You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
- GAMBARAN UMUM WILAYAH
1) Keadaan Wilayah dan Letak geografis
Puskesmas wua-wua merupakan puskesmas induk non-perawatan yang definitif
berdiri sejak 1 mei 2009 diatas lahan seluas 1703 m(26m X 65,5 m) yang terletak tepat
dibelakang kantor camat wua-wua, jalan Anawai Kelurahan Anawai atau kurang lebih
500 meter dari jalan ahmad yani poros lepo-lepo bandara puskesmas dapat dijangkau
oleh masyarakat yang berdomosili dikelurahan anawai dengan berjalan kaki tetapi untuk
masyrakat di dua kelurahan lainnya harus menempuh perjalanan lebih panjang yaitu
dengan mobil angkutan umum kemudian harus dilanjutkan dengan motor ojek,
Puskesmas ini adalah pemekaran dari puskesmas mekar. Meskipun kecamatan wua-wua
mempunyai 4 Kelurahan tetapi wilayah kerja puskesmas Wua-wua hanya mencakup 3
kelurahan yaitu :
1.
Kelurahan Anawai dengan luas wilayah 3 Km
2.
Kelurahan wua-wua dengan luas wilayah 5,89 km
3.
Kelurahan Mataiwoi dengan luas wilayah 3,2 Km
Luas wilayah kerja secara keseluruhan menjadi 13,91 Km. Sejumlah kompleks
perumahan tercakup dalam wilayah kerja adalah BTN Tunggala, dan griya permata
anawai di kelurahan Anawai dan perumahan villa ibis dikelurahan wua-wua sedangkan
kelurahan mataiwoi tidak ada perumahan khusus. Sebagian besar wilayah kerja
merupakan daerah berbukit-bukit dengan sedikit daerah dataran sehingga sebagian besar
rumah penduduk di bangun didaerah berbukit.
Adapun batas wilayah kerja :

Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan boengoya


Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan kambu
Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan baruga
Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan puwatu.

2. Kependudukan
Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas wua-wua pada tahun 2010 dapat dilihat
pada tabel 1 dan diagram berikut.
1

Tabel 1. Distribusi Jumlah Dan Keadaan penduduk Per kelurahan Tahun 2010
KELUARGA MISKIN
NO

KELURAHAN JUMLAH

JUMLAH
KKM

JIWA

PENDUDUK KK
1.

Anawai

2750

888

277

31,2

MISKIN
1263
45,9

2.

Wua-wua

7661

1173

651

55,5

1017

13,3

3.

Mataiwoi

4284

1033

309

29,9

2031

47,4

14,695

3,094

1,237

4.0

4.311

29,3

Jumlah

Jumlah penduduk dengan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2 yaitu :
Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin per kelurahan tahun 2010.
JENIS KELAMIN
NO
1.
2.
3.
JUMLAH

KELURAHAN
Anawai
Wua-wua
Mataiwoi

JUMLAH
PENDUDUK
2750
7661
4284
14.695

WANITA
1379
3676
2161
7.216

%
50,14
47,98
50,44
49,10

PRIA
1371
3985
2123
7.479

%
49,85
52,01
49,55
50.89

Tabel 3. Distribusi Jumlah jiwa Per KK tiap kelurahan Diwilayah kerja Puskesmas
Wua-wua tahun 2010.
NO
1.
2.
3.
Jumlah

KELURAHAN

JUMLAH

JUMLAH

RATIO

Anawai
Wua-wua
Mataiwoi

PENDUDUK
2750
7561
4284
14,695

KK
888
1173
1033
3,094

3,1
6,5
4,1
4,7

Dari tabel 3, diatas ratio tertinggi terdapat pada kelurahanWua-wua dimana tiap KK
rata-rata memiliki 6-7 anggota keluarga. Kelurahan Mataiwoi dengan ratio 4.1 dan terendah
kelurahan anawai yaitu 3.1 yang berarti tiap KK rata-rata memiliki 3 anggota keluarga.
A. Sarana Pendidikan Dan Sarana Sosial
Sarana Pendidikan yang ada diwilayah kerja puskesmas Wua-wua disajikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5. Jumlah Sarana Sosial per kelurahan tahun 2010
NO

JENIS SARANA SOSIAL

JUMLAH

1.

