Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
B. Rumusan Masalah
Setelah membaca latar belakang diatas, maka penulis menentukan batasan
bahasan pada makalah ini, yaitu Komunikasi Terapeutik khususnya Dimensi
Hubungan dan Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini sengaja dibuat untuk membahas lebih banyak hal-hal yang
berhubungan dengan Komunikasi Terapeutik antara perawat dengan klien, dan
keluarga klien.
2. Tujuan Khusus
makalah ini sengaja dibuat sebagai pemenuh tugas yang diberikan pada mata
kuliah Keperawatan Jiwa.
B.Sistematika Penulisan
BAB I
BAB II Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi
terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang
mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat
dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara
perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik
diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.
b. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistik.
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
b. Pesan
c. Penerima
dan
menunjukkan
penerimaan,
serta
membantu
klien
dalam
3)Menyepakati kontrak.
4)Melengkapi kontrak.
5)Evaluasi dan validasi.
6)Menyepakati masalah.
c.Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini
perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik
yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan
aktif,
refleksi,
berbagai
persepsi,
memfokuskan
dan
menyimpulkan
2.
Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
3.
Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak
sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
4.
5.
Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini
sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis
hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.
Dimensi Responsif
Menurut Stuart dan Sundeen dalam dimensi responsif ini adalah
keihlasan, penghormatan, pengertian, empati, dan kekonritan
Kesejatian/keihlasan
Keihlasan akan tampak melalui sikap perawat yg terbuka, jujur, tulus
dan berperan aktif dlm berhub dgn klien.
Hormat/Menghargai
1. Sikap menghargai akan tampak saat perawat menerima klien apa
adanya, tidak menghakimi, tidak mengejek, atau menghina.
2. Rasa menghargai akan terppar melelui sikap:menemani klien yg
sedang menangis , minta maaf atas hal yg tidak disukai
klien,memenuhi permintaan klien untuk tidak menanyakan
pengalaman tertentu.
Empati
1. Empati merupakan kemampuan masuk dlm kehidupan klien agar
dpt merasakan pikiran dan perasaannya sehingga kemudian mampu
mengidentifikasi masalah klien dan membantu mengatasi maslah
tersebut.
2. Perilaku yg menunjukkan tingkat empati yang tinggi adalah :
memperkenalkan diri kepada klien, kepala dan badan membungkuk
kearah klien, respon verbal thp pendapat klien khususnya kekuatan
dan sumber daya klien, kontak mata dan berespon pada tanda non
verbal klien, mis nada suara, kegelisahan, eskpresi wajah,
tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah,
nada suara konsisten dgn ekspresi wajah dan respon verbal.
Konkrit
Perawat menggunakan terminologi yg spesifik, bukan abstrak.
2. Dimensi Tindakan
v
Konfrontasi
adalah Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yg
bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien.
- Menurut Carkhooff mengidentifikasi 3 kategori konfrontasi yaitu :
a.
b.
c.
Konfrontasi
seharusnya
dilakukan
secara
asertif
bukan
agresif/marah.
Konfrontasi sangat
Kesegeraan
Terjadi jika interaksi P-K difokuskan dan digunakan utk mempelajari fungsi
klien dlm hub interpersonal lainnya.
3.
Keterbukaan Perawat
Tampak ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai,
perasan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama , proses
belajar, katarsis, atau dukungan klien.
Melalaui penelitian yg dilakukan oleh Johnson ditemukan bahwa
peningkatanketerbukaan antara P-K menurunkan tingkat kecemasan antara
P-K.
4.
Katarsis Emosional
Klien di dorong utk membicarakan hal-hal yg sangat mengganggunya utk
mendptkan efek terapeutik.
Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaannya , perawat
dpt membantu dgn mengekspresikan perasaannya jika ia berada pada
situasi klien.
5.
Bermain Peran
Membangkitkan situasi tertentu utk meningkatkan penghayatan klien ke
dlm hub antar manusia dan memperdalam kemampuannya utk melihat
situasi dari sudut pandang lain, juga memperkenankan klien utk
mencobakan situasi yg baru dlm ling yg aman
10
selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian
masalah.
2. Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan
dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah
ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme
pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama
reaksi bermusuhan dan tergantung.
3. Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat
terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan
terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya
berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan
sebagai respon terhadap resisten klien.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap
untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks
hubungan
perawat-klien
(Hamid,
1998). Awalnya,
perawat
harus
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi
keberhasilan
komunikasi
yang
terlihat
melalui
dampak
12