Professional Documents
Culture Documents
TITRASI PENGENDAPAN
MERKURIMETRI Hg(CH3COO)2
Senin,16 November 2015
Kelompok 6
Senin, Pukul 10.00 13.00 WIB
TTD
(Shasti)
(Wilda)
I.
Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar suatu sampel dengan
IV.
Reaksi
Hg (CNS )2
2++CNS
Hg
(Svehla,1985).
Teori Dasar
Merkurimetri artinya menggunakan garam merkuri (Hg2+) sebagai
titrannya dan menggunakan garam-garam halogen, yaitu ion CN- dan ion CNSsebagai titrat, senyawa yang akan ditetapkan kadarnya. Dalam hal ini, indikator
yang biasa digunakan antara lain Na nitroprussid, difenil carbazon, dan difenil
carbazid yang mana ketiga indikator tersebut memiliki pH antara 1,5 sampai 2
(Maulida, 2014).
Merkurimetri dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak
langsung, tergantung dari titrat dan senyawa kompleks yang akan terbentuk. Cara
tidak langsung digunakan apabila dengan cara langsung senyawa kompleks yang
terbentuk sulit diamati titik akhirnya, sehingga dengan menggunakan cara tidak
langsung diharapkan pembentukan senyawa kompleks dengan titran yang lain
dapat dengan mudah diamati titik akhirnya, karena pada titrasi tidak langsung
digunakan dua titran yang berbeda (Maulida, 2014).
Pada merkurimetri, apabila titratnya adalah garam halogen, maka dapat
dilakukan dengan cara langsung. Apabila titrat yang digunakan adalah larutan
garam CN-, maka yang akan terbentuk adalah senyawa kompleks AgCN 2 yang
sulit dilihat titik akhirnya sehingga perlu dilakukan dengan cara tidak langsung.
Dalam hal ini, titran 1-nya berupa garam Hg 2+ dan titran 2-nya berupa senyawa
CNS- (Maulida, 2014).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimumzat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di
dalam air. Sifat ini dalam bahasa inggris lebih tepatnya disebut miscible. Melarut
tidaknya suatu zat dalam suatu system tertentu dan besarnya kelarutan, sebagian
besar tergantung pada intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut-pelarut dan
resultan interaksi zat terlarut-pelarut (Martin, 1993).
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat
ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter.
Kemudian memperkirakan jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh,
yang ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah
dikocok ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan
zat yang tidak larut (Atkins, 1994).
Hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air
hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Hubungan antara kelarutan dengan Ksp yaitu
Ksp dapat menentukan kelarutan dan kelarutan dapat pula dihitung dari tabel Ksp
(Prezi, 2013).
Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu
keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam
larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan dasar larutan
adalah :y Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q <
Kspy Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam memiliki
tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut.
Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat
kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil
kali
kelarutan
dari
suatu
garam
dapat
berubah
dengan
perubahan
Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu,jadi dengan
Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah
dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan
Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan
Buret
Corong
Labu
Mortar
Erlenmeyer
elas Ukur
Neraca
Pipet Tetes
Analitik
Statif
Spatula
VI.
VI.1
Gelas Kimia
Prosedur
Pembakuan NH4CNS
Ditambahkan 50 ml air, 5 ml HNO 3 4N dan 3 ml larutan indikator ferri
aluin pada 10 ml larutan AgNO3 0,1 N. Setelah itu dititrasi dengan larutan
tiosianat 0,1 N sampai larutan tepat berwarna merah coklat.
VI.2 Pembuatan blangko
Dimasukan 40 ml aquades ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml
HNO3 4N dan 2 tetes Fe(NH4)2SO4. Setelah itu lakukan titrasi dengan
NH4CNS 0,1 N. Dan lakukan secara triplo.
VI.3 Titrasi merkurimetri
Ditimbang 400 mg sampel dan dilarutkan ke dalam 40 ml aquades.
Ditambahkan 5 ml HNO3 4N dan 2 tetes Fe(NH4)2SO4. Setelah itu lakukan
titrasi dengan NH4CNS 0,1 N. Dan lakukan secara triplo.
VII.
Data Pengamatan
No. Perlakuan
Hasil
Foto
1.
Menimbang 400mg sampel Sampel larut sempurna
dan melarutkannya ke dalam dengan aquades
40mL aquades
2.
3.
Melakukan
titrasi
NH4SCN 0,1 N
dengan Larutan
membentuk
endapan
4.
No
.
1.
2.
3.
Volume NH4SCN
Volume AgNO3
9,8
10,3
10,1
10
10
10
V1.N1 = V2.N2
10.0,983 = 10,067.N2
N2 = 0,0976 N
V1.N1 AgNO3
V2.N2 NH4SCN
N AgNO3 = 0,0983 N
Pembuatan blangko
Volume NH4SCN : 0,3mL dan 0,2mL
Volume rata-rata : 0,25mL
No. Volume NH4SCN (mL)
1.
2,95
2.
2,52
3.
3,35
Volume rata-rata
% kadar =
=
= 21,5%
IX.
V NA . BE
mg sampel
Pembahasan
x 100%
x 100%
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi merkurimetri, sesuai
dengan namanya merkurimetri jelaslah bahwa pada merkurimetri, artinya
menggunakan garam merkuri (Hg2+) sebagai titrannya sementara titrannya
biasanya menggunakan garam-garam halogen, ion CN-, dan ion CNS- yang
mana dalam hal ini juga biasanya yang termasuk ke dalam titrat adalah yang
biasanya senyawa yang akan ditetapkan kadarnya. Dalam hal ini juga, indikator
yang biasa digunakan antara lain Na nitroprussid, difenil carbazon, dan difenil
carbazid, Ferri ammonium sulfat Fe(NH4)SO4 yang mana indikator tersebut
memiliki pH antara 1,5 sampai 2.
