You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR COLLI
DI RUANG 14 RSU dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Di Susun untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Surgical

Oleh:
DEWI FARIDA VIVTYASARI
NIM: 115070207111005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR COLLI


Anatomi Colli
Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior
mandibula dan linea nuchae superior (diatas), dan incsura jugularis dan
tepi superior clavicula (di bawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia,
fasia colli superfisialis membungkus m.sternokleidomastoideus dan
berlanjut ke garis tengah di leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain.
Fasia colli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan
fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan
fasia colli superfisialis. Ke dorsal fasia colli media membungkus a.carotis
communis , v.jugularisinterna dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli
profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan
fasia colli lateral. Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis
communis (dilindungi oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis
interna dan n.vagus, setinggi cornu superior cartilago thyroidea
bercabang menjadi a.carotis interna dan a.carotis externa), a.subclavia
(bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria interna). Pembuluh
darah vena antara lain v.jugularis externa dan v.jugularis interna. Vasa
lymphatica

meliputi nnll.cervicalis

superficialis

(berjalan

sepanjang

v.jugularis externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang


v.jugularis

interna).

Inervasi

oleh

plexus

cervicalis,

n.facialis,

n.glossopharyngeus, dan n.vagus.


Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir
semua bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan
bermanifestasi ke kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat
dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfe rangkaian jugularis interna
yang terbentang antara klavicula sampai dasar tengkorak, dimana
rangkaian ini terbagi menjadi kelompok superior, media dan inferior.
Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, submandibula,
servicalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus
anterior dan supraclavicula

1. Pengertian Tumor
Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau pembengkakan
dalam tubuh yang pertumbuhannya tidak terkendali. Dalam pengertian
khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Tumor colli adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat
yang timbul disegitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada
bagian inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior.
Pada 50% kasus benjolan pada leher berasal dari tiroid, 40% benjolan pada
leher disebabkan oleh keganasan, 10 % berasal dari peradangan atau
kelainan kongenital.
2. Etiologi
1. Karsinogen kimiawi dapat alami atau sintetik, misalnya Aflatoksin B1 pada
kacang, vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran pada asap
kendaraan bermotor, kemoterapi dalam kesehatan.
2. Karsinogen fisik, misalnya sinoar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif,
sinar ultraviolet
3. Hormon, misalnya estrogen
4. Viral, misalnya TBL-I, HBV, HPV, EBV
5. Gaya hidup, misalnya diet, merokok, alcohol
6. Parasit, misalnya schistoma hematobium
7. Genetik
8. Penurunan imunitas
3. Klasifikasi Tumor
1. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau
kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak
terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan organ
tempat tumbuh kanker.
2. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif)
dan umumnya tidak bermetastase
3. Klassifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopis pada jaringan dan tumor

Untuk menentukan stadium dipakai system TNM menurut UICC (2002)


Stadium
0
I
IIa
IIb
III
Iva
IVb
IVc

T
T1s
T1
T2a
T1
T2a
T2b
T1
T2a,T2b
T3
T4
Semua T
Semua T

N
N0
N0
N0
N1
N1
N0, N1
N2
N2
N2
N0, N1, N2
N3
Semua N

M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

Ket:

T (tumor primer)
T1 tumor terbats di nasofaring
T2 tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan/atau fossa hidung
T2a tanpa perluasan ke parafaring
T2b dengan perluasan ke parafaring
T3 tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4 tumor dengan perluasan intracranial dan/atau keterlibatan saraf cranial,
fossa infratemporal, hifofaring, orbit

N (pembesaran getah bening regional)


Nx tidak jelas adanya keterlibatan kelenjar getah bening
N0 tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening
N1 metastasis pada kelenjar getah bening ipsilateral tunggal, 6 cm atau
kurang di atas fossa supraklavikula
N2: metastasis pada kelenjar getah bening bilateral, 6 cm atau kurang dia tas
fossa supraklavikula
N3a > 6 cm
N3b pada fossa supraclavikula

M (Metastasis jauh)
M0 tidak ada metastase jauh
M1 ada metastase jauh

4. Epidemiologi

Tumor colli atau kista brankial sering terjadi pada anak-anak, walaupun
dapat ditemukan pada semua usia. Penderita terbanyak 0-20 tahun yaitu
52%, usia 20 tahun yaitu 40%. Faktor yang memperburuk penyakit ini adalah
stadium lanjut, usia lebih dari 40 tahun, ada pembesaran kelenjar leher,
lumpuh saraf otak, mestastasis yang sudah jauh.
5. Patofisiologi
Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:
a. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti
hygroma colli cysticum, kista dermoid
b. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal
(acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih
spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,
actinomikosis,

toksoplasmosis).

Disamping

itu

di

leher

dijumpai

perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
c. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma
caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus
caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di
bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna
dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe
(limfoma

maligna),

glandula

parotidea,

glandula

submandibularis,

glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot,
jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada
umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer
disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher
hanya terdapat didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa
tumor primernya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.
d. Manifestasi Klinik
a. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
b. Pertumbuhan amat lambat
c.
Tidak memberikan keluhan
d. Paralisis fasial unilateral

e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rongen
Foto rongen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut
sertanya tulang-tulang. Sedangkan foto thorax diperlukan untuk menilai
kemungkinan metastase hematogen. Pemeriksaan rongen glandula
parotis dan submandibularis dengan bahan kontars (sialografi) dapat
menunjukkan apakah tumor berasal atau berhubungan dengan kelenjarkelenjar ludah. Pemeriksaan ini penting untuk menunjukkan tumor atau
radang (kronik).
b. Pemeriksaan laboratorium
-

Pemeriksaan darah lengkap dan urin

Laboratorium patologi anatomi

c. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosis suatu tumor tergantung pada batas-batas tumor dan hasil
biopsy dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit didiagnosis
dan di biopsy. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat beranfaat
untuk membantu mendiagnosis.
f.

Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan berupa eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan
dimaksudkan untuk mengambil keseluruhan massa. Tetapi bila tumor besar
dan telah menyusup ke organ penting seperti trakea, esofagus atau
pembuluh darah, ekstirpasi total sulit dikerjakan. Maka penanganannya
cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya massa. Kemudian pasca
bedah dilakukan infiltrasi bleomisin subkutan untuk mencegah kekambuhan.

g. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
1. Sistem Integumen
a. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
b. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
c. Perhatikan pigmentasi kulit

d. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah


2. Sistem Gastrointestinalis
a. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
b. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
c. Kaji diare & konstipasi
d. Kaji anoreksia
e. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
3. Sistem Hematopoetik
a. Kaji Netropenia
b. Kaji tanda infeksi
c. Auskultasi paru
d. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
e. Kaji suhu
f.

Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 menengah, < 20.000/m3


berat

g. Kaji Anemia
h. Warna kulit, capilarry refill
i.

Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

4. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular


a. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif terutama bleomisin
b. Kaji tanda CHF
c. Lakukan pemeriksaan EKG
5. Sistem Neuromuskular
a. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
b. Perhatikan adanya parestesia
c. Evaluasi refleks
d. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
e. Kaji gangguan pendengaran
f.

Diskusikan ADL

6. Sistem genitourinari
a. Kaji frekwensi BAK

b. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine


c. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
d. Monitor BUN, kreatinin
b. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan.

c. Intervensi keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
Tujuan : tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
a. Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b. Tempatkan dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya dari sumber infeksi
c. Anjurkan

semua

pengunjung

dan

staff

rumah

sakit

melaksanakan teknik mencuci tangan dengan baik


Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

untuk

d. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif


Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi
e. Evaluasi keadaan terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
f.

Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik


Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme

g. Berikan periode istirahat tanpa gangguan


Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler
h. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i.

Berikan antibiotik sesuai ketentuan


Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler
atau penyambungan jaringan
c. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
d. Berikan

bantuan

dalam

aktifitas

sehari-hari

dan

ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri


3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan dan tidak mengalami


mual dan muntah
Intervensi :
a. Berikan

antiemetik

awal

sebelum

dimulainya

kemoterapi

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah


b. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program
kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
c. Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum
berhasil
d. Hindari

memberikan

makanan

yang

beraroma

menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan


muntah
e. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f.

Berikan cairan intravena sesuai ketentuan


Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
a. Anjurkan untuk makan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
b. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
c. Libatkan pasien dalam pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
d. Dorong

masukan

nutrisi

dengan

jumlah

sedikit

tapi

sering

Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

e. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient


Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan
peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat
f.

Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

g. Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,


khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
a. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan
daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b. Ubah posisi dengan sering
c. Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada
kulit
d. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
e. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi
dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
f.

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang


kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit

g. Dorong masukan kalori protein yang adekuat


Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
h. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi :
a. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
b. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih,
pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
c. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
d. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis
kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan

DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marilynn E,1999, Rencana asuhan Keperawatan, EGC: jakarta
Long, B, C, 2000, Perawatan Medikal bedah edisi VII, Yayasan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pelajaran: Bandung
Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II, media Aesculapius:
jakarta
Smeltzer, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddath, EGC:jakarta

You might also like