Professional Documents
Culture Documents
URAIAN
TEKNIS, METODOLOGI
E.1. UMUM
Supaya rencana dan Spesifikasi Teknis yang telah disiapkan dan berjalan sesuai
dengan rencan maka diperlukan konsultan supervisi untuk
Pekerjaan Supervisi
Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh), secara
umum dilakukan untuk menjamin agar penyelesaian Peningkatan Embung Geunang
Uyat ini selesai tepat pada waktunya, sesuai dengan mutu yang disyaratkan, serta
tidak menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam pekerjaan
pembangunan Peningkatan Embung Geunang Uyat ada beberapa bagian yang perlu
dipertimbangkan meliputi:
BAB E 1-1
a. Tubuh
embung
berfungsi
untuk
menutup
lembah
atau
cekungan,
BAB E 1-2
BAB E 1-3
E.3.1.
E.3.2.
Koordinasi
dengan
Direksi
Pekerjaan,
Direksi
Pekerjaan
Lapangan
dan
E.3.3.
Mempunyai
latar belakang
pendidikan
yang
sesuai
dengan
bidang
tugasnya,
E.3.4.
BAB E 1-6
waktu, dan tepat biaya (ekonomis). Untuk itu sistem manajemen proyek yang telah
ditetapkan harus diterapkan secara tegas dan konsekwen.
Untuk menjaga agar progres kerja tetap dalam schedule dalam keadaan
mutu terkendali, selamat dan ekonomis, dan untuk mengatur progress dan schedule
pekerjaan yang terkait, suatu manajemen proyek yang baik harus dipilih dengan
memperhatikan program kerja, monitoring progres/pekerjaan, melaksanakan rapat
koordinasi dengan seluruh pihak, kontrol pekerjaan tambah, kontrol potensi klaim,
dan memberikan rekomendasi teknis yang cepat dan tepat terhadap permasalahan
lapangan yang timbul.
Manajemen proyek selama proses supervisi dan konstruksi merupakan fungsi dari
pada monitoring, perencanaan dan kontrol dari Proyek, sehingga proyek dapat
selesai dengan kualitas yang memadai, tepat waktu dan tepat biaya.
Kendali mutu akan diwujudkan melalui memeriksa dan menyetujui Gambar
Konstruksi, Gambar Kerja dan Shop Drawing yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana Pelaksana, inspeksi harian dan supervisi terhadap kegiatan konstruksi
melalui kendali pekerjaan yang akan dicapai dengan perantara Spesifikasi, proses
pengujian/testing/start-up/pengoperasian awal peralatan. Metode pengendalian
mutu akan dijelaskan dalam pasal pasal selanjutnya.
Kendali waktu akan diwujudkan dalam bentuk kendali rencana/program konstruksi
yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana, pengajuan gambar Konstruksi oleh
BAB E 1-7
Engineer, rencana waktu kerja yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana yang
kemudian akan direview oleh Konsultan Supervisi dan rekomendasi teknis selama
proses konstruksi, review metode konstruksi dan manajemen harian melalui
inspeksi harian dan supervise pekerjaan, yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
pasal berikut.
Kontrol terhadap biaya konstruksi akan diwujudkan melalui pengecekan dan
pengukuran harian terhadap semua dimensi sebagaimana yang tertera pada
Gambar Konstruksi dengan dasar Spesifikasi Teknis, pencatatan yang baik
terhadap progress pembayaran dan proses surat menyurat, pemahaman/
interpretasi yang benar terhadap item pembayaran sebagaimana tercantum dalam
Dokumen Kontrak. Hal-hal tersebut akan dikemukakan lebih lanjut dalam pasal
berikut.
Sistem Manajemen Proyek yang akan diterapkan adalah yang berbasis
komputer (Computer Based Project Management Sistem) untuk memenuhi
berbagai keperluan sebagaimana diuraikan diatas. dan akan terdiri antara lain :
Data base korespondensi, Database Gambar-Gambar, Sistem Monitoring Kemajuan
Pekerjaan, dan Sistem Kontrol Biaya, dan lain-lain.
1. Database korespondensi
Sistem ini akan dioperasikan dengan software yang umum terdapat, dengan
fungsi utama:
BAB E 1-8
2. Database Gambar-Gambar
Sistem ini, akan dioperasikan dengan software yang umum, dengan
fungsiutama antara lain:
persetujuan,
pengiriman
kembali,
perbaikan,
untuk
BAB E 1-9
Untuk
mempersiapkan
dan
memonitor
rencana
kerja
secara
BAB E 1-10
E.3.4.
Pertemuan (Rapat)
1. Rapat Koordinasi
Tujuan rapat ini adalah untuk membahas masalah-masalah yang timbul
berkaitan dengan rencana kerja pelaksanaan, sasaran proyek dan program
kerja. Rapat ini dihadiri oleh pihak Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pihak Kedua dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan pekerjaan.
2. Rapat Lapangan
BAB E 1-11
Tujuan rapat ini adalah untuk membahas semua masalah teknis yang timbul
dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan. Rapat ini dihadiri oleh staf/wakil
dari Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas yang bertugas di lapangan, Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pihak Kedua dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan pekerjaan.
3. Rapat Intern Konsultan
Rapat ini akan dilaksanakan secara rutin dengan melibatkan personil yang
terkait baik yang ada di kantor maupun lapangan. Tujuan rapat ini adalah
untuk mengevaluasi dan mencari pemecahan atas penyimpangan/perubahan
dari perencanaan semula yang mungkin terjadi di lapangan menyangkut
substitusi bahan, metode pelaksanaan, serta untuk melengkapi kekurangan
detail perencanaan.
1.
TAHAP 1
Pada tahap ini pekerjaan yang bisa ditangani untuk kegiatan dari
Konsultan Supervisi adalah:
BAB E 1-12
dengan
kegiatan
review
desain
dan
kegiatan
investigasi geoteknik.
2.
Review Desain
Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk cek ulang terakhir
kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan
konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan
BAB E 1-13
dan
Inspector.
2. TAHAP 2
Pekerjaan pada tahap dua ini yaitu lanjutan pekerjaan fisik dimulai dari
konstruksi cofferdam, pekerjaan pondasi, instrumentasi, galian dan
timbunan.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1.
2.
BAB E 1-14
BAB E 1-15
5.
Konstruksi cofferdam
Kontruksi cofferdam merupakan satu kesatuan sistem fungsi dengan
konstruksi diversion, dimana konstruksi cofferdam yang dibuat dari
timbunan tanah homogen fungsinya adalah untuk menahan serta
melindungi area lokasi tubuh embung dan mengarahkan aliran sungai
eksisting menuju ke saluran diversion. Rencananya sesuai dengan design,
konstruksi cofferdam dibuat menyatu dengan konstruksi tubuh embung
sehingga proses dan metode pelaksanaannya harus sesuai dengan kriteria
pelaksanaan konstruksi tubuh embung.
Dalam pelaksanaan ini Tenaga Ahli Embung bertanggung jawab terhadap
kuantitas, kualitas dan waktu konstruksi yang dilaksanakaan oleh
Kontraktor Pelaksana Pelaksana.
6.
BAB E 1-16
yang
berkaitan
dengan
volume
material
timbunan
terpasang.
7.
BAB E 1-17
8.
BAB E 1-18
3. TAHAP 3
Pekerjaan pada tahap III ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap II,
dimulai dari timbunan tubuh embung, intake, bangunan pelimpah,
instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1.
2.
Pembetonan spillway
Pada tahap III konstruksi spillway merupakan lanjutan dari pekerjaan
konstruksi spillway sebelumnya, pada tahap ini akan dilaksanakan
konstruksi pada salauran transisi, saluran peluncur dan kolam olak
termasuk saluran outlet/ tailrace. Proses dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan sama dengan kegiatan konstruksi spillway pada tahap ke II.
Konstruksi Intake
Konstruksi intake merupakan bangunan pengambilan air dari waduk,
konstruksi
ini
direncanakan
dari
konstruksi
beton.
Proses
dan
BAB E 1-19
Pipa Intake
Instalasi pipa intake merupakan bagian dari bangunan intake, namun pada
konstruksi ini material yang akan dipasang adalah pipa galvanis lengkap
dengan aksesorisnya termasuk pintu/gate yang diperlukan.
Tenaga Ahli Konstruksi dan Mechanical Engineer akan bertanggung jawab
terhadap pengawasan pada pekerjaan tersebut.
5.
Gardu Pandang
BAB E 1-20
4. TAHAP 4
Pekerjaan pada tahap empat ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap
tiga, dimulai pekerjaan dari
2.
Pengadaan quickbird
Pengadaan foto udara pada lokasi embung sesaat setelah di konstruksi
3.
Instrumentasi
Pemasangan instrumentasi yang dilaksanakan setelah tubuh embung
selesai dilaksanakan adalah :
-
Ahli
Instrumentasi
akan
bertanggung
jawab
terhadap
5.
6.
E. 5. PENDEKATAN TEKNIS
E. 5.1. Review Data / Laporan dan Gambar Desain yang ada
Segera setelah memobilisasi personil, Konsultan Supervisi akan melakukan
pengenalan kondisi lokasi pekerjaan untuk mendapatkan gambaran umum akan
kondisi topografi, lingkungan area kerja dan lainnya yang dapat membantu
Konsultan Supervisi memahami karakteristik proyek.
