You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

PASIEN DENGAN PNEUMONIA

Oleh:

A.A Tri Wulandari Putra


(1102105063)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

I.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan
kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita
peringkat ke-lima sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas
dibagian rawat jalan (Brunner dan Suddarth, 2002)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut
pneumonia (Depkes RI, 2006).

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Foto sinar-X yang menampilkan paru-paru pengidap radang paru-paru, (b)
Peradangan Pada Alveoli (Google image, 2012)
Jadi Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru yang disebabkan oleh masuknya
kuman atau bakteri ditandai oleh batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat
ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

B. Etiologi

Pada umumnya Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat disebabkan oleh


bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa
(Jeremy, 2007).
Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini bisa menyerang siapa saja. Bakteri
penyebab pneumonia paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Dimana bila pertahanan tubuh menurun, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan
panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat
Virus
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa
berat dan kadang menyebabkan kematian.
Jamur:
Jamur penyebab infeksi seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.

Beberapa

jenis

jamur

yang

biasa

menginfeksi

yaitu

Candidiasis,

Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis, Coccidioidomycosis.


Aspirasi:
Makanan, cairan, muntah.
Inhalasi:
Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum, Berillium, Uap air
raksa), rokok, debu dan gas
Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, paling sering pada anak pria
remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati
Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat

lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
atau spesimen yang berasal dari paru.
C. Patologi / patofisiologi terjadinya penyakit
Bakteri penyebab pneumonia ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut
dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru bahkan hingga selaput otak. Akibatnya
timbul timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Lokasi invasi dapat
mengenai satu atau kedua paru. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga
paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi
dapat digambarkan pada skema proses
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pneumonia tergantung pada berat ringannya penyakit, gejalanya
secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas, retraksi
dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih/grunting, dan
sianosis.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan
umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia. Napas cepat/
takipnea, bila frekuensi napas:

umur < 2 bulan


umur 2-11 bulan
umur 1-5 tahun
umur 5 tahun

: 60 kali/menit
: 50 kali/menit
: 40 kali/menit
: 30 kali/menit

Manifestasi klinis secara umum, antara lain:


Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan
menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,50 sampai 40,50C [1010F sampai
1050F]), dan nyeri dada yang seperti ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas
dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25 sampai 45
kali/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot
aksesori pernapasan.
Pneumonia atipikal gejalanya tergantung pada organism penyebab. Banyak pasien
mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan
awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala,
demam tingkat rendah, nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah
beberapa hari, sputum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.
Nadi cepat dan bersambungan (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10
kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius. Bradikardia relative untuk
suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi
mycoplasma atau infeksi dengan spesies legionella.
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih
terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk
tegak di tempat tidur dengan condong kearah depan, mencoba untuk mencapai
pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau napas dalam. Pasien
banyak mengeluarkan keringat. Sputum purulen dan bukan merupakan indicator yang
dapat dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan
pneumonia pneumokokus, stafilokokus, klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia
klebsiella sering juga memiliki sputum yang kental, sputum H. influenza biasanya
berwarna hijau.
Tanda-tanda lain, seperti: kanker atau pada mereka yang menjalani pengobatan
dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap
organism yang sebelumnya tidak dianggap pathogen serius. Pasien itu menunjukkan
demam, krekles dan temuan fisik yang menandakan area solid (konsolidasi) pada

lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas
bronkovesikular atau bronchial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan
bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Selain
itu, juga terdapat batuk, ingus, suara napas lemah, lelah, kurang nafsu makan dan
kekakuan sendi.
Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejalanya dapat berkembang secara
tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya tanda-tanda pneumonia
pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi
mereka karena mereka telah mengalami gangguan fungsi paru yang serius.
E. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum pneumonia
1) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous, atau
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari mekanik,
atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah
dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan virulensinya.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat mewujudkan
tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah lahir.
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-tanda
klinis.
b. Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah bayi
lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses kelahiran.
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak
pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering
mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme resisten
pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh bayi

sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak mudah
diakses.
4) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan signifikan
potensial.

Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat mempengaruhi

gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.


