Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebelum obat yang diberikan pada pasien tiba pada tujuanya
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ingin lebih
memahami proes dan nasib obat yang terjadi di dalam tubuh. Karena
seperti yang telah kita ketahui bahwa keberhasilan obat mencapai target
akan menimbulkan efek yang diharapkan. Selain itu juga maksud dengan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami proses obat yang bisa
memberikan efek yang tak diinginkan dan bagaimana obat bisa bersifat
racun didalam tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Obat yang diberikan pada pasien, akan banyak mengalami proses sebelum tiba pada
tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi
menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu fase biofarmasetik atau farmasi, fase
farmakokinetik, dan fase farmakodinamik. Untuk menghasilkan efek farmakologi
atau efek terapi, obat harus mencapai tempat aksinya dalam kosentrasi yang cukup
untuk menimbulkan respon. Tercapainya kosentrasi obat tergantung dari jumlah obat
yang diberikan, tergantung pada keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari tempat
pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke bagian lain dari badan. Efek
karakteristik dari obat akan hilang, apabila obat telah Bergerak ke luar dari badan
dan konsekuens i dari letak aksinya baik dalam bentuk yang tidak berubah atau
setelah mengalami metabolisme obat dan terjadi metabolit yang dikeluarkan melalui
proses ekskresi. Oleh karena itu sangat penting diketahui bagaimana cara badan telah
menangani obat dengan proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi, bila kita
menentukan suatu dosis, rute, bentuk obat yang diberikan bila dikehendaki efek
terapi yang diinginkan dengan efek toksik yang minimal
Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek obat dalam tubuh adalah:
2.2
Skema:
2.2.1
2.2.2
Fasa Farmakokinetika
adalah fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang
ditentukan, setelah obat dilepas dari bentuk sediaan. Obat harus di absorbsi
ke dalam darah, yang akan segera di distribusikan melalui tiap-tiap jaringan
dalam tubuh. Dalam darah obat dapat mengikat protein darah dan mengalami
metabolisme, terutama dalam melintasi hepar (hati). Meskipun obat akan
didistribusikan melalui badan, tetapi hanya sedikit yang tersedia untuk diikat
pada struktur yang telah ditentukan.
Skema farmakonetik
A. Absorbsi
Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran
darah. Kecepatan dan efesiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk
intravena, absorbs sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi
sistemik. Proses absorbsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada
umumnya obat yang tidak diabsobsi tidak menimbulkan efek, kecuali antasida dan
obat yang bekerja local. Proses absorbs terjadi diberbagai tempat pemberian obat,
seperti saluran cerna, otot, rangka, paru-paru, kulit dan sebagainya. Transfer obat dari
saluran cerna tergantung pada sifat-sifat kimianya, obat-obat bisa diabsorbsi dari
saluran cernasecara difusi pasif atau transport aktif.
Kelarutan obat
Agar dapat diabsorbsi, obat harus dalam larutan. Obat yang diberikan dalam
larutan akan lebih cepat diabsorbsi daripada yang harus larut dulu dalam
cairan tubuh sebelum diabsorbsi. Obat yang sukar sekali larut akan sukar
diabsorbsi pada saluran gastrointestinal.
2.
10
Semakin mudah terjadi difusi dan makin cepat melintasi sel membrane, makin
cepat obat diaborbsi.
3.
Kosentrasi obat
Jika tempat absorbsi mempunyai banyak pembuluh darah, maka absorbs obat
akan lebih cepat dan lebih banyak. Misalnya pada injekasi anestesi local
ditambah adrenalin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, dimaksudkan
agar absorbs obat diperlambat dan efeknya lama.
5.
Obat lebih cepat diabsorbsi olehi bagian tubuh yang mempunyai luas
permukaan yang besar, misalnya endetarium paru-paru, mokusa usus, dan
usus halus.
6.
Kecepatan absorbs obat tergantung pada kecepatan pelepasan obat dari bahan
pembawanya. Urutan kecepatan obat dari bentik peroral sebagai berikut :
11
larutan dalam air serbuk - kapsul - tablet bersalut gula - tablet bersalut
enteric.
Beberapa hal sebagai contoh dimana bentuk obat mempengaruhi absorbs :
-
long-acting.
-
Jumlah dan sifat bahn pengikat serta bahan penghacur, tekanan tablet
7.
Melalui sublingual (dibawah lidah) atau buccal (antara gusi dan pipi)
Melalui rectal
Melalui parental
12
B.
Distribusi
Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh badan.
13
Perfusi darah melalui jaringan dan organ bervariasi sangat luas. Perfusi yang
tinggi adalah pada daerah paru-paru, hati, ginjal, jantung, otak dan daerah
yang perfusinya rendah adalah lemak dan tulang. Sedangkan perfusi pada otot
dan kulit adalah sedang. Perubahan dalam aliran kecepatan darah (sakit
jantung) akan mengubah perfusi organ seperti hati, ginjal dan berpengaruh
terhadap kecepatan eliminasi obat.
Transfer aktif
14
Pemasukan ke dalam jaringan dapat juga terjadi dengan proses transport aktif.
Metadon, propanolol dan amfetamin diangkut ke dalam jaringan paru-paru
oleh proses aktif. Hal ini merupakan mekanisme yang penting untuk
pemasukan obat tersebut yang besar dalam paru-paru.
Sawar
Distribusi obat ke susunan syaraf pusat dan janin harus menembus sawar
khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri. Sawar darah otak, penetrasi obat
dari peredaran darah ke dalam ruang ekstraseluler susunan saraf sentral dan
cairan cerebrospinal dibatasi atau ditentukan oleh keadaan permukaan
absorbs.