Selanjutnya Konsultan Supervisi akan melakukan review atas semua data, laporan
perencanaan terakhir, dan gambar-gambar desain yang ada. Hal ini akan mutlak
dilakukan agar para tenaga ahli dari Konsultan Supervisi yang terlibat dapat
memahami secara teknis pekerjaan yang akan dihadapi.
Kontrak konstruksi dengan Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga akan segera
dipelajari untuk dapat mengerti persyaratan dan kondisi kontrak konstruksi yang
berlaku pada proyek ini.
BAB E 1-23
Dari hasil review ini juga Konsultan Supervisi akan memberi rekomendasi
pekerjaan tambahan (jika ada) yang pengadaannya mungkin akan dilakukan secara
sublet seperti disyaratkan dalam KAK.
BAB E 1-24
Jadwal pelaksanaan akan didiskusikan dalam suatu rapat yang harus dihadiri oleh
Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Konsultan Supervisi dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Selanjutnya akan ditetapkan Keydates /
channel),
Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main dam),
Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya
pelaksanaan
Pelaksana
Program kerja detail untuk 3 (tiga) bulan ke depan dalam bentuk bar chart
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan CPM network yang telah disetujui, Konsultan Supervisi Supervisi akan
memeriksa ketepatan dokumen-dokumen tersebut.
BAB E 1-26
channel),
Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main dam),
Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya
Pelaksana
BAB E 1-28
BAB E 1-29
buat secara detail ini harus diserahkan Kontraktor Pelaksana kepada pemberi
tugas, yang kemudian atas prosedur harus dilakukan pemeriksaan oleh Konsultan
Supervisi terlebihdahulu, dan bila terdapat keraguan maka harus dilakukan
pengechekan kembali dilapangan. Dan bila memang ada ketidak sesuaian, maka
Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya. As Built drawing ini tidak saja
menunjukkan gambar yang tampak tetapi juga harus menunjukkan bangunan
BAB E 1-30
a. Pekerjaan Pendahuluan
Terbagi atas beberapa kegiatan pekerjaan yaitu :
Berkaitan dengan Direksi
1. Mengadakan rapat persiapan pelaksanaan (Pre ward Meeting)dimana rapat
ini
dilaksanakan
selambat&lambatnya
hari
sejak
tanggal
sesuai
langkah
agar
masing-masing
unit
tidak
berjalan
2.
3.
4.
5.
termasuk
dalam
perencanaan
site
plan
pada
fasilitas&fasilitas
yang
diperlukan
selama pelaksanaan
b.
c.
d.
Los kerja
e.
Penempatan peralatan
secara
cermat
penempatan
pelaksanaan
proyek.
Dengan
memperhatikan
BAB E 1-33
yang
akan
dikerjakan
sedemikian
rupa
a g a r t i d a k m e n g g a n g g u pelaksanaan proyek.
Menempatkan
material
material
yang
harus
7.
BAB E 1-34
9.
10.
Mobilisasi
seluruh
tenaga
yang
dibutuhkan sesuai
dengan schedule
tenaga.
11.
Mobilisasi Bahan/Material
Setiap bahan yang didatangkan kelokasi proyek harus sesuai dengan kualitas yang
direncanakan. Kami akan menugaskan bagian Quality Control untuk memeriksa
seluruh material yang didatangkan ke proyek sesuai dengan persetujuan Direksi
lapangan.
BAB E 1-35
Bahan dan material yang didatangkan kelokasi proyek juga dicatat dan
didokumentasikan kedalam buku material Record.
b. Pekerjaan Persiapan
Pengukuran/ Uzetten
Pada pelaksanaan pengukuran ini kami akan menyediakan tenaga juru ukur
yang telah berpengalaman dalam proyek.
Atas persetujuan Direksi kami akan menyiapkan titik tetap pembantu (Neut)
untuk digunakan sebagi titik utama dalam pelaksanaan dan pemeriksaan.
Jumlah titik tetap ini akan disiapkan sebanyak kebutuhan dan petunjuk
teknis dari direksi pengawas.
Titik tetap pembantu ini kami buat sedemikian rupa agar kedudukannya
tidak berubah.
Teknis pelaksanaan :
1. Menyediakan Patok dan pemasangan patok untuk menentukan elevasi sebagai
pedoman kerja selanjutnya.
2. Pembersihan lahan
3. Penggambaran
BAB E 1-36
1. Foto Dokumentasi
Foto Dokumentasi
Foto dokumentasi ini dilakukan pada awal pelaksanaan pekerjaan, saat
pertengahan/pekerjaan sedang dilakukan dan pada saat pekerjaan telah
selesai dikerjakan ( 0%, 50%, 100%)
Pengambilan foto dokumentasi untuk pekerjaan dilakukan pada titik dan arah yang
sama agar bisa dilihat keadaan sebelum dan sesudah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
BAB E 1-37
Setelah semua dipersiapkan dengan matang, maka alat didatangkan dari pool
alat dan diangkut menggunakan truck tronton ke lokasi.
Alat diturunkan di daerah yang agak luas dan bebas macet. Saat menurunkan
alat pengawas, operator dan mekanik harus benar benar memperhatikan kondisi
alat dan kondisi truck tronton agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
disusun serta dipasang karung plastik yang diisi tanah dan pasir. Selanjutnya
karung karung plastik tersebut disusun memanjang sepanjang daerah yang
akan dikeringkan. Selanjutnya bagian tengah antara karung dan karung
tersebut diisi dengan tanah sebagai tanggul kisdam untuk menghindari agar
kisdam benar benar bisa kering dari rembesan air.
Pekerjaan ini dibantu dengan alat pompa air untuk pengeringan setelah
kisdam
saat pemasangan batu kali, plester dan pekerjaan beton dalam air.
maka
pekerjaan
galian
akan
segera
kami
mulai
setelah
3.
4.
1.Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan urugan sirtu bawah lantai seperti
yang disebutkan/ditunjukkan pada gambar.
2.Urugan bawah pondasi tebal 10 cm atau sesuai gambar dipasang dalam
kondisi padat.
BAB E 1-41
BAB E 1-42
Adapun material sebagai campuran yang akan kami gunakan untuk pekerjaan
ini adalah :
Batu kali adalah batu gunung, berongga dan keras dengan tegangan
komprensi minimum 400 Kg/m2
Pasir yang akan kami gunakan untuk pasangan batu kali adalah pasir
sungai yang bersih, berbutir keras dan tidak terkontaminasi oleh zat
lain yang dapat merusak mutu pekerjaan.
Batu dipasang sesuai benang profil agar pasangan benar benar lurus dan
rapi. Tidak dibenarkan ada peraduan antara batu dengan batu lainnya,
Semua rongga batu ditutupi dengan semen campuran dan tidak boleh ada
lobang
besar
yang
pekerjaan pasangan harus ditutup dengan kertas semen, untuk menjaga agar
pasangan batu tidak mengering dan bersentuhan langsung dengan sinar
BAB E 1-43
Semua
sambungan
sambungan
dan
permukaan
batu
harus
BAB E 1-44
9. Pekerjaan Pembesian
Pembesian disini besi yang dipakai harus memenuhi syarat dan spesifikasi
teknis sebab besi disini digunakan untuk tulangan beton maka ukuran yang
akan
dipasang
penyimpanan
disesuaikan
bahan
logam
dengan
ini
Peraturan
harus
diperhatikan
sebab
waktu
pemasangannya tidak boleh ada karat ataupun organik lainnya supaya beton
BAB E 1-45
tetap homogen dengan baja tulangan. Adapun ketentuan lain yang harus
diperhatikan adalah :
Besi tulangan untuk beton harus seperti ditunjukkan dalam gambar dan
memenuhi PBI 71.
Tulangan
harus
dibersihkan
sesaat
sebelum
pemasangan
untuk
Pembengkokkan
tulangan
harus
dilakukan
diatas
meja
Tekukan besi tidak boleh retak dan apabila pada saat pembengkokkan terjadi
keretakan pada tekukan, maka besi harus diganti, Sambungan besi / overlap ujung
sambungan besi harus paling sedikit 40 x diameter besi.
Bekisting dan perancah dapat dibuat dari kayu yang cukup kokoh untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan
dan perawatannya.
BAB E 1-47
yang tampak harus menggunakan kayu yang dihaluskan dengan tebal dan
merata.
2.
3.
4.
Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi
untuk batang polos AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau
BAB E 1-48
AASHTO M 31-81. Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki
tonjolan sehingga tidak mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam
beton. Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam
(metal expansion cap pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung
ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang
pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu
pelaksanaan tidak rusak.
Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat. Kepadatan
beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara
sempurna. Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi
dengan bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat kering,
maka bagian ini harus dilapisi dengan dengan cat atau diolesi dengan
bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai. Ujung
batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan
tupi/penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik atau
jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket.
Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti
dudukan untuk penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi
bawah harus cukup kuat untuk menahan pergeseran atau deformasi
sebelum dan selama pelaksanaan.
BAB E 1-49
B.
sehingga
tekanan
beton
tidak
akan
mengganggu
D.
Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahanbahan organik lainnya yang
Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a. Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk
tulangan dari kawat baja berulir;
b. Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c. Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 4281 dan AASHTO M 53-81.
