You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal
ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat
asimtomatik atau tidak jelas gejalanya.
Data di bagian anak RSUD Ungaran menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan
gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus
tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau typhoid. Oleh
karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus
dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang
baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat
membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai (Kristina, Isminah dll, 2004)
Jumlah kasus DBD di Kota Semarang pada 2010 tercatat mencapai 5.800 kasus dan
43 orang di antaranya meninggal dunia. Angka tersebut apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya jauh lebih rendah yaitu sekitar 3.000 dengan kasus yang mengakibatkan
sebanyak 48 orang meninggal dunia. Daerah yang merupakan endemis DBD terbanyak
yaitu di wilayah Kecamatan Tembalang terutama di daerah perumahan yang dijadikan kost.
Hal itu, karena banyaknya warga setempat yang kurang memperhatikan kebersihan seperti
menguras bak mandi dan lainnya (Murni Ambarwati P, 2011)
Kejadian DHF di RSUD Ungaran mengalami peningkatan setiap tahunnya pada
tahun 2009 sebesar 526 kasus dari 11.381 atau 4.62 % dan pada tahun 2010 ada 744 kasus
dari 12526 atau 5.93 %, 1 diantaranya meninggal dunia.
Penyakit demam berdarah yang berkelanjutan dapat menimbulkan terjadinya Dengue
Syoh Syndrome (DSS) bahkan kematian. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok
maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi. Oleh karena itu setiap penderita
yang diduga menderita penyakit demam berdarah dalam tingkat manapun harus segera
dibawa ke dokter atau rumah sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami
1

syok/kematian. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, satu
perdarahan

(trombositopenia)

dan

hemokonsentrasi

sejumlah

kasus

kecil

bisa

menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.


Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) perawat dapat
memonitor tanda-tanda perdarahan, memonitor tanda-tanda syok hipovolemik, mampu
melakukan rehidrasi, mampu menganalisa hasil laboratorium: trombosit, hematokri dan
mampu mengelola kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) pada anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah
Asuhan keperawatan pada anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di RSUD
Ungaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan masalah bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada An. V Dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang
Melati RSUD Ungaran.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan Demam Berdarah Dengue.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ilmiah ini adalah penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan DHF
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan DHF
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan dengan DHF
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan DHF
f.

Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada klien dengan DHF

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2

Guna menambah pengetahuan dan wawasan dibidang keperawatan anak dan juga
sebagai masukan dalam asuhan keperawatan pada klien dengan DHF
2. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan pertimbangan sebagai bahan masukan proses belajar mengajar terhadap
asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF
3. Institusi Rumah Sakit
Menjadi suatu bagian dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas asuhan
keperawatan terutama pada pasien dengan DHF
4. Bagi Masyarakat
Menjadi suatu masukan untuk menghadapi dan menangani anggota keluarga yang
mengalami DHF

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3

I. KONSEP DASAR DENGUE HEMORAGIC FEVER


A. Definisi
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A.
Aziz Alimul, 2008).
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus
dan Aedes Aegepty). (Ngastiyah, 2005)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong abrovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
B. Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan
pengelolaan dan prognosis, WHO membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria
laboratorik terpenuhi yaitu:
1. Derajat I
Panas 2-7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi,
telinga dan sebagainya
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
4. Derajat IV
Penderita syok berat dengan tekanan darah yang tidak dapat diukur dan nadi yang
tidak dapat diraba.
C. Etiologi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne viruses) artinya virus yang
di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda
4

akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia
juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah
berturut-turut nyamuk. (Soegijanto,2004)
D. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia,
yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain
seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan
berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi
pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem
kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma
akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan
tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem
reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang
akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih.
Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera
diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu terjadi
perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan
vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan
yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang
terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan
hebat pada traktus gastrointestinal.
5

E. Manifestasi klinis
1. Demam tinggi selama 5 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
F. Komplikasi
1. DHF menyebabkan perdarahan pada semua organ tubuh, seperti perdarahan ginjal,
otak, jantung, paru, limfa, hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta
menyebabkan kematian.
2. Ensepalopati
3. Gangguan kesadaran yang disertai kejang
4. Shock atau renjatan
G. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+
5.
6.
7.
8.
9.

