You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. latar belakang
jatuhnya pemerintahan orde baru telah melahirkan orde yang disebut
reformasi yang

membuat pergantian beberapa kali kepemimpinan nasional di

Indonesia. Mulai dari presiden Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo


Bambang Yudhoyono hingga kini kepemimpinan berada ditangan ir. joko widodo.
Namun kemunculan pemimpin nasional di era reformasi ini masih jauh dari harapan
masyarakat. Hal ini dikarenakan permasalahan kepemimpinan nasional yang terjadi
di negeri ini belum menemukan jawaban. Beberapa permasalahan tersebut antara lain;
1) Kurangnya integitas sebagai pemimpin nasional .2) Kurang dapat melepaskan diri
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). 3) Kurang memahami moral dan etika
kepemimpinan. 4) Kurang dapat memahami secara tepat esensi plural. 5)Lebih
mengedepankan kepentingan partainya daripada aspirasi rakyat .Prinsip demokrasi
dalam

ketatanegaraan

kepemimpinan

yang

kita

adalah

berkualitas,

bagaimana
karena

partai

demokrasi

politik
akan

menghasilkan

berkualitas

bila

menghasilkan pemimpin yang berbobot. Masa depan demokrasi di tanah air sangat
ditentukan oleh kesanggupan demokrasi sebagai incubator untuk menciptakan
pemimpin nasional yang negarawan dan visioner untuk itu penulis membahas lebih
lanjut solusi untuk mengatasi masalah kepemimpinan indonesia yang belum sesuai
dengan tuntutan reformasi
B. rumusan Masalah
1. apakah kepemimpinan itu?
2. bagaimanakah permasalahan kepemimpinan di indonesia saat ini ?
3. apakah itu muslim negarawan ?
4. bagaimanakah solusi dari masalah kepemimpinan di indonesia saat ini ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat

diartikan

sebagai

proses

mempengaruhi

dan

mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada
mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995),
kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related
activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan
mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.
Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua
konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan
difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana
para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi
para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam
organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat
didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang
dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
B. kepemimpinan di indonesia saat ini
Era Reformasi tahun 1998 telah melahirkan pergantian beberapa kali
kepemimpinan nasional di Indonesia. Mulai dari presiden Habibie, Abdurahman
Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono hingga kini kepemimpinan indonesia
di pegang oleh joko widodo. Namun kemunculan pemimpin nasional di era reformasi
ini masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini dikarenakan permasalahan
kepemimpinan nasional yang terjadi di negeri ini belum menemukan jawaban.
1.

Beberapa permasalahan tersebut antara lain;


Kurangnya integitas sebagai pemimpin nasional
Pemimpin yang mempunyai integritas memiliki kepribadian yang mantab,
tidak tercela, jujur dn dihormati orang lain. Pemimpin nasional ke depan dibutuhkan
orang yang mempunyai integritas tinggi, artinya tingkat hubungannya dengan yang