Klasifikasi pneumonia berdasarkan umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
o Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya
menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun,
stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh
yang rendah (di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea,
distensi abdomen dan abdomen tegang.
o Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak
terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

o Pneumonia sangat berat


Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat
minum, adanya
penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
o Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
sianosis sentral dan dapat minum.
o Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
o Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.
o Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 1014 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya

terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam
ringan (WHO, 2003).
F. Pemeriksaan Fisik
Tergantung luas lesi paru
Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya
tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif
produktif, Nyeri dada
Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi
yang sakit, Hati mungkin membesar
Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Pemeriksaan fisik yang lainnya :
Breathing
Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang pada
daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan intercostal space.
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau
mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang
terkena, kadang disertai dengan sputum.
Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT memanjang (>3
det).
Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran,
besar dan reflek pupil terhadap cahaya
Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu memonitor
adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Dikaji pula
kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.

Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola eliminasi alvi,
adakah kelainan pada anus.
Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan pada
tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau kongenital, bagaimana ATR
(activity tonus respon).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita pneumonia adalah:
a) Kultur sputum.
b) Darah dan kultur urine untuk pemeriksaan penyebaran yang spesifik.
c) Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
d) Pemeriksaan Radiologi untuk menentukan lokasi dan keberadaan pneumonia.
Sedangkan menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

untuk menegakkan diagnosa pneumonia antara lain :


Sinar X: Mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (Staphylococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (lebih sering

virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.


GDS/ Oksimetri : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada.


Pemeriksaan gram/ Kultur sputum dan darah : Dapat diambil dengan biopsi
jarum,aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu tipe oeganisme yang ada;
bakteri yang umum meliputi Diplocoocus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, Ahemolitik Streptococcus, Haemophylus Influenza; CMV.
Catatan: Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bacterial.
Pemeriksaan Serologi, misal titer virus atau legiolla, agglutinin dingin : Membantu

dalam membedakan diagnosis organisme khusus.


LED : Meningkat.

Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi

perembesan (hipoksemia).
Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah.
Bilirubin : Mungkin meningkat.
Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan Sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeola).

H. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa:
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Pemberian antibiotik sesuai
dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisillin
dan aminoglikosida. Untuk umur >3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol
merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,

antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.


Bila anak disertai demam ( 39 C) yang tampaknya menyebabkan distress, berikan

parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronchodilator kerja cepat, dengan salah satu
cara berikut:
- Salbutamol nebulisasi.
- Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer.
- Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)secara
subkutan.

b.

Suportif:
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan
pemeriksaan AGD.
2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.
4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.

6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi
hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan
respiratory arrest.
7) Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan rumatan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi. Pasien yang mengala sesak yang berat dapat
dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oran segera diberikan.
Pemberian asupan oral diberikan bertahap melalui NGT (selang nasogastric) drip susu
atau makanan cair. Dapat dibernarkan pemberian retriksi cairan 2/3 dari kebutuhan
rumatan, untuk mencegah edema paru dan edema otak akibat SIADH (Syndrome of
Inappropriate Anti Diuretic Hormone).
8) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal untuk
memperbaiki transport mukosiliar
9) Koreksi kelainan elektrolit atau metabolic yang terjadi midalnya hipoglikemia,
asidosis metabolic
10) Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.
c. Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI:
Beri antibiotic oral sesuai indikasi Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan
antibiotic yang sesuai.
Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol)
Antibiotic pilihan kedua: amoksilin
Umur atau berat badan kotrimoksazol. Beri 2 kali sehari selama 5 hari
Amoksisilin, beri 3 kali sehari selamam 5 hari
Tablet dewasa
o 480 mg Tablet anak
o 120 mg Sirup/ 5 ml
o 240 mg Sirup 125 mg per 5 ml
o 2 4 bulan
o (4 < 6 kg) 1 2,5 ml 2,5 ml
o 4 12 bulan
o (6 < 10 kg) 2 5 ml 5 ml
o 12 bulan 5 tahun
o (10 < 19 kg) atau 1 3 7,5 ml 10 ml
Beri antibiotic intramuscular

Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri dosis (IM)
kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan tidak memungkinkan
ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari dan atau ampisilin setiap 6 ham
selama 5 hari. Kemudian ganti dengan antibiotic yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari
pengobatan.
Umur atau berat badan Kloramfenikol. Dosis 40 mg per kg BB, tambahkan 5,0 ml
aquadest

sehingga

menjadi

1000

mg

5,6

ml

atau

180

mg/ml

Ampisilin. Dosis 20 mg per kg BB, tambahkan 5,0 ml aquadest dalam 1 vial 1000 mg
sehingga menjadi 1000 mg = 5,6 ml atau 180 mg/ml
1 4 bulan (4-< 6 kg) 1.0 ml = 180 mg 0.5 cc = 90 mg
4 9 bulan (6-< 8 kg) 1.5 ml = 270 mg 0.8 cc = 145 mg
9 12 bulan (8-<10 kg) 2 ml = 360 mg 1 cc = 180 mg
12 3 tahun (10-< 14 kg) 2.5 ml = 450 mg 1.3 cc = 225 mg
3 5 tahun (14-< 19 kg) 3.5 ml = 630 mg 1.8 cc = 315 mgC.
I. Perawatan Di Rumah
Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan > 5 tahun)
1) Pemberian makanan:
Berilah makanan secukupnya selama anak sakit
Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh
Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan
2) Pemberian cairan:
Berilah minuman lebih banyak
Tingkatkan pemberian ASI
3) Pemberian obat pereda batuk
Berikan ramuan yang aman dan sederhana
4) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah
kembali kepda petugas kesehatan, bila:
Napas menjadi sesak
Napas menjadi cepat
Anak tidak mampu minum
Sakit lebih parah
d. Pengobatan demam

Demam tinggi lebih dari 38.50C


- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak
- Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari
Umur anak Dosis
2 bulan < 6 bulan

6 bulan < 3 tahun


3 tahun < 5 tahun 1/8 tablet
tablet
tablet (DEPKES, 2006.)
J. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis prulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri,
curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik,
ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung yaitu adanya cairan
pada satu atau kedua sisi dada.
Pada pneumonia komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat,
kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia
anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka
dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG,
ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.
Otitis media akut (OMA) terjadi bila pneumonia tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara
ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
K. Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur anak,
beratnya penyaklit dan penyulit yang menyertai seperti:
Apneu yang berkepanjangan
Asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi
Dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi
Disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic fibrosis
pancreas dan immunodefisiensi.
L. Pencegahan
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di
dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya

penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit pneumonia :
a) Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
b) Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2
tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung
faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan
terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara
ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
c) Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
d) Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.
e) Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia, bawalah
f)

kembali kepda petugas kesehatan, bila:


Napas menjadi sesak
Napas menjadi scepat
Anak tidak mampu minum
Sakit lebih parah
Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan
cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat
lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca

panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
g) Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas
seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena
bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang
berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir
pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, kepercayaan, suku bangsa, status , pendidikan, dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluahan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan pneumonia dapat ditemukan
keluahan utama berupa sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan pneumonia biasanya diawali dengan tanda-tanda sesak nafas, batuk,
demam dan penurunan nafsu makan
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin menjadi factor predisposisi,
seperti alergi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan adanya riwayat penyakit yang menurun seperti asma dari keluarga dan
adanya riwayat penyakit pernafasan yang lain.
f. Riwayat psikososial
Psikososial meliputi perasaan keluarga terhadap penyakit klien, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaiman perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

g. Pengkajian pola fungsi Gordon


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2. Pola nutrisi/ metabolic
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola hubungan dan peran
7. Pola persepsi dan konsep diri
8.
9.
10.
11.