2)
Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan
tulangan adalah sebagai berikut :
BAB E 1-51
BAB E 1-52
diperiksa
dan
apabila
dipandang
perlu
harus
dilakukan
perbaikan.
f. Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka
tulangan harus dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut
beton adalah tebal pelat + 2,5 cm dan tulangan melintangnya
tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal pelat. Pada
BAB E 1-53
beton
dengan
penghamparan
satu
lapis,
tulangan
harus
E. 7. 1 .
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan
dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan
sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton
harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan
untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.
A.
BAB E 1-54
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja)
untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara
yang sesuai dengan persyaratan.
b)
mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap
dijaga.
c)
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d) kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
B.
a)
Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini,
baik mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan,
BAB E 1-55
maka
dapat
dilakukan
perubahan/penyesuaian
terhadap
persyaratan
Agregat
Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus
1/3 tebal pelat atau jarak bersih
minimum antar tulangan.
Cara pengelolaan
agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan
mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum
digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,
pencucian atau cara-cara lainnya
agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk
semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran
dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.
Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air
bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi.
Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan
SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan
dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk
pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
i.
BAB E 1-57
ii.
lantai
iv.
v.
semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang
sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman
vi.
apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka
sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut
memenuhi syarat
vii.
Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak
perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.
BAB E 1-58
BAB E 1-59
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%.
Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
Bahan tambah (Admixtures)
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
i.
ii.
iii.
pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut :
a)
b)
03-2496-1991
Spesifikasi
bahan
tambah
pembentukan
gelembung udara;
c)
d)
BAB E 1-60
Jenis
Kegunaan
Maksud
Air
Kemudahan pengerjaan
Memasukkan gelembung
Entrainment
kedap
udara (0,03 -
air
dan
keawetan.
Water
Mempertahankan slump
Mengurangi
Reducer
dan
kemudahan
penggunaan
pengerjaan
3
Retarder
Menyesuaikan
waktu
pelaksanaan
Memperlambat
waktu
pengikatan.
pembetonan.
4
Accelerator
Mempercepat
pengikatan.
waktu
dengan
Air Entrainment.
BAB E 1-61
No
Jenis
Kegunaan
Sering
Maksud
mengandung
Calcium
Chlorida
yang
menimbulkan
korosi
dan
alkali-
reaksi
agregat.
Catatan :
Lebih
aman
bila
digunakan :
-
Semen
kuat
awal
tinggi.
- Beton mutu tinggi.
- Pemanasan uap.
5
Plasticizer
Meningkatkan
dan
pengerjaan
kurang
baik,
(workability).
kurang
workable.
Bila
bentuk
jarak
agregat
adukan
tulangan
BAB E 1-62
No
Jenis
Kegunaan
Maksud
rapat.
C.
Lain-lain
Mengendalikan
Pozolan
dalam
suhu
beton
dan
pozolan
sesuai
agregat.
SII 0132-75).
dengan
beton yang
perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4
MPa (40 kg/cm2).
BAB E 1-63
D.
b)
c)
d)
abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat
dengan batas ketelitian 3 %.
Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapantahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan
ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan
alat pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan
selesai.
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil
percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik,
kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan
pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03.
a)
Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan
yang telah memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara
otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun
pengadukannya.
BAB E 1-66
c)
Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam
hal
kondisi
darurat,
pengadukan
dengan
tangan
(hand
mixing)
F.
tidak terjadi
berlangsung
secara
berkesinambungan
sebelum
terjadi
metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat
b)
metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panelpanel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya
dikerjakan setelah 4 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah
(hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir.
Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya
sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan
cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan
kapasitas alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan
harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari
atas.
Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda
untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan
dengan getaran.
BAB E 1-70
a)
dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang
sesuai lebar jalur yang dicor.
Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas
permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulangulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk
meratakan dan merapikan permukaan beton.
b)
pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Handoperated vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.
Kepadatan beton
dicapai
dengan
menggetarkan
satu
unit
balok
penggetar
yang
BAB E 1-71
E.8.
A.
dilindungi
terhadap
kerusakan
yang
disebabkan
oleh
faktor
lingkungan.
a) pencegahan retak susut plastis;
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton
basah dan pada saat masih plastis.
BAB E 1-72
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton
yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur
beton dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,
temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin
bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang
akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan
dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang
cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat
pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.11.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
BAB E 1-73
memperhatikan
prosedur
pelaksanaan,
apabila
terjadi
BAB E 1-74
B.
Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu
akhir beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton
harus dirawat.
Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubberBAB E 1-75
Kompon harus
disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat
12,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit
setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan
lapisan
perawatan,
maka
lapisan
perawatan
tersebut
harus
segera
diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat
dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan
beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton
mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran
plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang
tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga
tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus
dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga
dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan
samping
BAB E 1-76
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat
dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum
beton
cukup
mengeras
guna
mencegah
pelekatan.
Penutup
harus
C.
BAB E 1-77
atau
dengan
menggunakan
pemadat
tangan,
namun
BAB E 1-78
E.9.
dengan
persyaratan,
penanganan,
penimbangan
dan
peralatan
pencampur,
lama
waktu
pencampuran,
alat
BAB E 1-81
sambungan
peralatan,
temperatur,
bahan
penutup,
kadar udara.
pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji,
penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan,
pengujian
kuat
tarik
lentur,
pengambilan
contoh
inti
dan
B. Toleransi penyimpangan
a)
ketebalan.
yang
BAB E 1-83
Umum
BAB E 1-84
b.
Batu
Batu pasangan berasal batuan sungai maupun hasil pemecahan
sebagaimana yang disetujuil oleh Direksi Pekerjaan, tidak
saling melekat satu sama lainnya dan tidak memiliki cacat
lainnya.
Batu harus memiliki spesific gravity tidak kurang dari 2,5.
Batu pasangan harus terdiri dari ukuran yang beragam,
dipasang dengan batuan pemukulan dengan palu sehinggga saling
berdekatan dan tidak ada siar besar diantaranya. Setiap batu
harus memiliki berat antara 6 hingga 25 kg. Batu yang lebih
kecil dapat digunakan, namun harus memperoleh persetujuan
dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu. Ukuran maksimum batu
harus dibatasi hingga 2/3 ketebalan plat atau dinding yang
akan dibangun, atau tidak boleh lebih besar dari pada 30 cm.
Kecuali diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, penggunaan batu
bulat, hanya diijinkan dalam jumlah yang terbatas dengan
BAB E 1-85
tidak
BAB E 1-86
BAB E 1-87
Sambungan Kontraksi
Sambungan kontraksi harus dipasang pada dinding batu, struktur
penahanan dan pelapis saluran, sebagaimana ditentukan dalam
gambar atau yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, atau pada
interval tidak lebih dari 20 meter. Kecuali ditentukan lain oleh
Direksi Pekerjaan, sambungan kontraksi pada pasangan batu
harus dibuat sebagaimana sambungan kontraksi pada struktur
beton, sebagaimana dalam bab pekerjaan Beton pada Spesifikasi
Teknis ini. Sambungan kontraksi pada pasangan batu dan struktur
penahan harus berupa bidang vertikal atau tegak lurus terhadap
arah aliran, sejauh memungkinkan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Sambungan kontraksi pada permukaan horizontal dan
lantai struktur batu harus tegak lurus dan/atau sejajar dengan
dimensi utama dari struktur atau dengan arah aliran sejauh
memungkinkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
BAB E 1-88
2.
Sambungan Sendi
Sambungan
sendi
harus
dipasang
pada
batu
yang
bukan
adukan
semen
membentuk
bidang
datar
3.
paling sedikit dua kali ketebalan pasangan batu muka ke arah pasangan
batu belakang. Batu muka harus dipilih dan ditata dengan baik sehingga
permukaan luarnya membentuk bidang rata dan permukaan luar antar
batu tersebut berjarak sedekat mungkin tapi tidak kurang dari 10
milimeter dan tidak melebihi 20 milimeter, dan titik pertemuan terbagi
ke arah vertikal dan horizontal. Pada sudut dan tepi luar dinding
pasangan harus dipasang batu yang telah dibentuk kotak dan membentuk
garis tepi sudut.
BAB E 1-90
Distribusi jenis batu dan ukuran batu pada muka pasangan harus
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil permukaan pasangan batu yang
rapi, rata dan memiliki penanpilan seragam, tanpa adanya daerah dengan
permukaan batu-batu muka berukuran jauh lebih besar atau jauh lebih
kecil dari daerah-daerah lainnya, ataupun berbeda warna dan teksturnya.
Pada pekerjaan-pekerjaan khusus yang ditunjukkan oleh Gambar atau
Direksi Pekerjaan, muka pasangan batu harus dibuat dari batu segi enam
atau dari batu candi.
Pasangan batu muka harus sedemikian supa sehingga penaikan-nya
bersamaan dengan penaikan batu belakang sehingga batu header dapat
dipasang dengan baik dan menghasilkan sambungan adukan semen antara
pasangan batu muka dan batu belakang yang baik dan kuat.
Semua batu yang terbuka harus diberikan siar muka pasangan.
