You are on page 1of 21

BABI

TINJAUAN MATERI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1

Pengertian
Mobilisasi adaah salah satu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis

karena hal itu essensial untuk mempertahankan kemandirin (miller, 1995). Mobilisasi
adalah hal bergeraknya sesuatu, missal zat penderita (cristine, 2001). Mobilis atau
mobilisatio adalah usaha bergerak atau menggerakkan (cristine, 2001). Mobilitation
adalah perbuatan bagian yang dapat digerakkan yang terfiksasi (dorland, 1998; 680)
Mobilitas fisik adalah kemampuan untuk bergerak atau bepindah tempat oleh
seorang individu (kamus modern bahasa indonesia, 1994;408)
Gangguan mobilitas fisik adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik, tetapi tidak ada pada keadaan mobilitas
(doengoes, 1999)
Kerusakan mbilitas fisik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan imobil (carpenito,
2000)
1.1.2

Etiologi
Alkoholisme
Amputasi
Apendoktomi
Bedah jantung
Koreskosistektomi
Bedah discus
Histerektomi
Obesitas
Mastektomi

Pneumonia
Prostatektomi
Laringektomi
Sepsis
Crasterektomi subtotal
Tromboflebitis
Tiroidektomi
Penggantian sendi total
Aspek-aspek psikososial
Perawatan akut

1.1.3 Fisiologi
1.1.3.1 Briotme manusia : siklus fungsi tubuh alami yang tidak diaktifkan oleh
perubahan lingkungan, tetapi bersifat enogen (timbul dari dalam tubuh
sendiri)
1.ADL (Aktivitas Of Dailling Living) unuk tiap individu mempengaruhi
siklus suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone dan
elektrolit, metabolisme, ketajaman sensorik pembentukan urine, pmbelahan
sel aktivitas bangun tidur dan bekerja secara keseluruhan (irama sirkandian)
2.Imobilitas merupakan gangguan pola atau irama kerja, rekreasi, istirahat dan
sebagainya karena irama sirkadian tidak sesuai lagi yang menyebabkan
gangguan fungsi secara keseluruhan (aspek fisik atau social)

1.1.3.2 Kapasitas Fungsional


1.Kapasitas fungsional : potensial untuk memahami dampak negative
imobilisasi
2. Potensial maksimal fisiologis : angka metabolisme maksimal pada individu
yang sama yang mampu dicapai sesudah melakukan latihan fisik yang
terencana
1.1.3.3 Kapasitas Fungsi Kurang Dari Kemampuan Maksimal Fisiologis
1.Jika latihan fisik terencana maka kapasitas fungsi naik hampir mendekati
potensial maksimal fisiologs atau sebaliknya
2.Jika kapasitas fungsi dn cadangan potensial menurunkan arena penyakit
akut dan tetap melakukan aktivitas maka kapasitas fungsi dan cadangan
poensial menurun, akan tetapi bla dalam keadaan istirahat, latihan dan
terencana maka kapasitas dan cadangan potensial meningkat
3.Kapasitas fungsi dan cadangan potensial akan menurun karena tetap rest
sehingga harus sesegera mungkin dilakukan latihan (mobiltas untuk
mencapai kapasitas fungsi dan cadangan potensial kembali)
4.Perubahan kapasitas fungsi cadangan potensial dan potensial fisiologi
tergantung pada :
1. Beratnya penyakit
2. Lamanya istirahat baring
3. Usia
4. Intensitas latihan
Glukosa
Atp
Heksokinase
adp

Mg++
Glukos-6 fosfat

Fosfoheksokinase
Fruktosa-6 fosfat
Atp
Fosfoheksokinase
adp
Fruktosa-1 dipospat
Aldolase

Mg++

Dihidroksiaseton-fosfat
dfosfotriosaisomerase
3-fosfogliseral
Fosfat
1.3-disfosfogliseraldehida
Dpn
Dehidrogenase
Dpn.h2 + o2
Asam-1.3-difosfogliserat

Mg++

Adp
Tranforforilase
fosfogliserat
Atp
Asam-3 fosfogliserat
Fosfogliseromutase
Asam-2 fosfogliserat

