Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
I.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Foto sinar-X yang menampilkan paru-paru pengidap radang paru-paru, (b)
Peradangan Pada Alveoli (Google image, 2012)
Jadi Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru yang disebabkan oleh masuknya
kuman atau bakteri ditandai oleh batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat
ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
B. Etiologi
Beberapa
jenis
jamur
yang
biasa
menginfeksi
yaitu
Candidiasis,
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
atau spesimen yang berasal dari paru.
C. Patologi / patofisiologi terjadinya penyakit
Bakteri penyebab pneumonia ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut
dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru bahkan hingga selaput otak. Akibatnya
timbul timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Lokasi invasi dapat
mengenai satu atau kedua paru. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga
paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi
dapat digambarkan pada skema proses
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pneumonia tergantung pada berat ringannya penyakit, gejalanya
secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas, retraksi
dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih/grunting, dan
sianosis.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan
umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia. Napas cepat/
takipnea, bila frekuensi napas:
: 60 kali/menit
: 50 kali/menit
: 40 kali/menit
: 30 kali/menit
lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas
bronkovesikular atau bronchial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan
bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Selain
itu, juga terdapat batuk, ingus, suara napas lemah, lelah, kurang nafsu makan dan
kekakuan sendi.
Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejalanya dapat berkembang secara
tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya tanda-tanda pneumonia
pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi
mereka karena mereka telah mengalami gangguan fungsi paru yang serius.
E. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum pneumonia
1) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous, atau
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari mekanik,
atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah
dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan virulensinya.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat mewujudkan
tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah lahir.
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-tanda
klinis.
b. Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah bayi
lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses kelahiran.
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak
pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering
mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme resisten
pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh bayi
sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak mudah
diakses.
4) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan signifikan
potensial.
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam
ringan (WHO, 2003).
F. Pemeriksaan Fisik
Tergantung luas lesi paru
Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya
tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif
produktif, Nyeri dada
Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi
yang sakit, Hati mungkin membesar
Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Pemeriksaan fisik yang lainnya :
Breathing
Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang pada
daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan intercostal space.
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau
mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang
terkena, kadang disertai dengan sputum.
Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT memanjang (>3
det).
Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran,
besar dan reflek pupil terhadap cahaya
Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu memonitor
adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Dikaji pula
kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola eliminasi alvi,
adakah kelainan pada anus.
Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan pada
tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau kongenital, bagaimana ATR
(activity tonus respon).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita pneumonia adalah:
a) Kultur sputum.
b) Darah dan kultur urine untuk pemeriksaan penyebaran yang spesifik.
c) Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
d) Pemeriksaan Radiologi untuk menentukan lokasi dan keberadaan pneumonia.
Sedangkan menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia).
Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah.
Bilirubin : Mungkin meningkat.
Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan Sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeola).
H. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa:
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Pemberian antibiotik sesuai
dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisillin
dan aminoglikosida. Untuk umur >3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol
merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronchodilator kerja cepat, dengan salah satu
cara berikut:
- Salbutamol nebulisasi.
- Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer.
- Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)secara
subkutan.
b.
Suportif:
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan
pemeriksaan AGD.
2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.
4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi
hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan
respiratory arrest.
7) Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan rumatan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi. Pasien yang mengala sesak yang berat dapat
dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oran segera diberikan.
Pemberian asupan oral diberikan bertahap melalui NGT (selang nasogastric) drip susu
atau makanan cair. Dapat dibernarkan pemberian retriksi cairan 2/3 dari kebutuhan
rumatan, untuk mencegah edema paru dan edema otak akibat SIADH (Syndrome of
Inappropriate Anti Diuretic Hormone).
8) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal untuk
memperbaiki transport mukosiliar
9) Koreksi kelainan elektrolit atau metabolic yang terjadi midalnya hipoglikemia,
asidosis metabolic
10) Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.
c. Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI:
Beri antibiotic oral sesuai indikasi Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan
antibiotic yang sesuai.
Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol)
Antibiotic pilihan kedua: amoksilin
Umur atau berat badan kotrimoksazol. Beri 2 kali sehari selama 5 hari
Amoksisilin, beri 3 kali sehari selamam 5 hari
Tablet dewasa
o 480 mg Tablet anak
o 120 mg Sirup/ 5 ml
o 240 mg Sirup 125 mg per 5 ml
o 2 4 bulan
o (4 < 6 kg) 1 2,5 ml 2,5 ml
o 4 12 bulan
o (6 < 10 kg) 2 5 ml 5 ml
o 12 bulan 5 tahun
o (10 < 19 kg) atau 1 3 7,5 ml 10 ml
Beri antibiotic intramuscular
Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri dosis (IM)
kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan tidak memungkinkan
ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari dan atau ampisilin setiap 6 ham
selama 5 hari. Kemudian ganti dengan antibiotic yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari
pengobatan.
Umur atau berat badan Kloramfenikol. Dosis 40 mg per kg BB, tambahkan 5,0 ml
aquadest
sehingga
menjadi
1000
mg
5,6
ml
atau
180
mg/ml
Ampisilin. Dosis 20 mg per kg BB, tambahkan 5,0 ml aquadest dalam 1 vial 1000 mg
sehingga menjadi 1000 mg = 5,6 ml atau 180 mg/ml
1 4 bulan (4-< 6 kg) 1.0 ml = 180 mg 0.5 cc = 90 mg
4 9 bulan (6-< 8 kg) 1.5 ml = 270 mg 0.8 cc = 145 mg
9 12 bulan (8-<10 kg) 2 ml = 360 mg 1 cc = 180 mg
12 3 tahun (10-< 14 kg) 2.5 ml = 450 mg 1.3 cc = 225 mg
3 5 tahun (14-< 19 kg) 3.5 ml = 630 mg 1.8 cc = 315 mgC.
I. Perawatan Di Rumah
Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan > 5 tahun)
1) Pemberian makanan:
Berilah makanan secukupnya selama anak sakit
Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh
Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan
2) Pemberian cairan:
Berilah minuman lebih banyak
Tingkatkan pemberian ASI
3) Pemberian obat pereda batuk
Berikan ramuan yang aman dan sederhana
4) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah
kembali kepda petugas kesehatan, bila:
Napas menjadi sesak
Napas menjadi cepat
Anak tidak mampu minum
Sakit lebih parah
d. Pengobatan demam
penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit pneumonia :
a) Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
b) Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2
tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung
faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan
terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara
ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
c) Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
d) Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
e) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah
f)
panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
g) Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas
seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena
bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang
berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir
pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
Kuman (bakteri,
virus)
Masuk melalui
plasenta
Lingkungan, factor
ASI, kelahiran
prematur
Pathway Pneumonia
Inhalasi mikroba,
jamur melalui udara,
aspirasi
Aspirasi
Secara hematogen
masuk ke paru-paru
PNEUMON
IA
Masuk ke paru
Reaksi inflamasi yg
hebat di saluran nafas
bawah (bronkiolusalveolus)
Kuman keluar ke
udara bebas
Penularan ke orang
lain melalui droplet
Produksi
sekret
Rangsangan batuk
Gg. ventilasi
Akumulasi
sekret
Obstruksi jalan
nafas
BERSIHAN
JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF
Frekuensi
nafas
Kurangnya pengetahuan
mengenai penyakit
Atelektaksis
Nyeri pleuritik
DEFISIENSI
PENGETAHUA
N
sianosis
Gg. PERTUKARAN
GAS
Tubuh mengalami
keletihan
Gg. POLA
TIDUR
O2 ke jaringan
Gg. difusi
NYERI AKUT
Perangsangan system
aktivasi retikulotis
Susah u/ tidur
PK INFEKSI
WBC, leukosit
Gg. PERFUSI
JARINGAN
PERIFER
INTOLERANSI
AKTIVITAS
Stimulasi chemoreseptor
hipotalamus
RISIKO
INFEKSI
Metabolisme meningkat
Reaksi peningkatan
panas tubuh
Evaporasi meningkat
Kebutuhan O2 meningkat
namun CO2 gagal
dikeluarkan
HIPERTERMI
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
KLEKURANGAN
VLUME CAIRAN
KETIDAKEFEKTIF
AN POLA NAPAS
AsuhanKeperawatan
No.