4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter


Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik, anti konvulsi jika terjadi kejang
Monitor tanda-tanda vital
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah:
a. Uji rumple leed / tourniquet positif

b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa perdarahan


memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi
virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa
e. Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test secara
langsung / tidak langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau penggabungan)
f. Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test secara
langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate
g. Radiologi
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi thorax kanan
II. KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA ANAK

DENGAN

DENGUE

HEMORAGIC FEVER
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat keperawatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat keperawatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
8

c. Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bentuk mesochepal
2) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
3) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
4) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
5) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri
telan
7) Dada
Inspeksi

: simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan


Perkusi

: sonor

Palpasi

: taktil fremitus normal

8) Abdomen
Inspeksi

: bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit


Perkusi

: timpani

Palpasi

: turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

9) Ekstremitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
10) Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
9. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Perilaku dan tanggapan bila ada
keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, frekuensi, jenis,
pantangan, nafsu makan berkurang, nafsu makan menurun.
c. Pola eleminasi

BAB: Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam


Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
BAK perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada
Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
d. Pola aktifitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
f. Pola kognitif dan persepsi
g. Pola mekanisme koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola persepsi diri dan konsep diri
k. Pola seksual dan reproduksi
B. Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel).
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
(effusi pleura)
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan
menurun
4. Syok hipovolemik berhubungan dengan defisit volume cairan
5. Hipertermi berhubungan viremia
6. Nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
nafsu makan menurun
8. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah
9. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
C. Rencana tindakan keperawatan

10

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke


ekstraseluler
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan dapat terpenuhi
b. KH :
1) Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu untuk
memperbaiki defisit cairan
2) Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
3) Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
c. Intervensi
1) Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya
2) Observasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani
syok yang dialami pasien.
3) Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam
pembuluh darah.
4) Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
5) Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah
diare, kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika
haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami
syok
6) Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan
dehidrasi.

11

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru
(effusi pleura)
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif atau
normal
b. KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih.
c. Rencana tindakan:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan
kerja nafas.
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchi
Rasional : Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan pernafasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional

Duduk

tinggi

memungkinkan

pengembangan

paru

dan

memudahkan pernafasan diafragma, pengubahan posisi meningkatkan


pengisian udara segmen paru.
4) Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.
Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia
5) Berikan oksigen tambahan
Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan
menurun.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan
adekuat.
b. KH : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak ada
sianosis dan kulit hangat.
c. Rencana tindakan:
1) Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung ekstra.
Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya
peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama berhubungan
dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi jantung
tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.
2) Observasi perubahan status metal
12

Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran


darah serta hipoksia.
3) Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.
Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin
menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau gangguan aliran darah perifer.
4) Ukur haluaran urine dan catat berat jenis urine
Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan
perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan haluaran urine dengan berat jenis
normal atau meningkat
5) Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas
darah (Potensial pembentukan trombosit) atau mendukung volume sirlukasi
atau perfusi jaringan.
4. Syok hipovolemik berhubungan dengan defisit volume cairan
a. Tujuan: syok hipovolemik dapat teratasi
b. KH: volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran composmentis
c. Intervensi
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.
5. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu dalam batas
normal (36,5-37,5 C).
b. KH :
1) Klien tidak menunjukkan kenaikan suhu tubuh.
2) Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C)
c. Rencana tindakan:
1) Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
2) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
13

keadaan umum pasien.


3) Lakukan kompres hangat
Rasional : Untuk vasodilatasi pembuluh darah untuk memperlancar aliran
darah ke seluruh tubuh
4) Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan
5) Catat asupan dan keluaran
Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
6) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi.
6. Nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang
b. KH :
1)

Klien

mengatakan

merasaasa

nyaman

dan nyeri berkurang/


hilang
2)

Klien tidak meringis


kesakitan

c. Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 - 10), tetapkan
tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
3) Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi ruang yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .
4) Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
14

5) Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-teman


atau orang terdekat.
Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman
membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.
6) Berikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri
pasien.
7. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi.
b. KH : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
dibutuhkan atau diberikan
c. Rencana tindakan:
1) Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
3) Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga
motivasi pasien untuk makan meningkat.
4) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat
masih hangat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan.
5) Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
6) Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien
8. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah
a. Tujuan: perdarahan tidak terjadi
b. Kriteria hasil : Trombosit dalam batas normal
c. Intervensi
15