Mg++

Enolase
H2o
Asam-2-2fosfoenolpiruvat

Mg++

Adp
Tranforfirilase fosfopiruvat
Atp

K+
Asam piruvat

Heksosa

respoirasi aerop

CO2 + H2O + energi


Bakteri asam susu

asam
Susu energi (intra
melekul)
Asam peruvirat (glikolisis)

Respirasi anaerop
Ragi

aseteldehida

Dehidragenase

Alkohol + energi
Alkohol + energi bakteri Ragi

asam cuksa + energi

Respirasi aerob
C6H12O6

6 CO2 + 675 kal + 38 ATP

Respirasi anaerop
C6H12O6

2 C2H5 OH + 2 CO2 +21 kal + 2 ATP

1.1.4 Patofisiologi
Gangguan mobilitas fisik

Tirah baring yang lama


Kemampuan aktifitas menurun
Kehilangan daya Gangguan fungsi Jaringan kulit Jantung
tahan otot

paru-paru

Ginjal Gastrointestinal

yang tertekan mengalami

Gangguan

vasokontriksi

katabolisme

Penurunan

Penumpukan Perubahan sistem Penyumbatan Kemampuan

otot (atrofi)

sekret

integumen

bladder

Anoreksia

Suplai aliran
Perubahan

Sulit batuk

Kontriksi

sistem

pembuluh

muskuluskeletal

darah

terganggu

Retensi

Gangguan jalan
nafas

Sel kulit
mati
Dekubitus

1.1.4

Klasifikasi

1.1.4.1 Kerusakan mobilitas di tempat tidur


Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami pembatasan
gerakan di tempat tidur
1.1.4.2 Kerusakan berjalan
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami pembatasan
dalam berjalan
1.1.4.3 Kerusakan mobilitas dengan kursi roda
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami kesulitan dan
keamanan mobilitas dengan kursi roda

1.1.4.4 Kerusakan kemampuan berpindah pada kursi roda


Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami kesulitan
berpindah ked an dari kursi roda
(Lynda juall Carpenito, 2000edisi 8)
1.1.5

Manifestasi Klinis
1) Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam lingkungan
(Misal : mobilitas di tempat tidur, berpindah)
2) Keterbatasan rentang gerak
3) Pembatasan gerakan yang di paksakan
4) Enggan untuk bergerak
5) Adanya ke terbatasan
6) Adanya riwayat gangguan sistemik seperti :
(1)

Neurologis (trauma kepada, peningkatan tekanan intracranial,


sklerrosis multiple, polio dan lian- lain)

(2)

Kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestive,


penyakit jantung congenital)

(3)

Muskuloskeletal (osteoporosis, arthritis, fraktur)

(4)

pernafasan (PPOM, dispnea, ortopnea, pneumonia)


(Lynda juall Carpenito, 2000edisi 6)

1.1.6

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan roentgen menentukan lokasi atau luasnya fraktur atau trama
2) Skan tulang, tomogram, skan CT / MRI : memperlihatkan fraktur juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Alteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4) Hitung darah lengkap : Hipertensi mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh
pada trauma multiplel)
5) Peningkatan jumlah SDP adalah respo stress normal setelah trauma
6) Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinn untuk klirens ginjal
7) Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse
multiple atau cidera hati
(Marilynn E. Doengoes, 2000)

1.1.7

Penatalaksanaan

1) Melakuakn latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat
2) Memposisikan dalam kesejajaran tubuh untuk mencegah komplikasi
3) Memberikan mobilisasi progesif
4) Menggunakan alat Bantu bila perlu (alker, kruk, kursi roda, sling dan lainlain)
5) Mengajarkan untuk tindakan kewaspadaan keamanan
6) Melakukanlatihan rentang gerak pada anggota gerak yang sakit jika
memungkinkan
(Lynda juall Carpenito, 2000edisi 8)

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1

Pengkajian

1.2.1.1 Anamnesa
1)

Keluluhan Utama
(1)

Nyeri

(2)

Kelemahan otot

(3)

Kelelahan :
Disertai dengan ? Jumlah waktu istirahat
Diakibatkan oleh? Jumlah waktu tidur / istirahat

2)

Riwayat gangguan sistemik


(1)

Neurologis
Trauma

kepala,

peningkatan

tekanan

intracranial,sclerosis

multiple : polio, buflain-barne, meastenia gravis : cidera medura


spinalis, tumor defek dari lahir
(2)

Kardiovaskuler
Infak miokard, gagal ginjal kongestif, penyakit jantung
congenital

(3)

Muskuloskeletal
Osteoporosit , arthritis, pneumonia

(4)

Pernafasan
PPOM, dispnea, ortopnea, pneumoni.