1.
DIAGNOSA
KriteriaHasil/NOC
Intervensi/NIC
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan terdapat sekret di
dalam bronkus (obsturuksi
akibat kelebihan sekret)
ditandai dengan kelebihan
sekret dan batuk yang tidak
efektif
Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
1x15menit,diharapkanbersihanjalannafas
kembaliefektifdengankriteriahasil:
NICLabel:Airwaymanagement
1. KajiTTVklien,catatjikaadaperubahan.
2. Posisikanklienpadaposisiyangmemaksimalkanpotensipertukaranudara(posisi
semifowler)
3. Lakukanterapifisikdadasesuaikebutuhan.
4. Bersihkansekresidengandoronganbatukatausuctioning
5. Monitorstatusrespirasidanoksigenasiklien
6. Identifikasipasienperlunyapemasanganalatjalannapasbuatan
7. Auskultasisuaranapas,catatadanyasuaratambahan
NICLabel:Airwaysuction
NOCLabel:respiratorystatus:ventilation
1.
2.
2.
dengan
perubahanmembranalveolar
kapiler ditandai dengan gas
darah arteri abnormal,
pernafasan
abnormal
(frekuensi,
ritme,
kedalaman), sianosis, dan
iritabilitas
- Klienmampumengeluarkansecret
Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
2 x 2 jam diharapkan status pertukaran gas
kliennormaldengankriteriahasil:
RespiratoryStatus
Respirationratedalamrentangskala3
4
Ritme pernapasan dalam keadaan
normal(1820x/menit)
Auscultasi suara napas tidak
menunjukkan keabnormalan mencapai
skala5
Saturationoxygenmencapai95%
Tandatandasianosismencapaiskala5
(none)
Klien tidak mengalami somnolen
mencapaiskala5(none).
RespiratoryStatus:GasExchange
1.
2.
3.
4.
5.
Pastikankebutuhanoral/trachealsuctioning
Auskultasisuaranapassebelumdansesudahsuctioning
Informasikanpadakliendankeluargatentangsuctioning
Anjurkanalatyangsterilsetiapmelakukantindakan
Monitorstatusoksigenklien
AirwayManagement
Posisikanpasienuntukmemaksimalkanventilasiudara
Lakukanterpaifisikdada,sesuaikebutuhan
Keluarkan secret dengan melakukan batuk efektif atau dengan melakukan
suctioning
Catatdanmonitorpelan,dalamnyapernapasandanbatuk
Berikantreatmentaerosol,sesuaikebutuhan
Berikanterapioksigen,sesuaikeebutuhan
Regulasiintakecairanuntukmencapaikeseimbangancairan
Monitorstatusrespiratorydanoksigenasi
RespiratoryMonitoring
Monitorfrekuensi,ritme,kedalamanpernapasan.
Monitor adanya suara abnormal/noisy pada pernapasan seperti snoring atau
crowing.
Kajikeperluansuctioningdenganmelakukanauskultasiuntukmendeteksiadanya
cracklesdanrhonchidisepanjangjalannapas.
Catatonset,karakteristikdandurasibatuk.
VitalSignsMonitoring
Monitortekanandarah,nadi,temperature,danstatusrespirasi,sesuaikebutuhan.
Monitorrespirationratedanritme(kedalamandansimetris)
Monitorsuaraparu
Monitoradanyaabnormalstatusrespirasi(cheynestokes,apnea,kussmaul)
Tekananparsialkarbondioksida dalam
darah arteri PaCO2 dalam rentang
normal(3545mmHg)
PHdaraharteridalamrentangnormal
(7,357,45)
Saturationoxygenmencapai95%
Tandatandasianosistidakada(skala5)
Monitorwarnakulit,temperaturedankelembapan.
Monitoradanyasianosispadacentraldanperifer
HemodynamicRegulation
Auskultasisuaraparuterhadapadanyacracklesdansuaralainnya
Monitornadiperifer,capillaryrefill,dantemperaturedanwarnakulitekstremitas.
Monitorcardiacoutputdanataucardiacindex
Monitorpulmonarycapillary
3.
dengan
kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan
turgor kulit, membran
mukosa kulit, peningkatan
suhutubuh,dankelemahan
Ketidakefektifan perfusi
jaringanperiferberhubungan
dengan penurunan suplay
oksigenkejaringanditandai
dengan perubahan warna
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pantauinputdanoutputyangsesuai
Pantaustatushidrasiklien
Pantauhasillaboratoriumretensicairanyangrelevan
Pantautandatandavital
Pantauindikasicairanoverload/retensiyangsesuai
Pantaumakanan/cairanyangmasukdanmenghitungasupankaloriharianyang
sesuai
7. BerikanterapiIVyangditentukan
8. Promosikanasupanoralyangsesuai
9. Berikanasupancairanselama24jamsesuaiketentuan
10. Pantauresponklienterhadapterapielektrolityangtelahditentukan
NOCLabel:FluidBalance
Tekanan darah normal (systole :
120100 dan diastole : 10080
mmHg)
Intake dan output selama 24 jam
seimbang(skala5)
Turgorkulitnormal(CRT<3detik)
Membranmukosalembab(skala5)
NOCLabel:Hydration
4.
FluidManagement
Turgorkulit(CRT<3detik)
Membranmukosalembab(skala5)
Intakecairanbaik(skala5)
Pengeluaranurinebaik(skala5)
NICLABEL:Oksigenterapy
Pertahankankeadekuatanjalannafas
Monitorkebutuhanoksigenpasien
Observasitandakekurangansaturasioksigenuntukmencegahhipoventilasi
Instruksikanpadakeluargabagaimanacaramenggunakanoksigendirumah
TekanandarahSistoliknormal (120100
mmHg)
Tekanan darahdiastoliknormal (10080
mmHg)
Saturasioksigennormal(95%100%)
PaO2 (tekanan parsial oksigen didalam
pembuluh darah arteri) normal (80100
mmHg)
PaCO2 ( tekanan parsial karbondioksida
di pembuluh darah arteri) klien normal
(3545mmHg)
Urinoutputnormal(3050ml/jam)
Suhukulitnormal(36,537,5C)
CRTkliennormal(<3detik)
NOC:TissuePerfusion:Peripheral
5.
dengan
hiperventilasi ditandai
dengan dispnea, pernapasan
bibir dan penggunaan otot
aksesorisuntukbernapas
(36,537,5C)
Kekuatan denyut nadi klien normal
(80100x/menit)
Warnakulitkliennormal
Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
1 x 6 jamdiharapkanpola nafas klien tidak
mengalamigangguandengankriteriahasil:
NOCLabel:
RespiratoryStatus:Airwaypatency
RespiratoryStatus:Ventilation
VitalSigns
Klientidakmenggunaanototbantunapas
Monitorturgorkulit
Monitortandakeracunanoksigen
NICLABEL:Hemodinamikregulation
Monitordandokumentasiheartrate,iramajantung,dantekanandarah
Monitor tekanan perifer ,capillary refill, dan perubahan suhu dan warna kulit
ekstremitas
Monitornilaielektrolitdalamtubuh
Monitorintakeatauoutput,danberatbadanpasiensesuaiindikasi
Hidarkanpasiendarisumberstresor
Monitorefekpengobatan
Auskultasisuarajantung
NICLABEL:Vitalsignmonitoring
Monitorperubahantekanandarah,nadi,RR,dansuhutubuhpasien.
Monitortekanandarahpasiensetelahdiberikanpengobatan.
Monitorperubahantandatandavitalsetelahpasienmelakukanaktivitassedang
Monitorperubahansuhutubuhklienbilaterjadihipertermiaatauhipotermia.