dipimpin menyatu berdasarkan pertimbangan rasional transformatif bukan


emosional transaksional. Keadaan ini akan melahirkan pemimpin yang mempunyai
sifat perpaduan karakter manajer, pemimpin dan negarawan (Manager, Leader,
Statesman).Reformasi yang belum mantap dan kondisi dalam negeri baik politik,
ekonomi, sosbud dan hankam yang masih lemah apabila tidak cepat membangun
kepemimpinan yang kokoh maka negara kita akan semakin larut dan terpuruk dalam
persaingan global yang semakin ketat.
2. Kurang dapat melepaskan diri dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan sesaat bagi dirinya dan
orang dekatnya, terutama yang dianggap berjasa seperti tim suksesnya. Reformasi
yang bergulir sampai saat ini melahirkan UU No 28 tahun 1999 tentang
penyelenggara negara yang bersih yang bebas Korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi
pada tataran empirik menunjukkan kasus korupsi juga terus semakin meningkat.
Kasus korupsi yang diduga melibatkan pejabat negara seperti para menteri, mantan
menteri, gubernur, mantan gubernur, bupati dan sebagainya menunjukkan bahwa
pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat dalam tertib
hukum dan tertib sosial justru malah menjadi terdakwa dengan tuntutan tindak
pidana korupsi.
3. Kurang dapat memahami secara tepat esensi plural.
Sebagai bangsa yang ultra plural dengan postur negara kepulauan merupakan
kewajiban dari pemimpin agar yang dipimpin mendapat perlakuan yang sama. Tidak
ada dominasi mayoritas terhadap minoritas dan juga tidak mengenal adanya tirani
minoritas. Pluralisme adalah sikap keterbukaan sebagai kerangka interaksi dimana
setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama lain , berinteraksi
tanpa konflik.
4. Lebih mengedepankan kepentingan partainya daripada aspirasi rakyat.
Kenyataan di lapangan menunjukkan partai politik tidak bisa bebas bergerak ,
karena banyak kepentingan yang membatasi. Partai politik pendukung pemerintah
sulit untuk obyektif mengkritik kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Demikian
juga parpol di luar pemerintah yang terbatasi oleh kepentingan politiknya sehingga
kepentingan rakyat diabaikan.
3

C. pengertian muslim negarawan


Istilah Muslim Negarawan merupakan frase yang terdiri dari kata Muslim dan
Negarawan. Dua kata ini bermakna netral yakni, muslim, merujuk pada manusia yang
beragama Islam dan negarawan merujuk pada kualitas pemimpin puncak sebuah
Negara. Dalam Manhaj Kaderisasi KAMMI 1427 H, Muslim Negarawan adalah
kader KAMMI yang memiliki basis ideologi Islam yang mengakar, basis
pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada
pemecahan problematika umat dan bangsa, serta mampu menjadi perekat komponen
bangsa pada upaya perbaikan.
Kata negarawan menurut beberapa kamus adalah pejabat pemimpin
pemerintahan; seseorang yang dianggap berjasa dalam membangun bangsanya;
mentalitas yang merasa memiliki bangsa dan negaranya dan karenanya ia
berkontribusi dalam membela dan membangun negara dan bangsanya. KAMMI
mengambil dua makna yang terakhir yang lebih substansial yakni mentalitas bukan
jabatan. Tapi dua makna yang terakhir ini setara dengan makna yang pertama, oleh
karena itu makna-makna ini sejalan dengan logika gerakan bahwa gerakan mahasiswa
setara dengan pejabat pemerintahan dalam peran ballanching power (kekuatan
penyeimbang)
Secara konstitusional misi dan peran kenegaraan ini termaktub dalam
preambule UUD 45 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam konteks kekaderan
makna negarawan di atas bagi KAMMI adalah misi dan peran-peran kenegaraan
dijiwai kader KAMMI. Sebagai ballanching power, maka KAMMI harus dapat
mengontrol negara untuk konsisten menjalankan peran-peran kenegaraan ini
sebagaimana termaktub dalam UUD 45. Namun yang diinginkan KAMMI makna

