Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH:
RIZA ARISANTY LATIFAH, S.Kep.
(20154030150)
(20154030026)
(20154030062)
(20154030118)
(20154030142)
(20154030138)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga kelompok manajemen dapat menyelesaikan laporan I
Stase Manajemen Keperawatan ini. Penyusunan laporan Stase Manajemen Keperawatan I ini
dimaksudkan untuk memenuhi prasyarat stase Manajemen Keperawatan guna memperoleh gelar
Ners pada jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan terselesaikannya laporan Stase Manajemen Keperawatan
ini, banyak bimbingan dan saran yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu
kelompok manajemen ini mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan saran dan kritikan pada laporan ini.
Kelompok Manajemen menyadari bahwa laporan Stase Manajemen Keperawatan I ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan agar dapat menghasilkan laporan yang lebih baik. Semoga laporan Stase
Manajemen Keperawatan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pihak yang membutuhkannya.
Anggota kelompok 3
DAFTAR
Hal
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
LatarBelakang....................................................................................
Waktu dan Tempat pelaksanaan.........................................................
Tujuan.................................................................................................
Cara Pengumpulan Data.....................................................................
Peserta Praktek...................................................................................
Visi.................................................................................................
Misi................................................................................................
Falsafah..........................................................................................
Tujuan............................................................................................
Motto.............................................................................................
D. Unsur Proses.......................................................................................
1. Planning/perencanaan....................................................................
2. Organizing.....................................................................................
3. Actuating........................................................................................
4. Controlling.....................................................................................
E. Unsur output.......................................................................................
1. Mutu asuhan keperawatan............................................................
2. Efisiensi ruang rawat....................................................................
Planing of Action......................................................................................
DAFTAR TABEL
4
Hal
Tabel 1.
Tabel 2.
Table 3.
Table 4.
Kuantitas.................................................................................................
Table 5.
Table 6.
Table 7.
Table 8.
Table 9.
Table 11. Daftar Inventaris Alat Medis Ruang Arafah Pada Bulan April 2015.......
Table 12. Alat Rumah Tangga Di Ruang Arafah Pada Bulan April 2015................
Table 13. Alat Tenun Ruang Arafah Pada Bulan April 2015...................................
Table14.
Pelaksanaan
Tugas
Kepala
Di
Ruang
Arafah
RSU
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta...................................................................
Table 16. Pelaksanaan Tugas Perawat Associate Di Ruang Arafah RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta...................................................................
Pre
Confrence
Di
Ruang
Arafah
RSU
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta...................................................................
Post
Confrence
Di
Ruang
Arafah
RSU
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta..................................................................
Rata-rata
Instrument
Di
Ruang
Arafah
RSU
PKU
Table 21. Analisa Data Hasil Evaluasi Persepsi Pasien Terhadap Mutu Asuhan
Keperawatan Di Ruang Arafah...............................................................
Table 22. Kajian Perawatan Infuse Di Ruang Arafah RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta..............................................................................................
Table 23. Kajian Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian Obat Injeksi Di
Ruang Arafah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta..........................
Table 30.
Planning Of Action.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, keperawatan
sebagai sebuah profesi didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan
biopsiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dalam
bidang
kesehatan
dituntut
untuk
memberikan
pelayanan
yang
keperawatan
di
rumah
sakit
bertujuan
untuk
pengevaluasian.
Seluruh
proses
diatas
disebut
proses
keperawatan
Perawat sebagai salah satu profesi yang berperan penting dalam
penyelenggaraan
mutu
pelayanan
kesehatan
di
rumah
sakit.
peningkatan
pelayanan
rumah
sakit
juga
diikuti
upaya
dilakukan
pembinaan
secara
terus
menerus
secara
8
dapat
keperawatan.
dicapai
melalui
Penerapan
penerapan
sistem
sistem
manajemen
manajemen
keperawatan
keperawatan
merupakan
proses
pelaksanaan
membuat
rencana
tujuan
yang
telah
dan
rencana
dibuat
selama
keperawatan,
praktek
bila
melaksanakan
tindakan
perawatan
yang
telah
antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat
Mahasiswa PSIK FK UMY dituntut mampu mengaplikasikan langsung
pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang manjerial di ruang ARAFAH RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan bimbingan dari pembimbing akademik dan
10
11
12
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Muhammadiyah awalnya didirikan berupa klinik sederhana pada tanggal 15 Februari
1923 di kampung Jagang Notoprajan Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong
Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum
dhuafa. Didirikan atas inisiatif H.M. Ahmad Dahlan. Seiring dengan perkembangan jaman,
pada sekitar era tahun 1980-an nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan
Umat)
Pada tahun 1928 perkembangan klinik semakin bertambah besar dan berkembang besar
dan berkembang menjadi poliklinik PKO Muhammadiyah. Lokasi juga harus lebih luas dan
perlu dipindahkan ketempat yang lebih memadai dengan menyewa sebuah bangunan di Jalan
Ngabean No. 12 B Yogyakarta (sekarang Jalan K.H. Ahmad Dahlan).
Delapan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1936 polikilinik PKO Muhammadiyah
pindah lokasi lagi ke Jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta hingga saat ini. Dan pada
tahun 1970-an status klinik dan poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta hingga saat ini.
Mulai tahun 1970 semakin berkembang menjadi Rumah Sakit yang lebih representatif
dengan layanan kesehatan yang lebih lengkap serta sebagai rujukan di wilayah DIY maupun
Jawa Tengah bagian selatan.
13
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah RS tipe B milik Pimpinan Pusat
Persyarikatan Muhammadiyah. Telah terakreditasi 16 bidang pelayanan, telah tersertifikasi
sistem menejemen mutu ISO 9001:2008. Selain memberikan pelayanan kesehatan juga
digunakan sebagai tempat pendidikan bagi calon dokter, perawat, apoteker, laboratorium dan
berbagai pendidikan kesehatan lainnya.
1. Visi
Menjadi rumah sakit islam rujukan terpercaya dengan kualitas pelayanan dan pendidikan
kesehatan yang islami, amanah, profesional, cepat, nyaman dan bermutu.