Auskultasiiramajantung
MonitorabnormalnyasistempernapasanpasienbilaadanyaCheynestokes,kussmaul,
biot,apneu,danadanyasianosis.
Monitorwarnakulit,suhukulit,dankelembapankulit.
NICLabel:AirwayManagement
Posisikanpasienuntukmemaksimalkanventilasiudara
Lakukanterpaifisikdada,sesuaikebutuhan
Catatdanmonitorpelan,dalamnyapernapasandanbatuk
Berikantreatmentaerosol,sesuaikebutuhan
Berikanterapioksigen,sesuaikeebutuhan
Regulasiintakecairanuntukmencapaikeseimbangancairan
Monitorstatusrespiratorydanoksigenasi
NICLabel:RespiratoryMonitoring
Monitorfrekuensi,ritme,kedalamanpernapasan.
Monitoradanyasuaraabnormal/noisypadapernapasansepertisnoringataucrowing.
Catatonset,karakteristikdandurasibatuk.
VitalSignsMonitoring
Monitortekanandarah,nadi,temperature,danstatusrespirasi,sesuaikebutuhan.
Tidakadaretraksidindingdada
6.
dengan
mengekspresikan prilaku
(merengek dan menangis)
danungkapanverbalklien.
Setelahdilakukanasuhankeperawatanselama
1X30menitdiharapkannyeriklienterkontrol
dengancriteriahasil:
LabelNIC:PainManagement
a.
LabelNOC:painlevel
b.
Monitorrespirationratedanritme(kedalamandansimetris)
Monitorsuaraparu
Monitoradanyaabnormalstatusrespirasi(cheynestokes,apnea,kussmaul)
Monitorwarnakulit,temperaturedankelembapan.
Monitoradanyasianosispadacentraldanperifer
c.
d.
e.
f.
g.
h.
LabelNIC:AnalgesicAdministration
Ketahuilokasi,karakteristik,kualitas,danderajatnyerisebelummemberikanpasien
medikasi
Lakukanpengecekanterhadapriwayatalergi
Pilihanalgesicyangsesuaiataukombinasikananalgesicsaatdiresepkananagesiklebih
dari
Monitortandatandavitalsebelumdansetelah diberikananalgesicdengansatukali
dosisatautandayangtidakbiasadicatatperawat
Evaluasikeefektiandarianalgesic
LabelNIC:VitalsignMonitoring
MonitorTTVklien(tekanandarah,nadi,suhu,danRR)
7.
PKInfeksi
Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
1 x 6 jam diharapkan infeksi klien dapat
teratasi dan mencegah komplikasi dengan
criteriahasil:
WBCkliendalambatasnormal(6,00
14.0103/L)
Monosit dalam batas normal ( 0,00
1,00103/L37,3)
Suhu dalam batas normal ( 36,0
37,5C)
Mandiri
Selalucucitangansetiapkontakdenganpasien
Pantautandatandavitalkhususnyasuhu
Pantautandatandainfeksi(rubor,kalor,dolor,tumor,fungsiolaesa)
MonitorWBC
Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
Pertahankanteknikisolasi
Batasipengunjungbilaperlu
Instruksikanpengunjunguntuk mencuci tangan merekasetelah melakukan
kunjungandanmeninggalkanpasien
Gunakanantimikrobasabununtukmencucitangan
Cucitangansebelumdansetelahsetiaptindakankeperawatan
Gunakanpakaian,sarungtangansebagaialatperlindungan
Meningkatkanasupannutrisi
Kolaborasi
Kolaborasipemberianantibiotic
Administrasikan kortikosteroid jikaterdapat edemaberatantara lain: deksametason,
prednison.
DAFTARPUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Jakarta : Depkes RI.
Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hal.
76-77.
Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Sixth Edition, USA : Mosby Elsevier
News Medical. 2012.
http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-(Indonesian).aspx (Akses: 13 Juli 2015)
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Sixth Edition, USA :
Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC