You are on page 1of 23

Gangguan Neurotik, Gangguan

Somatoform, dan Gangguan


Terkait Stress

Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait


stress, dikelompokkan menjadi satu dengan alasan bahwa dalam
sejarahnya ada hubungan dengan perkembangan konsep neurosis
dan berbagai kemungkinan penyebab neurologis.
Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan
sebagai patokan dalam pengaturan penggolongan, meskipun
dalam beberapa hal masih diperhitungkan untuk memudahkan
bagi mereka yang terbiasa menggunakan istilah neurotik dalam
mengidentifikasi gangguan tersebut.

F40 Gangguan Anxietas Fobik

Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar
individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak
membahayakan. Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti
perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan
perubahan bentuk badan (dismorfofobia) yang tak realistik dimasukkan
dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik).
Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi
dengan rasa terancam.
Secara objektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak
berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan
sampai yang berat (serangan panik).
Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu
episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang
sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai
anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali
menyertai beberapa fobia, khususnya agorafobia. Pembuatan diagnosis
tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana
yang lebih dominanpada saat pemeriksaan.

F40.0 Agorafobia
Pedoman Doagnostik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis
pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul
harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya
dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti
misalnya waham atau pikiran obsesif;
b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama
terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari
situasi berikut : banyak orang / keramaian, tempat
umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri;
dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol (penderita menjadi house bound).

Karakter kelima : F40.00 = Tanpa gangguan panik


F40.01 = Dengan gangguan panik

F40.1 Fobia Sosial


Pedoman Diagnostik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis
pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul
harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya
dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti
misalnya waham atau pikiran obsesif;
b) Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi
sosial tertentu ( outside the family circle); dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan
agorafobia, hendaknya diutamakan diagnosis agorafobia
(F40.0).

F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)


Pedoman Diagnostik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk
diagnosis pasti :
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau
situasi fobik tertentu (highly specific situation); dan
c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik
lain, tidak seperti halnya agorafobia dan fobia sosial.

F40.8 Ganguan Anxietas Fobik Lainnya


F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT

F48 Gangguan Neurotik


Lainnya

F48.0 Neurastenia
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan hal-hal berikut :
a)
Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan mengganggu berupa
meningkatnya rasa lelah setelah suatu kegiatan mental, atau keluhan
mengenai kelemahan badaniah dan kehabisan tenaga hanya setelah
kegiatan ringan saja;
b)
Paling sedikit ada dua darihal-hal tersebut dibawah ini :
- perasaan sakit dan nyeri otot
- pusing kepala (dizziness)
- sakit kepala (tension headache)
- gangguan tidur
- tidak dapat bersantai ( inability to relax)
- peka/mudah tersinggung (irritability)
- dispepsia;
c)
Bila ditemukan gejala otonomik ataupun depresif, keadaan tersebut tidak
cukup menetap dan berat untuk dapat memenuhi kriteria gangguan
tersebut agar dapat di-diagnosis secara tersendiri.
Harus diusahakan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan gangguan
depresif atau gangguan anxietas.

F48.1 Sindrom Depersonalisasiderealisasi


Pedoman Diagnosik
Untuk diagnostis pasti, harus ada salah satu atau dua-duanya dari
(a) dan (b), ditambah (c) dan (d) :
a)

b)
c)

d)

Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasaannya


dan/atau pengalamannya terlepas dari dirinya (detached), jauh, bukan
dari dirinya, hilang, dsb;
Gejala derealisasi, yaitu objek, orang dan/atau lingkungan menjadi seperti
tidak sesungguhnya (unreal), jauh, semu, tanpa warna, tidak hidup, dsb;
Memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan spontan dan
subjektif, dan bukan disebabkan oleh kekuatan luar atau orang lain
(insight cukup baik);
Peng-inderaan tidak terganggu (clear sensorium) dan tidak ada toxic
confusional state atau epilepsi.

Harus dapat dibedakan gangguan lain dengan gejala change of


personality, seperti Skizofrenia (F20.-); Gangguan disosiatif (F44.-),
Epilepsi lobus temporalis (Pre/post-ictal).

F48.8 Gangguan Neurotik Lainnya


YDT
Gangguan ini mencangkup gangguan-gangguan
campuran dari perilaku, keyakinan, dan emosi yang
tidak ada penyebabnya dan status nosologik yang
jelas, dan yang terjadi dengan frekuensi tertentu di
dalam lingkungan budaya tertentu;

F48.9 Gangguan Neurotik YTT

Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah suatu gangguan yang
paling dipengaruhi oleh kriteria diagnosik didalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder
edisi ketiga (DSM-III), edisi ketiga yang direvisi (DSM-IIIR), dan edisi keempat (DSM-IV), dan oleh tumbuhnya
pengetahuan tentang biologi kecemasan.
Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari
pertumbuhan, dari perubahan dari pengalaman suatu
yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan
identitasnya sendiri dan arti hidup.
Kecemasan patologis adalah respon yang tidak sesuai
terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada
intensitas atau durasinya.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Tabel 16.1-1
Neurosis Psikoanalitik dan Gangguan dalam DSM IV
Neurosis Klasik
Kecemasan
Fobia
Obsesif Kompulsif
Depresi
Histerik (konversi)
Histerik (disosiatif)
Hipokondriakal
Parafilik

Klasifikasi DSM IV
Gangguan kecemasan umum
Agorafobia, fobia spesifik dan
sosial
Gangguan obsesif kompulsif
Gangguan distimik
Gangguan konversi
Ganguan depersonalisasi
Hipokondriasis
Gangguan seksual

Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa


Aksara Publisher

Tabel 16.1-2
Manifestasi perifer dari kecemasan
Diare
Pusing, melayang
Hiperhidrosis
Hiperrefleksia
Hipertensi
Palpitasi
Midriasis pupil
Gelisah (mondar-mandir)
Sinkop
Takikardia
Rasa gatal di anggota gerak
Tremor
Gangguan lambung
Frekuensi urin, hesitansi, urgensi

Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa


Aksara Publisher

Kecemasan Normal
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir
semua orang.Perasaan tersebut ditandai dengan rasa
ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan
samar-samar, seringkali disertai oleh gejala otonomik
(Tabel 16.1-2), seperti nyeri kepala, berkeringat
palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan
lambung ringan.
Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah,
seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk
duduk atau berdiri lama.
Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama
kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Ketakutan dan Kecemasan


Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan;
ia
memperingatkan
adanya
bahaya
yang
mengancam
dan
memungkinkan
seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
Ketakutan, suatu sinyal serupa yang menyadarkan,
harus dibedakan dari kecemasan.
Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang
asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan
bersifat konflik;
kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman
yang sumbernya tidak diketahui, internal, samarsamar, atau konfliktual.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Fungsi Adaptif dari Kecemasan


Jika dianggap semata-mata sebagai suatu sinyal
peringatan, kecemasan dapat dianggap pada dasarnya
merupakan emosi yang sama seperti ketakutan.
Kecemasan
memperingatkan
adanya
ancaman
eksternal dan internal; dan memiliki kualitas
menyelamatkan hidup.
Kecemasan segera mengarahkan seseorang untuk
mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah
ancaman atau meringankan akibatnya. Contoh :
berlari untuk mengejar kereta, belajar sebelum ujian.
Jadi kecemasan mencegah kerusakan dengan cara
menyadarkan seseorang untuk melakukan tindakan
tertentu yang mencegah bahaya.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Stres, Konflik, dan Kecemasan


Apakah
suatu
peristiwa
dirasakan
sebagai
penyebab stres adalah tergantung pada sifat
peristiwa dan kekuatan seseorang, pertahanan
psikologis dan mekanisme mengatasi. Semua
melibatkan ego, suatu abstraksi kolektif untuk
proses dengan mana seseorang merasakan berfikir,
dan bertindak terhadap peristiwa eksternal
(interpersonal) atau dorongan internal (intrapsikis
atau intrapersonal).
Fungsi ego baik keseimbangan adaptif
Fungsi ego tidak baik ketidakseimbangan
kecemasan kronis.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Gejala Psikologis dan Kognitif


Pengalaman kecemasan memiliki dua komponen :
1) Kesadaran adanya sensasi fisiologis (seperti berdebardebar dan berkeringat)
2) Kesadaran sedang gugup atau ketakutan
Disamping
efek
motorik
dan
viseral,
kecemasan
mempengaruhi berfikir, persepsi, dan belajar. Kecemasan
cenderung menghasilkan kebingungandan distorsi persepsi,
tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada orang dan arti
peristiwa.
Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan
menurunkan
kemampuan
memusatkan
perhatian,
menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk
menghubungkan satu hal dengan hal lain yaitu, untuk
membuat asosiasi.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Kecemasan Patologis

Teori Psikologis
Teori Psikoanalitik. Evolusi teori Freud tentang kecemasan
dari tulisannya pada tahun 1895 Obsession and Phobias ;
Studies in Histeria, dan akhirnya pada tahun 1926 Inhibitions,
Symptoms, and Anxiety bahwa kecemasan adalah suatu
sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat
diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan
pelepasan
sadar.
Sebagai
suatu
sinyal,
kecemasan
menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap
tekanan dari dalam.
Berdasarkan teori psikoanalitik, kecemasan dibagi menjadi
empat, tergantung pada sifat akibat yang ditakutinya:
1)
2)
3)
4)

Kecemasan
Kecemasan
Kecemasan
Kecemasan

id atau impuls
perpisahan
kastrasi
superego

Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa


Aksara Publisher

Teori Perilaku. Teori ini menyatakan bahwa kecemasan


adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli
lingkungan spesifik. Pada teori perilaku perhatian lebih
ditekankan pada pendekatan kognitif untuk memahami
dan mengobati gangguan kecemasan.
Pengertian kognitif keadaan kecemasan non fobik
menyatakan bahwa pola berfikir yang salah, terdistorsi,
atau tidak produktif menyertai atau mendahului perilaku
maladaptif dan gangguan emosional.
Menurut salah satu peneliti, pasien yang menderita
gangguan
kecemasan
cenderung
menilai
lebih
(overestimate) terhadap derajat bahaya dan kemungkinan
bahaya didalam situasi tertentu dan cenderung menilai
rendah (underestimate) kemampuan dirinya untuk
mengatasi ancaman yang datang kepada kesehatan fisik
dan psikologisnya.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Teori Eksistensial. Teori eksistensial tentang


kecemasan memberikan model untuk gangguan
kecemasan umum (generalized anxiety disorder),
di mana tidak terdapat stimulus yang tidak dapat
diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu
perasaan kecemasan yang kronis.
Konsep inti dari teori eksistensial adalah bahwa
seseorang menyadari adanya kehampaan yang
menonjol didalam dirinya, perasaan yang
mungkin lebih mengganggu daripada penerimaan
kematian mereka yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap
kehampaan eksistansi dan arti yang berat
tersebut.
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Teori Biologis
Teori biologis tentang kecemasan, pada teori ini
satu kutub menyatakan bahwa kecemasan
mencerminkan akibat konflik psikologis, sedangkan
kutub yang lain menyatakan bahwa peristiwa
biologis mendahului konflik psikologis.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam teori
biologis adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Sistem saraf otonom


Neurotransmiter (norepinefrin, serotonin, GABA)
Penelitian pencitraan otak
Penelitian genetika
Pertimbangan neuroanatomis
Kaplan and Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

You might also like