2. Misi
a. Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat melalui
pendekatan pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara
menyeluruh sesuai dengan peraturan/ketentuan perundang-undangan.
b. Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan
pendidikan yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran islam.
c. Mewujudkan dawah islam, amar maruf nahi munkar dibidang kesehatan dengan
senantiasa menjaga tali silaturahmi, sebagai bagian dari dakwah Muhammadiyah.
3. Falsafah
a. Misi dakwah islam amar maruf nahi munkar
a. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran 104)
b. Keyakinan dasar dalam pelayanan kesehatan
a. Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku (QS. AsySyuara:80)
c. Peningkatan mutu pelayanan yang berkelanjutan dengan mengutamakan
keselamatan pasien.
a. Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan
mereka,
b. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan..
d. Perwujudan Iman dan amal shaleh
a. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak
(Allah) yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam
hati mereka) (QS Maryam : 96)
e. Sebagai tugas social
14
15
WC
KAMAR
A
KAMAR
B
KAMAR
C
KAMAR
D
JALAN LORONG
WC
WC
AL1
Meja mhs
Ruang Jaga
Perawat
Dapur Perawat
KAMAR
E
KAMAR
F
KAMAR
G
1
AL2
KAMAR
H
C. Unsur Input
1. Row Input
Berdasarkan teori perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan sebuah rumah sakit
tergantung pada tingkat ketergantungan klien, kemampuan perawat, rata-rata pasien per
hari, jumlah jam efektif dan waktu untuk perawatan.
a. Pasien
Pasien yang dirawat di ruang Arafah adalah paien dengan berbagai macam jenis
penyakit. Rata-rata jumlah pasien pada tanggal 21- 23 Desember 2015 sebanyak 20
orang dengan rincian sebagai berikut:
Klasifikasi Ketergantungan Pasien di Ruang Arafah
Menurut D.Orem (Self Care Deficit)
Shift
Klasifikasi
ketergantungan
Minimal
Parsial
Pagi
Total
Jumlah Pasien
Minimal
Parsial
Siang
Total
Jumlah Pasien
Minimal
Parsial
Malam
Total
Jumlah Pasien
Rata-rata Jumlah Pasien
21/12/15
Jumlah Pasien
22/12/15
23/12/15
13
2
2
17
18
2
2
22
18
2
2
22
20
11
7
4
22
15
4
3
22
15
4
3
22
22
15
4
3
22
7
6
3
16
8
6
3
17
18
Rata-Rata
13
4
3
20
13
4
3
20
14
4
3
21
20
No
1
18
Total Care
1. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawatan yang lebih lama
a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk memobilisasi dari
tempat tidur kekereta dorong atau kursi roda
b. Membutuhkan latihan fisik
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi
intravena (infus/ NGT)
d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan
berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2. 24 jam post op mayor
3. Pasien tidak sadar
4. Keadaan klien tidak stabil
5. Observasi TTV tiap kurang dari 1 jam
6. Perawata luka bakar
7. Perawatan kolostomi
8. Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
9. Menggunakan WSD
Tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PENYAKIT
Dyspepsia
Essential (primary) hypertension
Unsepectified diabetes militus: without complication
Dengue hemorrhagic fever
Hyperplasia of prostate
Cerebral infarction, unspecified
Concussion
Chronic kidney disease, unspecified
Anaemia, unspecified
Chronic obstructive pulomary disease, unspecified
2. Instrumental Input
a. Man/tenaga
1) Kuantitas
No
Pendidikan
Jumla
20
.
1.
2.
3.
4.
h
2
11
1
1
15
S1 Keperawatan Ners
D3 Keperawatan
SPK
SMA
Total
Penghitungan tenaga keperawatan
Pagi
0,17
Minimal
Siang Malam
0,14
0,07
Klasifikasi pasien
Parsial
Pagi Siang Malam
0,27
0,15
0,10
Pagi
Total
Siang
Malam
0,36
0,30
0,20
Shift
Pagi
Rata-rata
Jumlah pasien
Rata ratax nilai Jumlah
21/12/15 22/12/15 23/12/15 jumlah
Ketergantungan
ketergantungan Perawat
pasien
13
11
15
13
Minimal
13 x 0,17 = 2,21
2
Klasifikasi
4 x 0,27 = 1,08
3x 0,36 = 1,08
17
18
22
15
22
7
20
13
13 x 0,14 = 1,82
1
4
2
4 x 0,15 = 0,6
3 x 0,30 = 0,9
22
18
22
15
16
8
20
14
1
4
0
Partial
4 x 0,10 = 0,4
Total
3 x 0,20 = 0,6
Partial
Total
Jumlah Pasien
Minimal
Siang
Partial
Total
Jumlah Pasien
Minimal
Malam
21
Jumlah Pasien
22
22
17
21
Rata-Rata Jumlah Pasien
20
22
18
20
i.
Rata-rata kebutuhan tenaga keperawatan perhari menurut Douglas adalah:
Shift Pagi
: 4 Perawat
Shift Siang
: 4 Perawat
Shift Malam
: 2 Perawat
:52 hari
:15 hari
: 12 hari
: 10 perawat/hari
Partial care
= 4 orang
Total care
= 3 orang
iii.
Keterangan:
X : Tenaga perawat
A : Jumlah perawat yang bertugas
B : Jumlah perawat libur
C : Jumlah petugas non keperawatan
Jumlah Jam Perawatan Menurut Depkes
Kriteria pasien
1-2 jam
3-4 jam
5-6 jam
Jumlah
2 x 13 orang= 26 jam
4 x 4 orang= 16 jam
6 x 3 orang= 18 jam
60 jam
=52 + 12+ 15 x 9
365-79
=2 orang perawat libur
C = Jumlah petugas non keperawatan
C = (A + B) x25%
= (9+ 2) x25 % = 3,5
= 3 orang petugas non kesehatan
Maka, jumlah tenaga perawatdan non perawat di ruang Arafah menurut teori
Depkes adalah:
X
= A+ B + C
=9+2+3
= 14 orang
pada jumlah efektif hari perawatan dan jumlah libur dalam 1 tahun.