Sebelum pemberian siar muka pasangan (pointing), adukan semen pada
sambungan batu harus dikorek sedalam 30 milimeter atau potongan
(chiselled out) pada sambungan lamanya, kemudian sambungan itu harus
dibersihkan dari pasir dengan sikat kawat hingga bersih, kemudian
adukan semen dibasahkan.
BAB E 1-91
diberikan lubang drainase atau kubang buangan air pada interval satu
setiap 4 meter persegi dari permukaan pasangan yang terbuka atau yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan,
lubang
drainase dan lubang buangan air harus dibuat dari pipa PVC 50 milimeter.
Pada lubang drainase dan lubang buangan air pada pasangan penahan air
harus dipasang katup bola (ball valves) atau katup buka tutup (flap
permukaan
atas
dari
struktur-struktur
tersebut
dan
mernbentuk tudung.
BAB E 1-93
BAB E 1-94
dan
perlindungan
dan
perawatan
pekerjaan
yang
telah
BAB E 1-95
Pasangan batu harus dilindungi dari sinar matahari dan harus dijaga
agar selalu dalam keadaan basah selama kurang lebih tiga (3) hari atau
selama waktu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, setelah pekerjaan
pasangan batu selesai.
5. 1 . 1 .
5. 1 . 1 . 1 . Umum
A. Cakupan Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini dengan judul di atas meliputi
semua pekerjaan tanah dan pekerjaan yang terkait yang merupakan
permanen atau diperlukan dalam kaitannya dengan pekerjaan permanen
yang tidak secara khusus diuraikan pada sub bab sebelumnya.
Pekerjaan ini meliputi:
Penimbunan dan pemadatan tubuh bendungan dan cutoff,
Penimbunan kembali bangunan,
Pekerjaan restorasi termasuk penggalian dan atau penimbunan,
pemasangan tanah penutup (topsoiling) dan penanaman rumput
Pembuatan
dan
pemeliharaan
tempat
penimbunan
dan
tempat
BAB E 1-96
C. Pekerjaan Sampai
Ditentukan
Garis,
Permukaan
dan
Elevasi
yang
BAB E 1-97
BAB E 1-98
B. Penyiapan Pondasi
Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, pondasi pekerjaan urugan (embankment) atau timbunan harus
dibersihkan, dibongkar dan dikupas sesuai dengan ketentuan mengenai
pekerjaan tersebut yang ditentukan dalam Spesifikasi ini.
Semua bagian ketidak-teraturan, dan rongga di pondasi dan bekas-bekas
sumuran uji atau galian lain yang lebih dalam dari galian yang ditunjukkan
gambar, harus ditimbun kembali sesuai perintah Direksi Pekerjaan
dengan bahan yang sama dengan timbunan di atasnya, dan dipadatkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk timbunan yang bersangkutan
BAB E 1-100
harus
dibersihkan
dari
semua
tanah
yang
mengandung
BAB E 1-101
BAB E 1-102
Kecuali ada ketentuan lain atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan,
kepadatan kering (dry density) bahan timbunan setelah pemadatan tidak
kurang dari 90% dari Kepadatan Kering Maksimum (Maximum Dry
BAB E 1-103
D. Penempatan
Pemilihan,
penempatan
dan
penghamparan
bahan
timbunan
harus
terlalu licin sehingga tidak bisa terjadi ikatan dengan lapisan berikutnya,
maka permukaan tersebut harus dikasarkan dengan alat sampai
kedalaman tertentu sehingga terbentuk permukaan ikatan yang baik
sebelum timbunan berikutnya ditempatkan.
Bahan timbunan harus ditempatkan di urugan atau di timbunan berupa
lapisan menerus yang horizontal, dengan ketebalan sedemikian rupa
sehingga bisa dicapai kepadatan yang direncanakan sesuai dengan cara
pemadatan yang dituangkan dalam dokumen spesifikasi teknis di samping
itu tebal lapisan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 30 cm,
kecuali bila ditentukan atau disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Semua
permukaan
lapisan
harus
miring
1:30
untuk
keperluan
drainase
BAB E 1-105
E. Pemadatan Tanah
Segera setelah penempatan setiap lapisan, timbunan harus dipadatkan
menggunakan ''selfpropelled tamping roller"atau sheepfoot roller atau
alat sepadan sehingga menjadi lapisan yang seragam kepadatannya.
Jumlah Iintasan alat pemadat akan ditentukan Direksi Pekerjaan
berdasarkan hasil percobaan timbunan (trial embankment). Namun
demikian, Direksi Pekerjaan tetap berhak merubah jumlah Iintasan alat
pemadat setiap saat selama konstruksi, tergantung hasil uji kontrol.
Tidak akan ada penyesuaian pembayaran untuk bahan kalau Direksi
Pekerjaan memerintahkan penambahan atau pengurangan jumlah lintasan.
Jenis alat pemadat yang akan dipakai Kontraktor Pelaksana harus
disetujui Direksi Pekerjaan, beban, operasi dan kecepatan alat tersebut
harus dapat mencapai tingkat keseragaman dan kepadatan sesuai
ketentuan Direksi Pekerjaan.
Apabila digunakan lebih dari satu alat pemadat, maka alat pemadat yang
dipakai harus sejenis dengan berat, dimensi dan ciri operasi yang sarna.
Jika pekerjaan penimbunan diberhentikan karena akan turun hujan,
permukaan timbunan atau urugan harus dimiringkan dan dihaluskan untuk
melancarkan drainase. Sebelum penempatan dan pemadatan lapisan
BAB E 1-106
dilakukan
berdasar
volume
dalam
meter
kubik
bahan
BAB E 1-108
5. 1 . 1 . 3. Timbunan Kembali
A. Umum
Yang dimaksud timbunan disini adalah timbunan kembali (backfill).
Kontraktor Pelaksana harus menimbun macam-macam bangunan baik
bangunan permanen maupun pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam
gambar atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Penimbunan kembali dilakukan dengan bahan yang bisa dibagi dalam 2
(dua) jenis tergantung lokasi, jenis fungsi bangunan atau pekerjaan yaitu
:
1. Timbunan Acak (Random Backfill; Ordinary Backfill),
2. Timbunan Lulus Air (Free Draining Backfill).
Bahan timbunan harus dari jenis, dan dengan permukaan dan dimensi
seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan berikut.
Apabila jenis bahan timbunan tertentu tidak ditentukan dalam Gambar
atau bahannya hanya ditentukan sebagai "Timbunan" atau "Timbunan
Biasa" maka bahan seperti itu harus diartikan sebagai Timbunan Acak
seperti ditentukan berikut.
BAB E 1-109
B. Bahan-bahan
Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan berikut, kecuali apabila
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan :
1. Timbunan Acak
Tlmbunan Acak terdiri atas bahan yang sesuai dengan persyaratan
untuk timbunan tanah, yaitu mempunyai ukuran maksimum 5 cm, tanah
granular berupa pasir lanauan lempungan campur kerikil berupa tanah
bekas galian intake dan spillway. Jenis tanah ini dapat digunakan
sebagai tanah backfill.
2. Timbunan lulus Air
Timbunan Lulus air harus diseleksi dari bahan tanah granular yang
bisa didapat dari kerikil sungai yang bersih atau hancuran batu dari
lombong, dicuci dan diayak bila perlu, sampai bergradasi baik dengan
batas ukuran butir berikut :
Bagian yang lolos dari Saringan No.4 (4,76 mm) tidak kurang
dari 15% dan tidak lebih dari 75%,
BAB E 1-110
Bagian yang lolos dari Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih
dari 5%
BAB E 1-111
BAB E 1-112
BAB E 1-113
5. 1 . 1 . 4. Lantai Kerja
A. Umum
Kontraktor Pelaksana harus memasang lantai kerja untuk pekerjaan
beton, pasangan batu kali, pasangan batu kosong, bronjong kawat,
bantalan, pekerjaan pipa atau pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam
gambar sesuai Spesifikasi, atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Bahan lantai kerja bisa dibagi dalam 4 (empat) macam tergantung lokasi,
jenis dan fungsi dari bangunan atau pekerjaan yaitu :
1. Pecahan Batu,
2. Pasir,
3. Filter Kasar,
4. Filter Halus.
Lantai kerja dari pecahan batu dan pasir digunakan di bangunan atau
pekerjaan dimana aliran air-tanah akibat rembesan dan/atau drainase
bisa diabaikan.
Lantai kerja filter kasar dan halus dipasang di bawah bangunan air atau
pekerjaan drainase atau pekerjaan lain di atas urugan tanah atau batuan
lapuk yang perlu drainase, dan dimana aliran air-tanah akibat rembesan
BAB E 1-114
B. Bahan-Bahan
Bahan-bahan lantai kerja harus terdiri atas campuran kerikil dan pasir
atau pecahan batu bergradasi baik yang bebas dari bahan organik,
lempung atau bahan merusak lainnya.
Persyaratan ukuran butir dan gradasi untuk bermacam jenis bahan lantai
kerja adalah sebagai berikut, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan
1. Lantai Kerja Hancuran Batu
Lantai kerja hancuran batu terdiri atas hancuran batu bergradasi
baik dari mesin pemecah batu (crusher'), dengan ukuran butir
maksimum 75 mm dan butiran yang lebih lolos dari Saringan No. 16
(1,19 mm) tidak lebih dari 20%.
BAB E 1-115
2.
