Professional Documents
Culture Documents
MENINGOKEL
Dosen pembimbing;
Disusun Oleh:
7307005
JOMBANG
2010
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian
segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-
akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya
akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan
kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk
menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula
adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air
ketuban dan darah janin.
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor
janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi
faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia
diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan
kongenitai tidak diketahui.
Salah satu kelainan congenital yang sering terjadi adalah meningokel.
Angka kejadiannya adalah 3 di antara 1000 kelahiran. Terjadi karena adanya
defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang
tidak normal korda spinalis atau penutupnya.
Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput
otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak
terdapat saraf).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Umum
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui
spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis
ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat
dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri dari insisi meningokel dan
penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup. Hidrosefalus
kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase. (Prinsip
Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283)
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi.
Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah
servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak,
sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat
saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal
sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)
Spina bifida dimanifestasikan pada hampir semua kasus disrafisme spinal
yang merupakan terminologi untuk kelompok kelainan spinal yang umumnya
menunjukkan ketidaksempurnaan menutupnya jaringan mesenkim, tulang dan
saraf di garis tengah. . (Buku Ajar Neurologi Anak. Hal-144) Pembagian
disrafisme spinal antara lain:
1. Spina bifida okulta
Defek terdapat pada arkus vertebrata tanpa herniasi jaringan.
2. Meningokel spinalis
Defek pada durameter dan arkus spinalis. Herniasi jaringan saraf spinalis
atau sebagian medulla spinalis.
3. Meningomielokel
Kantung herniasi terdiri dari leptomeningen, cairan, jaringan saraf berupa
serabut spinalis atau sebagian medulla spinalis.
4. Mielomeningosistokel
Kantung terdiri dari leptomeningen, cairan cerebrospinal, serabut saraf yang
membenntuk kista berisi cairan yang berhubungan dengan kanalis sentralis.
5. Rakiskisis spinal lengkap
Tulang belakang terbuka seluruhnya
B. Etiologi/penyebab
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.
Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya
defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-
hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal
rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan
hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat
dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi,
termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz &
Linda A. Sowden.2002] hal-468)
Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung
neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam
penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari
abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya dapat dideteksi
pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan. (Patologi Umum Dan
Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. hal-885)
C. Gambaran klinis
Akibat spina bifida, terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit
dan saluran genitourinari akibat spina bifida, tetapi tergantung pada bagian
medulla spinalis yang terkena. Pada meningokel dapat ditemukan:
1. Kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral.
2. Hidrosefalus.
D. Patofisiologi
Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna
spinalis: spina bifida okulta dan spina bifida sistika.
Spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan meninges tidak terpajan
di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah
lumbosakral.
Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan
medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiri
dari maninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolan
ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak
terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel
umumnya terdapat pada lumbosakral atau sacral.
Mielomeningokel adalah penonjolan meninges dan sebagian medulla
spinalis, selain kantong berisi CSS. Daerah lumbal atau lumbosakral terdapat
pada 42% kasus; torakolumna pada 27 kasus, sacral 21% kasus; dan torakal atau
servikal pada 10% kasus. Bayi dengan mielomeningokel mudah terkena cedera
selama proses kelahiran. Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang
menderita spina bifida (85% sampai 90%);kira-kira 60% sampai 70% tersebut
memiliki IQ normal. Anak dengan mielomeningokel dan hidrosefalus menderita
malformasi system saraf pusat lain, dengan deformitas Arnold-Chiari yang paling
umum.
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.
Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya
defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-
hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal
rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan
hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat
dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi,
termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric e/3 [Cecila L. Betz &
Linda A. Sowden.2002] hal-468)
Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)
merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.
Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tuba
neural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan
serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi neurologik secara
lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut dan saraf-saraf yang
terlibat. Kebanyakan mielomeningokel melibatkan area lumbal atau lumbosakral,
dan hidrosefalus merupakan anomali yang sering menyertainya (90% sampai
95%). (buku ajar keperawatan pediatrik, Donna L. Wong. Hal-1425)
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup
kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai
akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena
permukaan absorpsi CSS yang berkurang.
Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau
kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan
pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum
ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan
sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi;
terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi
SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata. (Patologi
Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. hal-885)
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya,
posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan
ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga
temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat
mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di
atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang
dipancarkan.
Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan
meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut.
Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti
dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat
terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus
dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-
kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan
resiko infeksi pada system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah
kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan
tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila
sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau
otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.
Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang
menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan seksualnya,
penguasaan social, hubungan kelompok remaja sebaya, dan kematangan serta
daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan
persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang
sebenarnya ada pada remaja itu.
E. Deteksi prenatal
Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka
selama masa prenatal. Pemindaian ultrasuara pada uterus dan peningkatan
konsentrasi alfafetoprotein (AFP), suatu gamma, globulin yang spesifik pada
fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya arensefali atau
mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini
adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang
normalnya menurun, dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi
terapeutik. Pengambilan sampel virus koronik (chorionic villus sampling, CVS)
juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa prenatal.
Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah
melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi
semua wanita hamil. Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat
menurunkan disfungsi motorik. (buku ajar keperawatan pediatrik, Donna L.
Wong. Hal-1425)
A. Pengkajian
a. Anamnesa :
1. Identitas bayi
2. Identitas ibu
4. Riwayat kelahiran.
5. Riwayat Keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik.
Kifosis
Skoliosis lumbosakral
Dislokasi pinggul
Radiologi
Tomografi
B. Diagnosa
C. Intervensi
Intervensi keperawatan/rasional
Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi
(salin normal, antibiotik) untuk mencegah pengeringan kantong
Intervensi keperawatan/rasional
Intervensi keperawatan/rasional
o Peka rangsang
o Latergi
Bayi
o Peregangan sutura
Anak
o Konfusi
Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir kecil, atau alat yang
dirancang khusus untuk mempertahankan posisi yang diinginkan
Kriteria hasil
Kriteria hasil
Kriteria hasil
Kriteria hasil
Pasang infus
D. Implementasi
Evaluasi
Penutup
A. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian
segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat.
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering
terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput
otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak
terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi.
B. Saran
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk
semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan
pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.
REFERENSI