negarawan di atas tidak dimaknai secara sekuler. Dengan istilah Muslim Negarawan
maka nilai-nilai keislaman menjiwai dan mewarnai watak kenegarawanan kader
KAMMI.
D. muslim negarawan solusi kepemimpinan di indonesia
kepemimpinan di indonesia saat ini masih jauh dari harapan reformasi.
kepemimpinan di indonesia tidak dikelolah dengan baik sehingga hanya
menimbulkan masalah msalah pada tatanan kerakyatan,sosial ,pendidikan,kesehatan
hingga hukum. pemimpin indonesia beberapa dekade ini pun masih berada jauh dari
yang diharapkan oleh tuntutan reformasi partai politik masih memberi pengaruh besar
dalam menjalankan setiap kebijakan sehingga kebijakan yang seharusnya pro
terhadap rakyat kenyataannya menyengsarakan rakyat.
Untuk itu KAMMI yang berdiri pada masa transisi reformasi mempunyai visi
menjadi wadah perjuangan permanen dalam mencetak pemimpin masa depan yang
tangguh dalam rangka mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia. Dalam risalah
kaderisasi manhaj 1427 H yang dirumuskankan oleh tim kaderisasi KAMMI pusat,
ada beberapa poin penting yang menjadi titik tekan dalam mendesain kader KAMMI.
Point penting tersebut adalah KAMMI mampu menciptakan kader yang berorientasi
pada profil muslim negarawan. Negarawan dalam kamus besar bahasa Indonesia:
orang yang ahli dalam kenegaraan atau sebuah pemerintahan, pemimpin politik yang
secara taat asas menyusun kebijakan Negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.
Profil muslim negarawan dalam definisi risalah tersebut adalah kader KAMMI yang
memiliki basis ideologi Islam yang mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang
mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan
bangsa, serta mampu menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan. Ada
tiga hal yang merupakan syarat utama munculnya sosok Muslim Negarawan yang
memiliki keberpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses perjuangan
diantaranya adalah mereka yang terlahir dari gerakan Islam yang tertata

rapi (quwwah al-munashomat), semangat keimanan yang kuat (ghirah qawiyah) dan
kompetensi yang tajam.
penjelasan dari konsep muslim negarawan yang di manhaj kan KAMMI yang
dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah kepemimpinan di indonesia saaat ini.
Ada 5 konsep kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
memimpin indonesia lebih baik lagi,yaitu
1. Penanaman agama yang mengakar (mendalam)
Artinya seorang pemimpin harus mempunyai pemahaman Keislaman,
keimanan dan ketaqwaan yang mengakar sehingga menjadi modal utama dalam
menjalankan setiap aktifitasnya. Penanaman agama yang mengakar menjadikannya
selalu berada dalam bingkai ketundukan pada Allah swt semata. Seorang pemimpin
yang mempunyai pondasi agama yang kuat akan mempunyai karakteristik
kepemimpinan Islam yang kuat pula, pemimpin harus senantiasa menjadikan AlQuran

dan

As-Sunnah

sebagai

standarisasi

dalam

menjalankan

amanah

kepemimpinannya.
Sebagai mana yang telah di ajarkan oleh Rasulullah pada periode makkah,
dimana

dalam

masa

awal

dakwah

Rasulullah

SAW hal

pertama

yang

menjadi concern Rasul adalah persoalan akidah. Kemurnian akidah merupakan basic
manusia dalam menjalani kehidupannya. Akidah yang benar (salimul akidah) akan
menghasilkan sosok seorang pemimpin yang amanah dalam menjalankan roda-roda
kepemimpinannya, salimul akidah akan menjadi tameng bagi hegemoni budaya
kapitalisme dan hedonism yang sudah akrab dengan kehidupan masyarakat saat ini.

2. Ideologi yang mengakar dan konsistensi dalam Islam


Seorang pemimpin harus mewakili ideologi sebagian warganya, dan Islam
adalah ideologi mayoritas warga Indonesia, untuk itu pemahaman dan konsistensi
yang mendalam terhadap Islam menjadi sangat diperlukan saat seseorang akan
menjadi pemimpin Indonesia, karena warga muslim Indonesia adalah bagian dari
6

umat yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga akidahnya dari
serangan-serangan ghazwul

fikri yang

gencar

menerpa

umat.

Kapitalisme,

sekularisasi, gaya hidup hedonis, adalah bagian ghazwul fikri yang harus diwaspadai.
Indonesia dewasa ini membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki basis ideologi
Islam yang mengakar, yang akan membawanya kepada konsistensi dalam beribadah
kepada Allah SWT, berusaha menegakan syariahnya sesuai tuntutan Al-quran dan
As-sunnah yang menjadi pedoman dalam setiap nafas kehidupannya.
3. Ilmu yang luas dan pemikiran yang mapan
Dalam hal kelilmuan seorang pemimpin harus lebih baik dari pada rakyatnya,
karena seorang pemimpin akan dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan umat
yang kompleks.Seorang Muslim Negarawan merupakan orang yang selalu menggali,
mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik
yang dimilikinya, sehingga ketika dihadapkan terhadap suatu perkara baik nasional
ataupun internasional, seorang muslim negarawan dapat mengatasinya dengan
pertimbangan yang baik.
4. Terlibat langsung dalam pemecahan masalah umat dan bangsa
Seorang pemimpin adalah orang yang harus terlibat langsung dalam
pemecahan masalah umat, seorang pemimpin dinilai dari track record pemecahan
masalahnya, semakin baik pemimpin dalam memecahkan masalah, maka semakin
pemimpin tersebut di cintai oleh rakyatnya. Seorang Muslim Negarawan harus bisa
memecahkan masalah-masalah umat sehingga berdampak pada pencerahan dan
peningkatan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani,
madani, adil, dan sejahtera
5. Menjadi perekat berbagai komponen demi kemajuan bangsa
Seorang pemimpin harus berkontribusi pada pemecahan problematika umat
dan bangsa. Karena Proses konsolidasi demokrasi yang berlangsung pasca reformasi
98, masih menyisakan pekerjaan rumah yang panjang, karena hingga saat ini
Indonesia mashi dipenuhi dengan hiruk pikuk politik yang tak henti, serta pengaruh
7

pihak asing yang semakin berkembang di Indonesia. Tarik menarik kepentingan dan
saling sandera, menjadi drama para politisi dan pemimpin negeri. Akhirnya,
kepentingan umat dan bangsa dijadikan sebagai permasalah yang tidak penting dan
lebih mengutamakan kepentingan kelompok sehingga menimbulkan kesenjangan
antara pemimpin dan rakyat. Kehadiran konsep Muslim Negarawan, yang
mengutamakan kepentingan umat dan bangsa di atas kepentingan pribadi menjadi
keniscayaan yang dinantikan. Bahwa jabatan adalah pelayanan, merupakan prinsip
dan landasan moral sekaligus ethic politik.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dengan ini 5 konsep muslim negarawan ini seorang pemimpin dapat menjadi
pelopor dan pemelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama antar umat beragama
dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan, hal seperti ini
diperlukan dalam menjaga kesatuan bangsa Indonesia dengan semangat membawa
kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi
munkar).
muslim negarawan yang menjadi dasar pemerintahan di Indonesia Dengan
melahirkan seorang pemimpin yang mempunyai pemahaman agama yang mendalam,
mempunyai idealisme seorang muslim yang kuat dan konsisten, ilmu yang luas dan
pemikiran yang matang, mampu menjadi perekat berbagai komponen dan yang pasti
terlibat langsung dalam pemecahan masalah umat di Indonesia. Bisa dipastikan
kepemimpinan diindonesia akan lebih baik lagi
Akhirnya kata semoga masalah yang timbul sejak reformasi yang hingga saat
ini

belum

terrealisasikan

seperti

Pengentasan

kemiskinan,

kesejahteraan

rakyat, penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang bulu dapat segera
terselesaikan dengan adanya konsep muslim negarawan yang harus dipahami seorang
pemuda dan pemimpin bangsa kedepannya. Wallahualam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku kepemimpinan .pdf
2. Buku manhaj kaderisasi kammi 1427 hijriyah.pdf
3. Buku muhammad rasul dan negarawan.pdf

4. http://www.pusakaindonesia.org/permasalahan-kepemimpinannasional-saat-ini/
5. http://kammiuinsyahid.blogspot.com/2011/06/muslim-negarawansebagai-solusi.html

10

You might also like