Lantai kerja filter kasar terdiri atas campuran pasir dan kerikil atau
hasil pecahan mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :
Ukuran butir maksimum 50 mm,
Bagian yang lolos Saringan 19,4 mm tidak kurang dari 70% sampai
100%,
Bagian yang lolos Saringan NO.4 (4,75 mm) tidak kurang dar 20%
dan tidak lebih dari 65%,
Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak lebih dari 20%
4. Lantai Kerja Filter Halus
Lantai kerja filter halus terdiri atas pasir atau pecahan batu dari
mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :
Ukuran butir maksimum 5 mm,
Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak kurang dari 60%
sampai 100%,
BAB E 1-116
Bagian yang lolos Saringan No. 50 (0,3 mm) tidak kurang dari 20%
dan tidak lebih dari 65%,
Bagian yang lolos Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari
20%.
Designation E 12.
BAB E 1-117
tempatnya.
Jenis
alat
yang
digunakan
harus
mendapat
BAB E 1-118
harus
seperti
ditunjukkan
dalam
gambar
atau
seperti
atau
diperintahkan
Direksi
Pekerjaan
untuk
mencegah
BAB E 1-119
untuk drainase
di
sekitar
atau melalui
daerah
BAB E 1-120
(borrow
area),
lombong
batu,
tempat
pembuangan
dan
apabila
secara
spesifik
ditentukan
dalam
Spesifikasi
dan
BAB E 1-123
BAB E 1-124
BAB E 1-125
2. Menggali Tanah
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata
air untuk dapat dijadikan sebagai sumber pengisian air ke dalam embung.
3. Dinding pinggir embung
Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d 2,5
m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk
menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.
4. Memperkokoh dinding embung
a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retakdan air yang
telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan
memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak
diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagianbagian tertentu yang rawan bocor.
b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa
digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi
dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk
dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali, pasangan
beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun kolam,
BAB E 1-126
kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi dengan adukan pasir dan
semen.
c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu kali yang
dilapisi semen agar tidak bocor.
d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat tangga atau
undakan
di
sekeliling
dinding
selain
dapat
juga
berfungsi
untuk
BAB E 1-128
I. Pembiayaan
Biaya disediakan melalui sumber anggaran APBA 2015,
untuk Rangkaian
oleh
Kontraktor
Pelaksana,
berikut
adalah
form-form
BAB E 1-129
2.
3.
Kontraktor
Pelaksana.
Kontraktor
Pelaksana
akan
Pengendalian
Konsultan
BAB E 1-131
Konsultan Supervisi akan membantu pihak Pemilik Proyek dalam pekerjaanpekerjaan yang disebut diatas dengan tanggung jawab hasil pekerjaan ada di
pihak Kontraktor Pelaksana.
perlu oleh pihak Pemilik Proyek adalah mengadakan inspeksi, pengujian dan
monitoring selama proses pembuatan di tempat fabrikasi.
Konsultan
Supervisi
akan
mengimplementasikan
pekerjaan
ini
untuk
1.
Konsultan
Supervisi
sebagai
Wakil
Engineer
(Engineer
Representative) akan diuraikan secara detail pada Gambar 5.29. Secara singkat
BAB E 1-133
organisasi Konsultan Supervisi akan dipimpin oleh seorang Ketua Tim yang
membawahi berbagai tenaga ahli dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap tenaga ahli akan diuraikan dalam
bagian G.
BAB E 1-134
Ketua Tim
PPK Pembangunan
Embung Geunang Uyat
Inspector
BAB E 1-135
1.
Khusus
Untuk mencapai kerja yang maksimal dan dapat tercapai kondisi kerja yang
baik, maka diperlukan koordinasi yang baik antara konsultan supervisi dengan
lembaga-lembaga yang terkait dengan proyek itu, serta hubungan antara konsultan
dengan instansi lainnya yang membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas
Pengairan Aceh. Konsultan sebagai pihak pengawas dan kontraktor sebagai pihak
pelaksana, masing-masing merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam
penentuan lancar tidaknya pelaksanaan proyek. Selain itu Konsultan harus dapat
bekerja sama sepenuhnya dengan lembaga pemerintah lainnya yang terkait dengan
pekerjaan.
Tugas-tugas yang akan didelegasikan adalah berupa tugas-tugas yang
berkaitan dengan masalah teknis dan kontrak, dimana tugas-tugas tersebut
diuraikan dalam sub bab lain dari dokumen usulan teknis ini.
Agar diperoleh hasil pengawasan pekerjaan yang maksimal dalam pekerjaan
Supervisi Konstruksi ini, Tim Supervisi akan melaksanakan sistem pengawasan dan
pembagian kerja yang sistematis dan terencana sebagaimana prinsip-prinsip dalam
manajemen konstruksi. Untuk itu pemilihan personil yang berpengalaman dan
pengelompokan personil dalam tim merupakan hal yang tak dapat dipisahkan untuk
BAB E 1-136
Konsultan yang lebih mendalam dan berwenang penuh untuk penanganan supervisi
pelaksanaan pekerjaan mencakup diantaranya pekerjaan perencanaan dan review
design (jika diperlukan) berikut penyiapan gambar design dan estimasi biaya
konstruksinya serta terhadap pengawasan pekerjaan agar hasil akhir mutu
pekerjaan sesuai dengan yang disyaratkan. Disamping itu pada akhir pekerjaan
menyiapkan manual operasi dan pemeliharaan (jika diperlukan).
Sedangkan kategori Assistance Concept, Konsultan cenderung akan lebih
banyak membantu Pihak Proyek untuk pekerjaan pengawasan / supervisi dalam
usaha menyelesaikan pekerjaan kontruksi sesuai dengan standar teknis yang
diinginkan.
Tugas / sasaran utama dalam pelaksanaan supervisi konstruksi adalah
mencapai sasaran yang diinginkan, yakni mencakup :
a.
BAB E 1-137
b.
Fungsi Bangunan yang Optimal, dalam hal ini bangunan konstruksi yang dibuat
sesuai dengan dimensi yang direncanakan dan dapat berfungsi sebagaimana
yang diharapkan.
c.
d.
Pengendalian
Biaya
Pekerjaan,
dimana
konsultan
supervisi
turut
f.
g.
h.
kegiatan :
dan lain-lain.
Aspek Umum
1) Melakukan kaji ulang dan memberikan persetujuan terhadap semua usulan
rencana, jadual dan dokumen terkait pekerjaan konstrksi dan pelaksanaan
proyek yang telah dibuat oleh kontraktor.
2) Melakukan
penngecekan
untuk
memastikan
pertanggung
jawaban
volume
pekerjaan
dan
membantu melakuka
verifikasi
BAB E 1-140
Pe
nja
De
fini
Ev
alu
asi
Te
Ta
rg
et
Sk
em
a
De
fini
Dia
gra
m
Bal
Per
uba
han
P
An
alis
is
Pen
ga
mbil
an
K
Alo
kas
i
S
La
po
Me
tod
e
Ko
An
ali
Pe
nga
ma
Pe
ngo
ntr
Ko
mp
Ar
us
2.
Bagan alir (flow chart) pekerjaan Supervisi Konstruksi dari Konsultan disajikan
pada gambar dibawah ini.
BAB E 1-141
Mulai
PEKERJAAN
PERSIAPAN
Persiapan Administrasi
Penyusunan Sistem Organisasi
Koordinasi Intern Tim Pelaksana
Penyusunan Rencana Kerja
Penempatan Tenaga Ahli
Dukungan Kantor Pusat
Ketepatan Waktu Pelaksanaan
PEKERJAAN
PENDAHULUAN
Pengumpulan data Kontrak dan
Dokumen Pelelangan
PENINJAUAN LOKASI/
FIELD ENGINEERING
TASK CONCEPT
Perbedaan
signifikan?
PRA KONSTRUKSI
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
ASSISTANCE CONCEPT
RUNNING TEST
PEMELIHARAAN
Supervisi selama masa pemeliharaan
Selesai
Gambar 6.2
3.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi. Pekerjaan ini lebih bersifat intern
Konsultan dan dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang sekiranya
akan dapat mendukung kelancaran pekerjaan.
Pekerjaan persiapan ini diantaranya adalah :
a.
Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal dari Konsultan setelah
menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPK) / Kontrak dari Pemberi Kerja.
Persiapan administrasi tersebut mencakup :
pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam penanganan
proyek,
BAB E 1-143
diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu.
Segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di
bawah pengawasan Tim Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh
pekerjaan.
b.
Sistem Pengorganisasian
Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
Sistem koordinasi
Keterlibatan, maupun
sehingga tercipta tim work yang padu dan solid, serta bertanggung jawab penuh
terhadap semua hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan Supervisi Konstruksi
ini.
Merumuskan pemecahannya
Dukungan pendanaan
Dan sebagainya.
Dukungan administrasi
BAB E 1-146
konsultan
supervisi
secara
kontinyu
sehingga
ketepatan
waktu
Pekerjaan Pendahuluan
Dalam Pekerjaan Pendahuluan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi hal-
Pengumpulan data
BAB E 1-147
a.
PPTK
2.
Instansi terkait
3.
Konsultan Supervisi.
4.
Kontraktor Pelaksana.
Bagan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan yang akan diusulkan oleh Konsultan
Supervisi dalam pelaksanaan pekerjaan ini sebagaimana ditunjukkan dalam Sub Bab
Organisasi dan Personil akan mencerminkan :
Hubungan kerja
Mekanisme Kerja
BAB E 1-148
Jalur instruksi
Jalur koordinasi
Jalur komunikasi
b.
(staff teknis) dan Tenaga Penunjang akan berada dan berkantor di dekat lokasi
pekerjaan sebagai upaya untuk dapat memonitor secara langsung dan terus
menerus mengenai perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai
dengan standard mutu dan persyaratan/ spesifikasi teknis yang ada. Tim supervisi
akan membuat laporan kemajuan yang akan disampaikan kepada Pemimpin Proyek
yang mencakup aktivitas konsultan sendiri maupun aktivitas Kontraktor sebagai
pelaksana fisik.
Pekerjaan-pekerjaan ini juga mencakup hal-hal seperti :
BAB E 1-149
atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan bertindak sebagai wakil
dari Pengguna jasa atau biasa disebut dengan Engineer Representative. Konsultan
di dalam melaksanakan tugasnya akan memberikan saran-saran kepada Kontraktor
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dan timbul di dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Selain itu konsultan akan membantu kontraktor dengan memberikan saransaran mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan, pemilihan dan penempatan
staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang digunakan dan
BAB E 1-150
masalah-masalah
yang
diperkirakan
akan
timbul
di
dalam
Diadakan
bersama-sama dengan Kontraktor dan bilamana perlu dengan Pengguna jasa untuk
mengevaluasi pelaksanaan kerja minggu sebelumnya, serta membuat program kerja
minggu berikutnya.
d.
terkait dengan pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini yang utama adalah dokumen
pelelangan dan dokumen kontrak.
Disamping itu Konsultan juga akan mengumpulkan pedoman-pedoman dan
standar pelaksanaan bangunan sipil dan perpipaan yang akan mendukung kelancaran
dan peningkatan kualitas pekerjaan.
BAB E 1-151
Beberapa
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan
pada
tahap
ini
adalah
2. Laporan
hasil
Soil
Investigation
dilokasi
Pekerjaan
Supervisi
5.
Survei lapangan untuk mengetahui kondisi existing. Survei pendahuluan ini, disebut
sebagai Field Engineering atau Rekayasa Lapangan.
Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rekayasa Lapangan oleh
tim supervisi diantaranya sebagai berikut :
BAB E 1-152
Melakukan kajian kembali terhadap data dan masukan teknis dari SID yang
pernah dilakukan serta melakukan klarifikasi dengan kondisi existing untuk
dapat mengevaluasi apakah diperlukan modifikasi desain atau tidak.
menampilkan sketsa desain serta estimasi kuantitas bahan yang diperlukan untuk
konstruksi termasuk estimasi biayanya.
6.
catatan mengenai karakteristik konstruksi yang perlu dibangun untuk masingmasing lokasi, selanjutnya dibandingkan dengan hasil Survei, investigasi dan desain
(SID) untuk mengevaluasi apakah terdapat perbedaan yang cukup signifikan
sehingga diperlukan adanya review desain terhadap beberapa konstruksi yang
relatif vital.
BAB E 1-153
7.
Jika jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan belum ada Survei, investigasi
dan desainnya.
Jika terdapat perbedaan kondisi lapangan dengan data yang terdapat dalam
hasil SID.
supervisi
dalam
melaksanakan
review
desain
akan
selalu
berkonsultasi dengan direksi (Tim Teknis) yang ditunjuk oleh Kepala Pejabat
Review Desain
BAB E 1-154
bangunan sadap. Disamping itu kehilangan tinggi energi perlu ditambahkan untuk
alat ukur, pengambilan, saluran primer dan pada kantong Lumpur.
Dimana :
Be
= Jumlah pilar
Kp
Ka
H1
BAB E 1-155
Dimana :
Q = debit (m3/det)
Cd = koefisien debit
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Be = lebar efektif bendung (m)
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)
BAB E 1-156
berat jenis 2,4 Ton/m3. untuk menghitung kedalaman gerusan digunakan metode
Lacey.
Dimana :
R
Dm
Lacey,
kedalaman
gerusan
bersifat
empiris,
maka
dalam
BAB E 1-157
Pondasi Menerus :
Qu = C.Nc. + D.Nq + 0,5. .B.N
= 1,3 . C . Nc . + . D . Nq + 0,4 . . B . N
Qa
= Qu / SF
dimana :
Qu
Nc, Nq, N =
Qa
SF
BAB E 1-158
Perhitungan daya dukung tanah ini untuk mengetahui apakah terjadi keruntuhan
atau tidak bila dibangun pintu, bangunan pompa, gorong-gorong, jembatan dan
tanggul.
Stabilitas Lereng
Dalam analisa stabilitas lereng terhadap bahaya longsor (gelincir) digunakan
metode irisan bidang luncur, Methode Fellenius. Persamaan dari Metode Fellenius
ini dirumuskan sebagai berikut :
Fs
(c . l + (N U Ne) tan )
( T + Te)
Fs
>
Fs
>
dengan :
Fs
faktor keamanan
BAB E 1-159
tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
(ton/m)
Ne
Te
berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur (ton/m3)
Ne dan Te bernilai 0 bila perhitungan dalam kondisi normal (tidak ada gempa).
h
k +k
Ln
C
k
penurunan (m)
modulus kemampatan
dimana :
8.
seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam dokumen
kontrak pekerjaan fisik (spesifikasi).
Sebelum pelaksanaan pekerjaan supervisi konstruksi dimulai, Konsultan
Supervisi terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman dasar pelaksanaan
konstruksi agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan lancar dan sesuai
dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini mencakup antara lain :
a.
konstruksi dapat berjalan lancar sesuai dengan schedule yang telah dibuat yang
didukung oleh :
Sarana jalan masuk dan jembatan yang memadai (kekuatan, kapasitas maupun
lebar jalan/jembatan) untuk transportasi bahan dan peralatan konstruksi.
Jika diperlukan rencana perbaikan yang dibutuhkan.
BAB E 1-162
Tersedianya sumber daya manusia (manpower) dalam jumlah yang cukup serta
mempunyai kemampuan teknis sebagaimana tuntutan jenis pekerjaan yang
akan ditangani.
Terkonsentrasinya
puncak
kegiatan
konstruksi
pada
satu
waktu
tertentu.
BAB E 1-163
b.
BAB E 1-164
aktivitas pekerjaan yang lebih mendetail dan terperinci. Variasi penggunaan caracara tersebut diatas dapat dikembangkan secara optimal.
c.
Tidak hanya keselamatan manusia saja tetapi juga terhadap kondisi kerja yang
mempengaruhi prestasi kerja dan pada akhirnya terhadap biaya proyek.
Di negara-negara yang sudah maju masalah keselamatan amat ditekankan dan
seringkali dicantumkan dalam spesifikasi oleh pihak pemilik.
Secara umum ada beberapa prinsip dasar yang dapat dipergunakan pada
setiap lokasi pekerjaan misalnya:
memakai mesin dan peralatan yang baik.
mempergunakan mesin/ peralatan yang sesuai dengan instruksi
pembuatnya/pabriknya, dan tidak membebani lebih dari kapasitasnya.
bekerja dengan teratur, hati-hati dan tidak simpang siur.
meyakinkan diri bahwa semua instruksi harus diberikan secara singkat,
jelas dan mudah dimengerti .
tidak memperkenankan pekerja melakukan kegiatannya ditempat yang
berbahaya tanpa alat peIindung/ pengamanan yang tepat.
BAB E 1-165
mendeteksi
dan
melihat
kemungkinankemungkinan
akan
bahaya
d.
tetap, koordinat dan levelnya sudah sesuai dengan rencana. Pengawasan terha-
BAB E 1-166
menentukan.
Disamping
harus
dan
jarak
jaraknya,
seorang
pengawas
wajib
meningkatkan
e.
produk bahan yang diolah oleh manusia (artificial). Semua persyaratanpersyaratan bahan diuji kualitasnya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan
dalam dokumen kontrol.
Bilamana hasilnya dibawah standar dari apa yang telah ditetapkan di dalam
dokumen kontrol, maka bahan produk pekerjaan seyogyanya tidak diterima,
BAB E 1-167
dibongkar dan diulangi lagi sehingga memenuhi standar kualitas yang seharusnya.
Dalam hal ini para pengawas lapangan harus mempunyai angka toleransi dalam
melakukan Quantity control tersebut.
Batasan toleransi tersebut dapat diangkapkan kepada pihak kontraktor
atau dapat pula diatur secara tertulis, dimana pada periode- periode tertentu
batasan tersebut dapat ditinjau kembali.
f.
Aspek Administratif
Selain pekerjaan pengawasan di lapangan, tim pengawas lapangan juga akan
BAB E 1-168
Pada dasarnya ada beberapa bagian tata usaha administrasi yang perlu
ditangani, antara lain:
Meninjau dan menginterpretasikan gambar-gambar kerja dan membuat
koreksi seperlunya.
Mendokumentasikan pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.
Membuat laporan kemajuan pekerjaan secara berkala.
Memeriksa dan menyetujui permintaan pembayaran angsuran .
Mengadakan inspeksi total sebelum berita acara penyerahan .
Mengatur segala sesuatunya menjelang penyerahan akhir dan tindak
lanjut pada waktu masa pemeliharaan.
g.
atau
dengan
cara
perencanaan
yang
mendadak
akan
BAB E 1-169
BAB E 1-171
Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalahnya dengan benar, maka langkahlangkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih tepat dan efektif.
h.
Bila
terdapat
konflik
(kebutuhan
somber
melampaui
kemampuan
pertambahan
diakibatkan
BAB E 1-173
i)
ii)
b)
LSB maksimum
Oleh karena itu dipilih aktivitas A yang mempunyai EFA yang minimum dan
aktivitas B yang mempunyai LSB maksimum; kemudian ditentukan bahwa
aktivitas B bergantung pada aktivitas A atau aktivitas A harus dilaksanakan
mendahului aktivitas B.
Untuk jelasnya perlu diberikan contoh sederhana alokasi sumber-daya
terbatas ini dengan menuliskan terlebih dahulu langkah-langkah pelaksanaannya
sebagai berikut :
1)
2)
BAB E 1-174
4)
5)
i.
BAB E 1-175
karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan
biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya.
Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat daripada waktu
normalnya dalam hal ini pengawas dihadapkan kepada masalah bagaimana
mengawasi penyelesaian proyek dengan biaya yang minimal. Oleh karena itu perlu
dipelajari terlebihb dahulu hubungan antara waktu dan biaya (cost)/(time cost
relation ship). Dan analisa mengeanai pertukaran antara waktu dan biaya
disebut analisa pertukatran waktu dan biaya (Cost)/(Time Cost Trade Off
b.
BAB E 1-176
Cost Slope
Cost Slope =
b)
C
t
biaya. Dalam hal ini kurva perkiraan digambarkan sebagal suatu garis lurus dan
kurva yang sebenarnya digambarkan sebagai suatu garis yang terputus-putus.
Dalam hal ini waktu dapat dikurangi dengan tambahan biaya yang relatif rendah.
Waktu yang dibutuhkan untuk proyek ini dapat dikurangi dari titik L meajadi
titik Vu, sedangkan biaya naik dari titik P hingga titik Q.
Gambar E -23
Hubungan Antara Waktu Dengan Biaya, Dimana waktu
Dapat Dikurangi Dengan Penambahan Biaya Yang relative rendah
BAB E 1-178
Untuk menentukan bentuk kurva waktu dan biaya yang sebenarnya (yang
digambarkan oleh garis putus-putus) terutama dalam proyekproyek yang
mempunyai ribuan aktivitas adalah rumit. Berdasarkan alasan ini maka
dipergunakanlah garis perkiraan linier, yaitu garis lurus yang menghubungkan
titik normal (normal point) dengan titik cepat/jenuh (crash point). Meskipun hal
ini mengandung ketidak tepatan kesalahan ini tidak besar artinya .
Gambar E.23 memberikan perilaku hubungan waktu dan biaya yang
sebaliknya dari yang ditunjukkan dalam Gambar E.22. Disini pengurangan waktu
dari titik L menjadi titik K hanya dapat dicapai dengan menambah biaya dari
titik P hingga titik Q. Biaya dalam hal ini bertambah dengan jumlah yang relatif
lebih besar jika dibasdingkan dengan berkurangnya waktu. Jadi dapat dikatakan
bahwa biaya untuk mempercepat selesainya aktivitas ini cukup mahal.
Gambar E -24
BAB E 1-179
c)
BAB E 1-180
Diaemping itu hanus diperhatikan pula bahwa kompresi hanya dilakukan pada
aktivitas-aktifitas yang berada didalam lintasan kritis.
Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas yang tidak berada dilintasan
kritis maka
2.
Lakukan kompresi pada aktivitas yang ada pada lintasan kritis dan
yang mempunyai cost slope terendah.
3.
4.
secara
serentak
pada
semua
lintasan
kritis
dan
BAB E 1-181
j.
Pengontrolan Proyek
Rencana dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, yang
2)
3)
4)
BAB E 1-182
a)
yaitu
a. 1 sampai dengan 2 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang kritis atau
yang mendekati kritis.
b. 2 sampai dengan 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak
kritis.
b)
Cara MengontroL
Dibedakan 3 cara mengontrol dan disajikan flow chart langkah-langkah
Dapatkah
pekerjaan
ini dimulai?
Ok
Alasannya?
Ada
Keterlambat
an?
Solusi
Pemecah
Gambar E -25 FlowChart Cara Kontrol Untuk Sebuah Aktifitas Yang Akan
Dimulai
BAB E 1-183
Pekerjaa
n yang
seharus
Apakah
Pekerjaa
n sesuai
Kenapa tidak
mulai? Apa
keterlambatann
Berapa
lama
terlambat
Tangani
Berapa lama
terlambat?
Kenapa? Apa
prestasinya
sampai waktu
Apa
prestasi
Berapa
lama
perpanja
Tangani
Gambar
E -26 FlowChart Untuk Mengontrol Sebuah Aktifitas Yang
Seharusnya Sudah Mulai
BAB E 1-184
Apakah
pekerjaan
yang
seharusnya
l
i
Sisa
waktu
sampai
dengan
t
l
ik ?
Solusi
P
h
c)
Penanganan (Replanning)
Penanganan (Replanning) harus dilakukan bila hasil test negatif. Dengan dasar
bahwa akhir proyek tak dapat diubah atau tak boleh sampai terganggu terdapat 2
cara penanganan yaitu :
BAB E 1-185
Dalam praktek biasanya replanning ini tak dapat dilaksanakan hanya dengan
instruksi saja, melainkan sehubungan dengan ketergantungan yang komplek satu
sama lain antara semua bagian dan personalia yang terlibat dalam perencanaan dan
pelaksanaan
proyek.
Semua
yang
berkepentingan
dengan
proyek
harus
diikutsertakan.
Rapat koordinasi proyek diadakan 1 kali seminggu dan bila perlu diadakan 2
kali seminggu tergantung jenis pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan.
Sebelum rapat perlu disiapkan semua data-data kemajuan fisik sampai saat
terakhir harus lengkap. Data yang akurat menghasilkan decision yang jitu
d)
BAB E 1-187
keduanya merupakan alat yang paling efektif untuk memonitor besaran waktu yang
telah dipakai, prestasi kerja yang telah dicapai dan yang telah dibelanjakan.
S-CURVE
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (Minggu)
Nilai Aktual
Biaya Aktual
Kurva-S bisa ditampilkan dengan kurva SD (Saat Dini) atau Earliest Cost Curve
dan dengan kurva SL (Saat Lambat) atau Latest Cost Curve. Kedua kurva-S itu
berfungsi membatasi perilaku kurva-S yang sebenarnya, yang berarti kurva-S yang
sebenarnya akan terletak diantara kurva SD dan SL. Bila aktivitas-aktivitas dalam
proyek banyak float-nya, maka bentuk kedua kurva SD dan SL akan makin
BAB E 1-188
berjauhan. Sebaliknya bila float-nya makin sedikit, maka bentuk kurva SD dan SL
makin mendekati dan bila semua aktivitas kritis (artinya tak ada float sama sekali
= semua kritis) maka kurva SD dan SL menjadi satu-S saja. Disini perilaku
perkembangan proyek dapat dilihat kecenderungannya secara dini. Sehingga
berguna untuk pengawas di dalam mengevaluasi Proyek.
k.
diperlukan
langkah-langkah
pendekatan
terhadap
segala
aspek
yang
akan
Quality Assurance
BAB E 1-189
Sehubungan dengan besarnya cakupan sektor yang harus ditangani dan ditetapkan
indikatornya, dalam hal ini Konsultan akan membatasi pada pengendalian mutu
pekerjaan konstruksi.
Dimana :
l.
NKM dibawah 50 %
NKM diantara 50 % - 75 %
NKM diatas 75 %
sangat baik
kurang baik
baik
A)
Kegiatan Pra-Konstruksi
Kegiatan pra-konstruksi yang akan dilaksanakan pada umumnya
menyangkut kegiatan proses tender kontraktor meliputi kegiatan penyiapan
paket-paket pekerjaan; penyiapan dokumen lelang termasuk penyiapan
gambar
konstruksi,
spesifikasi
teknik
maupun
BOQ;
prakualifikasi
pelaksanaan
konstruksi,
Konsultan
akan
melaksanakan
sehingga
ketepatan
waktu
pelaksanaan
dapat
dikendalikan.
-
yang
berhubungan
dengan
implementasi
Mengevaluasi
dan
meneliti
pekerjaan
tambah/kurang
jika
diperlukan.
-
atau
teguran
atau
peringatan.
Sebelum
teguran
Kontraktor
tidak
melaksanakan
isi
surat
a).
b).
BAB E 1-194
c).
Tes Material
Supervisor
Konstruksi
akan
memonitor
pekerjaan-pekerjaan
laboratorium seperti :
analisa test,
gradasi material,
test stability,
BAB E 1-195
test kompaksi/kepadatan,
d).
BAB E 1-196
sebelum
maupun
sesudah
pelaksanaan
konstruksi
(joint
measurement).
e).