1) Kaji adanya perdarahan


2) Observasi tanda-tanda vital
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra
vena.
9. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
a. Tujuan: pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
b. KH: klien mengerti tentang proses penyakit DHF
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau
diketahuinya
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
D. Evaluasi
1. Intake dan output cairan seimbang
2. Pola nafas menjadi efektif atau normal
3. Suplai oksigen ke jaringan adekuat
4. Syok hipovolemik tidak terjadi
5. Nyeri berkurang atau hilang
6. Suhu tubuh dalam batas normal
7. Perdarahan tidak terjadi / teratasi
8. Pemenuhan nutrisi yang adekuat
9. Pengetahuan keluarga bertambah

16

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian
Jam

: 9 Juni 2015
: 07.00 WIB

A. IDENTITAS
Nama Pasien

: An. V

Umur / Tgl Lahir

: 5 Tahun 6 bulan/ 19 Desember 2009

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Banyumanik

Pendidikan

: Belum Sekolah

MRS

: 07 Juni 2015

Diagnosa Medis

: DHF

Orang Tua / Wali


Nama Ibu

: Ny. R

Nama Ayah

: Tn. M

Usia Ibu

: 28 Tahun

Usia Ayah

: 32 Tahun

Pendidikan Ibu

: SMA

Pendidikan Ayah

: SMA

Pekerjaan Ibu

: Swasta

Pekerjaan Ayah

: Swasta

Agama Ibu

: Islam

Agama Ayah

: Islam

Suku Bangsa Ibu

: Jawa

Suku Bangsa Ayah

: Jawa

Status Perkawinan Ibu

: Menikah

Status Perkawinan Ayah: Menikah

Alamat

: Banyumanik

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan klien susah makan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

17

4hari sebelum MRS, klien mengalami deman, kemudian diare, konsistensi berak
cair, warna kuning, tak ada ampas, ada lendir tak ada darah, bau amis. Klien sudah
dibawa berobat ke dokter Sp.A tapi belum sembuh.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit dengan
keluhan yang sama dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit hipertensi, jantung,
hepatitis, DM (Diabetes Melitus), CA (Cancer), asma, maupun alergi.
a. Riwayat Prenatal, Intranatal, Posnatal
Anak ke

Usia Sekarang

Jenis Persalinan

Penolong

Ket

5 Tahun

Pervaginam

Bidan

Hidup

b. Pre Natal
Selama kehamilan Ny. R rutin memeriksakan kehamilan ke dokter terdekat
setiap 1 bulan sekali.
c. Intra Natal
An. V lahir ditolong bidan di rumah sakit, dengan pervaginam (spontan), berat
badan lahir 3500 gram, panjang badan 47 cm, umur kehamilan 9 bulan.
d. Post Natal
An. V diasuh sendiri oleh orang tuanya, An. V mendapatkan ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan dan disapih mulai usia 2 tahun, diberikan susu formula
diberikan makanan tambahan bubur susu.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Anak dapat tersenyum

: Usia 2 bulan

Anak dapat miring

: Usia 3 bulan

Anak dapat tengkurap

: Usia 5 bulan

Anak dapat duduk

: Usia 8 bulan

Anak dapat merangkak : Usia 9 bulan


Anak dapat berdiri

: Usia 11 bulan

Anak dapat berjalan

: Usia 13 bulan

Gigi tumbuh

: Usia 7 bulan.

6. Riwayat Sosial/ Pola Asuh


Yang mengasuh

: Nenek
18

Hubungan dengan anggota keluarga

: Dekat dengan ibu

Pembawaan secara umum

: Pasien aktif.

7. Riwayat Imunisasi
An. V sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 0-4 bulan

: hepatitis B dan Polio

Usia 1 bulan

: BCG

Usia 2-4 bulan

: DPT

Usia 9 bulan

: Campak

C. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Keadaan umum : Pasien terlihat lemah, berbaring ditempat tidur,
2. Kesadaran
: Composmentis E4V6M5
3. TTV
: Nadi: 72 x/ menit, Pernafasan: 25 x/ menit, Suhu tubuh: 36,5 0 C
Berat badan: 15 kg
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk mesocephal, rambut lurus, tipis kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan.
1) Leher
2) Mata

: tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid


: konjungtiva anemis, sclera tidak ikteric, tidak ada edema, kelopak

mata.
3) Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
4) Mulut
: mukosa bibir kering, lidah bersih
5) Telinga : bentuk telinga simetris, bersih, fungsi pendengaran baik
b. Dada
1) Jantung
a) Inspeksi
: ictus cordis tak tampak
b) Palpasi
: ictus cordis teraba pada intercosta ke V
c) Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
d) Auskultasi
: bunyi jantung I/II normal, tidak ada suara tambahan
2) Paru
a) Inspeksi
: tidak ada retraksi dada, gerakan dada saat inspirasi dan
ekspirasi simetris
b) Palpasi
: fokal fremitus simetris kanan dan kiri
c) Perkusi
: sonor di semua lapang paru
d) Auskultasi
: suara dasar vesikuler, tidak terdapat suara ronkhi
3) Abdomen
a) Inspeksi

kecil, kurus, terpasan selang infuse di umbilicus 8 tpm

mikrodrip
b) Auskultasi
: bising usus 45 kali/menit
c) Palpasi
: tidak teraba massa dan tidak ada distensi abdomen
d) Perkusi: suara timpani pada seluruh abdomen
19

c. Genetalia : bersih, utuh tidak ada lendir, tidak ada hipospadia maupun epispadiadan

laki-laki
d. Rektum: tidak ada kelainan, feses berwarna kuning dengan konsistensi cair, tidak
ada hemoroid
e. Ekstremitas
1) Atas
: edema (-), rentang gerak maksimal, sianosis (-), CRT < 2 detik
2) Bawah
: edema (-), rentang gerak maksimal, sianosis (-), CRT < 2 detik
D. POLA FUNGSIONAL (GORDON)

1.

Pola manajemen kesehatan


Orang tua klien mengatakan bahwa setiap anggota keluarga yang sakit selalu
dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.jika belum sembuh dibawa ke dokter,
orang tua pasien mengatakan selama sakit pasien rutin kontrol ke rumah sakit terdekat.

2.

Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien BAB 1 x/haridi pagi hari dengan konsistensi lunak, berbau
khas feses dan berwarna kuning, BAK 6 x/ hari pada pagi, siang, malam, dan tidak
menentu, selama sakit BAB pasien 2-3 kali sehari. Untuk frekuensi BAK pasien4 - 6
x/hari dengan dibantu oleh ibunya.

3.

Pola kebutuhan nutrisi dan cairan


Sebelum sakit pasien makan dengan porsi 1 piring 3x sehari dengan menu nasi,
lauk- pauk, sayur, dan terkadang diselangi dengan buah-buahan,serta ditambah minum
susu gelas kaca kecil / hari. Namun selama sakit dan masuk rumah sakit, nafsu makan
pasien menurun, pasien menghabiskan 2-3 sendok makanan yang disediakan oleh
rumah sakit. Diit yang diberikan kepada pasien adalah diit lunak. Untuk minum air,
pasien minum sekitar 400 cc.

4. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan, tetapi pada siang hari
pasien jarang tidur, dan pada malam hari pasien tidur 9 jam dari pukul 20.00 06.00
wib. Selama sakit dan dirawat di rumah sakit, paisen hanya tidak bisa tidur dengan
nyenyak, terkadang pasien terbangun mendengar orang berbicara/lingkungan rumah
sakit. Saat awal masuk rumah sakit pasien tidak bisa tidur karena tidak terbiasa dengan
kondisi di rumah sakit namun setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit pasien jadi
tidur lebih lama.
5.

Pola Aktivitas dan Latihan


20

Sebelum sakit klien suka bermain bola dengan teman temannya. Klien dapat
makan dan minum sendiri. Selama di rumah sakit, anak hanya bisa tidur terlentang
ditempat tidur.
6.

Pola persepsi kognitif


Tidak bisa terkaji

7.

Konsep diri dan persepsi


a. Identitas diri
Ibu pasien mengatakan bahwa dia seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dan klien
dapat melakukan berbagai aktivitas yang dilakukan seorang anak laki-laki.
b. Peran diri
Ibu pasien mengatakan bahwa dia seorang anak laki-laki yang belum sekolah, dan
pasien tidak bisa melakukan apa-apa/ tidak berdaya dengan penyakit yang
dideritanya saat ini.
c. Ideal diri
Ibu pasien mengatakan bahwa klien mengatakan ingin menjadi anak laki-laki yang
bisa membanggakan kedua orang tuanya dan ingin menjadi anak yang berbakti.
d. Harga diri
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaanya.

8. Peran reproduksi dan seksual


Pasien adalah seorang anak laki-laki, dan belum menikah.
9.

Peran dan pola hubungan


Pasien adalah seorang anak yang belum bersekolah, sebelum dirawat pasien
mampu menjalankan perannya dengan baik, namun setelah dirawat pasien tidak bisa
menjalankan perannya seperti biasanya.

10.

Pola mekanisme koping


Ibu pasien mengatakan untuk mengatasi masalah kesehatannya pasien dengan
berobat ke rumah skait. Ibu klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit klien
dan pencegahannya.

11.

Pola keyakinan dan nilai


Pasien beragama Islam, pasien belum bisa beribadah karena pasien belum mengerti
untuk beribadah, karena masih umur 5 tahun.

E. TERAPI MEDIS

21

Program terapi yang diberikan pada tanggal 10 Juni 2015 antara lain: Infus Asering 12
tpm, injeksi ceftriaxone 500mg/12 jam, injeksi ondansetron 1/3 ampul/8 jam, injeksi
ranitidin 1/3 ampul/8 jam, obat oral L.bio 2x1
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan tanggal 8 Juni 2015
Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematakrit
Eritrosit
Hitung Jenis
Granulosit
Limfosit
Monosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW

11.9
3,8
60
35,45
4,49

11,5-16,5
5-14
150-440
35-49
4,1-58

gr/dL
10^3/uL
10^3/uL
%
10^6/uL

32,49
55-70
11,81

25-60
20-50
0-9

%
%
%

79,01
26,52
33,57
16,24

82-92
27-31
32-36
14,9-18,7

fL
g/dL
g/dL
%

G. DAFTAR MASALAH
No
1

Tgl/Jam

Data Fokus

Etiologi

Masalah

Ttd

9 Juni 2015

DS:

Nafsu makan

Ketidakseimbangan

07.00

Ibu mengatakan anak

menurun

nutris kurang dari

susah makan dan tidak

kebutuhan

tertarik pada makanan


DO:
BB: 15 kg, klien mual dan
muntah saat makan,
mukosa bibir kering
2.

9 Juni 2015

DS:

Perdarahan

Resiko terjadinya

07.00

Ibu klien mengatakan

perdarahan b.d

muncul bintik-bintik

trombositopenia
22

merah di kulit anak


DO
terdapat petekie di kulit
trombosit : 60 10^3/uL
3.

9 Juni 2015

DS

Kurang

Pemaparan

07.00

Keluarga pasien

pengetahuan

informasi terbatas

mengatakan belum

keluarga

mengetahui cara
pencegahan dhf rumah
DO:
Ibu pasien terlihat bingung

H. RENCANA KEPERAWATAN
No

Tgl/Jam

DP

Tujuan

Intervensi

Ttd

23

1.

9 Juni

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan

2015

nutrisi kurang dari

tindakan keperawatan

07.00

kebutuhan b.d

selama 3x24 jam

penurunan nafsu

Kebutuhan nutrisi

makan

dapat teratasi dengan

1. Monitor jumlah
dan nutrisi dan
kalori
2. Anjurkan makan
sedikit tapi sering
3. Kolaborasi

KH :

dengan ahli gizi

1. BB ideal sesuai

untuk menetukan

dengan tinggi

diit yang tepat

badan
2. Tidak terjadi
penurunan berat
badan
3. Tidak ada tandatanda malnutrisi
1.
2.

9 Juni

RESIKO

Setelah dilakukan

2015

PERDARAHAN

asuhan keperawatan

07.00

B.D

3x24 jam maka

TROMBOSITOP

masalah keperawatan

ENIA

dpat teratasi dengan

perdarahan
2.
3.

2.

perlukaan /
perdarahan.
4.

Tidak ada lecet

Anjurkan
keluarga klien

atau kemerahan

untuk lebih

pada kulit
3.

Antisipasi
terjadinya

Tanda tanda
infeksi tidak ada

Monitor
tanda-tanda vital

criteria hasil:
1.

Kaji adanya

banyak

Jumlah

mengistirahatkan

trombosit normal

klien
5.

Monitor hasil
darah, trombosit

6.

Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
24

therapi ,pemberian
cairan intra vena
3.

9 Juni

Setelah dilakukan

2015

tindakan 1x30 menit,

keluarga klien

KURANG

keluarga mengetahui

mengikuti

PENGETAHUAN

perawatan diare di

pembelajaran,

KELUARGA

rumah kriteria hasil :

termasuk

TENTANG

keluarga akan

pengetahuan

KONDISI,

mengerti tentang

tentang penyakit

PROGNOSIS

penyakit dan

dan perawatan

DAN

pengobatan anaknya,

KEBUTUHAN

serta mampu

TERAPI B/D

melakukan

PEMAPARAN

pencegahan.