Pola sensori dan kognitif


Pola reproduksi seksual
Pola penangulangan stress
Pola nilai dan kepercayaan

Kuman (bakteri,
virus)

Masuk melalui
plasenta

Lingkungan, factor
ASI, kelahiran
prematur

Pathway Pneumonia
Inhalasi mikroba,
jamur melalui udara,
aspirasi

Kuman dari flora normal vagina

Masuk ke chorionic plate


Melalui saluran nafas
menyebar ke paruparu

Aspirasi

Secara hematogen
masuk ke paru-paru

PNEUMON
IA

Masuk ke paru

Reaksi inflamasi yg
hebat di saluran nafas
bawah (bronkiolusalveolus)

Kuman keluar ke
udara bebas

Penularan ke orang
lain melalui droplet
Produksi
sekret

Rangsangan batuk

Gg. ventilasi

Akumulasi
sekret

Obstruksi jalan
nafas

BERSIHAN
JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF

Frekuensi
nafas

Kurangnya pengetahuan
mengenai penyakit

Fibrosus & pelebaran

Atelektaksis

Nyeri pleuritik
DEFISIENSI
PENGETAHUA
N

sianosis

Gg. PERTUKARAN
GAS
Tubuh mengalami
keletihan
Gg. POLA
TIDUR

O2 ke jaringan

Gg. difusi

NYERI AKUT

Perangsangan system
aktivasi retikulotis

Susah u/ tidur

PK INFEKSI

WBC, leukosit

Gg. PERFUSI
JARINGAN
PERIFER

INTOLERANSI
AKTIVITAS

Stimulasi chemoreseptor
hipotalamus

RISIKO
INFEKSI
Metabolisme meningkat

Reaksi peningkatan
panas tubuh

Lemak dipecah & nutrisi


tidak adekuat

Evaporasi meningkat

Penurunan cairan tubuh

Kebutuhan O2 meningkat
namun CO2 gagal
dikeluarkan

Peningkatan frekuensi nafas

HIPERTERMI
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH

KLEKURANGAN
VLUME CAIRAN

KETIDAKEFEKTIF
AN POLA NAPAS

AsuhanKeperawatan
No.
1.

DIAGNOSA

KriteriaHasil/NOC

Intervensi/NIC

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan terdapat sekret di
dalam bronkus (obsturuksi
akibat kelebihan sekret)
ditandai dengan kelebihan
sekret dan batuk yang tidak
efektif

Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
1x15menit,diharapkanbersihanjalannafas
kembaliefektifdengankriteriahasil:

NICLabel:Airwaymanagement
1. KajiTTVklien,catatjikaadaperubahan.
2. Posisikanklienpadaposisiyangmemaksimalkanpotensipertukaranudara(posisi
semifowler)
3. Lakukanterapifisikdadasesuaikebutuhan.
4. Bersihkansekresidengandoronganbatukatausuctioning
5. Monitorstatusrespirasidanoksigenasiklien
6. Identifikasipasienperlunyapemasanganalatjalannapasbuatan
7. Auskultasisuaranapas,catatadanyasuaratambahan
NICLabel:Airwaysuction

NOCLabel:respiratorystatus:ventilation
1.
2.

Irama pernapasan dalam rentang


normal(1820x/menit)
Klien tidak menggunakan otot bantu
pernapasan(skala5)

NOC Label : respiratory status : airway


patency

2.

Gangguan pertukaran gas


berhubungan

dengan
perubahanmembranalveolar
kapiler ditandai dengan gas
darah arteri abnormal,
pernafasan

abnormal
(frekuensi,

ritme,
kedalaman), sianosis, dan
iritabilitas

- Klienmampumengeluarkansecret
Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
2 x 2 jam diharapkan status pertukaran gas
kliennormaldengankriteriahasil:
RespiratoryStatus

Respirationratedalamrentangskala3
4
Ritme pernapasan dalam keadaan
normal(1820x/menit)
Auscultasi suara napas tidak
menunjukkan keabnormalan mencapai
skala5
Saturationoxygenmencapai95%
Tandatandasianosismencapaiskala5
(none)
Klien tidak mengalami somnolen
mencapaiskala5(none).
RespiratoryStatus:GasExchange

Tekanan parsial oksigen dalam darah


arteriPaO2 dalamrentangnormal(80
100mmHg)

1.
2.
3.
4.
5.