3)

Riwayat gejala yang berhubungan dengan mobilitas


Durasi

dicetuskan oleh apa ?

Lokasi

berkurang oleh apa ?

Gambarannya

bertambah oleh apa ?

Frekuensi
4)

Riwayat trauma masa lalu atau pembedahan


Fraktur, trauma kepala, bedah atau trauma abdomen

5)

Pemakaian obat
Sedatif, hipnotik, depresan, SSP, laksantif dan lain-lain

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1) Pengukuran MMT
(1) Tangan yang dominant
Kanan kiri kedua tangannya masih baikan
(2) Fungsi motorik
Tangan kanan

kuat

lemah

tidak ada

spastis

Tanagn kiri

kuat

lemah

tidak ada

spastis

Kaki kanan

kuat

lemah

tidak ada

spastis

Kaki kiri

kuat

lemah

tidak ada

spastis

Ya

Tidak

Perlu

Ya

Tidak

Perlu

Ya

Tidak

Perlu

Ya

Tidak

Perlu

Ya

Tidak

Perlu

Ya

Tidak

Perlu

(3) Mobilitas
Mampu untuk miring sendiri
bantuan
Mampu untuk duduk sendiri
bantuan
Mamp[u untuk berdiri sendiri
bantuan
Mampu untuk bangun sendiri
bantuan
Mampu untuk berpindah sendiri
bantuan
Mampu untuk berjalan sendiri
bantuan
(4) Beban berat badan (kaji pada kedua sisi kiri da kanan)
Punuh

Dpat ditoleransi

Sebagian

tidak ada beban beratbadan sama sekali

(5) Gaya berjalan


Stabil

Tidak stabil

(6) Apakah menggunakan alat Bantu


Kruk

Walker

Tongkat

Kursi roda

(7) Apakah ditubuh pasien dipasang alat-alat restriktif. alat-alat restriktif :


GIps atau bebar

Ventilator

IV

Traksi

Drain

Pemantau

Braces

Foley

Dialisis

2) Pengukuran ROM
Rentang gerak (bahu, siku, lengan, panggul, kaki)
Penuh

Terbatas

Tidak ada

3) Ketahanan
Nadi, tekanan darah dan pernafasan saat irtirahat
Tekanan darah, pernafasan, nadi segera setelah aktifitas
Nadi tiap 2 menit, sampai denyutan kembali kedenyut nadi istirahat
Setelah aktifitas kaji adanay indikasi hipoksia (hal-hal tersebut menunjukan
bahwa intensitas, frekuensi atau lamanya aktifitas yang harus diturunkan atau
dilanjutkan) seperti :

Tekanan darah
Denyut sitolik tidak bias naik

Dispnea

Pernafasan

Irama tidak teratur

Peningkatan secara berlebihan


Penurunan frekuensi
Perubahan serebral
Kacau mental
Tidak terkoordinasi

Kelemahan

Perubahan keseimbangan

Sionosis

1.2.2

Rencana Asuhan Keperawatan

1.2.2.1 Diagnosa keperawatan


Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan :
1) Penurunan kekuatan dan ketahanan skunder akibat adanya perubahan saraf
otonom (missal : Skeloris multiple, arthritis)
2) Penurunan kekuatan dan ketahanan skunder akibat adanya paralysis atau
lumpuh sebagian (missal : skeloris multiple, arthritis)
3) Tidak cukupnya kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi yang sekunder
terhadap alat bentu jalan
4) Kurangnya motifasi
1.2.2.2 Faktor-faktor yang berhubungan
1) Patofisiologis
Penurunan kekuatan dan ketahanan
Sekunder terhadap
(1) (Kerusakan Neuromuskuler)
Perubahan saraf otonom (miusl : sclerosis multiple, arthritis)
Penyakit sistim saraf (missal ; Parkinson, miastenia gravis, distrofi otot)
Paralisis atau lumpuh sebagian (missal : trauma tulang belakang atau
stroke)
Tumor pada sistim saraf pusat
Peningkatan tekanan intracranial
Punurunan fungsi sensori
(2) (Gangguan Muskuloskeletal)
Fraktur
Penyakit jaringan ikat (SLE)
(3) (Edema)

2) Tindakan yang berhubungan


(1) Pemasangan alat-alat skternal (missal : balutan, gips, brecde atau selang IV)
(2) Tidak cukupnya kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi yang sekunder
terhadap : protease , kruk, alat Bantu jalan
3) Situasional (personal, lingkungan)
(1) Kelemahan
(2) Kurangnya motifasi
(3) Nyeri
4) Maturasional
Anak-anak
Gaya berjalan yang tidak normal sekunder terhadap :
(1) Defesiensi tulang congenital
(2) Osteomielitis
(3) Displasia panggul congenital
(4) Penyakit leg-calve-parthes
Lensia
(1) Penurunan ketangkasan gerak
(2) Kelemahan otot
1.2.2.2 Batasan Karakteristik
1)Mayor (80% - 100%)
(1) Penurunan kemampuan untuk bergerak dengansengaja dalam
lingkungan (missal: mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi)
(2) Keterbatasan rentang gerak
2)Minor (50% - 80%)
(1) Pembatasan gerakan yang dipaksakan
(2) Enggan untuk bergerak
1.2.2.3 Tujuan
Kebutuhan mobilitas fisik dan aktifitas secara mandiri pada pasien dapat
terpenuhi
1.2.2.5 Kriteria Hasil
Individu akan :
1)Memperlihatkan tindakan untuk meningkatan mobilitas
2)Menceritakan peningkatan kekuatan dan tahanan pada ekstremitas
3)Secara bertahap dapat melakukan mobilitas secara mandiri
4)Dapat menggerakan ekstremitas yang lemas dengan bentuan minimal

10

1.2.2.6 Implementasi dan Rasional


1) Observasi TTV
R : Untuk memantau keadaan dan perkembangan dari pasien
2) Observasi kemampuan untuk melakukan mobilitas
R : Untuk mengetahui perkembangan pasien dalam melakukan mobilitas sendiri
3) Bantu mobilisasi sedikit demi sedikit
R ; Unuk mengajarkan pada pasien agar dapat menggerakan ekstremitas secara
efektif
4) Mulai melakukan latihan gerak aktif dan pasif pada ekstremitas yang lemas
R : Meminimalkan kerja otot, meningkatkan sirkulasi sehingga dapat menghindari
kontraktur
5) Ubah posisi minimal tiap 2 jam (telentang, miring) jika memungkinkan bias lebih
sering jika diletakan dalam posisi bagian yang terganggu
R : Menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan
6) Susun tujuan dengan pasien atau orang terdekat untuk berpatisipasi dalam
aktifitas atau latihan dan mengubah posisi
R : Menngkatkan harapan terhadap perkembangan atau peningkatan dan
memberikan perasaan control atau kemandirian
7) Berikan HE akan pentingnya latihan mobilisasi
R : Unuk memberi penjelasan pada pasien tentang perlunya atau pentingnya
mobilisasi agar tidak terjadi kelemahan otot yang berkepanjangan
8) Kalaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat separti antispasmodic, anti
hipertensi, anti anal gesik, dan obat relaksasi otot
R : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang
terganggu
1.2.3

Evaluasi

1) Dapat memperlihatkan tindakan yang meningkatkan mobilitas


2) Dapat meceritakan peningkatan kekuatan dan tahanan pada ekstremitas
3) Dapat melakukan aktifitas atau mobilisasi mandiri secara bertahap
4) Dapat menggerakan ekstremitas yang lemas dengan bantuan minimal
meskipun dikit demi sedikit

11

BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
2.1.1.Biodata
Nama : Ny. R

No. Reg: 670025

Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Alamat : kediri
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis : CVA infark
Tanggal MRS : 12 Oktober 2009
2.1.2 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan badan lemah terutama anggota gerak bagian kanan, pusing,
jika melakukan aktivitas.
2.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Kiriman DKT Mojokerto dengan stroke berulang badan lemah terutama
ekstermitas kanan 10 hari pusing, kadang-kadang mual lalu dibawa ke UGD
RS. Baptis kediri dianjurkan untuk opname.
2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola
Nutrisi

Di rumah
Di rumah sakit
Makan 3x sehari dengan Makan 3x dengan diet
nasi , sayur, lauk, 5-6 lunak habis setengah

Eliminasi

Personal hygiene

gelas/ hari

porsi makan dan minum

BAB 1x/hari

5-6 gelas/hari
BAB 1x/ hari

BAK 3-4x/ hari

BAK 2-3 x/hari (200

Gosok gigi 2x/hari

cc)
Gosok gigi 2x/hari

Mandi
Istirahat
Aktivitas

2x/hari

secara Mandi pagi hari muka

mandiri
dilap dengan air hangat.
Tidur 5-6 jam /hari
Tidur 7-8 jam/hari
Melakukan aktivitasnya Hanya berbaring di
sebagai ibu rumah tangga

2.1.4 Tanda-tanda Vital

12

tempat tidur

Suhu Tubuh : 36,50 c


Denyut Nadi : 80x/ menit
TD : 160/100 mmHg
Respirasi : 20 x/menit
2.1.5 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala: warna rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak terdapat nyeri tekan
Mata: konjungtiva pucat, sklera putih, reflek pupil +/+
Hidung: lubang hidung simetris, bersih, tidak ada sekret
Telinga: bersih tidak ada serumen
Mulut : bersih, gigi baik, lidah bersih, mukosa kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Pemeriksaan intergumen/kulit dan kuku
Kulit: warna kulit putih, turgor kulit lembek
Kuku: cukup bersih
3. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Payudara: Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
4. Pemeriksaan thorak/dada
Inspeksi : bentuk simsetris, pergerakan dada kanan dan kiri bersamaan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Paru: auskultasi : tidak terdengar suara nafas tambahan
5. Jantung
Auskultasi: terdengar bunyi s1dan s2 tunggal, tidak ada bunyi tambahan
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: tidak ada luka bekas operasi
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi: bising usus 6x/ menit
7. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genetalis: keadaan genetalia bersih
Anus: 8. Pemeriksaan muskuloskeletal
MMT

5 2
5 2

13

5: dapat menahan gravitasi dan beban maksimal


2: gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
9. Pemeriksaan neurologi
GCS : 4-5-6
4:Buka spontan
5: komunikasi verbal baik ( jawaban tepat)
6: mengikuti perintah
10. Pemeriksaan status mental
Keadaan emosi stabil, pasien dalam keadaan tenang, pasien masih lemas
11. Pemeriksaan penunjang medis
Hasil Laboratorium: sudah dilakukan CT scan multiple infark cerebri
Darah lengkap:
WBC 10,4 K/uL
LYM 2.2

21.1 %L

MID

0.7

7.1 %M

GRAN 7.5

71.8%G

RBC

4.79 M/uL

HGB

12.29/dl

HCT

38.8%

MCV 81.1FL
MCH

27.6 Pg

MCHC 34.0 g/dl


RDW 15.8%
PLT

275 K/uL

BUN

12

HDL

46

LDL

213

Na+

134

K+

13.3.26

12. Pelaksanaan/ terapi


Paracetamol 1 pil tid
Atenolol 100 mg po/hari
Ciprofloxacin 500 g/bid
Plasmin 2 pil tid
Eticol 10 mg/hari
Minlaspi 80 mg/hari
Captropil 50 mg tid
Brailin 1 amp IV q 12 jam

14

13. Harapan klien/ keluarga sehubungan dengan penyakitnya


Pasien dan keluarga berharap setelah mendapatkan perawatan dan
pengobatan dapat sembuh dan pasien dapat beraktivitas seperti semula.

2.2 ANALISA DATA


Nama Pasien : Ny. R
Umur : 59 tahun
No. Reg : 670025
Data gayut

Masalah

Kemungkinan

Data obyektif

Penyebab

Data subyektif
DS : pasien mengatakan Kerusakan Mobilitas

Kelemahan

badan lemas terutama Fisik

neuromuskular

bagian kanan

CVA

DO:

ekstermitas
kanan

sulit

untuk
digerakkan

pasien

hanya

berbaring
ditempat tidur

pasien

tampak

lemas

ADL

dibantu

oleh pasien dan


keluarga

TTV 160/110

2.3 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. R
Umur : 59 tahun

15

akibat

No. Reg : 670025


No
1.