Reaksi pengendapan adalah apabila nilai hasil kali ion-ion yang
ditentukan dalam larutan lebih besar dari Kspnya. Reaksi pengendapan tidak
bisa menunggu hingga terjadi pengendapan sempurna. Dalam reaksi
pengendapan harus menetapkan nilai hasil kali ion-ion yang ditentukan dalam
suatu larutan agar lebih besar dari Kspnya sehingga dapat dihasilkan dari suatu
reaksi pengendapan yang bersifat kuantitatif dalam ekpsperimen. Dalam reaksi
pengendapan, hal yang sering menjadi gagal dalam proses reaksi pengendapan
adalah terdapatnya kopresipitasi atau konstituen yang ikut larut dalam endapan
tersebut.
Pada metode merkurimetri ini, bisa dilakukan dengan cara langsung
maupun dengan cara tidak langsung, sebenarnya tergantung dari titrat dan
senyawa kompleks yang akan terbentuk, baru bisa memilih menggunakan
dengan cara langsung atau tidak langsung. Cara tidak langsung digunakan
apabila dengan cara langsung senyawa kompleks yang terbentuk sulit diamati
TAnya, sehingga dengan menggunakan cara tidak langsung diharapkan
pembentukan senyawa kompleks dengan titran yang lain dapat dengan mudah
diamati TAnya, sebagaimana kita tahu bahwa pada titrasi tidak langsung ini
digunakan 2 titran yang berbeda.
Pada percobaan
metode langsung karena titik akhir titrasi dapat dengan mudah diamati. Pada
titrasi kali ini titran yang digunakan adalah (NH4)SCN dengan menggunakan
Hg(CH3COO)2 sebagai analit.
Berdasarkan daya
hantar
panas
dan
listriknya
merkuri(Hg)
dan
mengakuratkan
konsentrasi
pentiter
sehingga
dapat
Hg(CH3COO)2 merupakan senyawa yang akan larut sempurna dalam air dan
tidak seperti titrasi argentometri yang harus dilakukan pada ruang tertutup
karena pentiter perak nitrat yang bersifat fotolisis, Hg merupakan unsur yang
memiliki sifat berbeda dengan Ag sehingga percobaan tidak harus dilakukan
ditempat tertutup karena dengan adanya cahaya pun tidak akan menyebabkan
endapan terurai kembali. Pada penimbangan massa dari sampel digunakan
neraca analitik karena penimbangan pada neraca analitik memiliki keakuratan
0,001 gram. Untuk titrasi ini digunakan indikator ferri ammonium sulfat
Fe(NH4)2SO4 dengan indikator inilah titik akhir titrasi kali ini dapat dilihat akibat
pembentukan kompleks antara ion Hg dengan indikator.
Bila suatu indikator dalam suatu titrasi kita pergunakan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
1.
Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi
ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi (yakni selisih antara
titik akhir dan titik ekivalen). Untuk memenuhinya maka trayek indikator harus
mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya.
2. Perubahan warna harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada
keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Untuk memenuhinya maka
trayek indikator harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva titrasi.
Ketika titrasi dilakukan akan tercapai titik ekuivalen ketika Hg2+
bereaksi dengan indikator yaitu Fe(NH4)2SO4 membentuk suatu kompleks yang
menghasilkan endapan berwarna putih.
Titrasi merkurimetri ini membutuhkan volume dari pentiter sebanyak
percobaan pertama 2,95 ml percobaan kedua 2,52 ml dan yang ketiga 3,35 ml
tetapi pada perhitungan untuk kadar volume yang dibutuhkan adalah volume
dari pentiter dikurangi dari volume blangko.
Sebelum dilakukan titrasi terlebih dahulu dilakukan blangko yang akan
digunakan sebagai acuan warna untuk titik akhir titrasi kemudian, blangko perlu
dilakukan untuk meminimalisir kesalahan pada saat penentuan warna pada titik
akhir sehingga volume dari pentiter yang digunakan dapat akurat.
Pada saat titrasi harus dilakukan dalam suasana asam sehingga
sebelum dilakukan titrasi dilakukan penambahan larutan HNO3 sebanyak 5 ml.
Dari hasil titrasi yang telah dilakukan secara triplo dapat dihitung
kadar dari NH4SCN dengan menggunakan cara :
V1 X N1 = V2 x N2
V1 X N1 = Mg/BEb
%B = V1 X N1 X BEb
X 100%
Mg sampel
B= 2,7 X 0,1 X 318,6 X 100%
400
% kadar = 21,5 %. Maka, persen kadar yang diperoleh adalah 21,5 %.
X.
Simpulan
Nama
: Deti Dewantisari
NPM
: 260110150030
Kelompok
:6
Sampel
: 8 (Hg(CH3COO)2
Kadar
: 21,5 %.
Daftar Pustaka
Atkins. 1994. Kimia Fisik Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. KIMIA DASAR Edisi III Jilid 2. Jakarta : Erlanga.
Hastuti, Purwati Widhy. 2015. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan avaible at
http://staff.uny.ac.id [diakses pada Oktober 2015].
Khopkar S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press.
Maulida, Nurul. 2014. Contoh Makalah Kimia Analis Titrasi. Tersedia online di
http://www.teoripendidikan.com/2014/11/contoh-makalah-kimia-analistitrasi.html [Diakses tanggal 16 November 2015 pukul 20.50].
Petrucci, R.H. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Prezi.
Erlangga.
2013.
Kelarutan.
Tersedia
https://prezi.com/nem5acnmek9z/kelarutan/
November 2015 pukul 20.00].
[Diakses
online
tanggal
di
16