Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal
ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat
asimtomatik atau tidak jelas gejalanya.
Data di bagian anak RSUD Ungaran menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan
gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus
tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau typhoid. Oleh
karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus
dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang
baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat
membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai (Kristina, Isminah dll, 2004)
Jumlah kasus DBD di Kota Semarang pada 2010 tercatat mencapai 5.800 kasus dan
43 orang di antaranya meninggal dunia. Angka tersebut apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya jauh lebih rendah yaitu sekitar 3.000 dengan kasus yang mengakibatkan
sebanyak 48 orang meninggal dunia. Daerah yang merupakan endemis DBD terbanyak
yaitu di wilayah Kecamatan Tembalang terutama di daerah perumahan yang dijadikan kost.
Hal itu, karena banyaknya warga setempat yang kurang memperhatikan kebersihan seperti
menguras bak mandi dan lainnya (Murni Ambarwati P, 2011)
Kejadian DHF di RSUD Ungaran mengalami peningkatan setiap tahunnya pada
tahun 2009 sebesar 526 kasus dari 11.381 atau 4.62 % dan pada tahun 2010 ada 744 kasus
dari 12526 atau 5.93 %, 1 diantaranya meninggal dunia.
Penyakit demam berdarah yang berkelanjutan dapat menimbulkan terjadinya Dengue
Syoh Syndrome (DSS) bahkan kematian. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok
maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi. Oleh karena itu setiap penderita
yang diduga menderita penyakit demam berdarah dalam tingkat manapun harus segera
dibawa ke dokter atau rumah sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami
1
syok/kematian. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, satu
perdarahan
(trombositopenia)
dan
hemokonsentrasi
sejumlah
kasus
kecil
bisa
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2
Guna menambah pengetahuan dan wawasan dibidang keperawatan anak dan juga
sebagai masukan dalam asuhan keperawatan pada klien dengan DHF
2. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan pertimbangan sebagai bahan masukan proses belajar mengajar terhadap
asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF
3. Institusi Rumah Sakit
Menjadi suatu bagian dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas asuhan
keperawatan terutama pada pasien dengan DHF
4. Bagi Masyarakat
Menjadi suatu masukan untuk menghadapi dan menangani anggota keluarga yang
mengalami DHF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia
juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah
berturut-turut nyamuk. (Soegijanto,2004)
D. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia,
yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain
seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan
berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi
pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem
kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma
akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan
tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem
reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang
akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih.
Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera
diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu terjadi
perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan
vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan
yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang
terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan
hebat pada traktus gastrointestinal.
5
E. Manifestasi klinis
1. Demam tinggi selama 5 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
F. Komplikasi
1. DHF menyebabkan perdarahan pada semua organ tubuh, seperti perdarahan ginjal,
otak, jantung, paru, limfa, hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta
menyebabkan kematian.
2. Ensepalopati
3. Gangguan kesadaran yang disertai kejang
4. Shock atau renjatan
G. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+
5.
6.
7.
8.
9.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah:
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
KEPERAWATAN
PADA ANAK
DENGAN
DENGUE
HEMORAGIC FEVER
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat keperawatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat keperawatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
8
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bentuk mesochepal
2) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
3) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
4) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
5) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri
telan
7) Dada
Inspeksi
: sonor
Palpasi
8) Abdomen
Inspeksi
: timpani
Palpasi
9) Ekstremitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
10) Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
9. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Perilaku dan tanggapan bila ada
keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, frekuensi, jenis,
pantangan, nafsu makan berkurang, nafsu makan menurun.
c. Pola eleminasi
10
11
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru
(effusi pleura)
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif atau
normal
b. KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih.
c. Rencana tindakan:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan
kerja nafas.
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchi
Rasional : Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan pernafasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional
Duduk
tinggi
memungkinkan
pengembangan
paru
dan
Klien
mengatakan
merasaasa
nyaman
c. Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 - 10), tetapkan
tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
3) Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi ruang yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .
4) Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
14
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian
Jam
: 9 Juni 2015
: 07.00 WIB
A. IDENTITAS
Nama Pasien
: An. V
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Banyumanik
Pendidikan
: Belum Sekolah
MRS
: 07 Juni 2015
Diagnosa Medis
: DHF
: Ny. R
Nama Ayah
: Tn. M
Usia Ibu
: 28 Tahun
Usia Ayah
: 32 Tahun
Pendidikan Ibu
: SMA
Pendidikan Ayah
: SMA
Pekerjaan Ibu
: Swasta
Pekerjaan Ayah
: Swasta
Agama Ibu
: Islam
Agama Ayah
: Islam
: Jawa
: Jawa
: Menikah
Alamat
: Banyumanik
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan klien susah makan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
17
4hari sebelum MRS, klien mengalami deman, kemudian diare, konsistensi berak
cair, warna kuning, tak ada ampas, ada lendir tak ada darah, bau amis. Klien sudah
dibawa berobat ke dokter Sp.A tapi belum sembuh.