07.00

INFORMASI
TERBATAS,
SALAH
INTERPRETASI
INFORMASI
DAN ATAU
KETERBATASA
N KOGNITIF.

1. Kaji kesiapan

anaknya.
2. Jelaskan tentang
proses penyakit
anaknya,
penyebab dan
akibatnya
terhadap
gangguan
pemenuhan
kebutuhan seharihari aktivitas
sehari-hari.
3. Jelaskan tentang

tujuan pemberian
obat, dosis,
frekuensi dan cara
pemberian serta
efek samping
yang mungkin
timbul

I. IMPLEMENTASI
25

No

Waktu

Dx

9 Juni 2015

07.15
08.00

Tindakan

Respon

1. Memonitor perubahan

1. BB 15 kg

BB
2. Memonitor jumlah dan

2. Klien makan porsi

nutrisi dan kalori

Ttd

makanan yang
disediakan rumah sakit,
klien minum jus jambu
di sela-sela waktu

3. Memberikan makan
sedikit tapi sering
4. Berkolaborasi dengan

makan
3. Klien maumakan roti

ahli gizi untuk


menetukan diit yang
tepat
5. Berkolaborasikan

4. Klien mendapatkan diet


makanan lunak

pemberian antipiretik
5. Klien mendapatkan
10.00

6. Memonitor jumlah dan

ondansetron 1/3 ampul

nutrisi dan kalori


7. Memberikan makan

via IV

sedikit tapi sering


8. Memonitor jumlah dan

12.00

nutrisi dan kalori

6. Klien makan habis


porsi
7. Klien mau makan roti

15.00
8. Klien makan habis
17. 00
2

9 Juni 2015
07.00

porsi
2

1. Mengkaji adanya

perdarahan

1. Terdapat petekie
2. Suhu: 36,50C

2. Memonitor tanda-tanda

vital
3. Mengantisipasi terjadinya

09.00

perlukaan / perdarahan.
4. Mengistirahatkan klien

3. Klien beraktifitas
ditempat tidur
4. Klien hanya berada
ditempat tidur
5. Trombosit 60 10^3/uL
6. Klien mendapat infus

5. Monitor hasil darah,


26

11.00

Trombosit
6. Berkolaborasi dalam

pemberian therapi cairan


3

10 Juni

intravena
1. Mengkaji kesiapan

asering 12 tpm

1. Keluarga klien bersedia

2015

keluarga klien mengikuti

mengikuti

09.00

pembelajaran, termasuk

pembelajaran

pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan
anaknya.
2. Menjelaskan tentang

2. Keluarga klien paham


tentang proses penyakit

proses penyakit anaknya,

anakanya, penyebab

penyebab dan akibatnya

dan akibatnya terhadap

terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan

pemenuhan kebutuhan

sehari hari

sehari-hari aktivitas
sehari-hari.
3. Menjelaskan tentang
tujuan pemberian obat,

3. Keluarga klien paham


tentang tujuan dari
terapi yang diberikan

dosis, frekuensi dan cara


pemberian serta efek
samping yang mungkin
timbul

I. EVALUASI
Tgl/Jam

DP

Catatan Perkembangan

11 Juni 2015

S: klien menghasbiskan porsi makanan, dan minum gelas jus

10.00

Ttd

jambu. Rasa mual klien sudah berkurang.


O: turgor kulit kembali dengan cepat, mukosa bibir lembab
berwarna merah muda
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Memberikan makan sedikit tapi sering

11 Juni 2015

S: klien mengatakan bintik-bintik merah dikulit mulai hilang


27

10.00

O: nilai trombosit 160 10^3/uL


A: masalah teratasi

11 Juni 2015

S: keluarga klien paham mengenai penyakit dan pencegahanya

10.00

O: keluarga klien mampu menjawab pertanyaan tentang


penyakit dan pencegahanya
A: masalah teratasi

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai
gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan dengan
proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya
perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan dan Kurang
pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan
dengan kurangnya informasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap sesuai
dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di takutkan
adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada

28

klien. Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah
yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-ronisubiya-5467-2-

babiik-r.pdf 7 Juni 2015 pukul 22.00 WIB


2. Anonim. https://www.scribd.com/doc/43419675/DHF-Pada-Anak diakses pada tanggal 7
Juni 2015 pukul 22.00 WIB
3. Hidayah, Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta : Salemba medika
4. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC
29

5. Wilkinson, M, Judith . 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

30

You might also like