SARANA PENDIDIKAN TD:


Taman Kanak-kanak
Sekolah Dasar
Sekolah menengah pertama
Sekolah menengah umum
Sekolah tinggi kejuruan
Perguruan Tinggi
Panti asuhan/panti jompo
Puskesmas non perawatan
Puskesmas pembantu

7
4
1
2
1
1
1

KETERANGAN

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukan bahwa tidak semua sarana pendidikan ada
diwilayah kerja puskesmas wua-wua. Jumlah total sarana pendidikan ada diwilayah tersebut
adalah 14 buah dengan jumlah tebanyak TK Dengan jumlah 7 buah dalam pelaksanaan
kegiatan rutin puskesmas , SD Dan TK menjadi fokus pembinaan secara intensif dalam
bentuk UKS( Usaha Kesehatan Sekolah), Usaha kesehatan Gigi Sekolah dan promosi
kesehatan, melalui penyuluhan.
A. Lingkungan Fisik dan Biologi
a. Lingkungan Fisik
1. KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
Kondisi kesehatan lingkungan perumahan diwilayahkerja puskesmas Wuawua dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Keadaan Rumah Perkelurahan Tahun 2010
3

Jumlah

Keadaan Rumah
Sehat
Tidak sehat

Jumlah
No

Kelurahan

yang
rumah

1.
2.
3.
JUMLAH

Anawai
Wua-wua
Mataiwoi

506
562
554
1622

diperiksa
437
471
390
1298

Jml

361
343
312
1O16

83%
73%
80%
78%

Jml
76
128
78
282

%
17%
27%
20%
22%

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu aspek penting
dalam menggambarkan tingkat pembangunan sumber daya manusia di sebuah negara dari sisi
kesehatan masyarakatnya
Laporan dari Jurnal Kesehatan The Lancet menyebutkan bahwa 7.000 bayi meninggal
dunia setiap harinya dan 98 % terjadi di negara-negara miskin. Negara yang paling tinggi
kasus kematian ibu dan bayi adalah negara-negara di Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita (AKBal) di Indonesia
masih cukup tinggi . Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi sebesar
68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir , AKB menjadi 34/1000 KH dan AKBal
44/1000 KH. Walaupun angka ini telah turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari
target MDG tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti
Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di negara kita jauh lebih tinggi.

Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada
bayi baru lahir/ neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi asfiksia (kesulitan
bernafas saat lahir), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi. Diare dan pneumonia
merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi dan balita, disamping penyakit lainnya
serta dikontribusi oleh masalah gizi.

Terdapat disparitas angka kematian bayi dan balita yang cukup besar antar provinsi.
Provinsi dengan AKB AKBalita tertinggi (Sulbar: AKB 74/1000 KH dan AKBalita
96/1000KH) memiliki nilai 4 kali lebih besar daripada provinsi dengan AKB dan AKBalita
terendah (DIY: AKB 19/1000 KH dan AKBalita 22/1000 KH). KH = Kelahiran Hidup

Angka Kematian Neonatal, Bayi dan Balita per Provinsi

Profil angka kematian bayi di kota kendari


Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2006 : 14 bayi dari total 5,600 kelahiran hidup
atau AKB sebesar 3 per 1000 kelahiran hidup (Nasional: 25 per 1000 kelahiran hidup)
Angka Kematian Balita (AKABA) Tahun 2006 : 14 kasus kematian dari 25.066 balita,
naik 3 kasus dari Tahun 2005
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) Tahun 2006 : 256 dari 226.056 jiwa,
terbanyak pada kelopmpok usia produktif 15-64 tahun yaitu 141 kasus

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus sesuai standar K4 di Puskesmas WuaWua
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan identifikasi masalah dgn melihat indikator SPM di puskesmas.
2. Melakukan penilaian besar masalah dengan rumus interval
3. Menentukan besar masalah dari masing-masing indikator
4. Menentukan kegawatan masalah dari aspek keganasan, tingkat urgensi dan biaya.
5. Menghitung kemudahan penanggulangan
6. Menghitung PEARL FAKTOR
7. Menentukan prioritas masalah dengan rumus NPD & NPT
8. Mengidentifikasi penyebab masalah untuk masalah dengan prioritas tertinggi
9. Melakukan pengkajian dimensi mutu
10. Melakukan analisis penyebab masalah
11. Melakukan paired comparison

