You are on page 1of 3

MIASTENIA GRAVIS

A.

DEFINISI

Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu kelemahan abnormal
dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan
kelelahan saat beraktivitas.
B.

PREVALENSI

Biasanya penyakit ini lebih sering tampak pada usia 20-50 tahun. Wanita lebih sering menderita
penyakit ini dibandingkan pria.
C.

ETIOLOGI

Ditemukan adanya antibodi yang menduduki reseptor acetylcholine dari motor end plate
sehingga ia tidak dapat menggalakkan serabut-serabut otot skeletal
D.

PATOFISIOLOGI

Pada penyakit miastenia gravis ditemukan adanya antibodi yang menduduki reseptor
acetylcholine dari motor end plate sehingga ia tidak dapat menggalakkan serabut-serabut otot
skeletal.

E.

KLASIFIKASI

Golongan I : Miastenia Okular


Pada kelompok ini terdapat gangguan pada satu atau beberapa otot okular yang menyebabkan
timbulnya gejala ptosis dan diplopia, seringkali ptosis unilateral. Bentuk ini biasanya ringan akan
tetapi seringkali resisten terhadap pengobatan.
Golongan II : Miastenia bentuk umum yang ringan
Timbulnya gejala perlahan-lahan dimulai dengan gejala okular yang kemudian menyebar
mengenai wajah, anggota badan dan otot-otot bulbar. Otot- otot respirasi biasanya tidak terkena.
Golongan III : Miastenia bentuk umum yang berat
Pada kasus ini timbulnya gejala biasanya cepat, dimulai dari gangguan otot okular, anggota
badan dan kemudian otot pernafasan
Golongan IV : Krisis miastenia
Kadang-kadang terdapat keadaan yang berkembang menjadi kelemahan otot yang menyeluruh
disertai dengan paralisis otot-otot pernafasan. Hal ini merupakan keadaan darurat medik
F. Tanda dan gejala klinis
1. Kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka
2. Kelemahan +++ jika beraktifitas, berkurang jika istirahat
3. Otot yang mengalami kelemahan awalnya adalah otot ekstraokular
4. Kelemahan semakin lama semakin buruk, dari otot ocular, otot wajah, leher hingga
ekstremitas
G. Penegakkan diagnosis
Tes berhitung : pasien diminta berhitung dgn suara keras, lama2 suaranya hilang
Tes Waterberg : pasien diminta mengedipkan mata, lama2 akan timbul ptosis

Kedua tes tsb dilakukan, kemudian pasien diminta istirahat dan melakukan tes lg, maka
kondisi pasien normal lg.
H. Pemeriksaan penunjang

Uji tensilon

Uji prostigmin

Uji kinin

Ct-scan

I. Tatalaksana

Istirahat

Antikolinerase : prostigmin, piridostigmin, endroponium

Terapi imunomudulasi

Thymomectomy

J. Prognosis : BAIK

You might also like