Sementara di ruang Arafah saat ini jumlah perawat adalah 15 orang,
termasuk Kepala ruang, PP, PA, dan Pramusaji.
c) Teori DepKes
Berdasarkan perhitungan Depkes, didapatkan jumlah perawat yang
dibutuhkan adalah 9 tenaga keperawatan di Ruang Arafah, ditambah 1
kepala ruang dan 2 PP serta 3 orang tenaga non keperawatan. Jadi total
jumlah perawat dan nonperawat yang bertugas di Ruang Arafah adalah 15
orang. Kebutuhan tenaga keperawatan diruang Arafah telah mencukupi
kebutuhan menurut teori Depkes.
2) Kualitas Pelayanan
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan di Ruang Arafah
NO
1
2
3
4
JENIS PENDIDIKAN
%
SI NERS
2
13,33
DIII KEPERAWATAN
11
73,33
SPK
1
6,67
SMA
1
6,67
Jumlah
15
100
Sumber: Kepegawaian RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2015
3)
26
No
Nama
Pendidikan
/
Tahun
Lulus
Pelatihan
a. Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
1
D3/2007
b. Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
a. Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
b. Pelatihan Sasaran
S1/2010
Keselamatan Pasien
c. Pelatihan PPI Rumah
Sakit
a. Pelatihan K3 Bagi
Irni Mastiarini,
S.Kep.,Ns
Pegawai
S1/2014
b. Pelatihan Sasaran
a.
Pailah
Rinda Fitrianingrum,
AMK
SPK/1988
b.
a.
D3/2010
b.
a.
D3/2012
b.
a.
D3/2011
b.
a.
Samudi, AMK
D3/2000
b.
a.
Sangaji, AMK
D3/2013
b.
a.
10
D3/2013
b.
a.
11
D3/2008
b.
a.
12
D3/2007
b.
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Manajemen Alkohol
dan HHI
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
Pelatihan Sasaran
Keselamatan Pasien
a. Pelatihan K3 Bagi
Pegawai
27
Sumber: Daftar Ketenagaan Perawat Ruang Arafah Per Desember tahun 2015
Interpretasi Data:
Berdasarkan data yang didapat, karakteristik di ruang Arafah mayoritas
berada pada tingkat pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 11 orang sebanyak
73,3%, 2 orang S1 keperawatan sebanyak 13,3%, 1 orang SPK sebanyak 6,7%, 1
orang SMA sebanyak 6,7%.
b. Money/Pendanaan
Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non-medis merupakan
salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanannya dapat berjalan secara optimal
dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Untuk itu rumah sakit perlu
mempersiapkan
peralatan
atau
bahan
medis,
non-medis,
dan
jasa
pemborongan.
Kajian Data
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta bukan merupakan RS milik
pemerintah melainkan RS swasta yang berdiri sendiri dan sumber dana berasal
dari:
1. Tarif yang dikenakan kepada pasien baik dari rawat inap maupun rawat
jalan
2. Sumbangan dari luar RS perorang, yayasan, dan institusi.
c. Method/Metode
1) Model penugasan asuhan keperawatan
Kajian Teori
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam
macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model
manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
1. Model Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada
28
pelayanan
keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah danberpengalaman
kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).
3. Metode Primer.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau beberapa klien
dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang.
Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara
total untuk klien.
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk
satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
5. Metode Modifikasi
Metode
modifikasi
adalah
penggunaan
metode
asuhan
N
10
10
10
10
10
Persentase
(%)
55,6%
54,4%
50%
47%
40,8%
30
Catatan Askep/Dokumentasi
Pencapaian Rata-rata
3) Pedoman Kerja Ruang Arafah
10
35,36%
47,19%
2. Prostat Hipertrofi
3. Trauma Kepala
4. Fraktur
5. Hernia
6. Stroke
7. Hemoragic Fever
8. Hipertensi
9. Diare akut
10. Gagal ginjal
11. Diabetes Mellitus
Standar asuhan keperawatan yang belum ada berdasarkan 10 penyakit
terbanyak di ruang arofah adalah SAK COPD, dan Cerebral Edema.
d. Material
Kajian Teori
Perawat minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan, ruang perawat
jaga yang sebaiknya terletak di tengah-tengah ruang perawatan pasien, ruang
ganti perawat, ruang tindakan perawatan, ruang obat dan peralatan, ruang
penyimpanan alat tenun, ruang diskusi, kamar mandi pasien, kamar mandi
perawat atau petugas. Secara kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah ditetapkan yang
disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan. Adapun yang menjadi
syarat sebuah ruangan perawatan yang baik antara lain:
1) Tenaga
2) Terjaga Kebersihannya
3) Sirkulasi udara dan cahaya baik
4) Luas ruangan cukup nyaman
5) Privacy klien terjaga
6) Memenuhi standar keamanan pasien
Kajian data
Dari hasil observasi yang dilakukan diruang Arafah, didapatkan kondisi ruang
32
sebagai berikut:
1) Ruang Arafah memiliki jumlah 12 ruang yang terdiri dari, 1 ruang perawat, 1
ruang isolasi, 7 ruang perawatan pasien (ruang ABCDEFG), 1 dapur, dan 4
toilet.
Ruang Arafah memiliki tiga TIM (TIM A dan TIM B). Namun tidak berjalan
pembagian tugas antar tim.