12. Membuat tabel kumulatif dari hasil paired comparison untuk penyelesaian
masalah
13. Menentukan penyebab masalah yang perlu diselesaikan berdasar nilai kumulatif
14. Membuat rencana kegiatan
15. Menentukan kriteria mutlak dari rencana kegiatan
16. Menentukankriteria keinginan dari rencana kegiatan
17. Menentukan program yang akan dilaksanakan
18. Membuat PLAN OF ACTION
19. Melakukan Lokakarya Mini Puskesmas (Pleno)
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan terhadap pasien Neonatus khususnya
bidang promosi kesehatan sehingga dapat tercapai derajat kesehatan neonatus yang
optimal di wilayah kerja Puskesmas Wua-Wua
2. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman sehingga dapat menjelaskan konsep public health dan
menejemen puskesmas dengan cara membuat laporan modul satu di Puskesmas WuaWua.
3. Bagi masyarakat
Memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik terutama pada pelayanan kesehatan
Neonatus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan
keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik
turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan.
Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat
kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah. Konsep-konsep lain yang
terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur
satu bulan.
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death)
adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada
saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai
dengan kurang dari satu tahun.
Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun
Masalah Kesehatan Bayi dan Balita di Indonesia
Masalah pada Neonatus
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus
(bayi baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak
adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah
dan ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga
kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan
8

Penyakit Infeksi
Masalah kedua penyebab kematian pada bayi dan terutama balita adalah penyakit
infeksi, diare dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan
tepat dapat menekan kematian yang diakibatkan penyakit ini Diare erat kaitannya dengan
perilaku hidup bersih dan sehat, ketersediaan air bersih, serta sanitasi dasar. Pneumonia
terkait erat dengan indoor and outdoor pollution (polusi di dalam dan di luar ruangan),
ventilasi, kepadatan hunian, jenis bahan bakar yang dipakai, kebiasan merokok, status gizi,
status imunisasi dan lama pemberian ASI . Sosialisasi yang terkait dengan upaya pencegahan
dan deteksi dini serta mengurangi faktor resiko menjadi hal penting.
Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Gangguan pertumbuhan akibat gizi buruk tidak hanya terjadi di daerah yang kurang
pangan. Tidak hanya juga terjadi pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah.
Bahkan di daerah penghasil pangan masih terjadi kasus gizi buruk. Pun di perkotaan dan
ditengah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah. Penyebab gizi kurang dan gizi
buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan;
penyakit infeksi; ketersediaan pangan. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010, untuk gizi kurang tetap 13,0 dan
untuk gizi buruk, dari 5,4 menjadi 4,9.
Penyebab Kematian Bayi dan Balita Tak Langsung
Beberapa faktor menjadi penyebab tidak langsung kematian bayi dan balita. Dari sisi
kebutuhan (demand), antara lain adalah sosial ekonomi yang rendah, pendidikan ibu, kondisi
sosial budaya yang tidak mendukung, kedudukan dan peran perempuan yang tidak
mendukung, akses sulit, serta perilaku perawatan bayi dan balita yang tidak sehat. Sementara
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang belum merata, kesinambungan pelayanan
KIA yang belum memadai, pembiayaan pelayanan KIA yang belum memadai,
menyumbangkan masalah dari sisi supply

Kurangnya ketersediaan dan penyebaran tenaga kesehatan masih menjadi masalah


dalam penurunan kematian bayi dan balita Bila dilihat ketersediaan bidan di desa, masih
banyak desa yang tidak memiliki bidan. Hanya provinsi di pulau Jawa dan sebagian kecil
Sumatera yang melebihi 80% desa yang memiliki bidan. Papua dan Papua Barat barkisar
antara 20-40%, sebagian besar provinsi di pulau Kalimantan baru 40-60% desa yang
memiliki bidan. Dari penyebarannya terlihat, sebagian besar masih berkumpul di pulau Jawa.
Kendala bagi keberadaan bidan di desa antara lain:
Di kabupaten tertentu jumlah bidan tidak sesuai dengan jumlah desa. Untuk itu perlu dilihat
ketersediaan dan pemanfaatan perawat di desa.
Bidan desa tidak bertempat di desa sesuai dengan Surat Keputusan Bupati
Tidak adanya reward dan punishment bagi bidan desa