Usia Sekarang
Jenis Persalinan
Penolong
Ket
5 Tahun
Pervaginam
Bidan
Hidup
b. Pre Natal
Selama kehamilan Ny. R rutin memeriksakan kehamilan ke dokter terdekat
setiap 1 bulan sekali.
c. Intra Natal
An. V lahir ditolong bidan di rumah sakit, dengan pervaginam (spontan), berat
badan lahir 3500 gram, panjang badan 47 cm, umur kehamilan 9 bulan.
d. Post Natal
An. V diasuh sendiri oleh orang tuanya, An. V mendapatkan ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan dan disapih mulai usia 2 tahun, diberikan susu formula
diberikan makanan tambahan bubur susu.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Anak dapat tersenyum
: Usia 2 bulan
: Usia 3 bulan
: Usia 5 bulan
: Usia 8 bulan
: Usia 11 bulan
: Usia 13 bulan
Gigi tumbuh
: Usia 7 bulan.
: Nenek
18
: Pasien aktif.
7. Riwayat Imunisasi
An. V sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 0-4 bulan
Usia 1 bulan
: BCG
: DPT
Usia 9 bulan
: Campak
mata.
3) Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
4) Mulut
: mukosa bibir kering, lidah bersih
5) Telinga : bentuk telinga simetris, bersih, fungsi pendengaran baik
b. Dada
1) Jantung
a) Inspeksi
: ictus cordis tak tampak
b) Palpasi
: ictus cordis teraba pada intercosta ke V
c) Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
d) Auskultasi
: bunyi jantung I/II normal, tidak ada suara tambahan
2) Paru
a) Inspeksi
: tidak ada retraksi dada, gerakan dada saat inspirasi dan
ekspirasi simetris
b) Palpasi
: fokal fremitus simetris kanan dan kiri
c) Perkusi
: sonor di semua lapang paru
d) Auskultasi
: suara dasar vesikuler, tidak terdapat suara ronkhi
3) Abdomen
a) Inspeksi
mikrodrip
b) Auskultasi
: bising usus 45 kali/menit
c) Palpasi
: tidak teraba massa dan tidak ada distensi abdomen
d) Perkusi: suara timpani pada seluruh abdomen
19
c. Genetalia : bersih, utuh tidak ada lendir, tidak ada hipospadia maupun epispadiadan
laki-laki
d. Rektum: tidak ada kelainan, feses berwarna kuning dengan konsistensi cair, tidak
ada hemoroid
e. Ekstremitas
1) Atas
: edema (-), rentang gerak maksimal, sianosis (-), CRT < 2 detik
2) Bawah
: edema (-), rentang gerak maksimal, sianosis (-), CRT < 2 detik
D. POLA FUNGSIONAL (GORDON)
1.
2.
Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien BAB 1 x/haridi pagi hari dengan konsistensi lunak, berbau
khas feses dan berwarna kuning, BAK 6 x/ hari pada pagi, siang, malam, dan tidak
menentu, selama sakit BAB pasien 2-3 kali sehari. Untuk frekuensi BAK pasien4 - 6
x/hari dengan dibantu oleh ibunya.
3.
Sebelum sakit klien suka bermain bola dengan teman temannya. Klien dapat
makan dan minum sendiri. Selama di rumah sakit, anak hanya bisa tidur terlentang
ditempat tidur.
6.
7.
10.
11.
E. TERAPI MEDIS
21
Program terapi yang diberikan pada tanggal 10 Juni 2015 antara lain: Infus Asering 12
tpm, injeksi ceftriaxone 500mg/12 jam, injeksi ondansetron 1/3 ampul/8 jam, injeksi
ranitidin 1/3 ampul/8 jam, obat oral L.bio 2x1
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan tanggal 8 Juni 2015
Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematakrit
Eritrosit
Hitung Jenis
Granulosit
Limfosit
Monosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
11.9
3,8
60
35,45
4,49
11,5-16,5
5-14
150-440
35-49
4,1-58
gr/dL
10^3/uL
10^3/uL
%
10^6/uL
32,49
55-70
11,81
25-60
20-50
0-9
%
%
%
79,01
26,52
33,57
16,24
82-92
27-31
32-36
14,9-18,7
fL
g/dL
g/dL
%
G. DAFTAR MASALAH
No
1
Tgl/Jam
Data Fokus
Etiologi
Masalah
Ttd
9 Juni 2015
DS:
Nafsu makan
Ketidakseimbangan
07.00
menurun
kebutuhan
9 Juni 2015
DS:
Perdarahan
Resiko terjadinya
07.00
perdarahan b.d
muncul bintik-bintik
trombositopenia
22
9 Juni 2015
DS
Kurang
Pemaparan
07.00
Keluarga pasien
pengetahuan
informasi terbatas
mengatakan belum
keluarga
mengetahui cara
pencegahan dhf rumah
DO:
Ibu pasien terlihat bingung
H. RENCANA KEPERAWATAN
No
Tgl/Jam
DP
Tujuan
Intervensi
Ttd
23
1.