Daftar Inventaris Alat Medis Ruang Arafah Pada Bulan Desember 2015
KAJIAN DATA
NO
NAMA BARANG
1
2
3
Ambubag
Animex
Bak injeksi
4
5
Bak korentang
Troli pengobatan
Baskom mandi
Bengkok
8
9
Branchar
Cerek cebok
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Es kraag
Glukotest
Gunting biasa
Gunting verband
Klem arteri
Kulkas kecil
Kursi roda
Lampu baca rontgen
Mesin nebulizer
Mesin suction portable
Midline
JUMLAH
STANDART
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/7 tempat
tidur
2buah/trolly
1buah/10
tempat tidur
1buah/tempat
tidur
1buah/2 tempat
tidur
1buah/ruang
1buah/4 tempat
tidur
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
2buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
2buah/ruang
RUANG Arafah
ADA
KURANG/LEBI
H
1
Sesuai
1
Sesuai
4
Sesuai
2
1
Sesuai
Kurang 1
23
Sesuai
Kurang 6
10
Kurang 1
Kurang 4
1
3
1
1
1
1
3
2
Kurang 1
Sesuai
Lebih 2
Kurang 1
Kurang 2
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Lebih 2
Sesuai
33
21
22
23
24
Pemotong kuku
Penggerus obat
Pinset sirugis
Pispot
25
26
27
28
29
30
Pinset anatomis
Reflek hammer
Semprit gliserin
Senter
Skin traction set
Standart infuse
31
Stetoskop
32
Tensimeter
33
34
35
36
Thermometer digital
Timbangan BB
Tongue spatel
37
Torniquet
38
Urinal
39
WWZ
40
Syringe pump
1buah/ruang
1set/ruang
1buah/ruang
1buah/4 tempat
tidur
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/2ruang
1buah/tempat
tidur
1buah/7 tempat
tidur
1buah/7tempat
tidur
1buah/7 tempat
tidur
1buah/ruang
1buah/ruang
1buah/10
tempat tidur
1buah/7 tempat
tidur
1buah/4 tempat
tidur
1buah/5 tempat
tidur
1
10
Kurang 1
Sesuai
Kurang 1
Lebih 4
1
1
23
Kurang 1
Sesuai
Kurang 1
Sesuai
Kurang 2
Sesuai
Kurang 2
Lebih 1
Kurang 1
1
1
-
Sesuai
Sesuai
Kurang 3
Kurang 1
15
Lebih 9
Kurang 1
2
Tangga Ruang Arafah
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NAMA ALAT
Tempat tidur pasien
Kasur pasien
Bantal pasien
Guling pasien
Almari pakaian pasien
Jam dinding pasien
Kursi tunggu pasien
Meja pasien
Kipas angin ruang pasien
Air conditioner ruang pasien
Televisi pasien
JUMLAH
23
23
23
Tidak ada
23
7
7
26
13
Tidak Ada
Tidak ada
34
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Kulkas pasien
Gayung kamar mandi
Tempat sampah kecil
Water heater
Almari tempat linen
Almari tempat obat
Jam dinding ruang jaga perawat
Komputer
Kulkas obat pasien
Kursi ruang perawat
Meja ruang jaga perawat
Kipas angin tempat jaga perawat
Tidak ada
6
1
Tidak ada
1
1
2
1
1
15
2
3
NAMA ALAT
Sprei
Stik
Sarung bantal
Selimut
Sarung guling
Taplak
Jas pasien
Jas tindakan
Handuk kecil
Rukuh
Sajadah
Baju pengunjung
Gorden
JUMLAH
59
6
75
60
0
20
6
11
62
2
2
0
0
D. UNSUR PROSES
Proses manajemen pelayanan atau operasional keperawatan
1. Planning/Perencanaan
Kajian Teori
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan hasil
akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan yang baik
sangat bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang diinginkan.
35
Perencanaan meliputi :
a) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat memperbaiki
pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg (2000), perencanaan
digolongkan sebagai suatu konseptual yang mencakup unsur pokok (strategis) dan
operasional.
Kajian data :
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Arofah, belum ada
perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka
panjang, karena kepala ruang masih baru.
2. Organizing
Kajian Teori
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Menurut Simon cit Gillies, 1996, dalam organisai ukuran tertentu,
struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar kemungkinan untuk berkembang
melalui proses evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan dan jumlah pekerja yang mengerjakannya ada kecenderungan untuk
membagi pekerjaan kedalam tugas khusus dan untuk mengatur pekerja yang terikat
dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang jelas menurut definisi pekerja
yanglogis.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam,
yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen
perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
1. Model Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua
36
ini merupakan
metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan
berkembang pada saat perang dunia kedua.
Kelebihan
ahli dapat
diganti
dengan
pelayanan
keperawatan
dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh
kemajuan
pelayanan
keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya
pemimpin keperawatan
pelayanan
keperawatan
secara
komprehensif.
melalui
rapat
dan efektif
untuk
belajar.
c) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
d) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
39
yang diberikan
direncanakan
dan
perawat, yang
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan
selama
membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan,
umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan
klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena
42
dan
peran manajer
c) Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten - Orientasi
dan merencanakan karyawan baru
d) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
Tanggung jawab perawat primer :
a) Menerima pa sien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensifMembuat tujuan dan rencana keperawatan
b) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
c) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
d) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
e) Menyipakan penyuluhan untuk pulang
f) Melakukan rujukan kepada
dimasyarakat
g) Membuat jadual perjanjian klinis
h) Mengadakan kunjungan rumah
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan
pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan
komunitas.
Kelebihan :
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus
b) Sistem evaluasi
Kekurangan :
a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
45
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain
adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasilhasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasilhasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model
ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim
primer
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan
Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP.
Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula.
Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
46
Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21-23 Desember 2015 dapat
disimpulkan bahwa ruang Arofah menerapkan metode MPKP dengan metode
modifikasi, Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan
dengan modifikasi antara tim dan primer.
Skoring penilaian hasil evaluasi menggunakan skala ordinal yang
dikatagorikan dengan interpretasi nilai sebagai berikut (Nursalam, 2009):
56 %
: kategori rendah
56-75%
: kategori sedang
76-100%
: kategori tinggi/baik
Analisa Data
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Arofah
RSU PKU Muhamadiyah Yogyakarta
No.