Supervisi Konstruksi
Pengawasan merupakan bagian pokok dari program kerja konsultan
pekerjaan
yang
kualitas
pekerjaan. Inspektor ataupun anggota tim supervisi yang lain akan membuat
laporan harian mengenai pelaksanaan konstruksi, tenaga kerja yang ada,
peralatan yang dipakai, estimasi kuantitas hasil pekerjaan dan bilamana
perlu konsep dan sket gambar serta ukuran, serta total kuantitas, kondisi
cuaca serta kondisi lokasi pekerjaan. Pekerjaan pengawasan akan dilakukan
secara teliti dan terkendali untuk masing-masing item pekerjaan dengan
menggunakan prosedur pengawasan yang lazim digunakan dan dengan
BAB E 1-197
menggunakan tata cara dan flow chart yang berlaku. Pengawasan detail akan
dilakukan terhadap pekerjaan utama.
Selama kontraktor melaksanakan pekerjaan, tim supervisi akan selalu
memonitor mengenai pembuatan profil konstruksi (Uitzet), pengukuranpengukuran awal, kualitas material, pemadatan, kadar air material, gradasi
material, pekerjaan shoulder (bahu jalan), saluran tepi dan lain-lain. Tim
supervisi akan secara bersama memonitor, memberikan saran-saran teknis
apabila diperlukan dan tindakan alternatif yang biasa ditempuh apabila
terdapat kesulitan-kesulitan pelaksanaan pekerjaan. Untuk pekerjaan
struktur akan dilakukan monitoring terhadap kestabilannya, pelaksanaan
campuran dan komposisi campuran dan lain-lain.
Hasil pemantauan pekerjaan akan selalu dicatat dalam catatan Buku
Harian Lapangan (BHL) yang dilakukan baik pada saat awal, selama dan
setelah pekerjaan dilaksanakan. Pengukuran kuantitas hasil pekerjaan akan
dilakukan
bersama-sama
Konsultan,
Kontraktor
dan
pihak
Pemimpin
dokumen Kontrak fisik. Bagan alir (flow chart) Proses Bagan Alir Kerja
Lapangan tim supervisi disajikan pada gambar dibawah ini.
BAB E 1-199
BAB E 1-200
BAB E 1-201
prosedur dan standar desain yang akan digunakan, inspeksi dan test yang
akan dikerjakan.
Pekerjaan Persiapan
Dalam pekerjaan persiapan ini, Konsultan akan melakukan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap kegiatan kontraktor menyangkut :
penerangan,
gudang
penyimpanan
material
BAB E 1-202
BAB E 1-203
Gambar Kerja yang dibuat harus mengikuti ketentuan atau mengacu pada
pedoman membuat gambar teknik yang berlaku (bentuk simbol-simbol
gambar, ukuran huruf dan angka, maupun tanda-tanda lainnya).
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Gambar Kerja tersebut harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi pekerjaan.
Pembuatan/perbaikan jalan/jembatan
Dan lain-lain.
BAB E 1-206
yang
akan
dibangun,
serta
menunjukkan
rencana
bentuk
bangunannya.
BAB E 1-207
Pemasangan setting out/uitzet ini didasarkan pada gambar situasi dan denah
serta gambar potongan dari bangunan yang akan dibangun. Kontraktor harus
selalu memelihara kedudukan setting out/uitzet yang telah didirikan dan
telah disetujui Pengawas Pekerjaan.
Pekerjaan Pondasi
Yang dimaksud dengan pekerjaan pondasi adalah konstruksi bangunan yang
terletak dibagian bawah yang merupakan bangunan yang menyangga
konstruksi diatasnya. Pada umumnya konstruksi pondasi terletak dibawah
permukaan tanah.
Mengingat pada pekerjaan pengairan konstruksi pondasi banyak yang
terletak dibawah permukaan air, maka Konsultan akan memberi perhatian
tersendiri terhadap pembangunan pondasi yang terletak dibawah air.
Peletakan konstruksi pondasi harus benar-benar memperhatikan kondisi
tanah setempat sesuai dengan hasil penyelidikan geoteknikal sebelumnya.
Apabila ditemui bahwa kondisi tanah untuk peletakan pondasi berbeda
dengan
hasil
penyelidikan
tanah
sebelumnya,
Kontraktor
diwajibkan
BAB E 1-208
Pondasi
Konstruksi
prosedur untuk:
Pengecoran beton
dumptruck, dll).
Apabila
pekerjaan
penggalian
dilakukan
dengan
tenaga
manusia,
Hasil kerja penggalian harus sesuai dengan gambar kerja seperti yang
telah direncanakan.
BAB E 1-213
Penyetelan pipa harus sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik
yang disetujui.
Pipa yang telah dipasang harus dipelihara sesuai dengan standar yang
berlaku.
Bilamana
pipa
dan
perlengkapannya
adalah
merupakan
produk
BAB E 1-214
yang
tercantum
dalam
pedoman
spesifikasi
teknik,
Agar
pelaksanaan
pekerjaan
sesuai
dengan
disain/gambar
konstruksinya.
BAB E 1-215
dengan
BAB E 1-216
airnya,
agar
dihindari
terkena
air
hujan
yang
Konstruksi bronjong
Selama
dan lain-lain.
pelaksanaan
konstruksi,
Konsultan
akan
melakukan
supervisi
BAB E 1-218
Apabila
harus
dilakukan
penghentian
pengecoran
BAB E 1-220
Kontraktor
pengecoran
beton
dilakukan
dengan
cara
selalu
BAB E 1-221
Untuk pekerjaan besi profil atau baja, Konsultan akan melakukan supervisi
terhadap Kontraktor meliputi:
Bilamana
peralatan
hidromekanikal
adalah
merupakan
BAB E 1-222
Spesifikasi
teknik
manufakturingnya
yang
telah
disebutkan
memenuhi
dalam
sertifikat
ketentuan
dalam
jenis
bahan
yang
digunakan
serta
alat
penggeraknya).
9.
a.
Kemungkinan
adanya
keterlambatan
waktu
penyelesaian
pekerjaan.
Kemungkinan
adanya
klaim
sub-kontraktor
yang
belum
b.
c.
BAB E 1-226
penyempurnaan
atau
penggantian
bagian-bagian
yang
Membantu
Pemimpin
Proyek
dalam
menyusun
dokumen
penyerahan pekerjaan.
d.
akhir
pekerjaan
konstruksi,
maka
kontraktor
akan
e.
f.
Administrasi
Seperti halnya pekerjaan pengawasan, pekerjaan administrasi
berkewajiban
membuat
seluruh
prosedur
pekerjaan
fisik
dimana
BAB E 1-229
Mulai
Pembuatan
as-built Drawing
HARGA SATUAN
VOLUME
PERHITUNGAN BIAYA
PERSETUJUAN DIREKSI
BERITA ACARA
PENGAJUAN DANA
PEMBAYARAN
Selesai
BAB E 1-231
Mulai
TIDAK ADA
PERUBAHAN
KONTRAK
KONTRAK AWAL
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
KOMPARASI
PERHITUNGAN
BIAYA
PEKERJAAN
Ada
Perbedaan?
PERSETUJUAN
KONSULTAN
PERSETUJUAN
PROYEK
BERITA ACARA
KONTRAK BARU
Selesai
BAB E 1-232
Mulai
Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal
Perencanaan Awal
KOMPARASI
T
Tidak Ada
Perpanjangan Waktu
Ada Perbedaan?
Y
Perhitungan Sisa Volume Pekerjaan
T
Sesuai?
Selesai
Gambar 2.26 Bagan Alir Prosedur Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
BAB E 1-233
g. Alih teknologi
Konsultan diharapkan dapat memberikan dukungan untuk alih
teknologi
dan
meningkatkan
kemampuan
propesional
Proyek
dengan
B.
PROGRAM KERJA
a.
Pola Kerja
Seperti yang telah disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja bahwa
lingkup pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat
(Otsus Aceh)
(Modifikasi Disain). Untuk mendukung kedua fungsi ini maka tim diklasifikasikan
BAB E 1-234
BAB E 1-235
Untuk dapat melakukan hal tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah:
Pengumpulan data perencanaan
Mereview :
o Gambar rencana
o Kriteria desain
o Dokumen perhitungan dan analisis
Melakukan redrawing usulan perubahan
Selanjutnya jika usulan perubahan desain (Modifikasi Desain) disetujui oleh pihak
pemberi tugas, maka hal ini harus disampaikan kepada pihak kontraktor untuk
didiskusikan terkait dengan kemungkinan adanya pekerjaan tambah/ kurang.
Rencana kerja
Dalam meyelesaikan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung
Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) ini Tim Konsultan akan
menyusun langkah-langkah yang sesuai dengan persyaratan dalam KAK dan
lebih mendetailkannya pada aplikasi lapangan. Adapun langkah / rencana
kerja yang akan dilaksanakan meliputi:
1.
Persiapan
a.
b.
c.
BAB E 1-237
2.
Pekerjaan Pendahuluan
a.
3.
4.
b.
c.
d.
5.
6.
Redesign
a.
Review Desain.
b.
b.
Evaluasi RMK.
c.
Construction Plan.
BAB E 1-238
7.
8.
d.
e.
Pengawasan Lapangan
b.
Kontrol Kuantitas
c.
d.
e.
f.
g.
h.
BAB E 1-239
C.
BAB E 1-240
BAB E 1-241