Tanggal muncul
17 Oktober 2009

Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan
dengan kelemahan
neuromuscular ditandai
dengan ; pasien
mengatakan badan
lemas terutama bagian
kanan, ekstermitas
kanan sulit untuk
digerakkan, Px hanya
berbaring di tempat
tidur, Px tampak lemas,
ADL dibantu oleh
perawat dan keluarga
TTV: 160/110 mmHg

16

Tanngal

Tanda

teratasi

tangan

2.4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. R
Umur : 59 tahun
No. Diagnosa
1.

Tujuan

Intervensi

Rasional

TTD

keperawatan
Kerusakan mobilitas

Pasien

fisik berhubungan

melakukan

fungsional /luasnya kerusakan

kelemahan

dengan kelemahan

mobilisasi secara

dengan cara teratur

informasi mengenai keluhan

neuromuscular

bertahap

ditandai dengan ;

bantuan minimal

pasien mengatakan

dalam waktu 2x 3. Observasi TTV dan

extermitas

badan lemas

seminggu dengan

resiko atropi otot, meningkatkan

terutama bagian

criteria hasil:

kanan, ekstermitas

Pasien

dapat 1. Kaji kemampuan secara

dengan 2. Bantu lakukan latihan rentang

dapat

gerak (aktif dan positif)


peningkatan otot
4. Inspeksi kulit terutama pada
daerah yang menonjol

1. Mengidentifikasi

kekuatan/

dapat

memberikan

2. Mempertahankan mobilisasi dan


fungsi

sendi/posisi
dapat

normal

menurunkan

sirkulasi mencegah kontriksi


3. Untuk

mengetahui

kemajuan

kanan sulit untuk

menggerakkan

5. Bantu memenihi ADL

digerakkan, Px

ekstermitas

6. Kolaborasi dengan fisioterapi

hanya berbaring di

yang lemah

secara aktif, latihan resesif

menonjol

beresiko

untuk

dan ambulasi pasien

terjadinya

penurunan

perfusi

tempat tidur, Px

Pasien

dapat

tampak lemas, ADL

beraktivitas

dibantu oleh perawat

secara bertahap

latihan yang dilakukan.


4. Titik tekan pada daerah yang

jaringan
5. Kebutuhan pasien terpenuhi

dan keluarga TTV:

6. Program

17

yang

khusus

dapat

160/110 mmHg

dengan

dikembangkan untuk menentukan

bantuan

kebutuhan yang berarti menjaga

minimal

kekurangan

Kekuatan otot

keseimbangan
kekuatan

meningkat
ADL

dapat

dilakukan
secara mandiri

18

tersebut
koordinasi

dalam
dan

2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. R
Umur : 59 tahun
No. Reg : 670025
No.

No.Dx

TGL/JAM

1.

1.

17 Oktober 2009

TINDAKAN

TANDA

KEPERAWATAN

TANGAN

8 am
1. Mengukur TTV
S: 36,5 0 c
N: 80x/menit
P: 20x/menit
TD:

160/110

mmHg
2. pemberian obat
paracetamol
9 am

dan
ciprofloxacin

12 am

3.latihan
mobilisasi
4. mengukur TTV
S: 36,5 0 c
N: 62x/menit
P: 20x/menit
TD:130/90
mmHg

2.6 CATATAN PERKEMBANGAN

19

Nama Pasien : Ny. R


Umur : 59 tahun
No. Reg : 670025
No.

No. Diagnosa

Tanggal Jam

Evaluasi

1.

1.

117 Oktober 2009

S: Pasien

Tanda
tangan

2 am

mengatakan
masih sedikit
lemas
O: pasien masih
tampak lemah
A: Tujuan tercapai
sebagian
P: intervensi tetap
dilanjutkan

DAFTARPUSTAKA

20

Carpenito, Lynda Juall (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. EGC. Jakarta.
Doengoes, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta.
Syaifuddin (1992). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.

21

You might also like