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
Uraian Tugas
Membagi staf ke dalam grup metode tim sesuai dengan
kemampuan dan beban kerja
Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN
Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan
ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk laporan
dinas malam
Kepala ruang melakukan meeting morning untuk
menindak lanjuti masalah yang ada yang diawali dan
diakhiri dengan doa
Membagi pasien ke dalam grup metode tim sesuai dengan
kemampuan dan beban kerja
Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN dan PA
Melakukan supervisi dan member motifasi seluruh staf
keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal
Memberikan reinforcement positif kepada semua staf
termasuk pada saat mengakhiri meeting morning pada
dinas malam dan dinas pagi
Mendelegasikan tugas kepada coordinator shift pada jaga
sore dan malam
Berperan sebagai konsultan
Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui
daftar yang ada di ruang
Sll
Srg
Kdg
Tp
47
12
13
7
2
14
2
28/39=71,7%
4
12
0
0
Interpretasi data:
Tugas kepala ruang di ruang Arafah dalam kategori cukup dengan prosentase
sebesar 71,7%, sehingga perlu di tingkatkan. Kepala ruang perlu mengefektifkan
kerjanya
sesuai
tugas
dan
peran
sebenarnya
sebagai
supervise
dan
3
4
5
6
7
8
9
10
SL
SR
KD
TP
48
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
tanggung jawabnya
Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai
tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan
dan ada bukti dalam rekam keperawatan
Melakukan post conference pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga dari PA untuk
persiapan operan tugas jaga berikutnya
Mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada PA
yang tugas jaga kepada PA yang tugas jaga berikutnya
Memperkenalkan PA yang ada dalam satu group atau
yang akan merawat selama pasien dirawat atau kepada
pasien dirawat atau kepada pasien baru
Mendelegasikan tugas kepada PA pada sore malam hari
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada perawat primer atau koordinator shift
didapatkan bahwa koordinator shift melaksanakan tugas sudah baik sebagai koordinator
shift dengan hasil penilaian 60 %, tetapi kinerja koordinator shift perlu ditingkatkan.
Penyelenggaraan diskusi terhadap suatu masalah yang dilakukan rutin setiap minggu
dengan tim kesehatan lain perlu diadakan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
SL
SR
KD
TP
di ruangan
Melaksanakan tugas lain sesuai tugas PA
Jumlah
7
5
2
5
SUB TOTAL
33/54x100% = 61,1%
TOTAL
61,1%
50
Intepretasi Data :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan PA di ruang
Arofah, secara keseluruhan item pelaksanaan tugas PA di ruang Arofah sudah
dilaksanakan dengan hasil penilaian 61,1 % dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa tugas dan peran PA perlu ditingkatkan terutama berkaitan dengan diskusi masalah
yang rutin diadakan.
3. Actuating
Kajian teori
Menurut Douglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi yang
memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan dari klien dan pedoman serta
pandangan sehingga ia berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai obyektif
organisasi.
Pelaksanaan Pre Conference
Di Ruang Arofah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No
Variabel yang dinilai
1
Menyiapkan ruangan / tempat
2
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
3
Menjelaskan tujuandilakukannya pre-conference
4
Memandu pelaksaan pre-conference
5
Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan
dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
6
Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang
dimiliki dengan memeperhatikankeseimbangan kerja
7
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
pasien / tindakan
8
Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9
Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada PA
11 Menyimpulkan hasil pre conference
Jumlah
Sub total
Total %
SL
SR
KD
TD
3
1
1
11
9
2
1
0
12/33 x100 % = 36 %
51
SL
SR
KD
TD
3
0
2
3
9
0
2
0
11/24 x100 % = 45,8 %
Intrepertasi Data :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Arafah tidak pernah dilakukan post
conference sebesar 45,8 % dengan kategori kurang.
4. Controlling
Controlling merupakan membandingkan hasil kinerja dengan standart dan
mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak sesuai dengan standar. Arti
lain dari pengawasan atau controlling adalah suatu proses pengamatan agar pelaksanaan
benarbenar sesuai dengan kebijaksanaan dann rencana yang telah ditetapkan dengan
memperhatikan segi efisiensi dan efektivitas. Pengawasan dapat melalui komunikasi :
mengawasi dan komunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui supervise:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
52
persiapan:
1) Standard procedure operation
2) Standard diagnosis danterapi
3) Indicator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian adalah fungsi terakhir dalam proses manajemen.
Ada 3 macam pengawasan yaitu:
1)
2)
3)
Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari pekerjaan
yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan pelajaran untuk
aktivitas yang sama dimasa yang akan datang.
Kajian data:
Setiap hari Karu melakukan supervi sebersama dengan KaTim, jika KaRu tidak
ada maka yang melakukan supervise adalah KaTim.Supervisi dilakukan setiap pagi,
siang, dan malam oleh Karu, Katim, atau perawat senior sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan. Pendokumentasian asuhan keperawatan disupervisi oleh kepala ruangan.
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Arofah, system controlling
sudah berjalan cukup baik. Kepala ruang mensupervisi dan mengevaluasi jalannya
53
asuhan keperawatan.
E. UNSUR OUTPUT
1. Mutu asuhan keperawatan
a. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan instrument A Kajian Teori
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan
semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata
dan tercatat bukan hanya di tingkat kesakitan pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi
keperawatan merupakansesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan
keperawatan, khususnya proses profesinalisis keperawatan serta upaya untuk
membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan. Dalam
membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek seperti keakuratan data,
breavity (ringkas), legability (mudah membaca).Adapun unsur dokumentasi
keperawatan.
1) Pengkajian
Meliputi pengumpulan data dan pengorganisasian data. Pengumpulan data
bisa didapatkan dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
2) Diagnosa Keperawatan
Menggambarkan masalah pasien baik actual, resiko, maupun potensial
berdasarkan hasil pengkajian.
3) Rencana keperawatan
Menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan dan metode
pendekatan pemecahan masalah.
4) Implementasi/tindakan
Merupakan proses pemberian tindakan keperawatan.
5) Evaluasi
Merupakan suatu proses memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan
intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan
pasien
termasuk
strategi
keperawatan
yang
telah
diberikan
untuk
54
Pencatatan
merupakan
data
tertulis
tentang
kesehatan
pasien
dan
: kategori rendah
56-75%
: kategori sedang
76-100%
: kategori baik
Nilai Rata-Rata Instrumen A
Aspek yang
Hasil(%)
Keterangan
dinilai
Pengkajian
55,6%
Diagnosa
54,4%
maksimal
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan ada yang
50%
tidak sesuai
Rencana tindakan ada yang tidak sesuai dengan
3
4
5
6
Perencanaan
diagnose
Tindakan tidak sesuai dengan yang dirumuskan
Evaluasi tindakan belum maksimal
Dokumentasi keperawatan belum menyeluruh
Tindakan
47%
Evaluasi
40,8%
Dokumentasi
35,36%
Rata-rata
47,19%
Sumber: studi dokumentasi tanggal 21-23 Desember 2015
Analisis data
55
Dari hasil observasi di atas didapatkan data bahwa pengkajian yang dilakukan oleh
perawat belum lengkap sehingga diagnosa keperawatan yang dirumuskan tidak sesuai
dengan prioritas. Selain itu, perencanaan tindakan yang dilakukan oleh perawat
kebanyakan menunggu instruksi dari dokter, perawat belum memiliki inisiatif untuk
melakukan perencanaan sesuai dengan ilmu keperawatan, sedangkan intervensi yang
diberikan sesuai dengan petunjuk dari dokter dan belum semua perawat memodifikasi
asuhan keperawatan. Evaluasi tindakan dan pendokumentasian sudah dilakukan oleh
perawat.
b. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan instrument B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara mewawancarai pasien memenuhi kriteria yaitu yang
sudah di rawat inap minimal 3 hari dan bersedia diwawancarai.
Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi pasien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Kajian Data
Evaluasi mutu pelayanan keperawatan di Ruang Arofah dilakukan terhadap 10
pasien, dengan hasil sebagai berikut:
1) Tingkat Pendidikan
a) SD
: 10%
b) SLTP
: 40%
c) SLTA
: 30%
d) S1
: 20 %
2. Jenis pekerjaan
a) Swasta
: 50%
b) Pelajar
: 10%
c) Buruh
: 40%
3.
No
Lama dirawat
a) 2 7 hari
: 100%
b) > 7 hari
: 0%
56
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
10
5
0
5
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
Analisa Data
Presentase(%)
86,67
90
90
93,3
100
93,3
86,67
73,3
86,67
90
88,9%
hari yaitu
Tindakan
keperawatan
Desember 2015.
Kajian data
Observasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 21-23 Desember
2015 adalah sebagai berikut:
Kajian Perawatan Infus
Di Ruang Arofah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Aspek yang dinilai
Ya
Tidak
N
%
N
%
No
.
1
Memeriksa
daerah
pemasangan
infus,
apabila 20
100
0%
%
58
0%
20
100
3
4
70%
90%
6
2
%
30%
10%
alkohol.
Mengganti plester povidon iodin setiap hari dengan 0
0%
20
100
20
%
100
0%
20
100
%
0%
11
%
55%
45%
Ya
Tidak
.
1
100
0%
pasien.
Penerapan prinsip enam benar pemberian injeksi benar 20
%
100
0%
obat.
Penerapan prinsip enam benar pemberian benar dosis.
%
100
0%
20
59
%
100
cara pemberian.
Penerapan prinsip enam benar pemberian injeksi benar 0
%
0%
waktu.
Penerapan prinsip enam benar pemberian injeksi benar 20
100
%
0%
dalam pendokumentsian.
Pencapaian rata-rata (%)
%
85%
15%
17
0%
20
100
mendekati 100% berartiideal. Standar nasional untuk dalam satu tahun adalah 7585%.
b) LOS
LOS (Length of Stay), menunjukkan rata-rata lamanya perawatan setiap pasien,
lama waktu rawat maksimum 12 hari, standar nasional untuk rumah sakitdalam satu
tahun adalah 7-10 hari.
c) TOI
TOI (Turn Over Interval), menunjukkan rata-rata suatu tempat tidur kosong atau
waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi.
Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.
60
d) BTO
BTO (Bed Turn Over), menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah
sakit dalam satu tahun waktu tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran tentang
tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 40-50 kali untuk rumah sakit
dalam satu tahun, sedangkan yang baik lebih dari 4 kali (Djojodibroto, 1997).
No
1
Ruang
Arofah
Standar
TOI (hr)
1,89%
(1-3)
BTO (ps)
54,75%
50
Analisis Data
BOR (pemakaian tempat tidur) ruang Arofah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
selama bulan Maret tahun 2015 sudah memenuhi angka standar nasional yaitu 71,6%.
Nilai LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien diruang Arofah adalah 4,77%
hari
jadi dapat disimpulkan pelayanan perawatan yang diberikan masih kurang baik, TOI
(waktu rata-rata tempat tidur kosong) di Ruang Arofah yaitu 1,89 % hal ini
mengindikasikan lama waktu tempat tidur kosong sesuai dari standar nasional. BTO
(frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang Arofah yaitu 54,75% hal ini
menunjukkan frekuensi pemakaian tidur sesuai standar nasional.
2. Patient Safety
a. Pengkajian Fall Risk
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
28
2015
28 29 Desember 2015
Dilakukan Pengkajian
Dilakukan pengkajian 2x
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 6x
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 1x
Tidak dilakukan pengkajian
Dilakukan pengkajian 3x
Dilakukan pengkajian 2x
61
13
14
C4
D1
28
26
28 Desember 2015
26,27,28 Desember
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 3x
15
16
17
D2
D3
D4
Kosong
25
25
2015
Kosong
25,26,27 Desember
Kosong
Tidak dilakukan pengkajian
Dilakukan pengkajian 3x
18
19
20
21
22
E1
E2
F1
F2
G1
28
28
27
23
27
2015
28 Desember 2015
28-29 Desember 2015
27,28,29 Desember
Dilakukan pengkajian 1x
Dilakukan pengkajian 2x
Tidak dilakukan pengkajian
Tidak dilakukan pengkajian
Dilakukan pengkajian 3x
Dilakukan pengkajian 2x
4/22*100=18,1 %
23
G2
23
2015
23 dan 28 Desember
Tota
22
2015
-
18/22*100=81,9%
Analisa Data:
Berdasarkan hasil studi dokumentasi rekam medis pengkajian resiko jatuh pada
pasien di ruang Arafah dari 22 pasien yang dilakukan pengkajian resiko jatuh sebesar
81,9 % sedangkan yang tidak dilakukan pengkajian resiko jatuh sebesar 18,1%.
B. Peran Perawat dalam Pengkajian Resiko Jatuh
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21-23 Desember 2015 pada 10 orang
perawat didapatkan hasil sebagai berikut:
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Perawat (N=10)
Perawat A
Perawat B
Perawat C
Perawat D
Perawat E
Perawat F
Perawat G
Perawat H
Perawat I
10
Perawat J
Total 10
Sumber: observasi 25-28 Desember 2015
0%
Analisa Data:
Dari hasil observasi tersebut didapatkan hasil sebesar 0% yang artinya perawat
tidak melakukan pengkajian resiko jatuh secara langsung kepada pasien pada saat pasien
masuk maupun pada saat pasien dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada sejumlah perawat di ruang
Arofah menyatakan bahwa hasil pengkajian resiko jatuh yang ada di dalam rekam medis
hanya berdasarkan pengamatan dan assement awal saat pasien masuk rumah sakit.
Kajian Teori:
Menurut pendapat Miller (2012), pengkajian resiko jatuh dilakukan pada saat
awal pasien masuk rumah sakit dan dilakukan secara regular pada saat pasien dirawat di
rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan serta
untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien saat di rumah sakit. Pengkajian
dilakukan kepada pasien dan keluarga secara langsung yang dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan
NANDA
(2011)
menyatakan
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi resiko jatuh selain faktor kesehatan pasien tetapi juga faktor lingkungan
contohnya lingkungan ruang dengan pencahayaan yang redup, lantai yang licin, keset
atau karpet yang tertekuk, tidak adanya handrail di kamar mandi atau di shower,
penggunaan side trail di tempat tidur pasien.
Hasil observasi yang didapatkan sebagai berikut:
NO
Pasien
1
2
3
4
5
Pasien A
Pasin B
Pasien C
Pasien D
Pasien E
Percentage
Side Trail
100%
Poster
0%
Pencahayaan
Keadaan
Redup
Redup
Redup
Redup
Redup
0%
lantai
Kering
Kering
Kering
Kering
Kering
100%
63
Analisa Data:
Dari hasil observasi tersebut didapatkan bahwa pemasangan side trail pada bed
pasien dilakukan 100%, materi edukasi pada ruangan sebesar 0%, pencahayaan redup
sebesar 0%, dan keadaan lantai kering sebesar 100%.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada ruang A bangsal Arafah
didapatkan bahwa belum ada manajemen lingkungan yang mempunyai fungsi dalam
pencegahan resiko jatuh pada pasien. Manajemen lingkungan menurut (NANDA, 2011)
dapat dilakukan dengan memasang side trail pada bed pasien, pemberian materi edukasi
melalui untuk keluarga dan pasien.
b. Safety Injections
TABEL POBSERVASI PEMBERIAN OBAT INTRAVENA SESUAI SOP
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RESPONDEN
PROSENTASE
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Responden 7
Responden 8
Responden 9
Responden 10
Rata-rata
54,2 %
58,3 %
54,2 %
54,2 %
62,5 %
58,3 %
54,2 %
50 %
45,8 %
45,8 %
53,7 %
Menurut tabel di atas diketahui terdapat 53.7% perawat di bangsal Arafah telah
menerapkan cara pemberian obat sesuai SOP dan sisanya 46.3% tidak sesuai SOP.
Penilaian hasil 56% termasuk dalam kategori rendah
(Nursalam,
2009).
Poin
terbanyak yang tidak sesuai dengan SOP yang dilakukan oleh perawat mencapai 100%
yaitu tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, tidak menjelaskan prosedur dan
tujuan, membimbing dan mengajak pasien berdoa, memasang pengalas saat injeksi,
64
PERAWAT
Perawat 1
Perawat 2
Perawat 3
Perawat 4
Perawat 5
Perawat 6
Perawat 7
Perawat 8
Perawat 9
Perawat 10
Rata-rata
SKOR
68 %
49 %
67 %
66 %
49 %
72 %
44 %
42 %
61 %
49 %
56,7 %
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SL
SR
KD
TP
66
Jumlah
Perhitungan
Analisa Data
12x3
3x3 0
45/60x100 = 75 %
Opportunity
Adanya
Threat
Tidak
ada
sudah
tahun terakhir
mahasiswa
empati
mencukupi
belum
praktik
perawat
jumlah pasien
Sudah terdapat
perawat yang
mendapatkan
dijadikan role
pasien.
Tidak
format
pelatihan
model.
memenuhi hak-
komunikasi
komunikasi
Komunikasi
SBAR
Komunikasi
SBAR
sudah
terlaksana
dengan baik
ada
yang
dapat
dari
ke
dapat
hak pasien.
Informasi yang
terapeutik
diberikan
belum
kepada
terlaksana
Rapat
tidak adekuat.
Pasien
tidak
pasien
nyaman
evaluasi
belum
dilaksanakan
Strength
Semua perawat
Weakness
Baru 1 perawat
Opportunity
Tersedia
sudah
dalam
handrub
mendapatkan
tahun terakhir
satu
Threat
Peningkatan
resiko interaksi
obat.
67
pelatihan
yang
patient safety.
mengikuti
pernah
pelatihan PPI
Bak
steril
Patient
menurun
Peningkatan
safety
resiko infeksi
masih
digunakan
untuk
banyak
pasien
Tidak
ada
tanda
khusus
pada
pasien
dengan
high
infectious
transmission
(HIV
dan
hepatitis)
Belum
melakukan
cuci
tangan
sebelum
injection.
Safe injection
practice belum
dilakukan
secara
maksimal.
Masih
ada
perawat
yang
melakukan
tindakan tidak
menggunakan
sarung tangan.
Tidak semua
68
ruangan pasien
terdapat
handrub
f. Identifikasi Masalah
1. Komunikasi terapeutik belum maksimal
2. Pencegahan infeksi belum maksimal
3. Patient safety belum maksimal
g. Prioritas Masalah
N
Masalah
Total Prioritas
O
1
Komunikas
28
i terapeutik
Pencegahan
35
infeksi
Patient
34
Safety
A: Risiko terjadi
B: Risiko keparahan
C: Potensial untuk penkes
D: Minat perawat
E: Kemungkinan diatasi
F: Sesuai program
G: Tempat
H: Waktu
I: Dana
J: Sumber daya
69
BAB III
PERENCANAAN DAN PENYELESAIAN MASALAH
MASALA
H
Pencegahan
KEGIATAN
infeksi
meminimalka
arofah di
dalam melakukan
n terjadinya
ruang A
30% perawat
infeksi
Untuk
injection safety.
Pelengkapan data
menurunkan
bangsal
aktif
Arofah
Arofah
menggunakan satu
Malam:
Gesta
Fall Risk
medical record
resiko
tentang early
transmisi
detection
penyakit
infectious.
Memberikan
menular
Untuk
INDIKATOR
WAKTU/
dengan PPI
Untuk
role play
SASARA
METODE
TEMPAT
Selasa, Diskusi
Ruang A Tanya jawab
FGD
bangsal
Berkolaborasi
TUJUAN
N
Perawat
30 % perawat
PJ
Pagi:
Diana
Siang:
Fallaq
satu pasien
motivasi dan
mengurangi
ruang A
melakukan
supervisi.
terjadi resiko
bangsal
pengkajian resiko
Diskusi
Ruang A Tanya jawab
FGD
bangsal
Arofah
jatuh
Arofah
jatuh
Untuk
BIAYA
Pasien di
30% perawat
Rabu,
Pagi:
tika
Siang:
any
30% perawat
Malam:
memberikan
melakukan
eko
pelayanan
identifikasi
yang optimal
identitas pasien
untuk pasien.
70
Komunikasi
terapeutik.
Perawat di
komunikasi
mengevaluasi
bangsal
terapeutik
komunikasi
arofah
Diskusi
Ruang A Tanya jawab
FGD
bangsal
terapeutik
menggunakan
Arofah
pada perawat
komunikasi
Malam:
terhadap
terapeutik
riza
Role play
Untuk
secara lengkap
30% perawat
Senin,
Pagi:
Diana
Siang:
gesta
pelayanan
keperawatan.
Untuk menjalin
hubungan
saling
percaya
antara pasien
dan perawat
71
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. IMPLEMENTASI KEGIATAN
1. Komunikasi terapeutik belum maksimal
a. Persiapan
Mencari refrensi tentang komunikasi terapeutik
b. Implementasi
1)
Mengobservasi pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh
perawat.
2) Melakukan role play terkait komunikasi terapeutik
c. Evaluasi
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik
belum maksimal.
2. Injection Safety belum maksimal
a. Persiapan
Mencari jurnal terkait injection safety
b. Implementasi
Role play terkait injection safety berkolaborasi dengan PPI/IPCN.
c. Evaluasi
Belum dapat diterapkan secara maksimal perawat hanya melakukan ketika ada
1)
2)
Melakukan role play pelaksanaan MPKP di Ruang Arofah oleh kelompok 3 pada
tanggal 29 Desember 2015 s.d 12 Januari 2016.
2. Hasil Evaluasi Intervensi
a.
Injection safety
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
Pengkajian
40.00%
Evaluasi
30.00%
Column1
20.00%
10.00%
0.00%
Injection Safety
Analisa:
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan Evaluasi Injection Safety selama 2
minggu didapatkan hasil sebesar 68,75% perawat sudah melakukan sesuai dengan
SOP. Menurut Nursalam (2009) masuk dalam kategori sedang. Terjadi peningkatan
dari 53,7 %. Bagian yang mengalami peningkatan adalah perawat melakukan hand
hygiene sebelum melakukan tindakan, penggunaan satu bak steril untuk satu
pasien, dan sudah melakukan metode recapping.
b. Hasil Pengkajian Fall Risk
73
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
Pengkajian
Evaluasi
15.00%
Column1
10.00%
5.00%
0.00%
Fall Risk
Analisa:
Terjadi peningkatan secara langsung kepada pasien dari 0 % menjadi 30 %.
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
Pengkajian
40.00%
Evaluasi
Series 3
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Therapeutic
Analisa:
BAB V
75
4. Profesi Ners
Diharapkan mampu mengkaji lebih mendalam lagi untuk mendapatkan hasil yang
lebih maksimal dan dapat menerapkan hasilnya pada ruangan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, azrul, 1996.Pengantar Administrasi Kesehatan.Binarupa. Jakarta
Depkes RI 2006.Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
77
78
LAMPIRAN
1. Judul : Assessment of Knowledge and Practices regarding Injection Safety and Related
Biomedical Waste Management amongst Interns in a Tertiary Care Teaching Hospital,
Delhi
Penulis: Anita Shankar Acharya, Priyanka, Jyoti Khandekar, and Damodar Bachani
Tahun : 2014
2. Background
Injeksi merupakan prosedur medis yang sering digunakan di seluruh dunia. Pemberian
obat ke pasien kebanyakan diberikan melalui injeksi. Pemberian obat melalui injeksi
79
mendapat perhatian lebih karena injeksi yang tidak yang tidak sehat dapat menyebabkan
infeksi bagi pasien maupun tenaga kesehatan. WHO memperkirakan bahwa hampir 3 juta
masalah terjadi akibat kesalahan dalam melakukan injeksi, jarum injeksi merupakan
media transmisi virus seperti HIV dan hepatitis.
3. Research Question
Bagaimana pengaruh Information Education dan Communication terhadap safety
injection bagi pasien dan tenaga kesehatan?
Study Design
Desain penelitian ini menggunakan follow up study.
5. Time, Setting & Sampel Penelitian
Tanggal Penelitian: 31 Desember 2011 31 Desember 2012
Tempat penelitian: Tertiary care teaching hospital and medical college, New Delhi, India.
Sampel penelitian: A total of 106 interns were enrolled for the study. Out of them 101
4.
Referensi lain:
N
O
1
JOURNAL
WRITER
HASIL
Audu
Onyemocho1,
Joshua
Istifanus
Anekoson, Enokela Onum
Pius
July 17, 2013
Assessment Of Injection
Safety Practices In Health
Facilities In Bongo And
Talensi Districts In The
Upper East Region Of
Ghana: Part 1Injection
Safety Practices
82