Pastikankebutuhanoral/trachealsuctioning
Auskultasisuaranapassebelumdansesudahsuctioning
Informasikanpadakliendankeluargatentangsuctioning
Anjurkanalatyangsterilsetiapmelakukantindakan
Monitorstatusoksigenklien

AirwayManagement
Posisikanpasienuntukmemaksimalkanventilasiudara
Lakukanterpaifisikdada,sesuaikebutuhan
Keluarkan secret dengan melakukan batuk efektif atau dengan melakukan
suctioning
Catatdanmonitorpelan,dalamnyapernapasandanbatuk
Berikantreatmentaerosol,sesuaikebutuhan
Berikanterapioksigen,sesuaikeebutuhan
Regulasiintakecairanuntukmencapaikeseimbangancairan
Monitorstatusrespiratorydanoksigenasi
RespiratoryMonitoring
Monitorfrekuensi,ritme,kedalamanpernapasan.
Monitor adanya suara abnormal/noisy pada pernapasan seperti snoring atau
crowing.
Kajikeperluansuctioningdenganmelakukanauskultasiuntukmendeteksiadanya
cracklesdanrhonchidisepanjangjalannapas.
Catatonset,karakteristikdandurasibatuk.
VitalSignsMonitoring
Monitortekanandarah,nadi,temperature,danstatusrespirasi,sesuaikebutuhan.
Monitorrespirationratedanritme(kedalamandansimetris)
Monitorsuaraparu
Monitoradanyaabnormalstatusrespirasi(cheynestokes,apnea,kussmaul)

Tekananparsialkarbondioksida dalam
darah arteri PaCO2 dalam rentang
normal(3545mmHg)

PHdaraharteridalamrentangnormal
(7,357,45)

Saturationoxygenmencapai95%

Tandatandasianosistidakada(skala5)

Klien tidak mengalami somnolen


mencapaiskala5(none).
TissuePerfusion:Peripheral

Monitorwarnakulit,temperaturedankelembapan.
Monitoradanyasianosispadacentraldanperifer
HemodynamicRegulation
Auskultasisuaraparuterhadapadanyacracklesdansuaralainnya
Monitornadiperifer,capillaryrefill,dantemperaturedanwarnakulitekstremitas.
Monitorcardiacoutputdanataucardiacindex
Monitorpulmonarycapillary

Capitary refill pada jarijari dalam


rentang normal mencapai skala 5 (no
deviationfromnormalrange).

3.

Kekurangan volume cairan


berhubungan

dengan
kehilangan cairan aktif
ditandai dengan penurunan
turgor kulit, membran
mukosa kulit, peningkatan
suhutubuh,dankelemahan

Temperature kulit ekstremitas mencapai


skala5(36,537,5C)
Setelahdilakukanasuhankeperawatanselama
1x30menit,diharapkanstatushidrasiklien
baikdengankriteriahasil:

Ketidakefektifan perfusi
jaringanperiferberhubungan
dengan penurunan suplay
oksigenkejaringanditandai
dengan perubahan warna

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pantauinputdanoutputyangsesuai
Pantaustatushidrasiklien
Pantauhasillaboratoriumretensicairanyangrelevan
Pantautandatandavital
Pantauindikasicairanoverload/retensiyangsesuai
Pantaumakanan/cairanyangmasukdanmenghitungasupankaloriharianyang
sesuai
7. BerikanterapiIVyangditentukan
8. Promosikanasupanoralyangsesuai
9. Berikanasupancairanselama24jamsesuaiketentuan
10. Pantauresponklienterhadapterapielektrolityangtelahditentukan

NOCLabel:FluidBalance
Tekanan darah normal (systole :
120100 dan diastole : 10080
mmHg)
Intake dan output selama 24 jam
seimbang(skala5)
Turgorkulitnormal(CRT<3detik)
Membranmukosalembab(skala5)
NOCLabel:Hydration

4.

FluidManagement

Turgorkulit(CRT<3detik)
Membranmukosalembab(skala5)
Intakecairanbaik(skala5)
Pengeluaranurinebaik(skala5)

Setelah dilakukan tindakan asuhan


keperawatanselama1x6jamperfusijaringan
periferklienbaikdengankriteriahasil:
NOC:CirculationStatus

NICLABEL:Oksigenterapy

Pertahankankeadekuatanjalannafas
Monitorkebutuhanoksigenpasien
Observasitandakekurangansaturasioksigenuntukmencegahhipoventilasi
Instruksikanpadakeluargabagaimanacaramenggunakanoksigendirumah

kulit ( sianosis), CRT > 3


detik, dan perubahan fungsi
motorik

TekanandarahSistoliknormal (120100
mmHg)
Tekanan darahdiastoliknormal (10080
mmHg)
Saturasioksigennormal(95%100%)
PaO2 (tekanan parsial oksigen didalam
pembuluh darah arteri) normal (80100
mmHg)
PaCO2 ( tekanan parsial karbondioksida
di pembuluh darah arteri) klien normal
(3545mmHg)
Urinoutputnormal(3050ml/jam)
Suhukulitnormal(36,537,5C)
CRTkliennormal(<3detik)

NOC:TissuePerfusion:Peripheral

Capillary refill pada jarijari tangan


normal

Capillary refill pada jarijari kaki


normal

Suhu kulit pada ekstremitas normal

5.

Ketidakefektifan pola nafas


berhubungan

dengan
hiperventilasi ditandai
dengan dispnea, pernapasan
bibir dan penggunaan otot
aksesorisuntukbernapas

(36,537,5C)
Kekuatan denyut nadi klien normal
(80100x/menit)
Warnakulitkliennormal

Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
1 x 6 jamdiharapkanpola nafas klien tidak
mengalamigangguandengankriteriahasil:
NOCLabel:
RespiratoryStatus:Airwaypatency
RespiratoryStatus:Ventilation
VitalSigns

Frekuensi Pernapasan klien normal (18


20x/menit)
IramaPernapasankliennormal
KedalamanInspirasinormal

Klientidakmenggunaanototbantunapas

Monitorturgorkulit
Monitortandakeracunanoksigen

NICLABEL:Hemodinamikregulation

Monitordandokumentasiheartrate,iramajantung,dantekanandarah
Monitor tekanan perifer ,capillary refill, dan perubahan suhu dan warna kulit
ekstremitas
Monitornilaielektrolitdalamtubuh
Monitorintakeatauoutput,danberatbadanpasiensesuaiindikasi
Hidarkanpasiendarisumberstresor
Monitorefekpengobatan
Auskultasisuarajantung

NICLABEL:Vitalsignmonitoring

Monitorperubahantekanandarah,nadi,RR,dansuhutubuhpasien.
Monitortekanandarahpasiensetelahdiberikanpengobatan.
Monitorperubahantandatandavitalsetelahpasienmelakukanaktivitassedang
Monitorperubahansuhutubuhklienbilaterjadihipertermiaatauhipotermia.
Auskultasiiramajantung
MonitorabnormalnyasistempernapasanpasienbilaadanyaCheynestokes,kussmaul,
biot,apneu,danadanyasianosis.
Monitorwarnakulit,suhukulit,dankelembapankulit.

NICLabel:AirwayManagement
Posisikanpasienuntukmemaksimalkanventilasiudara
Lakukanterpaifisikdada,sesuaikebutuhan
Catatdanmonitorpelan,dalamnyapernapasandanbatuk
Berikantreatmentaerosol,sesuaikebutuhan
Berikanterapioksigen,sesuaikeebutuhan
Regulasiintakecairanuntukmencapaikeseimbangancairan
Monitorstatusrespiratorydanoksigenasi
NICLabel:RespiratoryMonitoring
Monitorfrekuensi,ritme,kedalamanpernapasan.
Monitoradanyasuaraabnormal/noisypadapernapasansepertisnoringataucrowing.
Catatonset,karakteristikdandurasibatuk.
VitalSignsMonitoring

Monitortekanandarah,nadi,temperature,danstatusrespirasi,sesuaikebutuhan.

Tidakadaretraksidindingdada

Tekanan nadi klien normal (80


100x/menit)
Tekanan darah klien normal ( systole :
120100 mmHg dan diastole : 10080
mmHg)
Suhutubuhdankulitkliennormal(36,5
37,5C)

6.

Nyeri akut berhubungan


denganagencederabiologis
ditandai

dengan
mengekspresikan prilaku
(merengek dan menangis)
danungkapanverbalklien.