9 Juni
2015
tindakan keperawatan
07.00
kebutuhan b.d
penurunan nafsu
Kebutuhan nutrisi
makan
1. Monitor jumlah
dan nutrisi dan
kalori
2. Anjurkan makan
sedikit tapi sering
3. Kolaborasi
KH :
1. BB ideal sesuai
untuk menetukan
dengan tinggi
badan
2. Tidak terjadi
penurunan berat
badan
3. Tidak ada tandatanda malnutrisi
1.
2.
9 Juni
RESIKO
Setelah dilakukan
2015
PERDARAHAN
asuhan keperawatan
07.00
B.D
TROMBOSITOP
masalah keperawatan
ENIA
perdarahan
2.
3.
2.
perlukaan /
perdarahan.
4.
Anjurkan
keluarga klien
atau kemerahan
untuk lebih
pada kulit
3.
Antisipasi
terjadinya
Tanda tanda
infeksi tidak ada
Monitor
tanda-tanda vital
criteria hasil:
1.
Kaji adanya
banyak
Jumlah
mengistirahatkan
trombosit normal
klien
5.
Monitor hasil
darah, trombosit
6.
Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
24
therapi ,pemberian
cairan intra vena
3.
9 Juni
Setelah dilakukan
2015
keluarga klien
KURANG
keluarga mengetahui
mengikuti
PENGETAHUAN
perawatan diare di
pembelajaran,
KELUARGA
termasuk
TENTANG
keluarga akan
pengetahuan
KONDISI,
mengerti tentang
tentang penyakit
PROGNOSIS
penyakit dan
dan perawatan
DAN
pengobatan anaknya,
KEBUTUHAN
serta mampu
TERAPI B/D
melakukan
PEMAPARAN
pencegahan.
07.00
INFORMASI
TERBATAS,
SALAH
INTERPRETASI
INFORMASI
DAN ATAU
KETERBATASA
N KOGNITIF.
1. Kaji kesiapan
anaknya.
2. Jelaskan tentang
proses penyakit
anaknya,
penyebab dan
akibatnya
terhadap
gangguan
pemenuhan
kebutuhan seharihari aktivitas
sehari-hari.
3. Jelaskan tentang
tujuan pemberian
obat, dosis,
frekuensi dan cara
pemberian serta
efek samping
yang mungkin
timbul
I. IMPLEMENTASI
25
No
Waktu
Dx
9 Juni 2015
07.15
08.00
Tindakan
Respon
1. Memonitor perubahan
1. BB 15 kg
BB
2. Memonitor jumlah dan
Ttd
makanan yang
disediakan rumah sakit,
klien minum jus jambu
di sela-sela waktu
3. Memberikan makan
sedikit tapi sering
4. Berkolaborasi dengan
makan
3. Klien maumakan roti
pemberian antipiretik
5. Klien mendapatkan
10.00
via IV
12.00
15.00
8. Klien makan habis
17. 00
2
9 Juni 2015
07.00
porsi
2
1. Mengkaji adanya
perdarahan
1. Terdapat petekie
2. Suhu: 36,50C
2. Memonitor tanda-tanda
vital
3. Mengantisipasi terjadinya
09.00
perlukaan / perdarahan.
4. Mengistirahatkan klien
3. Klien beraktifitas
ditempat tidur
4. Klien hanya berada
ditempat tidur
5. Trombosit 60 10^3/uL
6. Klien mendapat infus
11.00
Trombosit
6. Berkolaborasi dalam
10 Juni
intravena
1. Mengkaji kesiapan
asering 12 tpm
2015
mengikuti
09.00
pembelajaran, termasuk
pembelajaran
pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan
anaknya.
2. Menjelaskan tentang
anakanya, penyebab
terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan
pemenuhan kebutuhan
sehari hari
sehari-hari aktivitas
sehari-hari.
3. Menjelaskan tentang
tujuan pemberian obat,
I. EVALUASI
Tgl/Jam
DP
Catatan Perkembangan
11 Juni 2015
10.00
Ttd
11 Juni 2015
10.00
11 Juni 2015
10.00
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai
gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan dengan
proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya
perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan dan Kurang
pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan
dengan kurangnya informasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap sesuai
dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di takutkan
adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada
28
klien. Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah
yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-ronisubiya-5467-2-
5. Wilkinson, M, Judith . 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
30