15
Ikatan senyawa kompleks obat tersebut akan berdisosiasi, hingga bentuk obat
tersebut dapat diekskresikan.
C.
Metabolisme
Metabolisme sering disebut biotransformasi dan merupakan suatu istilah yang
16
D.
Ekskresi
Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat
diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang
utama adalah eliminasi obat melalui system empedu masuk ke dalam usus kecil, obat
atau metabolitnya dapat mengalami reabsorbsi (siklus enterohepatik) dan eliminasi
dalam feses (kotoran manusia). Jalur ekskresi yang jumlah obat sedikit adalah melalui
17
air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah bagi bayi
yang disusui. Zat yang menguap seperti gas anestesi berjalan melalui epitel paru-paru.
Ginjal merupakan organ ekskresi yang penting . ekskresi merupakan resultante dari 3
proses antara lain :
a.
Filtrasi di glumerolus
Banyak obat diangkut melaui tubuli proksimal secara aktif ke dalam urine
yang ada di tubuli dan disebut sekresi tubuli aktif. Sekresi obat dapat
ditunjukan bila kecepatan pembuangan urine melebihi kecepatan filtrasi
glomeruli.
c.
Di tubuli proksimal dan distal terjadi reabsorbsi pasif untuk bentuk non ion.
Oleh karena itu untuk obat berupa elektrolit lemah, proses reabsorbsi ini
bergantung pada pH lumen tubuli yang menentukan derajat ionisasi. Bila urine
lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak sehingga reabsorbsinya
berkurang, akibatnya ekskresinya meningkat. Sebaliknya bila urine lebih
18
2.2.3
Fasa Farmakodinamika
adalah fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan
siap memberikan efek. Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah
efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis
tubuh. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses
interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat
non spesifik.Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi
dengan bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai
reseptor. Reseptor sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim,
karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau
19
bereaksi, maka efeknya akan meningkat. Interaksi obat dengan enzim dapat
terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini
bisa dengan cara mengikat (membatasi produksi) atau memperbanyak
produksi dari enzim itu sendiri. Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik
bekerja dengan cara mengikat enzim asetilkolin esterase. Enzim ini sendiri
bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi
ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah
menjadi asetil dan kolin.Yang ketiga adalah kerja non spesifik. Maksud dari
kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara tanpa mengikat
reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat yang merubah
cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang
mengikat toksin, zat racun, atau bakteri.
Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat
yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial,
karena yang diikat hanya sebagian (parsial). Selain menimbulkan efek
farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga bisa tidak
menimbulkan efek farmakologis. zat tersebut diberinama antagonis. Jika
nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat
antagonis memiliki ikatan yang lebi kuat maka dapat menghalangi efek
agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis non-kompetitif.
20
Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat yang sama
dengan obat agonis.
2.3
Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepatlambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek
yang diinginkan,yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh ) atau efek lokal ( setempat ),
keadaan pasien dan sifat-sifat fisika kimia obat.
a) Efek Sistemis
(1) Oral
Pemberiannya melalui mulut.
Mudah dan aman pemakaiannya , lazim dan praktis
Tidak dapat diterapkan untuk obat yang bersifat merangsang (emetin,
aminofillin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzil penisilin,
insulin,dan oksitosin)
21
(2) Oromukosal
Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sub Lingual :
Obat ditaruh dibawah lidah
Terjadi resorpsi oleh selaput lendir ke vena-vena lidah yang sangat banyak.
Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati (tidak di
inaktifkan).
Efek yang diinginkan tercapai lebih cepat.
Efektif untuk serangan jantung, asthma.
Kurang praktis untuk digunakan terus menerus karena dapat merangsang
Bucal:
Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.
(3) Injeksi
Adalah pemberian obat secara parenteral, yaitu di bawah atau menembus
kulit/ selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk :
Memberikan efek obat dengan cepat.
22
Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung
Diberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau bekerja sama.
Keberatan pada pasien yang disuntik (sakit) dan mahal, sulit digunakan.
Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.
23
24
25
6. Intra lumbal
Penyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang belakang (sumsum tulang
belakang) misalnya anestetika umum.
7. Intra peritonial.
Penyuntikan kedalam ruang selaput ( rongga ) perut.
8. Intra cardial
Penyuntikan kedalam jantung.
9. Intra pleural
Penyuntikan kedalam rongga pleura.
26
(4) Implantasi
Obat dalam bentuk Pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus
(trocar). Terutama digunakan untuk efek sistemik lama , misalnya obat-obat hormon
kelamin (estradiol dan testosteron). Akibat resorpsi yang lambat satu pellet dapat
melepaskan zat aktifnya secara teratur selama
3-5 bulan.
(5) Rektal
Pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik
lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk
obat yang mudah dirusak oleh asam lambung
Contoh :
Suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal mis wasir
27
Salep yang dioleskan pada permukaan rektal hanya mempunyai efek lokal.
(6) Transdermal.
Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap
secara perlahan dan kontinyu masuk kedalam sistim peredaran darah, langsung ke
jantung. Umumnya untuk gangguan jantung misalnya Angina pectoris, tiap dosis
dapat bertahan 24 jam contohnya Nitrodisk dan Nitroderm TTS (Therapeutik
Transdermal System), dan preparat hormon.
28
(2) Inhalasi.
Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan
dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan, dan pernafasan. Contoh: bentuk
sediaan gas, zat padat atau aerosol.
29
(5) Intranasal.
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau
mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin