You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus (Nurarif,
2013).
Penyakit Hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di
kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat
berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian
dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal (Smeltzer, 2002)
Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran hidup
danmerupakan penyebab tersering obstruksi saluran cerna bagian bawah pada
neonatus. Penyakit yang lebih sering ditemukan memperlihatkan predominasi
pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 4:1. Insidens
penyakit hirsprung bertambah pada kasus-kasus familial yang rata-rata mencapai
sekitar 6% (berkisar antara 2-18%). Sementara untuk distribusi ras setara untuk
bayi berkulit putih dan Amerika keturunan Afrika. Oleh karena itu, penyakit
Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti
pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri
anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan
dan colostomi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman
dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian Hisprung
b. Mendeskripsikan etiologi Hisprung
c. Mendeskripsikan manifestasi klinik Hisprung
d. Mendeskripsikan patofisiologi Hisprung.
e. Mendeskripsikan komplikasi Hisprung.
f. Mendeskripsikan teori perkembangan anak bayi baru lahir
g. Mendeskripsikan konsep hospitalisasi
h. Mendeskripsikan pengkajian Hisprung
i. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan Hisprung
j. Mendeskripsikan intervensi keperawatan Hisprung
k. Mendeskripsikan implementasi keperawatan Hisprung
l. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan Hisprung

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki dari
pada perempuan ( Mansjoeer, 2000).
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan (Betz, 2002).
Penyakit Hirscprung (megacolon anganglionik congenital) adalah
anomali

congenital

yang

mengakibatkan

obstruksi

mekanik

karena

ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus. (Wong, 2003).


2. Etiologi
Menurut Betz, Cecily. L (2002) penyebab Hisprung sebenarnya tidak
diketahui tetapi penyakit ini diduga karena factor-faktor genetic dan factor
lingkungan. Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya belum diketahui,
tetapi Hirschsprung atau Mega Colon diduga terjadi karena :
a. Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
b. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
c. Aganglionis parasimpatis yang disebabkan oleh lesi primer, sehingga
terdapat ketidakseimbangan autonomik.
3. Manifestasi klinik
Menurut Betz, Cecily. L (2002) manifestasi klinis Hisprung dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
a.

Masa neonatal
1) Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2) Muntah berisi empedu
3) Enggan minum.

4) Distensi abdomen.
b.

Masa Bayi dan Kanak-kanak


1) Konstipasi
2) Diare berulang
3) Tinja seperti pita, berbau busuk
4) Distensi abdomen
5) Gagal tumbuh.

4. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang
rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden). Semua ganglion pada
intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi
peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 2002).
5. Pathway
Kegagalan sel neural pada
masa embrio dalam dinding
usus,
gagal
eksistensi,
kranio
kaudal
pada
myenterik dan sub mukosa
dinding plexus

Sel ganglion pada kolon tidak


ada/sangat sedikit
Control kontraksi dan relakasai
peristaltic abnormal

Peristaltic tidak sempurna


Obstruksi parsial

Spingter rectum tidak


dapat relaksasi
Akumulasi benda padat,
gas, cair

Feses tidak mampu


melewati spinkter ani

Refluk peristaltik
Obstruksi dikolon
Mual dan muntah

Pelebaran kolon (mega


kolon)

Perasaan penuh

Resiko kekurangan
volume cairan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan rasa nyaman


nyeri

Intervensi pembedahan

Gangguan defekasi

Kurangnya informasi

Konstipasi

Sumber : Nurarif, 2013


6. Komplikasi
Menurut Betz (2002) sebagai berikut :

Ansietas

a. Gawat pernapasan (akut)


b. Enterokolitis (akut)
c. Striktura ani (pasca bedah)
d. Inkontinensia (jangka panjang)
Menurut Suriadi (2001) sebagai berikut :
a. Obstruksi usus
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
c. Konstipasi
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Ngatsiyah (2003) pemeriksaan penunjang pada klien hisprung
diantaranya :
a. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah submukosa.

b.

Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan

c.

dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.


Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada
penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.

d.

Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.

Sedangkan menurut Betz (2002) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan


a. Foto abdomen
: Untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
b.

kolon.
Enema barium

c.

kolon.
Biopsi rectal

d.

Manometri anorektal: Untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan

: Untuk mengetahui adanya penyumbatan pada


: Untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.

eksternal
8. Teori perkembangan
a. Tahap perkembangan psikomotor menurut Feldman (2009):
Usia lahir sampai 1 bulan (Neonatal). Bayi pada usia ini tidur sepanjang hari;
membangun siklus tidur-bangun. Seluruh indra berkembang secara sangat
cepat.
b. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
Masa Sensori Motor (0-2 tahun). Masa ketika bayi mempergunakan sistem
pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi
memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya
dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini
kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih,
misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi tahap sensori motor dalam usia bayi : Refleks (umur 0-1
bulan). Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak
sengaja, dan tidak terbedakan. Contoh: refleks menangis, mengisap,
menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.

c. Tahap Perkembangan Emosi Menurut Erick Erikson


Menurut Erikson tahap perkembangan emosi lebih bersifat psikososial.
Erikson membagi tahap perkembangannya dalam delapan tahap sepanjang
rentang kehidupan. Basic trust versus Mistrust (dari lahir sampai 12-18
bulan). Bayi mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat
yang baik dan aman. Kekuatan : harapan.
9. Hospitalisasi pada usia anak bayi baru lahir
Menurut Potter & Perry (2005) hospitalisasi adalah pengalaman yang
penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana
orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status
kesehatan. Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai
pengalaman yang mengancam dan stressor.Kedua hal ini dapat menimbulkan
krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi karena
beberapa hal seperti : Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka. Stress
dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan
sehari-hari. Keterbatasan mekanisme koping.
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan usia, pengalaman sebelumnya, support sistem dalam keluarga,
keterampilan koping, dan berat ringannya penyakit.
Reaksi anak terhadap hospitalisasi pada masa bayi(0-1 th) :
Pembentukan rasa percaya diri dan kasih saying, usia anak > 6 bln terjadi
stanger anxiety /cemas, menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak,
ekspresi wajah yang tak menyenangkan.
Menurut Asmadi (2008) secara umum hospitalisasi menimbulkan
dampak pada lima aspek yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran, dan
ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri
seseorang dan bersifat pribadi.Sewaktu dirawat di rumah sakit, pasien
b.

kehilangan sebagian privasinya.


Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pada


gaya hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah
sakit dan rumah tempat tinggal klien serta oleh perubahan kondisi
kesehatan klien.Aktifitas hidup yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda
c.

dengan aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.


Otonomi Diri
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi
ketergantungan. Artinya ia akan pasrah terhadap tindakanapapun yang
akan dilakukan oleh petugas kehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini
menunjukan, klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan

d.

otonomi.
Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
individu sesuai dengan status sosialnya.

Manfaat Hospitalisasi menurut Supartini (2004) manfaat hospitalisasi adalah


sebagai berikut :
a.

Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara meberi


kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stressor yang
dihadapi selama perawatan di rumah sakit.

b.

Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat


memberikan kesempatan kepada keluarga untuk belajar tentang penyakit,
prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.

c.

Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan


memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan , sehingga
tiidak terlalu bergantung pada orang lain dan menjadi percaya diri.

d.

Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien


yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya
untuk saling kenal dan berbagi pengalaman.

B. Asuhan Keperawatan pada anak dengan hisprung (Dongoes, 2002)


1. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :
a) Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.Masalah yang dirasakan
klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada
klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung,
muntah.
2) Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah
berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien
mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d) Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
e) Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
g) Riwayat sosial

Apakah ada pendekatan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam


mempertahankan hubungan dengan orang lain.
h) Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
2.

Pemeriksaan Fisik
a.

Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat

capilary refil, warna kulit, edema kulit.


b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.

Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.

d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.

Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.

II.Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan

dengan

obstruksi

ketidakmampuan

Kolon

mengevakuasi feces
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran
pencernaan mual dan muntah

c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang


d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya.

III. Rencana Keperawatan


NO
1

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Konstipasi
berhubungan
dengan obstruksi
ketidakmampuan
Kolon
mengevakuasi
feces

TUJUAN
anak dapat melakukan
eliminasi
dengan
beberapa adaptasi sampai
fungsi eliminasi secara
normal
dan
bisa
dilakukan
Dengan Kriteria Hasil :
Pasien dapat
melakukan
eliminasi dengan
beberapa
adapatasi

Ada peningkatan
pola eliminasi
yang lebih baik

PERENCANAAN
1. Berikan bantuan
enema dengan cairan
Fisiologis NaCl 0,9
%
2. Observasi tanda vital
dan bising usus setiap
2 jam sekali
3. Observasi
pengeluaran feces per
rektal bentuk,
konsistensi, jumlah
4. Observasi intake
yang mempengaruhi
pola dan konsistensi
feses
5. Anjurkan untuk
menjalankan diet
yang telah dianjurkan

Perubahan nutrisi
kurang dan
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan saluran
pencernaan mual
dan muntah

Pasien menerima asupan


nutrisi yang cukup sesuai
dengan
diet
yang
dianjurkan
Kriteria Hasil :
Berat badan
pasien sesuai
dengan umurnya
Turgor kulit
pasien lembab

Resiko kurangnya
volume cairan
berhubungan
dengan intake yang
kurang

Status hidrasi pasien


dapat
mencukupi
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
Turgor kulit
lembab.

Kurangnya
pengetahuan
tentang proses
penyakit dan
pengobatanya.

Orang tua bisa


memilih makanan
yang di anjurkan

Keseimbangan
cairan.

pengetahuan
pasien
tentang
penyakitnyaa
menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
Pengetahuan pasien dan
keluarga tentang
penyakitnyaa, perawatan
dan obat obatan. Bagi
penderita Mega Colon
meningkat daan pasien
atau keluarga mampu
menceritakanya kembali

1. Berikan asupan
nutrisi yang cukup
sesuai dengan diet
yang dianjurkan
2. Ukur berat badan
anak tiap hari
3. Gunakan rute
alternatif pemberian
nutrisi ( seperti NGT
dan parenteral ) untuk
mengantisipasi pasien
yang sudah mulai
merasa mual dan
muntah
1. Berikan asupan
cairan yang adekuat
pada pasien
2. Pantau tanda tanda
cairan tubuh yang
tercukupi turgor,
intake output
3. Observasi adanay
peningkatan mual dan
muntah antisipasi
devisit cairan tubuh
dengan segera
1. Beri kesempatan pada
keluarga untuk
menanyakan hal hal
yang ingn diketahui
sehubunagndengan
penyaakit yang
dialami pasien
2. Kaji pengetahuan
keluarga tentang
Mega Colon
3. Kaji latar belakang
keluarga
4. Jelaskan tentang

proses penyakit, diet,


perawatan serta obat
obatan pada
keluarga pasien
5. Jelaskan semua
prosedur yang akan
dilaksanakan dan
manfaatnya bagi
pasien.
IV. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan
yaitu :
a. Tindakan mandiri
b.Tindakan observasi
c.Tindakan health education
d.Tindakan kolaborasi
V. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
a.

Pola eliminasi berfungsi normal

b.

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

c.

Kebutuhan cairan dapat terpenuhi

d.

Nyeri pada abdomen teratasi

Post operasi Hirschsprung

a.

Integritas kulit lebih baik

b.

Nyeri berkurang atau hilang

b.

Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama


pembedahan kolon

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Tanggal MRS

: 14 Agustus 2015

Tanggal Pengkajian : 17 Agustus 2015


Biodata identitas
Nama bayi

: By.Ny D

No.Register

: 811692

Umur

: 6 Hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Teluk pucung bekasi

Tanggal lahir

: 11 Agustus 2015

Diagnosa medis

: Hisprung Disease

Identitas orang tua


Nama

: Tn. T

Umur

: 36 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan
II.

: Angkatan darat

Keluhan Utama
Saat MRS

: Bayi rujukan RS Anna Medika dengan hisprung, lahir 11


Agustus 2015 Jam 00:28 dengan SC. Mekonium
terlambat 2 hari, bayi lahir sc. Kala II lama dengan BB =
4000gr, PB = 51 apgar score 9/10, mekonium -,

Saat Pengkajian

: By. A buang air besar dengan warna hijau pekat, lendir.

III. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi usia 4 hari, baru BAB tadi malam dan pagi. Sebelum bab perut
kembung, bab setelah dilakukan colok duburNadi: 145 x/menit (normal
dewasa: 60-100 x/menit, normal bayi: 140 x/menit) Frekuensi nafas : 42
x/menit (normal dewasa: 12-24 x/menit, normal bayi: 30-40 x/menit. Suhu
tubuh : 37,5 oC (normal: 36-37,5o C). Bayi tampak kehausan, turgor kulit
kerig, mukosa bibir kering.
b. Riwayat Ibu Kandung Bayi
Usia gestasi bayi dilahirkan : 38-39 minggu.
Umur Ibu : 31 tahun, Gravida : 2 Para : 1 Abortus : 0
Cara Persalinan : Sectio Caesaria
Komplikasi kehamilan : tidak ada
c. Pengkajian Fisik Pada Neonatus
1) Refleks pada bayi baru lahir : By. Ny. D dapat reflek moro, menggenggam,
mengisap dan menelan.
2) Tonus otot / aktifitas : By. Ny. D aktif dan menangis keras

3) Kepala / leher : kepala By. Ny. D lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran
wajah simetris. Lk= 33 cm
4) Mata : mata By. Ny. D konjungtiva ananemis, sklera putih, pupil isokor
5) THT : Telinga normal, Hidung normal, palatum normal
6) Abdomen : abdomen By. Ny. D lunak, lingkar perut = 30 cm asites (-),
turgor elastis
7) Thoraks : bentuk thoraks simetris dan klavikula normal
8) Paru-paru : Suara nafas kanan kiri sama, bunyi nafas tidak ada suara
tambahan, suara nafas bersih, respirasi spontan.
9) Jantung : S1 dan S2 terdengar, BJT (-)
10) Ekstremitas : gerakan semua ekstremitas aktif, nadi perifer kuat, brakial
kanan kuat, brakial kiri kuat, femoral kanan kuat, femoral kiri kuat.
11) Umbilikus : umbilikus By. Ny. D bersih tidak ada pus, umbilikus kering
dan masih tertutup kassa.
12) Panggul : panggul By. Ny. D kecil
13) Genital : testis sudah turun, tidak ada lesi, penis utuh
14) Anus : BAB 3x sehari dan paten
15) Spina : spina (-)
16) Kulit : warna kulit merah muda, adanya kemerahan di pipi, dan tidak ada
tanda lahir.
17) Suhu lingkungan : By. Ny. D suhu tubuh 37,5oC dengan suhu inkubator
31,6oC
d. Riwayat Sosial

1) Hubungan orang tua bayi : Anak kandung

2) Orang terdekat yang dapat dihubungi : Tn. T


3) Respon orang tua terhadap penyakit / hospitalisasi : orang tua ingin
anaknya lekas sembuh dan pulang kerumah.
4) Sistem pendukung / keluarga terdekat : Orang tua bayi
5) Anak lain : anak pertama perempuan, riwayat persalinan Sectio Caesaria,
dan riwayat imunisasi lengkap.
e. Pemeriksaan penunjang :
Hb = 16,5 g/dL, Ht = 48%, Eritrosit = 4,8 juta/L, Leukosit = 8090/L,
Trombosit = 205000/ L, MCV = 98 fL*, MCH = 34 pg*, MCHC = 35 g/dL,
PT Kontrol = 10,9 detik, PT pasien = 10,4 detik, APTT kontrol = 32,9 detik,
APTT pasien = 31,4 detik, GDS = 105 mg/dL, Na = 144 mmol/L, Kalium =
2,8 mmol/L*, Cl = 111 mmol/L, Procalcitonin = 1,07 ng/mL
f. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Injeksi Cefotaxime 2x100 mg
2) Injeksi Metronidazole 3x30 mg/ 8 jam
3) Terapi Caairan : D5 NS 50 cc/24 jam
B. Analisa Data
DATA FOKUS
DS :
DO :
By tampak menghisap
jarinya.
By mendapat susu 8x30
cc/24jam = 240 cc/hari

MASALAH
Kelebihan volume cairan

ETIOLOGI
Gangguan mekanisme
regulasi

By BAB 2 x selama 8 jam


dinas.
By terpasang infus dengan
syringe pump 15 tpm
Terlihat bibir By.D terlihat
kering
BB diapers =
5rg/BAB+BAK
3x5=15 gr/24jam
Balance cairan = intakeoutput = 240-15 = 225
cc/kg/bb

Vital signs:
Nadi: 145 x/menit (normal
dewasa: 60-100 x/menit,
normal bayi: 140 x/menit)
Frekuensi nafas : 42 x/menit
(normal dewasa: 12-24
x/menit, normal bayi: 30-40
x/menit
Suhu tubuh : 37,5 oC (normal:
36-37,5o C)
DS : DO :
Sh: 37,50C
Suhu lingkungan : 22,60C
Suhu incubator :31,60C

DS :
DO :
BB saat masuk 4000gr
BB saat ini 3800 gr
LP = 30 cm
LL = 11 cm
Hb =16,5
Bising usus 3x/menit
Turgor kulit kering
Mukosa bibir kering
Diit ASI 12x30 cc
BB = 3900
BB ideal = Bayi baru lahir(anak 012 bln)

Ketidakefektifan
termoregulasi

Adaptasi suhu
lingkungan

Resiko pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Intake yang tidak


adekuat

BBI = (umur(bln)/2)+4
BB = 4,5 gr
1. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan adaptasi suhu lingkungan
3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake yang tidak adekuat

2. Intervensi
No
Diagnosa
1
Kelebihan

Tujuan dan Kriteria hasil


Tujuan : Setelah dilakukan

NIC :

volume cairan

tindakan keperawatan 3 x

1. Timbang popok/poembalut jika

tubuh b.d

24 jam kelebihan volume

diperlukan.

gangguan

cairan dapat diatasi

R/ mengetahui intake dan output

mekanisme

NOC :

regulasi

Fluid balaKriteria Hasil :

output yang akurat.

1. Terbebas dari edema,

R/menjaga kestabilan cairan

efusi, anasarka

Intervensi

2. Pertahankan catatan intake dan

3. Monitor vital sign

2. Terbebas dari

R/ untuk menentukan intervensi

kelelahan, kecemasan

selanjutnya dan mengetatahui

atau kebingungan.

keadaan umum pasien

3. Membran mukosa
lembab
4. Kelembaban kulit

4. Kolaborasi pemberian cairan IV


R/ membantu pemasukan cairan
lewat intra vena
5. Berikan asi sesuai kebutuhan

normal
2

Ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan
dengan
Adaptasi suhu
lingkungan

Tujuan :

NIC

Setelah dilakukan tindakan

1. Monitor suhu minimal tiap 2

1x24 jam, diharapkan :


NOC : Hidration immune

jam
2. Monitor td,nadi, rr

status

3. Monitor warna dan suhu kulit

Kriteria hasil :

4. Monitor tanda hipertermi dan

1. Keseimbangan
antara produksi
panas ,panas yang
diterima dan
kehilangan panas

hipotermi
5. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi sesuai kebutuhan=150cc
6. Ganti sprei dan bedong ketika
basah

2. Temperatur stabil
(36,5-37,5)
3. Tidak ada kejang
4. Tidak ada
perubahan warna
3

Resiko

kulit
Tujuan :

Management Nutrisi

pemenuhan

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji riwayat jumlah makanan/

nutrisi kurang

keperawatan 3 x 24 jam,

masukan nutrisi yang biasa

dari kebutuhan

diharapkan :

tubuh b.d Intake

NOC : Status Nutrisi

dimakan dan kebiasaan makan


R/ member informasi tentang

yang tidak

Kriteria Hasil :

adekuat

1. Berat badan pasien


sesuai umur
2. Kekuatan
menggenggam
3. Daya tahan tubuh kuat
4. Pertumbuhan sesuai
tumbuh kembang

kebutuhan pemasukan/ difisiensi


2. Timbang berat badan.
Bandingkan perubahan status
cairan, riwayat berat badan,
ukuran kulit trisep
R/ sebagai indicator langsung
dalam mengkaji perubahan
status nutrisi
3. Anjurkan ibu untuk tetap
memberikan asi rutin 8x30cc
R/ untuk mempertahankan
masukan nutrisi pada pasien
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori

68 kalori
R/ untuk menambah masukan
nutrisi yang baik bagi klien
Monitoring Nutrisi
1. Monitor turgor kulit
R/ mengkaji pasokan nutrisi
adekuat
2. Monitor mual dan muntah
R/ mengkaji adanya
pengeluaran output berlebih
3. Monitor intake nutrisi
R/ mengkaji pemasokan nutrisi
yang adekuat
4. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan anak
R/ observasi adanya penurunan
perkembangan anak karena
pasokan nutrisi tak adekuat
atau pengeluaran output yang
berlebih
3. Implementasi
Hari/Tanggal

DX

Senin

17/8/2015

Tindakan Keperawatan
1. Melakukan pengkajian kepada keluarga By.Ny.D
2. Memonitor ttv
Nadi: 145 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit,
normal bayi: 140 x/menit)
Frekuensi nafas : 42 x/menit (normal dewasa: 12-24
x/menit, normal bayi: 30-40 x/menit
Suhu tubuh : 37 oC (normal: 36-37,5o C)
3. Menggantikan diapers
By mendapat susu 8x30 cc/24jam = 240 cc/hari

Paraf

BB diapers = 5rg/BAB+BAK
3x5=15 gr/24jam
Balance cairan = intake-output = 240-15 = 225
cc/kg/bb
Tampak BAB berwarna hijau pekat, produksi sebanyak
50cc
4. Memberikan cairan asi lewat oral
Pemberian asi sebanyak 15 cc
Selasa

18/8/15

1. Memonitor ttv
Nadi: 145 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit,
normal bayi: 140 x/menit)
Frekuensi nafas : 40 x/menit (normal dewasa: 12-24
x/menit, normal bayi: 30-40 x/menit
Suhu tubuh : 37,5 oC (normal: 36-37,5o C)
2. Menggantikan diapers
Tampak BAB berwarna hijau pekat, produksi sebanyak
50cc
3. Memonitor suhu inkubator
Suhu inkubator = 33 C
4. Menambahkan air didalam inkubator
5. Memberikan oksigen 2 L

Rabu 19/8/15

1. Memonitor ttv
Nadi: 143 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit,
normal bayi: 140 x/menit)
Frekuensi nafas : 40 x/menit (normal dewasa: 12-24
x/menit, normal bayi: 30-40 x/menit
Suhu tubuh : 37 oC (normal: 36-37,5o C)
2. Menggantikan diapers
Tampak BAB berwarna hijau pekat, produksi sebanyak
50cc
3. Memberikan cairan asi lewat oral
Pemberian asi sebanyak 15 cc
4. Mengobservasi BB
BB= 3900 gr

4. Evaluasi keperawatan

Hari/Tgl

DX

Respon hasil (Evaluasi)

Senin 17/8/15

S:O:
bayi tampak menghisap jari
bayi tampak terpasang infus via syrimpump 5,0
turgor kulit tampak kering
mukosa bibir kering
ASI masuk sebanyak 15 cc habis
Suhu 37 C
A : Masalah keperawatan kekurangan volume cairan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Monitor ttv
Monitor suhu
Berikan intake asi sesuai kebutuhan
Monitor output

Selasa

S:
O:
Suhu bayi 37
Suhu inkubator 33
Turgor kulit lembab
Tampak terpasang oksigen 2L
A : Masalah termoregulasi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Monitor TTV, suhu bayi, suhu lingkungan
Monitor turgor kulit

S:
O:
Bayi tampak lebih tenang dan tertidur
Asi diberikan sebanyak 15 cc/2 jam
BB = 3900 gr
Bayi tampak terpasang infus syrimpump 5,0
A : Masalah keperawatan nutrisi teratasi sebagian
P : hentikan intervensi
Klien pulang

18/8/15

Rabu 19/8/15

BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan dari kasus yang diambil dari Bab III mengenai
asuhan keperawatan pada By. Ny. D dengan Penyakit Hisprung di Ruang IKA Lantai
1 RSPAD Gatot Soebroto. Pada kasus By. Ny. D kelompok mengangkat 3 diagnosa.
1. Pengkajian
Pada klien dengan Hischsprung keluhan yang dirasakan adalah sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah. Penyebabnya sebenarnya tidak diketahui
tetapi penyakit ini diduga karena factor-faktor genetic. Tanda dan gejala yang
biasa muncul pada kasus hischprung dibagi menjadi dua yaitu Masa neonatal :
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir, Muntah berisi
empedu, Enggan minum, Distensi abdomen. Sedangkan Masa Bayi dan Kanakkanak : Konstipasi, Diare berulang, Tinja seperti pita, berbau busuk, Distensi
abdomen, Gagal tumbuh menurut Betz, Cecily. L (2002). Pada kasus By. Ny. D
dengan penyakit hischprung didapat data dari Ny. D sebagai ibu bayi bahwa
anaknya lahir dengan keluhan sulit BAB dan gagal dalam mengeluarkan
mekonium dalam 48 jam setelah lahir. Dalam teori penyebab hisprung diduga
karena gaktor-faktor genetic. Namun dalam kasus ini kemungkinan penyebabnya
adalah faktor lingkungan

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan utama pada By. Ny. D dengan penyakit hischprung adalah
resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi. Alasan kelompok mengambil diagnosa keperawatan yang utama adalah
adalah hasil balance cairan +225. Data subjektifnya adalah Ny. D mengatakan
merasa suhu badan anaknya mengalami peningkatan, sedangkan data objektifnya
adalah By tampak menghisap jarinya, By mendapat susu 8x30 cc, By BAB 3x
selama 8 jam dinas/50 cc, By terpasang infus dengan syringe pump 15 tpm,
Terlihat bibir By.D terlihat kering, TTV : Nadi: 145 x/menit (normal dewasa: 60100 x/menit, normal bayi: 140 x/menit), Frekuensi nafas : 42 x/menit (normal
dewasa: 12-24 x/menit, normal bayi: 30-40 x/menit, Suhu tubuh : 37,5 oC (normal:
36-37,5o C).
Alasan kelompok mengambil diagnosa keperawatan yang kedua adalah
Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan adaptasi suhu lingkungan
karena suhu bayi yang baru lahir belum stabil. Alasan kelompok mengambil
diagnosa yang ketiga adalah Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dengan data subjektif yang
muncul adalah tidak ada, sedangkan data objektifnya adalah BB saat masuk
4000gr, BB saat ini 3800 gr sedangkan diteori sesuai dengan diagnosa perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah,
namun dikasus nutrisi yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Intervensi
Intervensi yang direncanakan pada kasus By. Ny. D dengan diagnosa keperawatan
yang utama adalah resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan
mekanisme regulasi berbeda dengan intervensi pada teori karena teori membahas
kekurangan volume cairan.
Intervensi yang direncanakan pada kasus By. Ny. D dengan diagnosa keperawatan
yang kedua adalah ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan adaptasi
suhu lingkungan adalah tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

Intervensi yang direncanakan pada kasus By. Ny. D dengan diagnosa keperawatan
yang ketiga adalah resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat bahwa tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan kasus.
4. Implementasi
Pada pembahasan pelaksanaan keperawatan dibawah ini akan membahas antara
kasus dan teori, serta penjelasan atas rencana tindakan yang dapat dilakukan dan
tidak pada kasus. Semua tindakan keperawatan yang direncanakan untuk masing
masing diagnosa telah dilakukan semua kecuali tindakan keperawtan yang aada
pada diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulasi.
5. Evaluasi
Diagnosa keperawatan klien pada By. Ny. D belum ada yang teratasi. Diagnosa
keperawatan yang belum teratasi adalah kelebihan volume cairan berhubungan
dengan mekanisme regulasi dikarenakan balance cairan klien masih belum
seimbang, intake dan output klien tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah ketidakefektifan termoregulasi
berhubungan dengan adaptasi suhu lingkungan belum teratasi dikarenakan suhu
By. Ny. D masih belum stabil.
Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah resiko pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat belum teratasi
karena berat badan bayi menurun.

BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.
Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air
besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara
yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak.
Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu
terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat
maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
2. SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily. L & Sowden,Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi
6, Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda dan
NIC NOC. Yogyakarta : Media Action.
Wong,Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4 Jakarta :
EGC.

You might also like