Professional Documents
Culture Documents
menyebabkan meningkatnya gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat
memompa darah. Tekanan tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kebutuhan
oksigen jantung meningkat.
3) Merokok
Resiko meroko tergantung pada jumlah roko yang digunakan perhari, bukan pada lamanya
seseorang merokok. Seseorang yang meroko lebih dari sebungkus sehari, beresiko mengalami
kesehatan khususnya gangguan jantu 2 kali lebih besar daripada mereka yang tidakmerokok.
Merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit arteri koroner melalui 3 cara
meliputi:
Menghirup asam akan meningkatkan kadar karbonn monoksida (CO) darah. Hemoglobin,
komponen darah yang mengangkut oksigen lebih mudah terikat pada karbon monoksida
daripada oksigen. Hal ini menyebabkan oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat
berlebih, sehingga jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama
besarnya.
Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang menyebabkan kontriksi.
Merokok, meningkatkan adhesi trombositmengakibatkan pembentukan thrombus
4) Diabetes Militus
Penderita DM cenderung memiliki prevalensi arteriosklerosis yang lebih tinggi, demikian
juga pada kasus arteriosklerosis koloner prematur berat. Hiperglekimia menyebabkan
peningkatan agrerasi trombosit yang ddapat menyebabkan trombus. Hiperglekimia
bisamenjadi penyebab kelainan metabolisme lemak/ predisposisi terhadap degenerasi
vaskular yang berkaitan dengan gangguan intoleransi terhadap glukosa.
3. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah
karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang
terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi
semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding
kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Halini menjelaskan bagaimana
terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
komplikasi tersering aterosklerosis.
anatomi
arteri
koroner
membuatnya
rentan
terhadap
mekanisme
5.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/ pink tinged.
Interaksi social
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi,
perokok.
7. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri koronaria.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
3)
Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate,
irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
4) Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah,
hipovolemia.
5) Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
8. Intervensi
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.
Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
2)
Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat buang air besar.
Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.
3)
Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan
tiduran jika memungkinkan).
Kaji kualitas nadi.
Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
Auskultasi suara nafas.
Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.
4)
Rencana:
Kaji adanya perubahan kesadaran.
Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
Monitor intake dan out put.
Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.
5)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Sudarth, 2001. Buku keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito J.L. (2002). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. EGC:
Jakarta
Muttaqin, Arif. 2002. Askep Gangguan Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta
Nenk, 2009. Asuhan Keperawatan Arteri koroner. Jakarta : DJAMBATAN
Price A Sylvia dan Wilson M Lorraine (2005). Patofisiologi.Jakarta.EGC