Setelahdilakukanasuhankeperawatanselama
1X30menitdiharapkannyeriklienterkontrol
dengancriteriahasil:

LabelNIC:PainManagement
a.

LabelNOC:painlevel
b.

Klien melaporkan adanya rasa nyeri


yangringan(skala3)
Klien tidak mengerang atau menangis
terhadaprasasakitnya(skala4)
RR klien dalam batas normal (18
20x/menit)
TD klien dalam batas normal (systole:
120100 mmHg dan diastole: 10080
mmHg)
Nadi klien dalam batas normal (80
100x/menit)
LabelNOC:discomfortlevel
Nyeridalamskalaringan(skala4)

Monitorrespirationratedanritme(kedalamandansimetris)
Monitorsuaraparu
Monitoradanyaabnormalstatusrespirasi(cheynestokes,apnea,kussmaul)
Monitorwarnakulit,temperaturedankelembapan.
Monitoradanyasianosispadacentraldanperifer

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Lakukanpenilaian yang komprehensif darirasa sakit untuk memasukkan lokasi,


karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas, intensitasataukeparahannyeri, dan
faktorpencetus
Amatiisyaratnonverbalketidaknyamanan,terutama dalammereka yang tidak
mampuuntukberkomunikasisecaraefektif
Gunakanstrategikomunikasi terapeutik untukmengakui mengalamirasasakitdan
menyampaikanresponpenerimaanpasienterhadapnyeri
Tentukan dampak dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (pola tidur, nafsu
makan,aktivitas,kognisi,mood,hubungan,kualitaskerja,dantanggungjawabperan)
Eksplorasidenganpasienfaktorfaktoryangmenghilangkan/memperburuknyeri
Kendalikan faktorfaktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadapketidaknyamanan
Kurangiatau hilangkan faktorfaktor yang memicu ataumeningkatkanpengalaman
nyeri(rasatakut,kelelahan,monoton,kurangnyapengetahuan)
Ajarkanprinsipmanajemennyeri

LabelNIC:AnalgesicAdministration

Ketahuilokasi,karakteristik,kualitas,danderajatnyerisebelummemberikanpasien
medikasi
Lakukanpengecekanterhadapriwayatalergi
Pilihanalgesicyangsesuaiataukombinasikananalgesicsaatdiresepkananagesiklebih
dari
Monitortandatandavitalsebelumdansetelah diberikananalgesicdengansatukali
dosisatautandayangtidakbiasadicatatperawat
Evaluasikeefektiandarianalgesic

LabelNIC:VitalsignMonitoring

MonitorTTVklien(tekanandarah,nadi,suhu,danRR)
7.

PKInfeksi

Setelahdiberikanasuhankeperawatanselama
1 x 6 jam diharapkan infeksi klien dapat
teratasi dan mencegah komplikasi dengan
criteriahasil:

WBCkliendalambatasnormal(6,00
14.0103/L)
Monosit dalam batas normal ( 0,00
1,00103/L37,3)
Suhu dalam batas normal ( 36,0
37,5C)

Mandiri

Selalucucitangansetiapkontakdenganpasien
Pantautandatandavitalkhususnyasuhu
Pantautandatandainfeksi(rubor,kalor,dolor,tumor,fungsiolaesa)
MonitorWBC
Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
Pertahankanteknikisolasi
Batasipengunjungbilaperlu
Instruksikanpengunjunguntuk mencuci tangan merekasetelah melakukan
kunjungandanmeninggalkanpasien
Gunakanantimikrobasabununtukmencucitangan
Cucitangansebelumdansetelahsetiaptindakankeperawatan
Gunakanpakaian,sarungtangansebagaialatperlindungan
Meningkatkanasupannutrisi

Kolaborasi

Kolaborasipemberianantibiotic
Administrasikan kortikosteroid jikaterdapat edemaberatantara lain: deksametason,
prednison.

DAFTARPUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Jakarta : Depkes RI.
Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hal.
76-77.
Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Sixth Edition, USA : Mosby Elsevier
News Medical. 2012.
http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-(Indonesian).aspx (Akses: 13 Juli 2015)
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Sixth Edition, USA :
Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

You might also like