak perlahan secara
spontan dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui
endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a.
Intervensi bedah dan sistem drainase.
b.
Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan
getah empedu kedalam kassa absorben.
c.
Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d.
Kolesistektomi laparaskopi
e.
Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
3. Pendidikan pasien pasca operasi :
a.
Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
b.
Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48
jam pertama.
c.
Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya
d.
Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
e.
Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
: Kelemahan.
: Gelisah.
: Takikardia, berkeringat.
: Perubahan warna urin dan feses.
: Distensi abdomen, Teraba massa pada kuadran kanan atas, Urine
gelao, pekat, Feses warna tanah liat, steatorea.
5. Makanan/ cairan
Gejala
: Anoreksia, mual/muntah, Tidak toleran terhadap lemak dan makanan
pembuat gas; regurgitas berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat
makan, flatus, dyspepsia.
Tanda
: Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala
: Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu
kanan.
Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Nyeri mulai tiba tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda
: Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan ;
tanda Murphy positif.
7. Pernapasan
Tanda
: Peningkatan frekuensi pernapasan.
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.
8. Keamanan
Tanda
: Demam,menggigil.
Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).
Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).
9. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala
: Kecenderungan keluarga untuk terjadi bata empedu.
Adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi
usus, diskrasias darah.
Pertimbangan
: DRG menunjukkan rata rata lama dirawat 3 4 hari.
Rencana pemulangan : Memerlukan dukungandalam perubahan diet/ penurunan
berat badan.
1. Sirkulasi
Gejala
: Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2. Integritas ego
Gejala
: perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda
: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
3. Makanan / cairan
Gejala
: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obatobatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi
transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium
Darah lengkap : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum meningkat,
enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali fosfat
dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorbsi vitamin K.
2) USG
Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan atau duktus empedu.
3) Kolangiopankreatografi Retrograd Endoscopik
Memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui
doedonum.
4) Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
7
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Pre Operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia
jaringan/nekrosis.
2. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan, muntah, distensi
dan hipermotilitas gaster.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
obstruksi aliran empedu, mual, muntah
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan informasi yang tidak adekuat.
B. Diagnosa Post Operasi :
1. Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan neuromuskular, ketidakseimbangan
perseptual/kognitif, peningkatan ekspansi paru, obstruksi trakeobronkial.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan
obat-obat farmasi, hipoksia ; lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya
stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
3. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan pembatasan
pemasukkan cairan tubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak
normal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
8
4. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integrittas
otot, trauma muskuloskletal, munculnya saluran dan selang.
Tujuan : klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang, Nyeri terkontrol dan
teradaptasi. Klien dapat mengkompensasi nyeri dengan baik.
Kriteria hasil :
a) skala nyeri mengalami penurunan (Skala nyeri 0-4),
b) tanda vital dalam batas normal,
c) klien tampak tenang
d) pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
distraksi.
5. Kolaborasi :
a. Pertahankan status puasa, pasang NGT dan penghisapan NG sesuai dengan
indikasi.
Rasional : Membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran
kolesistokinin dan erangsang kontraksi kandung empedu.
b. Berikan obat sesuai indikasi : anti biotik, anti kolinergik, sedatif seperti
phenobarbital, narkotik seperti meperidin hidoklorida.
Rasional : Anti biotik mengobati proses infeksi. Antikolinergik
menghilangkanspasme/kontraksi otot halus dan membantu menghilangkan
nyeri. Sedatif meningkatkan istirahat dan relaksasi otot. Narkotikmenurunkan
nyeri hebat.
5. Kaji perdarahan yang tidak biasanya seperti perdarahan terus menerus pada lokasi
injeksi, epitaksis, perdarahan gusi, ptekie, hematemesis, melena
Rasional : Protombim darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran
empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan.
6. Kolaborasi :
a. Pasang NGT, hubungkan ke penghisapan dan pertahankan patensi sesuai indikasi
Antiemetik.
Rasional : Menurunkan sekresi dan motilitas gaster dan Menurunkan sekresi dan
motilitas gaster
b. Kaji ulang pemeriksaan lab seperti Ht/Hb, elektrolit, FH
Rasional : Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikassi defisit
dan mempengaruhi pilihan intervensi atau penggantian/koreksi
c. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
11
7.
8.
9.
10
13
Tujuan : menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis
atau tanda-tanda hipoksia lainnya
Kriteria hasil : tidak ada perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan.
14
15
16
7. Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander
sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.
Rasional : gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu
penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi,
misalnya ketidak seimbangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M., & Nancy r R. Ahern. (2013). BUKU SAKU DIAGNOSA
KEPERAWATAN DIAGNOSA NANDA, INTERVENSI NIC, KRITERIA HASIL NOC,
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://bodong20.blogspot.com/2013/04/kolesistitis.html
http://prezi.com/slrw_xlxag65/askep-kolesistitis/
http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-kolesistitis.html
http://efristikesekaharap.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan.html
http://nieszvirgo.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-kolesistitis.html
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/kolesistitis.html
http://herodessolutiontheogeu.blogspot.com/2010/11/askep-kolesistitis.html
http://www.kerjanya.net/faq/4541-kolesistitis.html
http://cholesistitis.blogspot.com/
18