10

BAB III
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI MASALAH
KRITERIA

Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)

Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)

Kriteria D: PEARL faktor (nilai 0 atau 1)

A. BESAR MASALAH
Identifikasi masalah

11

No

Sasaran

Cakupan

Selisih

`MASALAH (INDIKATOR SPM)

Cakupan KN 1

100

100

Cakupan KN lengkap

100

100

Cakupan neonates yang mendapat komplikasi

80

9,75

70,25

Cakupan kunjungan bayi

90

220,43

Cakupan kunjungan balita

90

44,19

45,81

Kematian Neonatus

Kematian bayi

Desa siaga

100

100

BESAR MASALAH
Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan rumus sebagai
berikut:
Kelas N = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 8
= 1 + 3.3 ( 0,9)
= 1 + 2,97
= 3,97
=4
Interval = ( nilai tertinggi nilai terendah )
Jumlah kelas
= ( 100 0) / 4
= 100 / 4
= 25
No

Masalah

Besar masalah terhadap pencapaian program

Nilai

Interval
12

0- 25

26 -50

51 -75

76 -100

Nilai
2,5

7,5

10

Cakupan KN 1

2,5

Cakupan KN
lengkap

2,5

Neonates dengan
komplikasi yang
ditangani

Kunjungan bayi

Kunjungan balita

Kematian neonatus X

2,5

Kematian bayi

2,5

Desa siaga

7,5

2,5
X

X
X

10

B. KEGAWATAN MASALAH
KEGAWATAN MASALAH
Merupakan hasil rata-rata pengambilan suara dari 6 anggota kelompok mengenai 3
faktor tingkat kegawatan dengan bobot nilai:
Keganasan

Biaya

Sangat ganas

:5

Sangat murah

:5

Ganas

:4

Murah

:4

Cukup berpengaruh

:3

Cukup murah

:3

13

Kurang ganas

:2

Mahal

:2

Tidak ganas

:1

Sangat mahal

:1

Urgensi
Sangat mendesak

:5

Mendesak

:4

Cukup mendesak

:3

Kurang mendesak

:2

Tidak mendesak

:1

KRITERIA B (Kegawatan Masalah)


No

MASALAH

Keganasan

Tingkat
urgensi

Biaya
yang
dikeluar
kan

Nilai
()

Cakupan KN 1

3.71

2.91

4.83

11.46

Cakupan KN Lengkap

3.67

2.91

4.50

11.08

Neonatus dengan Komplikasi yang


ditangani

3.27

3.45

2.36

9.09

Kunjungan Bayi

2.82

2.91

3.18

8.91

Kunjungan Balita

2.91

2.82

3.18

8.91

Kematian Neonatus

4.27

4.36

1.91

10.55

Kematian Bayi

4.27

4.27

1.91

10.45

Desa Siaga

3.15

3.85

8.00

C. KEMUDAHAN PENANGGULANGAN
14

Kriteria C (Kemudahan Penanggulangan)


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Masalah

Keganasan

Cakupan KN 1
Cakupan KN Lengkap
Neonatus dengan
Komplikasi yang ditangani
Kunjungan Bayi
Kunjungan Balita
Kematian Neonatus
Kematian Bayi
Desa Siaga

(3+3+4+4+3+3+3+3+3+3+3)/11 = 3,18
(4+3+4+4+3+4+3+3+3+4+3)/11 = 3,45
(3+4+4+4+4+3+4+3+3+4+4)/11 = 3,63
(3+3+3+4+3+3+3+3+3+3+3)/11 = 3,09
(3+3+3+4+3+3+3+3+3+3+3)/11 = 3,09
(4+4+4+5+5+5+5+5+4+4+4)/11 = 4,45
(3+4+4+5+5+4+4+4+4+3+4)/11 = 4
(3+3+3+3+3+3+4+4+3+3+3)/11 = 3,18

D. PEARL FAKTOR
PEARL FAKTOR
Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan yaitu :
Propriety

: Kesesuaian dengan program daerah/ nasional/ dunia

Economy

: Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya

Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan lembaga terkait


Resources

: Tersedianya sumber daya

Legality

: Tidak melanggar hukum dan etika

Skor yang digunakan diambil melalui voting 6 anggota kelompok


1 = setuju
0 = tidak setuju

Kriteria D ( PEARL)
No
Masalah
1
Cakupan KN 1
2
Cakupan KN Lengkap
3
Neonatus dengan
Komplikasi yang
ditangani

P
1
1

E
1
1

A
1
1

R
1
1

L
1
1

HASIL
1
1

1
15

4
5
6
7
8

Kunjungan Bayi
Kunjungan Balita
Kematian Neonatus
Kematian Bayi
Desa Siaga

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

PENILAIAN PRIORITAS MASALAH


Setelah Kriteria A, B, C, dan D ditetapkan, nilai tersebut dimasukan ke dalam rumus ;
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = ( A+B ) x C
Nilai Prioritas Total ( NPT) = ( A+B ) x C x D

PENILAIAN PRIORITAS MASALAH

a. Cakupan KN 1
- NPD = ( A+B ) x C
=(2,5+11,46) 3,18
= 44,39
- NPT = ( A+B ) x C x D =(2,5+11,46) 3,18 x 1 = 44,39
b. Cakupan KN Lengkap
- NPD = ( A+B ) x C
=(2,5+11,08) 3,45
= 46,85
- NPT = ( A+B ) x C x D =(2,5+11,08) 3,45 x 1 = 46,85
c. Neonates dengan komplikasi yang ditangani
- NPD = ( A+B ) x C
=(2,5+11,08) 3,45
= 46,85
- NPT = ( A+B ) x C x D =(2,5+11,08) 3,45 x 1 = 46,85
d. Kunjungan Bayi
- NPD = ( A+B ) x C
=(2,5+8,91) 3,09
= 35,25
- NPT = ( A+B ) x C x D =(2,5+8,91) 3,09 x 1 = 35,25
e. Kunjungan Balita
- NPD = ( A+B ) x C
=(5+8,91) 3,09
= 42,98
- NPT = ( A+B ) x C x D =(5+8,91) 3,09 x 1 = 42,98
f. Kematian neonatus
- NPD = ( A+B ) x C
=(2,5+10,55) 4,45
=58,07
- NPT = ( A+B ) x C x D =(2,5+10,55) 4,45 x 1 =58,07
g. Kematian bayi
16

- NPD = ( A+B ) x C
- NPT = ( A+B ) x C x D
h. Desa Siaga
- NPD = ( A+B ) x C
- NPT = ( A+B ) x C x D

=(2,5+10,45) 4
=(2,5+10,45) 4 x 1

=51,8
=51,8

=(10+8) 3,18
=(10+8) 3,18 x 1

=57,24
=57,24

PRIORITAS MASALAH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kematian neonatus
Desa siaga
Kematian bayi
Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Cakupan KN lengkap
Cakupan KN 1
Kunjungan balita
Kunjungan bayi

KOMPONEN
INPUT

KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


MAN

1. Tidak ada masalah

MONEY

Kurangnya biaya dalam melakukan pengobatan

MATERIAL

Kurangnya pamflet / poster yang mempromosikan


tentang kematian neonatus

METODE

Tidak ada masalah

MARKETING

Tidak ada masalah

LINGKUNGAN

PROSES

1. Sebagian wilayah masih terkendala dengan


transportasi.
2. Letak puskesmas yang agak sulit dijangkau
3. Lebih mudah transportasi keruamah sakit daripada
kepuskesmas

P1

SOP tentang kematian neonatus sdh ada, namun teknik


konseling kurang terperinci dan feed back kurang dari
pasien.

P2

Pelaksanaan desa siaga tidak diaktifkan

17

P3

Tidak ada masalah

Analisis masalah
a) Kurangnya pamphlet/poster yang mempromosikan kematian bayi
b) Adanya kendala transportasi masyarakat dan tenaga kesehatan
c) Desa siaga tidak diaktifkan
d) SOP tentang penanganan neonatus sudah ada, namun teknik konseling dan feed back
dari pasien kurang.
e) Kurangnya kesadaran dan pemahaman anggota keluarga terhadap kesehatan bumil
dan bayi.
f) Kurangnya pengetahuan tentang ASI eksklusif.
g) Kurangnya perhatian ibu terhadap kesehatan bayi

Tabel Paired Comparison


A
B
C
D
E
F
G
Total Vertikal
Total Horizontal
Total

B
A

C
A
C

D
A
B
C

E
E
E
C
D

F
A
F
C
D
E

G
G
G
G
G
G
G

0
4
4

0
1
1

1
3
4

0
2
2

2
1
3

1
0
1

6
0
6

Total
4
1
3
2
1
0
0

Tabel Kumulatif
18

G
A
C
E
D
B
F
Jumlah

6
4
4
3
2
1
1
21

6/21 x 100%
4/21 x 100%
4/21 x 100%
3/21 x 100%
2/21 x 100%
1/21 x 100%
1/21 x 100%

28.57% 28.57%
19.05% 47.62%
19.05% 66.67%
14.29% 80.95%
9.52% 90.47%
4.76% 95.24%
4.76% 100.00%

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa


kematian neonatus cukup menyelesaikan 4 penyebab karena penyebab tersebut sudah
mencapai 80%, diantarannya adalah
1. Kurangnya perhatian ibu terhadap kesehatan bayi
2. Kurangnya pamphlet/poster yang mempromosikan kematian bayi
3. Desa siaga tidak diaktifkan
4.

Kurangnya kesadaran dan pemahaman anggota keluarga terhadap kesehatan


bumil dan bayi

Rencana kegiatan :
A. Penyebaran pamflet tentang penyebab kematian bayi di Posyandu/puskesmas.
B. Peningkatan sosialisasi tentang penyebab kematian bayi dengan penyuluhan ditiap
Posyandu
C. Penyebaran poster kerumah-rumah warga tentang kesehatan ibe dan anak.
D. Difungsikannya kembali desa siaga dengan membuat program pembiayaan ke
dinas kesehatan.
E. Membuat bendera yang menandakan adanya ibu hamil ditiap rumah supaya
tetangganya siaga.
Kriteria Mutlak
Input
Kegiatan

Output Keterangan
Man

Money

Material

Methode Marketing

Dapat dilakukan
19

Dapat dilakukan

Dapat dilakukan

TIDAK Dapat
dilakukan

Dapat dilakukan

Kriteria Keinginan
Mudah (60)

Berkembang (40)

Berkelanjutan (20)

6X60=360

6X40 =240

6X20 = 120

720

6X60=360

6X40 =240

6X20 = 120

720

6X60=360

6X40 =240

6X20 = 120

720

A. Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan, maka hanya 3 rencana kegiatan di atas
yang dapat dijadikan rencana kegiatan / Plain of Action (POA), yaitu
a. Penyebaran pamflet tentang penyebab kematian bayi
b. Peningkatan sosialisasi tentang penyebab kematian bayi
c. Penyebaran poster kerumah-rumah warga tentang kesehatan ibe dan anak.
d. Membuat bendera yang menandakan adanya ibu hamil ditiap rumah.
.

20

MENYUSUN PLAN OF ACTION


No TUJUAN

KEGIATAN

Meningkatkan
pengetahuan keluarga
tentang penyebab
kematian bayi

Meningkatkan
pengetahuan dan
kesadaran ibu terhadap
penyebab kematian
bayi.
.

Meningkatkan edukasi,
kesadaran masyarakat
terhadap siaga ibu
hamil, asi eksklusif dan
penyebab kematian
bayi.

Meningkatkan
kesadaran kepada
tetangg ibu hamil tetap
siaga.

Penyebaran pamflet
tentang penyebab
kematian bayi
Peningkatan
sosialisasitentang
penyebab kematian
bayi

SASARAN

WAKTU

PIC

KET

Orang tua
bayi

Setiap ibu
hamil yang
datang
diposyandu

Kepala
program
puskesmas

Ibu bayi

Setiap
posyandu

Kepala
program
puskesmas

Kepala
program
puskesmas

Setiap ada ibu


Kepala
hamil baru
program
yang datang
puskesmas
dipuskesmas

Penyebaran poster
Masyarakat di
kerumah-rumah warga
lingkungan Mei
tentang kesehatan ibe
puskesmas
dan anak.
Membuat bendera
yang menandakan
Masyarakat
adanya ibu hamil
ditiap rumah..

21

You might also like